Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN TUTORIAL KASUS II

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

DISUSUN OLEH KELOMPOK III

1. Nabila Malahati 21120029


2. Nadila Dea Amanda 21120030
3. Padilla Putri Syalsabilla 21120031
4. Patri Tindavan Darnis 21120032
5. Pradita Agustiani Putri 21120033
6. Putri Anggraeni 21120034
7. Quraisin 21120035
8. Ranti Ayu Kartika 21120036
9. Ranti Sapitri 21120037
10. Rara Arta Anjelina Putri 21120038
11. Reka Tamara Dwi Putri 21120039
12. Risma Wati 21120040
13. Salsa Billa Firdausah 21120041

Dosen Pembimbing: Sutrisno, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.K

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2023


Ketua : Risma wati

Sekretaris : Ranti Ayu Kartika

KASUS TUTORIAL II

Tim perawat komunitas melakukan pengkajian pada masyarakat agregat lansia di suatu
desa.Pengkajian dengan pendekatan community as partner dan pengkajian khusus pada lansia
meliputi pengkajian biopsikososial, spiritual dan pengkajian status fungsional, status mental
dan kognitif. Hasil pengkajian didapatkan bahwa terdapat 20 lansia di desa tersebut. Hasil
pengkajian status penyakit 70 % lansia menderita penyakit darah tinggi (hipertensi sistolik
terisolasi) dan lansia merasakan adanya gejala penyakit hipertensi. Walapun lansia merasakan
gejala penyakit tetapi 60 % lansia tidak aktif mengikuti upaya pencegahan hipertensi seperti
menerapkan pola hidup sehat. Lansia tidak menunjukan minat untuk perubahan perilaku, lansia
tetap saja mengkonsumsi makanan tinggi garam, tidak mau berolahraga serta tidak menjaga
pemenuhan kebutuahan istirahat dan tidur. Lansia juga tidak aktif mengikuti program posyandu
yang sudah dijadwalkan oleh Puskesmas. Lansia mengatakan tidak ada keluarga yang
mendukung (dukungan sosial) dalam upaya memelihara kesehatannya. Keluarga dan lansia
Cuma pasarah dan tidak aktif mencari bantuan kesehatan. Begitu juga dengan kondisi
lingkungan keluarga tidak mengupayakan atau memodifikasi lingkungan yang sehat bagi
penderita hipertensi. Berdasarkan pengkajian barthel indeks rata-rata lansia pada tingkat
ketergantungan sedang/moderat, Pengkajian MMSE rata-rata lansia dengan gangguan kognitif
ringan, Pengkajian resiko jatuh rata-rata lansia dengan resiko jatuh rendah.
TAHAPAN TUTORIAL

A. STEP I
Klasifikasi Istilah Yang Belum Diketahui Dalam Kasus Dan Mencari Istilah Yang Belum
Diketahui Dan Menjawab Pertanyaan
1. Community As A Partner ( Ranti Ayu Kartika )
Community As A Partner Adalah Suagtu Model Adalah Suatu Model Keperawatan
Yang Dipakai Untuk Menurunkan Stresoor Atau Penyebab Yang Mencangkup
Keseimbangan System Pada Komunitas ( Nabila Malahati )
2. Pengkajian Mmse( Nadila Dea Amanda)
Pengkajian Mmse Adalah Pengkajian Yanh Dilakukan Untuk Mengukur Daya Ingat
Seseorang Yang Berkaitan Dengan Gangguan Kognitif ( Padilla Putri S)
3. Pengkajian Fungsional ( Patri Tindavan Darnis )
Pengkajian Fungsional Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Untuk Mengukur
Kemampuan Sesorang Untuk Melakukan Aktivitas Sehari-Hari ( Pradita Agustriani
Putri)
4. Pengkajian Biopsikososial ( Putri Anggraeni)
Pengkajian Biosikososial Adalah Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Dengan Interaksi
Sosisla Yang Meliputi Dari Factor Biologis, Factor Psikologis, Dan Factor Social (
Quraisin)
5. Hipertensi Sistolik Terisolasi( Ranti Ayu Kartika)
Hipertensi Sistolik Adalah Hiipertensi Yang Terjadi Pada Lansia Yang Pada Umumnya
Tekanan Darah Mencapai 140 ( Ranti Sapitri)
6. Gangguan Kognitif Ringan ( Rara Arta Anjelina P)
Gangguan Kognitif Ringan Atau Mild Cognitive Impairment (Mci) Adalah Tahap
Antara Penurunan Kognitif Ringan Yang Sesuai Penuaan Normal Dan Penurunan
Demensia (Kepikunan) Yang Lebih Serius ( Reka Tamara)
7. Barthel Indeks ( Risma Wati )
Indeks Barthel Pengkajian Yang Dilakukan Untuk Mengukur Kemampuan Fungsional
Dalam Keperawatan Diri Sehari-Hari.(Salsabilla Firdausah)
8. Pengkajian Status Mental Kognitif ( Padilla Putri S)
Pengkajian Status Mental Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Ntuk Mengamati Fungsi
Psikologis Pasien Yang Meliputi Sikap, Perilaku , Suasana Hati, Proses Berfikir Dan
Lain-Lain. Sedangkam Pengkajian Kognitif Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Untuk
Mengidentifikasi Fungsi Kognitif Atau Daya Ingat.( Salsabilla Firdausah)
9. Agregat Lansia ( Nabila Malahati)
Agregat lansia adalah proses keperawatan yang berfokus pada lansia dimana dintandai
dengan menurunnya daya tahan fisik ( Reka Tamara D)
10. Pengkajian resiko jatuh ( Patri Tindavan D)
Pengkajian resiko jatuh yang dilakukan dengan menggunakan skala STRATIFY
meliputi karakteristik pasien (umur, jenis kelamin), riwayat jatuh, agitasi, gangguan
penglihatan, frekuensi ke toilet, kemampuan berpindah dan bergerak (pradita
agustriani)

B. STEP II
Mendifiniskan masalah berdasarkan kasus dengan membuat daftar pertanyaan
1. Bagaimana Peran Dan Fungsi Komunitas Dalam Memberikan Edukasi Pada
Komunitas? ( Pradita A)
2. Bagaimana Cara Pengkajian Biopsikososial Yang Dilakukan Perawat Pada Lansia
Dikasus Tersebut ?( Nabila Malahati )
3. Apa Saja Yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Lansia Ke Posyandu ( Quraisin)
4. Apa Mamfaat Dilakukan Pengkajian Bio Psikososial Spiritual Dan Status Fungsional (
Patri Tindavan )
5. Bagaimana Cara Pengkajian Pasien Dengan Resiko Jatuh?( Ranti Ayu)
6. Bagaimana Cara Menurunkan Persentase Penyakit Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada
Kasus Diatas ? ( Padila Putri )
7. Apakah Analisa Data Yang Dapat Ditemukan Pada Kasus? ( Ranti Ayu Kartika)
8. Bagaimana Cara Mementukan Prioritas Masalah Dari Kasus Tersebut? ( Risma Wati )
9. Apa Saja Intervensi Yang Dapat Ditemukan Dari Kasus Diatas ?( Reka Tamara )

C. STEP III
1. Peran dan fungsi utama perawat adalah untuk memberikan pelayanan berupa asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien (individu, keluarga, komunitas) sesuai
dengan kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien di semua tatanan
layanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Berman, 2016).
Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu (innovator),
pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai
fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat
juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan
fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran
perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
indonesia.(Rara Arta Anjelina )
2. Pengkajian Biosikososial Adalah Adalah Pengkajian Yang Dilakukan Dengan Interaksi
Sosisla Yang Meliputi Dari Factor Biologis, Factor Psikologis, Dan Factor Social
BIO:
A. Gambaran fisik klien: jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, kecacatan
(jika ada), dan tanda kekeraasan atau penelantaran jika ada
B. Penampilan Klien, cara berbicara, kehangatan, respon awal terhadap wawancara,
body expression dll.
C. Status Kesehatan: Apakah ada diagnosis? Layanan kesehatan apa yang diterima
oleh klien? Apakah klien telah berkonsultasi dengan sumber lain tentang jenis
penyembuhan untuk masalah kesehatannya? Apakah sedang menggunakan obat?
Catatan kesehatan dan pengobatannya. Apakah kecanduan terhadap narkotika atau
alkohol?. Apakah status kesehatannya merupakan masalah dalam rencana
pelayanan?
PSIKO:
A. Gambaran tentang kondisi emosi klien: cara bicara, respon terhadap suatu masalah,
pola pikir klien, dan pikiran-pikiran dia kepada situasi yang dihadapinya.
B. Kesehatan Jiwa: Adakah bukti tentang masalah kesehatan jiwa seperti depresi,
gelisah yang ekstrim, gangguan kognitif? Psikosis? Bagaimana masalah kesehatan
jiwa ini berpengaruh dalam keberfungsian sosialnya?
C. Catatan Menjadi Korban: Pengalaman dengan trauma, kekerasan dan
penganiayaan? Asesmen resiko. Seberapa amankah lingkungannya sekarang ini?
Faktor resiko keselamatan apa yang ada dalam kehidupan klien saat ini?
SOSIAL:
A. Situasi saat ini dan sejarah perpindahan: Latarbelakang pedesaan atau perkotaan?
Daerah asal? Jika pernah pindah apakah alasannya? Sudah berapa lama mendiami
tempat tinggal saat ini? Bagaimana keeterikatan klien dengan tempat asalnya?
Seberapa sering mengunjungi atau berhubungan dengan orang disana? Tempat
apa yang sangat penting bagi klien? (dapat menggunakan peta). Kejadian kritis
apa yang menyebabkan dia akhirnya ditempatkan di panti asuhan? Siapa yang
ambil keputusan anak akan masuk ke panti? (kalau diketahui) Bagaimana
Jaringan dukungan saat itu membantu Klien? Apa yang paling disukai oleh si anak
tentang kehidupan sebelum masuk ke panti? Apa yang paling tidak disukai?
Mengapa? Pertanyaan sama tentang kehidupan di panti jika anak tinggal di panti.
B. Pekerjaan dan Status Keuangan (Orang tua/pengasuh utama/wali): Apa
pendapatannya, dari pemerintah atau dari sumber lain yang diterima oleh klien?
Siapa yang bekerja dalam keluarga? Apa pekerjaannya? Apakah klien
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan dasar?
Bagaimana caranya mendukung atau mengatasi masalah sehubungan dengan
permasalahan yang dirancang dalam rencana pelayanan? Apa kesulitan untuk
mendapatkan lebih banyak sumber penghasilan?
C. Hubungan dan Peran dalam Keluarga: Riwayat keluarga dan isu signifikan yang
dihadapi oleh keluarga di masa lalu dan saat ini. Termasuk status perkawinan yang
formal dan informal, peran anggota keluarga dan konflik antar peran, struktur
keluarga, kompleksitas latar belakang budaya dalam keluarga, riwayat perpisahan
dalam keluarga, orang-orang yang termasuk dalam keluarga, hubungan
keterikatan/kelekatan klien dengan keluarga atau dengan orang penting lainnya di
luar keluarga? Siapa dan seberapa sering anak berkomunikasi? Peran anggota
keluarga/orang penting lain dalam proses pengasuhan anak dan perawatan, siapa
yang lakukan apa dalam lingkungan keluarga.
D. Keberfungsian sekolah dan keberfungsian dari institusi lainnya: bagaimana
penampilan tugas-tugas sehari-hari, bagaimana kemampuan menghadapi
stress/tekanan, pada setting-setting mana saja pelaksanaan tugas-tugas itu
berlangsung? Bagaimana keluarga menjamin akses pendidikan anak-anak
mereka? Apa saja yang dapat menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, atau
proses belajar terganggu?
E. Keberfungsian Rekan/Teman Relasi anak dengan teman-temannya di kampung/
komunitas asal? Di sekolah? Di Panti? Di komunitas sekitar panti/sekolah?
SPIRITUAL:
A. Data Spiritual dan Budaya: Apa identitas budaya klien? Apa agama yang saat ini
dianutnya? Bagaimana agama menjadi pendukung atau hambatan bagi klien? Apa
sumber inspirasinya? Apa ada sesuatu yang memberi makna kehidupan bagi klien?
Bagaimana pandangan spiritual klien terhadap situasi dan permasalahan yang
dihadapinya serta terhadap masa depannya?( Ranti Ayu Kartika)
3. Factor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu adalah kaena
kondisi fisik dari lansia sendiri sebagai contoh pada lansia adalah tidak bisa berjalan
atau pada lansia yang sering sakit lutut jika berjalan jauh atau bisa karena lokasi atau
jarak posyandu dari rumah yang jauh untuk dijangkau, anggota keluarga yang malas
untuk mengantarkan orang tuanya yang sudah lansia untuk berobat atau mengecek
Kesehatan, juga bisa karena factor biaya yang kurang untuk biaya kehidupan sehari-
hari saja.(Ranti sapitri )
4. Manfaat dilakukannya pengkajian biopsikososial,spiritual,dan status fungsional?
Pengkajian yang dilakukan kepada pasien memiliki manfaat tersendiri seperti :
1. Biopsikososial untuk mengetahui gambaran tentang kondisi emosi klien, Kesehatan
jiwa, catatan menjadi korban.
2. Social untuk mengetahui gambaran tentang kondiisi emosi klien, Kesehatan jiwa,
catatan menjadi korban.
3. Social untuk mengetahui situasi saat ini dan sejarah perpindahan, pekerjaan dan
status keuangan, hubungan dan peran anggota keluarga.
4. Spiritual untuk mengetahui agama yang dianut, bagaimana klien menghadapi
situasi dan masalah yang sedang dihadapi, keyakinan dan makna, ritual dan ibadah.
5. Status fungsional untuk mengetahui bagaimana berpakaian, mandi, ke kamar kecil,
perpindahan, kontinen, makan.(Salsabilla firdausah)
5. Pengkajian resiko jatuh yang dilakukan dengan menggunakan skala STRATIFY
meliputi karakteristik pasien (umur, jenis kelamin), riwayat jatuh, agitasi, gangguan
penglihatan, frekuensi ke toilet, kemampuan berpindah dan bergerak.
Skala Morse adalah instrumen penilai resiko jatuh yang dirancang untuk mengantisipasi
pasien jatuh oleh karena faktor fisiologis. Skala ini terdiri dari 6 item penilaian, yang
terdiri dari riwayat jatuh, diagnosa sekunder, ada tidaknya alat bantu ambulasi,terapi
intravena, gaya berjalan dan status mental.Jurnal Imiah PENGKAJIAN RESIKO
JATUH SKALA MORSE DAN STRATIFY Oleh:Sigit Harun1,Untung
Sujianto2, Andrew Johan3 ( Putri Anggraeni )
Tambahan
a. Skala Morse adalah instrumen penilai resiko jatuh yang dirancang untuk
mengantisipasi pasien jatuh oleh karena faktor fisiologis. Skala ini terdiri dari 6
item penilaian, yang terdiri dari riwayat jatuh, diagnosa sekunderada tidaknya alat
bantu ambulasi terapi intravenagaya berjalan dan status mental.
Penilaian yang diberikan
1. 0-24 tidak beresiko
2. 25-50 resiko rendah dan
3. > 51 resiko tinggi (Morse and Morse, 1985).

b. STRATIFY adalah instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko


jatuh pada pasien lanjut usia yang terdiri dari 5 item faktor resiko jatuh yaitu
1. riwayat jatuh
2. agitasi
3. gangguan penglihatan
4. frekuensi buang air atau toileting.
5. kemampuan berpindah dan bergerak.
Total nilai dari item-item tersebut 1 sampai dengan 5.
b. skor 0 resiko rendah
c. skor 1 resiko sedang dan
d. skor 2 atau lebih resiko tinggi (Oliver et al., 2008).(Jurnal pengkajian
resiko jatuh skala Morse dan stratify April 2022)( Reka Tamara )

6. Cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu


dengan melakukan promosi kesehatan tentang tanaman obat untuk penyakit hipertensi
sebagai terapi komplementer. Program promosi kesehatan ini merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat agar dapatmenolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Tujuan dari promosi
kesehatan adalah agar masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (Kemenkes RI, 2011).Promosi kesehatan
ini dilakukan dengan pemberian ceramah. Metode ceramah adalah suatu cara
dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara
lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi mengenai
kesehatan (Notoatmodjo,2010) ( Risma wati )
7. Analisa data ( Ranti Ayu Kartika )
Data Fokus Diagnosa Keperawatan
DO : Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif
1. Walapun lansia merasakan gejala b.d hambatan kognitif d.d kurang
penyakit tetapi 60 % lansia tidak menunjukan minat untuk meningkatkan
aktif mengikuti upaya pencegahan perilaku sehat.
hipertensi seperti menerapkan
pola hidup sehat.
2. Lansia tidak menunjukan minat
untuk perubahan perilaku, lansia
tetap saja mengkonsumsi
makanan tinggi garam, tidak mau
berolahraga serta tidak menjaga
pemenuhan kebutuahan istirahat
dan tidur.
3. Lansia juga tidak aktif mengikuti
program posyandu yang sudah
dijadwalkan oleh Puskesmas

DS:
1. Keluarga dan lansia Cuma
pasrah dan tidak aktif
mencari bantuan
kesehatan. Begitu juga
dengan kondisi
lingkungan keluarga tidak
mengupayakan atau
memodifikasi lingkungan
yang sehat bagi penderita
hipertensi
DO: Manajemen Kesehatan tidak b.d
1. Hasil pengkajian didapatkan bahwa ketidakefektifan pola perawatan
terdapat 20 lansia di desa tersebut Kesehatan keluarga d.d Gagal
2. Hasil pengkajian status penyakit 70 menerapkan program
% lansia menderita penyakit darah perawatan/pengobatan dalam kehidupan
tinggi (hipertensi sistolik terisolasi) sehari-hari
dan lansia merasakan adanya gejala
penyakit hipertensi
3. Berdasarkan pengkajian barthel
indeks rata-rata lansia pada tingkat
ketergantungan sedang/moderat,
Pengkajian MMSE rata-rata lansia
dengan gangguan kognitif ringan,
Pengkajian resiko jatuh rata-rata
lansia dengan resiko jatuh rendah
DS:
1. Lansia mengatakan tidak ada
keluarga yang mendukung
(dukungan sosial) dalam upaya
memelihara kesehatannya
8. SKORING PRIORITAS MASALAH
No Dx.Keperawatan A B C D E F Total Prioritas

1. Pemeliharaan 3 2 3 2 2 2 144 Satu


Kesehatan tidak efektif
2. Manajemen Kesehatan 2 3 2 2 2 1 48 Dua
tidak

Keterangan:
A = Kesadaran Masyarakat akan Masalah
B = Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
C = Kemampuan perawatan dalam mempengaruhi penyelasaian masalah
D = Tersediannya SDM atau ahli dalam mengatasi masalah
E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak diatasi
F = Cepatnya penyelasaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai

Skoring/Pembobotan :
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Tinggi
4 = Sangat tingg

Diagnosa priorotas
1. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b.d hambatan kognitif d.d kurang menunjukan
minat untuk meningkatkan perilaku sehat.
2. Manajemen Kesehatan tidak b.d ketidakefektifan pola perawatan Kesehatan keluarga
d.d Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
9. Intervensi Keperawatan

NO DATA DIAGNOSA SLKI SIKI

1. DO : Pemeliharaan PREVENSI PRIMER PREVENSI PRIMER


1. Walapun lansia Kesehatan tidak Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (I.12383)
merasakan gejala efektif b.d hambatan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
penyakit tetapi 60 % kognitif d.d kurang jam, maka pemeliharaan  Identifikasi kesiapan dan
lansia tidak aktif menunjukan minat kesehatan meningkat, dengan kemampuan menerima
mengikuti upaya untuk meningkatkan kriteria hasil: informasi
pencegahan hipertensi perilaku sehat. 1. Menunjukkan  Identifikasi faktor-faktor
seperti menerapkan pola perilaku adaptif yang dapat meningkatkan
hidup sehat. meningkat dan menurunkan motivasi
2. Lansia tidak menunjukan 2. Menunjukkan perilaku hidup bersih dan
minat untuk perubahan pemahaman perilaku sehat
perilaku, lansia tetap saja sehat meningkat Terapeutik
mengkonsumsi makanan 3. Kemampuan  Sediakan materi dan
tinggi garam, tidak mau menjalankan perilaku media Pendidikan
berolahraga serta tidak sehat meeningkat Kesehatan
menjaga pemenuhan 4. Perilaku mencari
bantuan
kebutuahan istirahat dan 5. Menunjukan minat  Jadwalkan Pendidikan
tidur. meningkatan perilaku Kesehatan sesuai
3. Lansia juga tidak aktif sehat kesepakatan
mengikuti program 6. Memiliki sistem  Berikan kesempatan untuk
posyandu yang sudah pendukung bertanya
dijadwalkan oleh (L.12106) Edukasi
Puskesmas  Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
DS:
 Ajarkan perilaku hidup
1. Keluarga dan lansia
bersih dan sehat
Cuma pasrah dan tidak
 Ajarkan strategi yang
aktif mencari bantuan
dapat digunakan untuk
kesehatan. Begitu juga
meningkatkan perilaku
dengan kondisi
hidupbersih dan sehat
lingkungan keluarga
tidak mengupayakan atau
PREVENSI SEKUNDER
memodifikasi lingkungan
Kontrak Perilaku Positif
yang sehat bagi penderita
(I.09282)
hipertensi
Observasi
 Identifikasi
kemampuan mental
dan kognitif untuk
membuat kontrak
 Identifikasi cara dan
sumber daya terbaik
untuk mencapaitujuan
 Identifikasi hambatan
dalam menerapkan
perilaku positif
 Monitor pelaksanaan
perilaku ketidaksesuaian
dan kurang komitmen
untuk memenuhi
kontrak
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan
yang terbuka untuk
membuat kontrak
perilaku
 Fasilitasi pembuatan
kontraktertulis
 Diskusikan perilaku
Kesehatan yang ingin
diubah
 Diskusikan tujuan
positif jangka pendek
dan jangka Panjang
yang realistis dan
 dapat dicapai Diskusikan
pengembangan rencana
perilaku positif
 Diskusikan cara
mengamati perilaku (mis:
tabel kemajuan perilaku)
 Diskusikan penghargaan
yang diinginkan Ketika
tujuan tercapai, jika perlu
 Diskusikan konsekuensi
atau sanksi tidak
memenuhi kontrak
 Tetapkan batas waktu
yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Tindakan
yang realistis
 Fasilitasi meninjau ulang
kontrak dan tujuan, jika
perlu
 Pastikan kontrak
ditandatangani oleh semua
pihak yang terlibat, jika
perlu
 Libatkan keluarga dalam
proses kontrak, jika perlu
 Edukasi
 Anjurkan menuliskan
tujuan sendiri, jika perlu

PREVENSI TERSIER
Penentuan Tujuan Bersama
(I.12464)
Observasi
 Identifikasi tujuan-tujuan
yang akan dicapai
 Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif
Terapeutik
 Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
 Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
 Fasilitasi memecah tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mudah
dilakukan
 Berikan batasan pada peran
perawat dan pasien secara
jelas
 Diskusikan sumber daya
yang ada untuk memenuhi
tujuan
 Diskusikan pengembangan
rencana untuk memenuhi
tujuan
 Prioritaskan aktivitas yang
dapat membantu
pencapaian tujuan
 fasilitasi dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
 Tetapkan batas waktu yang
realistis
 Diskusikan indikator
pengukuran untuk setiap
tujuan (mis: perilaku)
 Tetapkan evaluasi secara
periodik untuk menilai
kemajuan sesuai tujuan
 HItung skor pencapaian
tujuan
 Modifikasi rencana jika
tujuan tidak tercapai
Edukasi
 Anjurkan mengenal
masalah yang dialami
 Anjurkan mengembangkan
harapan realistis
 Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
 Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistem
kepercayaan saat
menetapkan tujuan
 Anjurkan mengidentifikasi
tujuan realistis dan dapat
dicapai
2. DO: Manajemen Manajemen kesehatan PREVENSI PRIMER
1. Hasil pengkajian Kesehatan tidak meningkat (L.12104) Dukungan Pengambilan
didapatkan bahwa terdapat efektif b.d Kriteria hasil untuk Keputusan (I.09265)
20 lansia di desa tersebut ketidakefektifan pola membuktikan bahwa Observasi
2. Hasil pengkajian status perawatan Kesehatan manajemen kesehatan  Identifikasi persepsi
penyakit 70 % lansia keluarga d.d Gagal meningkat adalah: mengenai masalah dan
menderita penyakit darah menerapkan program 1. Melakukan tindakan informasi yang memicu
tinggi (hipertensi sistolik perawatan/pengobatan untuk mengurangi konflik
terisolasi) dan lansia dalam kehidupan faktor risiko Terapeutik
merasakan adanya gejala sehari-hari meningkat  Fasilitasi mengklarifikasi
penyakit hipertensi 2. Menerapkan program nilai dan harapan yang
3. Berdasarkan pengkajian perawatan meningkat membantu membuat
barthel indeks rata-rata 3. Aktivitas hidup sehari- pilihan
lansia pada tingkat hari efektif memenuhi  Diskusikan kelebihan dan
ketergantungan tujuan kesehatan kekurangan dari setiap
sedang/moderat, meningkat solusi
Pengkajian MMSE rata- 4. Verbalisasi kesulitan  Fasilitasi melihat situasi
rata lansia dengan dalam menjalani secara realistic
gangguan kognitif ringan, program  Motivasi mengungkapkan
Pengkajian resiko jatuh perawatan/pengobatan tujuan perawatan yang
menurun diharapkan
rata-rata lansia dengan  Fasilitasi pengambilan
resiko jatuh rendah keputusan secara
DS: kolaboratif
3. Lansia mengatakan tidak  Hormati hak pasien untuk
ada keluarga yang menerima atau menolak
mendukung (dukungan informasi
sosial) dalam upaya  Fasilitasi menjelaskan
memelihara keputusan kepada orang
kesehatannya lain, jika perlu
 Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan
tenaga Kesehatan lainnya
Edukasi
 Jelaskan alternatif solusi
secara jelas
 Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tenaga
Kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan

PREVENSI SEKUNDER
Dukungan tanggung jawab pada
diri sendiri (I.09277)
Observasi
 Identifikasi persepsi
tentang masalah Kesehatan
 Monitor pelaksanaan
tanggung jawab
Terapeutik
 Berikan kesempatan
merasakan memiliki
tanggung jawab
 Tingkatkan rasa tanggung
jawab atas perilaku sendiri
 Hindari berdebat atau tawar
menawar tentang perannya
di ruang perawatan
 Berikan penguatan dan
umpan balik positif jika
melaksanakan tanggung
jawab atau mengubah
perilaku
Edukasi
 Diskusikan tanggung jawab
terhadap profesi pemberi
asuhan
 Diskusikan konsekuensi
tidak melaksanakan
tanggung jawab

PREVENSI TERSIER
Pelibatan Keluarga (I.14525)
Observasi
 Identifikasi kesiapan
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan
Terapeutik
 Ciptakan hubungan
terapeutik pasien dengan
keluarga dalam perawatan
 Diskusikan cara perawatan
di rumah (mis: kelompok,
perawatan di rumah, atau
rumah singgah)
 Motivasi keluarga
mengembangkan aspek
positif rencana perawatan
 Fasilitasi keluarga
membuat keputusan
perawatan
Edukasi
 Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
 Informasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
 Informasikan harapan
pasien kepada keluarga
 Anjurkan keluarga bersikap
asertif dalam perawatan
 Anjurkan keluarga terlibat
dalam perawatan
D. STEP IV (Pathway)

Pengkajian

Analisis masalah
Konsumsi makanan Kurang dukungan
tinggi garam keluarga

1. Pemeliharaan Kesehatan
tidak efektif
2. Manajemen Kesehatan
dak efek f

Intervensi
1. Prenvensi primer
2. Prenvensi sekunder
3. Prevensi tersier

evaluasi

E. STEP V (Lerning Obejctive)


a. Mahasiswa mampu mengetahui Proses keperawatan komunitas
(pengkajian 8 sub system) sesuai dalam data kasustutorial

b. Mahasiswa mampu mengetahui Konsep Hiprtensi sistolik


c. Mahasiswa mampu mengetahui Skoring diagnose mana yang paling tinggi

d. Mahasiswa mampu mengetahui Rencana keperawatan komunitas (POA)

F. STEP VI (Self Study. Mahasiswa belajar mandiri)


G. STEP VII (Menjawab Learning Objective)
1. Proses pengkajian keperawatan komunitas (pengkajian 8 sub system)
Pengkajian Model community as a partner terdapat duo komponen utama
yaitu rodapengkajian komunitas dan proses keperawatan.
a. Data inti
a) Demografi
Variebel yang dapat dikaji adalah jumlah balita laki-laki maupun
perempua. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan
berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan
pasien yang berobat.

b) Statistic vital
Data statistic viral yang dapat dikaji adalah jumlah angka
kesakitan dan angka kematian balita. Angka kesakitan dan
kematian tersebut diperolah dari penelusuruan data sekunder
baik dari puskesmas atau kelurahan.

c) Karakteristik penduduk
Variebel karakteristik penduduk meliputi :
• Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait
anaknya. Perawat mengobservasi Ketika ada program
posyandu.
• Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang
tua yaitu berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak
bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan
pertumbuhan anak pun akan terhambat atau kesuliran untuk
berkembang.
• Social : sikap masyarakat terhadap adamya kasus penyakit
massih acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa
bantuan untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan, namun
orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk
ditimbang.
• Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin
mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang,
diare dan penyakit lainnya, terlebih dahulu banyak orang
tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi
b. 8. Sub symtem
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah
buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
rentan terkena penyakit, selain factor untuk menjamin
mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat,
selain itu kerentanan terhadap vector penyakit menjadi
salah satu tingginyaa risiko peningkatan kejadian sakit
diwilayah tersebut.

b) System Kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh
yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu
dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang
dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersediaan
posbindu belum ada.

c) Ekonomi
Pekerjaan yang dominan di wilayah tersebut yaitu
buruh, dan lainnya yangberpenghasilan bervariasi untuk
setiap keluarga.

d) Keamanan dan transportasi


Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh
pemberi bantuan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk
mempermudah akses mendapatkan layanan Kesehatan.

e) Kebijakan dan pemerintahan


Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan
promosi Kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan
terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan
Kesehatan, serta adanya partisipasi masyarkaat dalam.

f) Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikassi
digunakan penduduk,khususnya komunikasi formal dan
informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis Bahasa
yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi
Kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita
yang sakit.

g) Pendidikan
Pendidikan sebagai sub system meliputi tingkat
pengetahuan penduduk tentang pengertian tentang
penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknyaw,
cara mengatasi, bagaimana cara perawatan, serta cara
mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan
rendah yaitu SD bahkantidak sekolah

h) Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi
yang ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari
sarana rekreasi sertaa jaminan keamanan dari sarana
rekreasi yang ada.

c. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu
penyakit balita masih acuh, mungkin dipengaruhi
rendahnya tingkat Pendidikan masyarakatt atupun
kekurangnya pengetahuan kesehatan suatu penyakit.

2. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah


mengalami peningkatan yang lebih dari normal atau sering
disebut dengan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi yaitu
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg (Laura Ana Manik & Wulandari,
2020). Menurut WHO batas normal tekanan darah yaitu 120-140
mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik.
Hipertensi sering digolongkan menjadi hipertensi ringan, sedag
dan berat berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila
tekanan darah diastole 95-104, hipertensi sedang tekanan darah
diastole berkisar 105-114, sedangkan hipertensi berat dikatakan
jika tekanan darah diastole lebih besar dari 115 (Tambayong,
2000).

2. Klasifikasi hipertensi

Kriteria yang sudah ditetapkan oleh Seventh Report of Joint


National Comitte On Prevention, Detection, Evalatin and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), tekanan darah
orang dewasa dengan usia 18 th ke atas atau lebih
diklasifikasikan yaitu :

a. Normal Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan


sistolik kurang dari 120 mm Hg dan tekanan diastolik kurang
dari 80 mm Hg.

b. Prehipertensi Prehipertensi apabila tekanan sistolik 120 sampai


139 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 sampai 89
mmHg.

c. Hipertensi tingkat 1 Hipertensi tingkat satu terjadi apabila


tekanan sistolik mencapai 140 hingga 159 mmHg dan tekanan
diastolik 90 sampai 99 mmHg.

d. Hipertensi tingkat 2 Hipertensi tingkat 2 terjadi apabila tekanan


sistolik telah mencapai 160 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolik 100 mmHg atau lebih (Yunita Indah Prasetyaningrum
et al., 2014).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapatkan dua angka,


angka yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi yang
dinamakan sistolik dan angka yang lebih rendah diperoleh saat
jantung berelaksasi yang dinamakan diastolik (Alfeus
Manuntung, 2019).

3. Penyebab hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, menurut (Alfeus Manuntung, 2019)
hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

a. Hipertensi essential atau primer Sampai saat ini penyebab pasti


dari Hipertensi essential belum diketahui, namun faktor yang
diduga turut berperan menjadi penyebab dari hipertensi primer
ini adalah bertambahnya umur, stress, psikologis dan hereditas
atau keturunan. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong ke dalam hipertensi primer dan 10 % tergolong
hipertensi sekunder.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat


diketahui, penyebabnya antara lain kelainan pembuluh darah
ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain- lain. Karena golongan
terbesar penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukan ke
penderita hipertensi esensial.

4. Gejala hipertensi
Pada sebagian besar, penderta hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi padahal sesungguhnya tidak. Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi pada seseorang yang menderita
hipertensi ataupun yang mempunyai tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati , bisa timbul gejala sepeti
berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak,
keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif dan memerlukan penangan yang
segera (Alfeus Manuntung, 2019).
5. Faktor risiko hipertensi
Menurut dari direktorat P2PTM, faktor risiko terjadinya hipertensi dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah Ada 3 faktor risiko antara lain usia, jenis
kelamin, dan genetik (keturunan).
 Umur Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada usia lanjut,
hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah
sistolik. Kejadian ini disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar.
 Jenis kelamin Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi.
Pria mempunyai resiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan,
karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan
tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada perempuan meningkat dikarenakan faktor hormonal.
 Genetik (keturunan) Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi
(faktor keturunan) juga meningkatkan risiko hipertensi, terutama
hipertensi primer (essensial).
 Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam
dan renin membran sel.
2. Faktor risiko yang dapat diubah Faktor ini diakibatkan karena perilaku tidak
sehat dari penderita hipertensi seperti merokok, diet rendah serat, konsumsi
garam berlebih, kurang aktivitas fisik, berat badan berlebih (obesistas),
konsumsi alcohol, silipidemia dan stress.
 Kegemukan (obesitas) Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)
berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Dimana risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang
badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memilki berat badan lebih (overweight).
 Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk melalui aliran darah yang dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok akan meningkatkan
denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung
bertambah. Merokok pada penderita hipertensi akan semakin
meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri.
 Kurang aktivitas fisik Olahraga yang teratur dapat membantu
menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi
ringan. Dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur tekanan darah
dapat turun, meskipun berat badan belum turun
 Konsumsi garam berlebihan Garam menyebabkan penumpukan cairan
dalam tubuh karena menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Badan
kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) menyarankan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi, kadar sodium yang disarankan tidak lebih dari 100 mmol
sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam perharinya. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat (Nuraini, 2015). Asupan natrium dan
garam tergolong faktor resiko hipertensi yang kontrovensional. Natrium
merupakan salah satu bentuk mineral, atau elektrolit yang berpengaruh
terhadap tekanan darah (Suarni, 2017).
 Dislipidemia Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.
 Konsumsi alkohol berlebih Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan
darah telah dibuktikan. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan
volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah sangat
berperan dalam menaikan tekanan darah.
 Psikososial dan stress Stress atau ketegangan jiwa seperti, rasa tertekan,
murung, marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat merangsang
kelenjar anak ginjal untuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta kuat, sehingga tekanan darah
meningkat (Kemenkes RI, 2013)
6. Komplikasi
Tekanan darah yang tinggi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
komplikasi pada hipertensi, seperti pada jantung dan pembuluh darah yang
meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung, gangguan irama, diseksi
aorta, maupun penyakit pembuluh darah tepi.
a. Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit ketika ada penyumbatan
parsial aliran darah ke jantung yang ditandai dengan nyeri dada, rasa
tertekan, berat dan terbakar di dada, rasa mual atau nyeri ulu hati, keringat
dingin, serta nyeri/ rasa tidak nyaman di dada seperti ditindih lebih dari 20
menit.
b. Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan
yang tepat dan ditandai dengan penderita mudah lelah, sesak nafas saat
beraktifitas maupun saat istirahat serta kaki bengkak.
c. Gangguan irama atau fibrilasi atrium yaitu masalah pada irama jantung
ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak
teratur yang ditandai dengan berdebar, sesak nafas, kelelahan, pusing dan
pingsan.
d. Diseksi aorta adalah keadaan yang berbahaya di mana dinding aorta, yaitu
dinding pembuluh darah utama jantung, robek dan akhirnya
mengakibatkan pemisahan dan ditandai dengan nyeri dada depan seperti
ditusuk, nyeri dada tembus punggung, nyeri perut, nyeri tungkai serta
kelumpuhan anggota gerak.
e. Berbeda dengan penyakit jantung lainnya, penyakit pembuluh darah tepi
adalah kondisi dimana aliran darah ke tungkai tersumbat akibat
penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri).
Dampaknya, tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit,
terutama saat berjalan. Penyakit ini ditandai dengan nyeri pergelangan
kaki jika berjalan, kelemahan tungkai, tungkai dingin, perubahan warna
kaki/kulit pucat dan adanya koreng di kaki (RSUP Dr. Sardjito, 2019).
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan farmakologi Secara garis besar, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau bagi klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat- obatan yang diberikan pada klien penderita hipertensi seperti,
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, serta
golongan penghambat konversi rennin angiotensin (Argitya Righo, 2014).

b. Pengobatan Non Farmakologi


Pengobatan ini memperhatikan gaya hidup dan pola makan bagi penderita
hipertensi agar melakukan perubahan gaya hidup yang positif, diantaranya
1) Mengontrol pola makan
Pengaturan makanan yang baik adalah makanan rendah lemak,
makanan rendah kolesterol, makanan lebih banyak serat, makan lebih
banyak KH kompleks, hindari alkohol, baca label makanan, gunakan
lebih sering makanan sumber omega 3, dan kurangi konsumsi gula
(Mardalena & Suyani, 2016). Jauhi makan makanan yang berlemak,
mengandung banyak garam dan makanan siap saji. Pembatasan
penggunaan garam hingga 4 - 6 gram perhari, makanan yang
mengandung soda kue, bumbu penyedap maupun pengawet makanan,
mengurangi makanan yang mengandung kolestrol tinggi seperti jeroan
, kuning telur, cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega dan margarin.
Sering mengkonsumsi sayuran dan buah seperti pisang, bayam,
wortel, dan tomat sebagai bahan makanan sumber kalium. Banyak
mengonsumsi kalium akan meningkatkan konsentrasinya di dalam
cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Cara kerja kalium
berlawanan dengan natrium, dengan demikian konsumsi natrium perlu
diimbangi dengan kalium (Malonda et al., 2012)
2) Tingkatkan konsumsi potasium dan magnesium
Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah satu
faktor pemicu hipertensi. Buah-buahan dan sayur segar merupakan
sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut. Sumber utama magnesium
adalah sayuran hijau, serelia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan,
daging, susu, dan hasilnya serta coklat juga merupakan sumber
magnesium yang baik (Mardalena & Suyani, 2016).
3) Makan makanan jenis padi- padian
Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal of
Clinical Nutrition dikutip dalam jurnal Anisah & Soleha (2018)
ditemukan bahwa satu langkah penting menurunkan hipertensi dan
menghindari komplikasi akibat hipertensi adalah mengkonsumsi roti
gandum dan makan beras tumbuh atau beras merah.
4) Tingkatkan aktivitas
Aktivitas dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu olah raga yang bersifat
erobik, jalan kaki, jogging, bersepeda, renang, dan yoga. Frekuensi
yang di anjurkan adalah 5 - 7 kali setiap minggu dengan lama
berolahraga lebih dari 30 menit.
5) Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebihan
Walaupun merokok tidak ada hubungan langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok meningkatkan resiko komplikasi lain,
seperti penyakit jantung dan stroke pada penderita hipertensi. (Anisah
& Soleha, 2018)

SKORING PRIORITAS MASALAH


No Dx.Keperawatan A B C D E F Total Prioritas

1. Pemeliharaan 3 2 3 2 2 2 144 Satu


Kesehatan tidak efektif
2. Manajemen Kesehatan 2 3 2 2 2 1 48 Dua
tidak

Keterangan:
A = Kesadaran Masyarakat akan Masalah
B = Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
C = Kemampuan perawatan dalam mempengaruhi penyelasaian masalah
D = Tersediannya SDM atau ahli dalam mengatasi masalah
E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak diatasi
F = Cepatnya penyelasaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai

Skoring/Pembobotan :
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Tinggi
4 = Sangat tingg

Diagnosa priorotas
1. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b.d hambatan kognitif d.d kurang menunjukan
minat untuk meningkatkan perilaku sehat.
2. Manajemen Kesehatan tidak b.d ketidakefektifan pola perawatan Kesehatan keluarga
d.d Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari

Rencana keperawatan komunitas. Pleanning Of Action (POA)


Masalah Perencanaan Waktu Tempat Metode Sasaran P
J
Ketidakefektif 1. Penyuluhan 25 juni posyandu Konselin Lansia Perawat
an tentang 2023. gLeaflet Keluarga desa
pemeliharaan pemeliharaan Puk
kesehatan Kesehatan ul
komunitas 2. Senam dan 14.0
posyandu 0
lansia wib.
3. Penkes pada
kader tentang
Kesehatan
lansia

Manajemen 1. KMS lansia 27 juni Balai Keluarga Perawat


komunitas 2. Penyuluhan 2023. desa Leaflet lansia desa
tidakefektif kepada Puk
keluarga ul Lansia
lansia 16.0
3. Pembinaan 0
posbindu
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DATA DIAGNOSA SLKI SIKI

1. DO : Pemeliharaan PREVENSI PRIMER PREVENSI PRIMER


4. Walapun lansia Kesehatan tidak Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (I.12383)
merasakan gejala efektif b.d hambatan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
penyakit tetapi 60 % kognitif d.d kurang jam, maka pemeliharaan  Identifikasi kesiapan dan
lansia tidak aktif menunjukan minat kesehatan meningkat, dengan kemampuan menerima
mengikuti upaya untuk meningkatkan kriteria hasil: informasi
pencegahan hipertensi perilaku sehat. 7. Menunjukkan  Identifikasi faktor-faktor
seperti menerapkan pola perilaku adaptif yang dapat meningkatkan
hidup sehat. meningkat dan menurunkan motivasi
5. Lansia tidak menunjukan 8. Menunjukkan perilaku hidup bersih dan
minat untuk perubahan pemahaman perilaku sehat
perilaku, lansia tetap saja sehat meningkat Terapeutik
mengkonsumsi makanan 9. Kemampuan  Sediakan materi dan
tinggi garam, tidak mau menjalankan perilaku media Pendidikan
berolahraga serta tidak sehat meeningkat Kesehatan
menjaga pemenuhan 10. Perilaku mencari
bantuan
kebutuahan istirahat dan 11. Menunjukan minat  Jadwalkan Pendidikan
tidur. meningkatan perilaku Kesehatan sesuai
6. Lansia juga tidak aktif sehat kesepakatan
mengikuti program 12. Memiliki sistem  Berikan kesempatan untuk
posyandu yang sudah pendukung bertanya
dijadwalkan oleh (L.12106) Edukasi
Puskesmas  Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
DS:
 Ajarkan perilaku hidup
2. Keluarga dan lansia
bersih dan sehat
Cuma pasrah dan tidak
 Ajarkan strategi yang
aktif mencari bantuan
dapat digunakan untuk
kesehatan. Begitu juga
meningkatkan perilaku
dengan kondisi
hidupbersih dan sehat
lingkungan keluarga
tidak mengupayakan atau
PREVENSI SEKUNDER
memodifikasi lingkungan
Kontrak Perilaku Positif
yang sehat bagi penderita
(I.09282)
hipertensi
Observasi
 Identifikasi
kemampuan mental
dan kognitif untuk
membuat kontrak
 Identifikasi cara dan
sumber daya terbaik
untuk mencapaitujuan
 Identifikasi hambatan
dalam menerapkan
perilaku positif
 Monitor pelaksanaan
perilaku ketidaksesuaian
dan kurang komitmen
untuk memenuhi
kontrak
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan
yang terbuka untuk
membuat kontrak
perilaku
 Fasilitasi pembuatan
kontraktertulis
 Diskusikan perilaku
Kesehatan yang ingin
diubah
 Diskusikan tujuan
positif jangka pendek
dan jangka Panjang
yang realistis dan
 dapat dicapai Diskusikan
pengembangan rencana
perilaku positif
 Diskusikan cara
mengamati perilaku (mis:
tabel kemajuan perilaku)
 Diskusikan penghargaan
yang diinginkan Ketika
tujuan tercapai, jika perlu
 Diskusikan konsekuensi
atau sanksi tidak
memenuhi kontrak
 Tetapkan batas waktu
yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Tindakan
yang realistis
 Fasilitasi meninjau ulang
kontrak dan tujuan, jika
perlu
 Pastikan kontrak
ditandatangani oleh semua
pihak yang terlibat, jika
perlu
 Libatkan keluarga dalam
proses kontrak, jika perlu
 Edukasi
 Anjurkan menuliskan
tujuan sendiri, jika perlu

PREVENSI TERSIER
Penentuan Tujuan Bersama
(I.12464)
Observasi
 Identifikasi tujuan-tujuan
yang akan dicapai
 Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif
Terapeutik
 Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
 Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
 Fasilitasi memecah tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mudah
dilakukan
 Berikan batasan pada peran
perawat dan pasien secara
jelas
 Diskusikan sumber daya
yang ada untuk memenuhi
tujuan
 Diskusikan pengembangan
rencana untuk memenuhi
tujuan
 Prioritaskan aktivitas yang
dapat membantu
pencapaian tujuan
 fasilitasi dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
 Tetapkan batas waktu yang
realistis
 Diskusikan indikator
pengukuran untuk setiap
tujuan (mis: perilaku)
 Tetapkan evaluasi secara
periodik untuk menilai
kemajuan sesuai tujuan
 HItung skor pencapaian
tujuan
 Modifikasi rencana jika
tujuan tidak tercapai
Edukasi
 Anjurkan mengenal
masalah yang dialami
 Anjurkan mengembangkan
harapan realistis
 Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
 Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistem
kepercayaan saat
menetapkan tujuan
 Anjurkan mengidentifikasi
tujuan realistis dan dapat
dicapai
2. DO: Manajemen Manajemen kesehatan PREVENSI PRIMER
4. Hasil pengkajian Kesehatan tidak meningkat (L.12104) Dukungan Pengambilan
didapatkan bahwa terdapat efektif b.d Kriteria hasil untuk Keputusan (I.09265)
20 lansia di desa tersebut ketidakefektifan pola membuktikan bahwa Observasi
5. Hasil pengkajian status perawatan Kesehatan manajemen kesehatan  Identifikasi persepsi
penyakit 70 % lansia keluarga d.d Gagal meningkat adalah: mengenai masalah dan
menderita penyakit darah menerapkan program 5. Melakukan tindakan informasi yang memicu
tinggi (hipertensi sistolik perawatan/pengobatan untuk mengurangi konflik
terisolasi) dan lansia dalam kehidupan faktor risiko Terapeutik
merasakan adanya gejala sehari-hari meningkat  Fasilitasi mengklarifikasi
penyakit hipertensi 6. Menerapkan program nilai dan harapan yang
6. Berdasarkan pengkajian perawatan meningkat membantu membuat
barthel indeks rata-rata 7. Aktivitas hidup sehari- pilihan
lansia pada tingkat hari efektif memenuhi  Diskusikan kelebihan dan
ketergantungan tujuan kesehatan kekurangan dari setiap
sedang/moderat, meningkat solusi
Pengkajian MMSE rata- 8. Verbalisasi kesulitan  Fasilitasi melihat situasi
rata lansia dengan dalam menjalani secara realistic
gangguan kognitif ringan, program  Motivasi mengungkapkan
Pengkajian resiko jatuh perawatan/pengobatan tujuan perawatan yang
menurun diharapkan
rata-rata lansia dengan  Fasilitasi pengambilan
resiko jatuh rendah keputusan secara
DS: kolaboratif
4. Lansia mengatakan tidak  Hormati hak pasien untuk
ada keluarga yang menerima atau menolak
mendukung (dukungan informasi
sosial) dalam upaya  Fasilitasi menjelaskan
memelihara keputusan kepada orang
kesehatannya lain, jika perlu
 Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan
tenaga Kesehatan lainnya
Edukasi
 Jelaskan alternatif solusi
secara jelas
 Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tenaga
Kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan

PREVENSI SEKUNDER
Dukungan tanggung jawab pada
diri sendiri (I.09277)
Observasi
 Identifikasi persepsi
tentang masalah Kesehatan
 Monitor pelaksanaan
tanggung jawab
Terapeutik
 Berikan kesempatan
merasakan memiliki
tanggung jawab
 Tingkatkan rasa tanggung
jawab atas perilaku sendiri
 Hindari berdebat atau tawar
menawar tentang perannya
di ruang perawatan
 Berikan penguatan dan
umpan balik positif jika
melaksanakan tanggung
jawab atau mengubah
perilaku
Edukasi
 Diskusikan tanggung jawab
terhadap profesi pemberi
asuhan
 Diskusikan konsekuensi
tidak melaksanakan
tanggung jawab

PREVENSI TERSIER
Pelibatan Keluarga (I.14525)
Observasi
 Identifikasi kesiapan
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan
Terapeutik
 Ciptakan hubungan
terapeutik pasien dengan
keluarga dalam perawatan
 Diskusikan cara perawatan
di rumah (mis: kelompok,
perawatan di rumah, atau
rumah singgah)
 Motivasi keluarga
mengembangkan aspek
positif rencana perawatan
 Fasilitasi keluarga
membuat keputusan
perawatan
Edukasi
 Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
 Informasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
 Informasikan harapan
pasien kepada keluarga
 Anjurkan keluarga bersikap
asertif dalam perawatan
 Anjurkan keluarga terlibat
dalam perawatan

Anda mungkin juga menyukai