KEPERAWATAN KOMUNITAS II
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
KASUS TUTORIAL II
Tim perawat komunitas melakukan pengkajian pada masyarakat agregat lansia di suatu
desa.Pengkajian dengan pendekatan community as partner dan pengkajian khusus pada lansia
meliputi pengkajian biopsikososial, spiritual dan pengkajian status fungsional, status mental
dan kognitif. Hasil pengkajian didapatkan bahwa terdapat 20 lansia di desa tersebut. Hasil
pengkajian status penyakit 70 % lansia menderita penyakit darah tinggi (hipertensi sistolik
terisolasi) dan lansia merasakan adanya gejala penyakit hipertensi. Walapun lansia merasakan
gejala penyakit tetapi 60 % lansia tidak aktif mengikuti upaya pencegahan hipertensi seperti
menerapkan pola hidup sehat. Lansia tidak menunjukan minat untuk perubahan perilaku, lansia
tetap saja mengkonsumsi makanan tinggi garam, tidak mau berolahraga serta tidak menjaga
pemenuhan kebutuahan istirahat dan tidur. Lansia juga tidak aktif mengikuti program posyandu
yang sudah dijadwalkan oleh Puskesmas. Lansia mengatakan tidak ada keluarga yang
mendukung (dukungan sosial) dalam upaya memelihara kesehatannya. Keluarga dan lansia
Cuma pasarah dan tidak aktif mencari bantuan kesehatan. Begitu juga dengan kondisi
lingkungan keluarga tidak mengupayakan atau memodifikasi lingkungan yang sehat bagi
penderita hipertensi. Berdasarkan pengkajian barthel indeks rata-rata lansia pada tingkat
ketergantungan sedang/moderat, Pengkajian MMSE rata-rata lansia dengan gangguan kognitif
ringan, Pengkajian resiko jatuh rata-rata lansia dengan resiko jatuh rendah.
TAHAPAN TUTORIAL
A. STEP I
Klasifikasi Istilah Yang Belum Diketahui Dalam Kasus Dan Mencari Istilah Yang Belum
Diketahui Dan Menjawab Pertanyaan
1. Community As A Partner ( Ranti Ayu Kartika )
Community As A Partner Adalah Suagtu Model Adalah Suatu Model Keperawatan
Yang Dipakai Untuk Menurunkan Stresoor Atau Penyebab Yang Mencangkup
Keseimbangan System Pada Komunitas ( Nabila Malahati )
2. Pengkajian Mmse( Nadila Dea Amanda)
Pengkajian Mmse Adalah Pengkajian Yanh Dilakukan Untuk Mengukur Daya Ingat
Seseorang Yang Berkaitan Dengan Gangguan Kognitif ( Padilla Putri S)
3. Pengkajian Fungsional ( Patri Tindavan Darnis )
Pengkajian Fungsional Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Untuk Mengukur
Kemampuan Sesorang Untuk Melakukan Aktivitas Sehari-Hari ( Pradita Agustriani
Putri)
4. Pengkajian Biopsikososial ( Putri Anggraeni)
Pengkajian Biosikososial Adalah Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Dengan Interaksi
Sosisla Yang Meliputi Dari Factor Biologis, Factor Psikologis, Dan Factor Social (
Quraisin)
5. Hipertensi Sistolik Terisolasi( Ranti Ayu Kartika)
Hipertensi Sistolik Adalah Hiipertensi Yang Terjadi Pada Lansia Yang Pada Umumnya
Tekanan Darah Mencapai 140 ( Ranti Sapitri)
6. Gangguan Kognitif Ringan ( Rara Arta Anjelina P)
Gangguan Kognitif Ringan Atau Mild Cognitive Impairment (Mci) Adalah Tahap
Antara Penurunan Kognitif Ringan Yang Sesuai Penuaan Normal Dan Penurunan
Demensia (Kepikunan) Yang Lebih Serius ( Reka Tamara)
7. Barthel Indeks ( Risma Wati )
Indeks Barthel Pengkajian Yang Dilakukan Untuk Mengukur Kemampuan Fungsional
Dalam Keperawatan Diri Sehari-Hari.(Salsabilla Firdausah)
8. Pengkajian Status Mental Kognitif ( Padilla Putri S)
Pengkajian Status Mental Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Ntuk Mengamati Fungsi
Psikologis Pasien Yang Meliputi Sikap, Perilaku , Suasana Hati, Proses Berfikir Dan
Lain-Lain. Sedangkam Pengkajian Kognitif Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Untuk
Mengidentifikasi Fungsi Kognitif Atau Daya Ingat.( Salsabilla Firdausah)
9. Agregat Lansia ( Nabila Malahati)
Agregat lansia adalah proses keperawatan yang berfokus pada lansia dimana dintandai
dengan menurunnya daya tahan fisik ( Reka Tamara D)
10. Pengkajian resiko jatuh ( Patri Tindavan D)
Pengkajian resiko jatuh yang dilakukan dengan menggunakan skala STRATIFY
meliputi karakteristik pasien (umur, jenis kelamin), riwayat jatuh, agitasi, gangguan
penglihatan, frekuensi ke toilet, kemampuan berpindah dan bergerak (pradita
agustriani)
B. STEP II
Mendifiniskan masalah berdasarkan kasus dengan membuat daftar pertanyaan
1. Bagaimana Peran Dan Fungsi Komunitas Dalam Memberikan Edukasi Pada
Komunitas? ( Pradita A)
2. Bagaimana Cara Pengkajian Biopsikososial Yang Dilakukan Perawat Pada Lansia
Dikasus Tersebut ?( Nabila Malahati )
3. Apa Saja Yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Lansia Ke Posyandu ( Quraisin)
4. Apa Mamfaat Dilakukan Pengkajian Bio Psikososial Spiritual Dan Status Fungsional (
Patri Tindavan )
5. Bagaimana Cara Pengkajian Pasien Dengan Resiko Jatuh?( Ranti Ayu)
6. Bagaimana Cara Menurunkan Persentase Penyakit Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada
Kasus Diatas ? ( Padila Putri )
7. Apakah Analisa Data Yang Dapat Ditemukan Pada Kasus? ( Ranti Ayu Kartika)
8. Bagaimana Cara Mementukan Prioritas Masalah Dari Kasus Tersebut? ( Risma Wati )
9. Apa Saja Intervensi Yang Dapat Ditemukan Dari Kasus Diatas ?( Reka Tamara )
C. STEP III
1. Peran dan fungsi utama perawat adalah untuk memberikan pelayanan berupa asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien (individu, keluarga, komunitas) sesuai
dengan kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien di semua tatanan
layanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Berman, 2016).
Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu (innovator),
pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai
fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat
juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan
fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran
perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
indonesia.(Rara Arta Anjelina )
2. Pengkajian Biosikososial Adalah Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Dengan Interaksi
Sosisla Yang Meliputi Dari Factor Biologis, Factor Psikologis, Dan Factor Social
BIO:
A. Gambaran fisik klien: jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, kecacatan
(jika ada), dan tanda kekeraasan atau penelantaran jika ada
B. Penampilan Klien, cara berbicara, kehangatan, respon awal terhadap wawancara,
body expression dll.
C. Status Kesehatan: Apakah ada diagnosis? Layanan kesehatan apa yang diterima
oleh klien? Apakah klien telah berkonsultasi dengan sumber lain tentang jenis
penyembuhan untuk masalah kesehatannya? Apakah sedang menggunakan obat?
Catatan kesehatan dan pengobatannya. Apakah kecanduan terhadap narkotika atau
alkohol?. Apakah status kesehatannya merupakan masalah dalam rencana
pelayanan?
PSIKO:
A. Gambaran tentang kondisi emosi klien: cara bicara, respon terhadap suatu masalah,
pola pikir klien, dan pikiran-pikiran dia kepada situasi yang dihadapinya.
B. Kesehatan Jiwa: Adakah bukti tentang masalah kesehatan jiwa seperti depresi,
gelisah yang ekstrim, gangguan kognitif? Psikosis? Bagaimana masalah kesehatan
jiwa ini berpengaruh dalam keberfungsian sosialnya?
C. Catatan Menjadi Korban: Pengalaman dengan trauma, kekerasan dan
penganiayaan? Asesmen resiko. Seberapa amankah lingkungannya sekarang ini?
Faktor resiko keselamatan apa yang ada dalam kehidupan klien saat ini?
SOSIAL:
A. Situasi saat ini dan sejarah perpindahan: Latarbelakang pedesaan atau perkotaan?
Daerah asal? Jika pernah pindah apakah alasannya? Sudah berapa lama mendiami
tempat tinggal saat ini? Bagaimana keeterikatan klien dengan tempat asalnya?
Seberapa sering mengunjungi atau berhubungan dengan orang disana? Tempat
apa yang sangat penting bagi klien? (dapat menggunakan peta). Kejadian kritis
apa yang menyebabkan dia akhirnya ditempatkan di panti asuhan? Siapa yang
ambil keputusan anak akan masuk ke panti? (kalau diketahui) Bagaimana
Jaringan dukungan saat itu membantu Klien? Apa yang paling disukai oleh si anak
tentang kehidupan sebelum masuk ke panti? Apa yang paling tidak disukai?
Mengapa? Pertanyaan sama tentang kehidupan di panti jika anak tinggal di panti.
B. Pekerjaan dan Status Keuangan (Orang tua/pengasuh utama/wali): Apa
pendapatannya, dari pemerintah atau dari sumber lain yang diterima oleh klien?
Siapa yang bekerja dalam keluarga? Apa pekerjaannya? Apakah klien
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan dasar?
Bagaimana caranya mendukung atau mengatasi masalah sehubungan dengan
permasalahan yang dirancang dalam rencana pelayanan? Apa kesulitan untuk
mendapatkan lebih banyak sumber penghasilan?
C. Hubungan dan Peran dalam Keluarga: Riwayat keluarga dan isu signifikan yang
dihadapi oleh keluarga di masa lalu dan saat ini. Termasuk status perkawinan yang
formal dan informal, peran anggota keluarga dan konflik antar peran, struktur
keluarga, kompleksitas latar belakang budaya dalam keluarga, riwayat perpisahan
dalam keluarga, orang-orang yang termasuk dalam keluarga, hubungan
keterikatan/kelekatan klien dengan keluarga atau dengan orang penting lainnya di
luar keluarga? Siapa dan seberapa sering anak berkomunikasi? Peran anggota
keluarga/orang penting lain dalam proses pengasuhan anak dan perawatan, siapa
yang lakukan apa dalam lingkungan keluarga.
D. Keberfungsian sekolah dan keberfungsian dari institusi lainnya: bagaimana
penampilan tugas-tugas sehari-hari, bagaimana kemampuan menghadapi
stress/tekanan, pada setting-setting mana saja pelaksanaan tugas-tugas itu
berlangsung? Bagaimana keluarga menjamin akses pendidikan anak-anak
mereka? Apa saja yang dapat menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, atau
proses belajar terganggu?
E. Keberfungsian Rekan/Teman Relasi anak dengan teman-temannya di kampung/
komunitas asal? Di sekolah? Di Panti? Di komunitas sekitar panti/sekolah?
SPIRITUAL:
A. Data Spiritual dan Budaya: Apa identitas budaya klien? Apa agama yang saat ini
dianutnya? Bagaimana agama menjadi pendukung atau hambatan bagi klien? Apa
sumber inspirasinya? Apa ada sesuatu yang memberi makna kehidupan bagi klien?
Bagaimana pandangan spiritual klien terhadap situasi dan permasalahan yang
dihadapinya serta terhadap masa depannya?( Ranti Ayu Kartika)
3. Factor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu adalah kaena
kondisi fisik dari lansia sendiri sebagai contoh pada lansia adalah tidak bisa berjalan
atau pada lansia yang sering sakit lutut jika berjalan jauh atau bisa karena lokasi atau
jarak posyandu dari rumah yang jauh untuk dijangkau, anggota keluarga yang malas
untuk mengantarkan orang tuanya yang sudah lansia untuk berobat atau mengecek
Kesehatan, juga bisa karena factor biaya yang kurang untuk biaya kehidupan sehari-
hari saja.(Ranti sapitri )
4. Manfaat dilakukannya pengkajian biopsikososial,spiritual,dan status fungsional?
Pengkajian yang dilakukan kepada pasien memiliki manfaat tersendiri seperti :
1. Biopsikososial untuk mengetahui gambaran tentang kondisi emosi klien, Kesehatan
jiwa, catatan menjadi korban.
2. Social untuk mengetahui gambaran tentang kondiisi emosi klien, Kesehatan jiwa,
catatan menjadi korban.
3. Social untuk mengetahui situasi saat ini dan sejarah perpindahan, pekerjaan dan
status keuangan, hubungan dan peran anggota keluarga.
4. Spiritual untuk mengetahui agama yang dianut, bagaimana klien menghadapi
situasi dan masalah yang sedang dihadapi, keyakinan dan makna, ritual dan ibadah.
5. Status fungsional untuk mengetahui bagaimana berpakaian, mandi, ke kamar kecil,
perpindahan, kontinen, makan.(Salsabilla firdausah)
5. Pengkajian resiko jatuh yang dilakukan dengan menggunakan skala STRATIFY
meliputi karakteristik pasien (umur, jenis kelamin), riwayat jatuh, agitasi, gangguan
penglihatan, frekuensi ke toilet, kemampuan berpindah dan bergerak.
Skala Morse adalah instrumen penilai resiko jatuh yang dirancang untuk mengantisipasi
pasien jatuh oleh karena faktor fisiologis. Skala ini terdiri dari 6 item penilaian, yang
terdiri dari riwayat jatuh, diagnosa sekunder, ada tidaknya alat bantu ambulasi,terapi
intravena, gaya berjalan dan status mental.Jurnal Imiah PENGKAJIAN RESIKO
JATUH SKALA MORSE DAN STRATIFY Oleh:Sigit Harun1,Untung
Sujianto2, Andrew Johan3 ( Putri Anggraeni )
Tambahan
a. Skala Morse adalah instrumen penilai resiko jatuh yang dirancang untuk
mengantisipasi pasien jatuh oleh karena faktor fisiologis. Skala ini terdiri dari 6
item penilaian, yang terdiri dari riwayat jatuh, diagnosa sekunderada tidaknya alat
bantu ambulasi terapi intravenagaya berjalan dan status mental.
Penilaian yang diberikan
1. 0-24 tidak beresiko
2. 25-50 resiko rendah dan
3. > 51 resiko tinggi (Morse and Morse, 1985).
DS:
1. Keluarga dan lansia Cuma
pasrah dan tidak aktif
mencari bantuan
kesehatan. Begitu juga
dengan kondisi
lingkungan keluarga tidak
mengupayakan atau
memodifikasi lingkungan
yang sehat bagi penderita
hipertensi
DO: Manajemen Kesehatan tidak b.d
1. Hasil pengkajian didapatkan bahwa ketidakefektifan pola perawatan
terdapat 20 lansia di desa tersebut Kesehatan keluarga d.d Gagal
2. Hasil pengkajian status penyakit 70 menerapkan program
% lansia menderita penyakit darah perawatan/pengobatan dalam kehidupan
tinggi (hipertensi sistolik terisolasi) sehari-hari
dan lansia merasakan adanya gejala
penyakit hipertensi
3. Berdasarkan pengkajian barthel
indeks rata-rata lansia pada tingkat
ketergantungan sedang/moderat,
Pengkajian MMSE rata-rata lansia
dengan gangguan kognitif ringan,
Pengkajian resiko jatuh rata-rata
lansia dengan resiko jatuh rendah
DS:
1. Lansia mengatakan tidak ada
keluarga yang mendukung
(dukungan sosial) dalam upaya
memelihara kesehatannya
8. SKORING PRIORITAS MASALAH
No Dx.Keperawatan A B C D E F Total Prioritas
Keterangan:
A = Kesadaran Masyarakat akan Masalah
B = Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
C = Kemampuan perawatan dalam mempengaruhi penyelasaian masalah
D = Tersediannya SDM atau ahli dalam mengatasi masalah
E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak diatasi
F = Cepatnya penyelasaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
Skoring/Pembobotan :
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Tinggi
4 = Sangat tingg
Diagnosa priorotas
1. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b.d hambatan kognitif d.d kurang menunjukan
minat untuk meningkatkan perilaku sehat.
2. Manajemen Kesehatan tidak b.d ketidakefektifan pola perawatan Kesehatan keluarga
d.d Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
9. Intervensi Keperawatan
PREVENSI TERSIER
Penentuan Tujuan Bersama
(I.12464)
Observasi
Identifikasi tujuan-tujuan
yang akan dicapai
Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif
Terapeutik
Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
Fasilitasi memecah tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mudah
dilakukan
Berikan batasan pada peran
perawat dan pasien secara
jelas
Diskusikan sumber daya
yang ada untuk memenuhi
tujuan
Diskusikan pengembangan
rencana untuk memenuhi
tujuan
Prioritaskan aktivitas yang
dapat membantu
pencapaian tujuan
fasilitasi dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
Tetapkan batas waktu yang
realistis
Diskusikan indikator
pengukuran untuk setiap
tujuan (mis: perilaku)
Tetapkan evaluasi secara
periodik untuk menilai
kemajuan sesuai tujuan
HItung skor pencapaian
tujuan
Modifikasi rencana jika
tujuan tidak tercapai
Edukasi
Anjurkan mengenal
masalah yang dialami
Anjurkan mengembangkan
harapan realistis
Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistem
kepercayaan saat
menetapkan tujuan
Anjurkan mengidentifikasi
tujuan realistis dan dapat
dicapai
2. DO: Manajemen Manajemen kesehatan PREVENSI PRIMER
1. Hasil pengkajian Kesehatan tidak meningkat (L.12104) Dukungan Pengambilan
didapatkan bahwa terdapat efektif b.d Kriteria hasil untuk Keputusan (I.09265)
20 lansia di desa tersebut ketidakefektifan pola membuktikan bahwa Observasi
2. Hasil pengkajian status perawatan Kesehatan manajemen kesehatan Identifikasi persepsi
penyakit 70 % lansia keluarga d.d Gagal meningkat adalah: mengenai masalah dan
menderita penyakit darah menerapkan program 1. Melakukan tindakan informasi yang memicu
tinggi (hipertensi sistolik perawatan/pengobatan untuk mengurangi konflik
terisolasi) dan lansia dalam kehidupan faktor risiko Terapeutik
merasakan adanya gejala sehari-hari meningkat Fasilitasi mengklarifikasi
penyakit hipertensi 2. Menerapkan program nilai dan harapan yang
3. Berdasarkan pengkajian perawatan meningkat membantu membuat
barthel indeks rata-rata 3. Aktivitas hidup sehari- pilihan
lansia pada tingkat hari efektif memenuhi Diskusikan kelebihan dan
ketergantungan tujuan kesehatan kekurangan dari setiap
sedang/moderat, meningkat solusi
Pengkajian MMSE rata- 4. Verbalisasi kesulitan Fasilitasi melihat situasi
rata lansia dengan dalam menjalani secara realistic
gangguan kognitif ringan, program Motivasi mengungkapkan
Pengkajian resiko jatuh perawatan/pengobatan tujuan perawatan yang
menurun diharapkan
rata-rata lansia dengan Fasilitasi pengambilan
resiko jatuh rendah keputusan secara
DS: kolaboratif
3. Lansia mengatakan tidak Hormati hak pasien untuk
ada keluarga yang menerima atau menolak
mendukung (dukungan informasi
sosial) dalam upaya Fasilitasi menjelaskan
memelihara keputusan kepada orang
kesehatannya lain, jika perlu
Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan
tenaga Kesehatan lainnya
Edukasi
Jelaskan alternatif solusi
secara jelas
Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga
Kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan
PREVENSI SEKUNDER
Dukungan tanggung jawab pada
diri sendiri (I.09277)
Observasi
Identifikasi persepsi
tentang masalah Kesehatan
Monitor pelaksanaan
tanggung jawab
Terapeutik
Berikan kesempatan
merasakan memiliki
tanggung jawab
Tingkatkan rasa tanggung
jawab atas perilaku sendiri
Hindari berdebat atau tawar
menawar tentang perannya
di ruang perawatan
Berikan penguatan dan
umpan balik positif jika
melaksanakan tanggung
jawab atau mengubah
perilaku
Edukasi
Diskusikan tanggung jawab
terhadap profesi pemberi
asuhan
Diskusikan konsekuensi
tidak melaksanakan
tanggung jawab
PREVENSI TERSIER
Pelibatan Keluarga (I.14525)
Observasi
Identifikasi kesiapan
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan
Terapeutik
Ciptakan hubungan
terapeutik pasien dengan
keluarga dalam perawatan
Diskusikan cara perawatan
di rumah (mis: kelompok,
perawatan di rumah, atau
rumah singgah)
Motivasi keluarga
mengembangkan aspek
positif rencana perawatan
Fasilitasi keluarga
membuat keputusan
perawatan
Edukasi
Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
Informasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
Informasikan harapan
pasien kepada keluarga
Anjurkan keluarga bersikap
asertif dalam perawatan
Anjurkan keluarga terlibat
dalam perawatan
D. STEP IV (Pathway)
Pengkajian
Analisis masalah
Konsumsi makanan Kurang dukungan
tinggi garam keluarga
1. Pemeliharaan Kesehatan
tidak efektif
2. Manajemen Kesehatan
dak efek f
Intervensi
1. Prenvensi primer
2. Prenvensi sekunder
3. Prevensi tersier
evaluasi
b) Statistic vital
Data statistic viral yang dapat dikaji adalah jumlah angka
kesakitan dan angka kematian balita. Angka kesakitan dan
kematian tersebut diperolah dari penelusuruan data sekunder
baik dari puskesmas atau kelurahan.
c) Karakteristik penduduk
Variebel karakteristik penduduk meliputi :
• Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait
anaknya. Perawat mengobservasi Ketika ada program
posyandu.
• Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang
tua yaitu berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak
bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan
pertumbuhan anak pun akan terhambat atau kesuliran untuk
berkembang.
• Social : sikap masyarakat terhadap adamya kasus penyakit
massih acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa
bantuan untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan, namun
orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk
ditimbang.
• Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin
mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang,
diare dan penyakit lainnya, terlebih dahulu banyak orang
tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi
b. 8. Sub symtem
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah
buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
rentan terkena penyakit, selain factor untuk menjamin
mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat,
selain itu kerentanan terhadap vector penyakit menjadi
salah satu tingginyaa risiko peningkatan kejadian sakit
diwilayah tersebut.
b) System Kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh
yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu
dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang
dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersediaan
posbindu belum ada.
c) Ekonomi
Pekerjaan yang dominan di wilayah tersebut yaitu
buruh, dan lainnya yangberpenghasilan bervariasi untuk
setiap keluarga.
f) Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikassi
digunakan penduduk,khususnya komunikasi formal dan
informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis Bahasa
yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi
Kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita
yang sakit.
g) Pendidikan
Pendidikan sebagai sub system meliputi tingkat
pengetahuan penduduk tentang pengertian tentang
penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknyaw,
cara mengatasi, bagaimana cara perawatan, serta cara
mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan
rendah yaitu SD bahkantidak sekolah
h) Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi
yang ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari
sarana rekreasi sertaa jaminan keamanan dari sarana
rekreasi yang ada.
c. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu
penyakit balita masih acuh, mungkin dipengaruhi
rendahnya tingkat Pendidikan masyarakatt atupun
kekurangnya pengetahuan kesehatan suatu penyakit.
2. Klasifikasi hipertensi
3. Penyebab hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, menurut (Alfeus Manuntung, 2019)
hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
b. Hipertensi sekunder
4. Gejala hipertensi
Pada sebagian besar, penderta hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi padahal sesungguhnya tidak. Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi pada seseorang yang menderita
hipertensi ataupun yang mempunyai tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati , bisa timbul gejala sepeti
berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak,
keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif dan memerlukan penangan yang
segera (Alfeus Manuntung, 2019).
5. Faktor risiko hipertensi
Menurut dari direktorat P2PTM, faktor risiko terjadinya hipertensi dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah Ada 3 faktor risiko antara lain usia, jenis
kelamin, dan genetik (keturunan).
Umur Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada usia lanjut,
hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah
sistolik. Kejadian ini disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar.
Jenis kelamin Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi.
Pria mempunyai resiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan,
karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan
tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada perempuan meningkat dikarenakan faktor hormonal.
Genetik (keturunan) Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi
(faktor keturunan) juga meningkatkan risiko hipertensi, terutama
hipertensi primer (essensial).
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam
dan renin membran sel.
2. Faktor risiko yang dapat diubah Faktor ini diakibatkan karena perilaku tidak
sehat dari penderita hipertensi seperti merokok, diet rendah serat, konsumsi
garam berlebih, kurang aktivitas fisik, berat badan berlebih (obesistas),
konsumsi alcohol, silipidemia dan stress.
Kegemukan (obesitas) Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)
berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Dimana risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang
badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memilki berat badan lebih (overweight).
Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk melalui aliran darah yang dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok akan meningkatkan
denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung
bertambah. Merokok pada penderita hipertensi akan semakin
meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri.
Kurang aktivitas fisik Olahraga yang teratur dapat membantu
menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi
ringan. Dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur tekanan darah
dapat turun, meskipun berat badan belum turun
Konsumsi garam berlebihan Garam menyebabkan penumpukan cairan
dalam tubuh karena menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Badan
kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) menyarankan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi, kadar sodium yang disarankan tidak lebih dari 100 mmol
sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam perharinya. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat (Nuraini, 2015). Asupan natrium dan
garam tergolong faktor resiko hipertensi yang kontrovensional. Natrium
merupakan salah satu bentuk mineral, atau elektrolit yang berpengaruh
terhadap tekanan darah (Suarni, 2017).
Dislipidemia Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.
Konsumsi alkohol berlebih Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan
darah telah dibuktikan. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan
volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah sangat
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Psikososial dan stress Stress atau ketegangan jiwa seperti, rasa tertekan,
murung, marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat merangsang
kelenjar anak ginjal untuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta kuat, sehingga tekanan darah
meningkat (Kemenkes RI, 2013)
6. Komplikasi
Tekanan darah yang tinggi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
komplikasi pada hipertensi, seperti pada jantung dan pembuluh darah yang
meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung, gangguan irama, diseksi
aorta, maupun penyakit pembuluh darah tepi.
a. Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit ketika ada penyumbatan
parsial aliran darah ke jantung yang ditandai dengan nyeri dada, rasa
tertekan, berat dan terbakar di dada, rasa mual atau nyeri ulu hati, keringat
dingin, serta nyeri/ rasa tidak nyaman di dada seperti ditindih lebih dari 20
menit.
b. Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan
yang tepat dan ditandai dengan penderita mudah lelah, sesak nafas saat
beraktifitas maupun saat istirahat serta kaki bengkak.
c. Gangguan irama atau fibrilasi atrium yaitu masalah pada irama jantung
ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak
teratur yang ditandai dengan berdebar, sesak nafas, kelelahan, pusing dan
pingsan.
d. Diseksi aorta adalah keadaan yang berbahaya di mana dinding aorta, yaitu
dinding pembuluh darah utama jantung, robek dan akhirnya
mengakibatkan pemisahan dan ditandai dengan nyeri dada depan seperti
ditusuk, nyeri dada tembus punggung, nyeri perut, nyeri tungkai serta
kelumpuhan anggota gerak.
e. Berbeda dengan penyakit jantung lainnya, penyakit pembuluh darah tepi
adalah kondisi dimana aliran darah ke tungkai tersumbat akibat
penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri).
Dampaknya, tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit,
terutama saat berjalan. Penyakit ini ditandai dengan nyeri pergelangan
kaki jika berjalan, kelemahan tungkai, tungkai dingin, perubahan warna
kaki/kulit pucat dan adanya koreng di kaki (RSUP Dr. Sardjito, 2019).
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan farmakologi Secara garis besar, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau bagi klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat- obatan yang diberikan pada klien penderita hipertensi seperti,
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, serta
golongan penghambat konversi rennin angiotensin (Argitya Righo, 2014).
Keterangan:
A = Kesadaran Masyarakat akan Masalah
B = Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
C = Kemampuan perawatan dalam mempengaruhi penyelasaian masalah
D = Tersediannya SDM atau ahli dalam mengatasi masalah
E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak diatasi
F = Cepatnya penyelasaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
Skoring/Pembobotan :
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Tinggi
4 = Sangat tingg
Diagnosa priorotas
1. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b.d hambatan kognitif d.d kurang menunjukan
minat untuk meningkatkan perilaku sehat.
2. Manajemen Kesehatan tidak b.d ketidakefektifan pola perawatan Kesehatan keluarga
d.d Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
PREVENSI TERSIER
Penentuan Tujuan Bersama
(I.12464)
Observasi
Identifikasi tujuan-tujuan
yang akan dicapai
Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif
Terapeutik
Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
Fasilitasi memecah tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mudah
dilakukan
Berikan batasan pada peran
perawat dan pasien secara
jelas
Diskusikan sumber daya
yang ada untuk memenuhi
tujuan
Diskusikan pengembangan
rencana untuk memenuhi
tujuan
Prioritaskan aktivitas yang
dapat membantu
pencapaian tujuan
fasilitasi dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
Tetapkan batas waktu yang
realistis
Diskusikan indikator
pengukuran untuk setiap
tujuan (mis: perilaku)
Tetapkan evaluasi secara
periodik untuk menilai
kemajuan sesuai tujuan
HItung skor pencapaian
tujuan
Modifikasi rencana jika
tujuan tidak tercapai
Edukasi
Anjurkan mengenal
masalah yang dialami
Anjurkan mengembangkan
harapan realistis
Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistem
kepercayaan saat
menetapkan tujuan
Anjurkan mengidentifikasi
tujuan realistis dan dapat
dicapai
2. DO: Manajemen Manajemen kesehatan PREVENSI PRIMER
4. Hasil pengkajian Kesehatan tidak meningkat (L.12104) Dukungan Pengambilan
didapatkan bahwa terdapat efektif b.d Kriteria hasil untuk Keputusan (I.09265)
20 lansia di desa tersebut ketidakefektifan pola membuktikan bahwa Observasi
5. Hasil pengkajian status perawatan Kesehatan manajemen kesehatan Identifikasi persepsi
penyakit 70 % lansia keluarga d.d Gagal meningkat adalah: mengenai masalah dan
menderita penyakit darah menerapkan program 5. Melakukan tindakan informasi yang memicu
tinggi (hipertensi sistolik perawatan/pengobatan untuk mengurangi konflik
terisolasi) dan lansia dalam kehidupan faktor risiko Terapeutik
merasakan adanya gejala sehari-hari meningkat Fasilitasi mengklarifikasi
penyakit hipertensi 6. Menerapkan program nilai dan harapan yang
6. Berdasarkan pengkajian perawatan meningkat membantu membuat
barthel indeks rata-rata 7. Aktivitas hidup sehari- pilihan
lansia pada tingkat hari efektif memenuhi Diskusikan kelebihan dan
ketergantungan tujuan kesehatan kekurangan dari setiap
sedang/moderat, meningkat solusi
Pengkajian MMSE rata- 8. Verbalisasi kesulitan Fasilitasi melihat situasi
rata lansia dengan dalam menjalani secara realistic
gangguan kognitif ringan, program Motivasi mengungkapkan
Pengkajian resiko jatuh perawatan/pengobatan tujuan perawatan yang
menurun diharapkan
rata-rata lansia dengan Fasilitasi pengambilan
resiko jatuh rendah keputusan secara
DS: kolaboratif
4. Lansia mengatakan tidak Hormati hak pasien untuk
ada keluarga yang menerima atau menolak
mendukung (dukungan informasi
sosial) dalam upaya Fasilitasi menjelaskan
memelihara keputusan kepada orang
kesehatannya lain, jika perlu
Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan
tenaga Kesehatan lainnya
Edukasi
Jelaskan alternatif solusi
secara jelas
Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga
Kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan
PREVENSI SEKUNDER
Dukungan tanggung jawab pada
diri sendiri (I.09277)
Observasi
Identifikasi persepsi
tentang masalah Kesehatan
Monitor pelaksanaan
tanggung jawab
Terapeutik
Berikan kesempatan
merasakan memiliki
tanggung jawab
Tingkatkan rasa tanggung
jawab atas perilaku sendiri
Hindari berdebat atau tawar
menawar tentang perannya
di ruang perawatan
Berikan penguatan dan
umpan balik positif jika
melaksanakan tanggung
jawab atau mengubah
perilaku
Edukasi
Diskusikan tanggung jawab
terhadap profesi pemberi
asuhan
Diskusikan konsekuensi
tidak melaksanakan
tanggung jawab
PREVENSI TERSIER
Pelibatan Keluarga (I.14525)
Observasi
Identifikasi kesiapan
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan
Terapeutik
Ciptakan hubungan
terapeutik pasien dengan
keluarga dalam perawatan
Diskusikan cara perawatan
di rumah (mis: kelompok,
perawatan di rumah, atau
rumah singgah)
Motivasi keluarga
mengembangkan aspek
positif rencana perawatan
Fasilitasi keluarga
membuat keputusan
perawatan
Edukasi
Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
Informasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
Informasikan harapan
pasien kepada keluarga
Anjurkan keluarga bersikap
asertif dalam perawatan
Anjurkan keluarga terlibat
dalam perawatan