Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstuktur lanjut
usia(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia (lansia)nya sebanyak
7% adalah di pulau jawa dan bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain
disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang
pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Oleh karenanya
kebutuhan akan asuhan keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan dimana lansia
sekarang mayotritas berdomisili didaerah perkotaan(menkokesra,2003).
Jumlah populasi lansia yang meningkat diperkotaan mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan caregiver yang ditujukan kepada lansia, sehingga lansia tetap dipertahankan
untuk produktif dalam arti mandiri dan dapat memenughi kebutuhan dasar manusia tanpa
bantuan sepenuhnya, sehingga lansia juga dapat melakukan perannya di dalam lingkungan
keluarga dan sosial. Jika kebutuhan akan asuhan keperawatan tidak terpenuhi, maka jumlah
lansia yang menjadi beban negara juga semakin meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Asuhan Keperawatan Lansia ?
2. Apa Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia ?
3. Apa Fokus Asuhan Keperawatan Lansia ?
4. Apa Fungsi Keperawatan ?
5. Bagaimana Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ?
6. Apa Peran Dan Fungsi Perawat ?
7. Apa Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab ?
8. Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Lansia ?
9. Apa Definisi Malnutrisi ?
10. Apa Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia ?
11. Apa Gangguan Sistem Pencernaan Lansia ?
12. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia ?
13. Apa Dampak Malnutrisi ?
14. Apa Gangguan Nutrisi Pada Lansia ?
15. Bagaimana Status Gizi Pada Usia Lanjut ?

1
16. Bagaimana Penatalaksanaan lansia dengan gangguan nutrisi ?
17. Bagaimana Asuhan Keperawatan lansia dengan gangguan nutrisi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Asuhan Keperawatan Lansia
2. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia
3. Untuk mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lansia
4. Untuk mengetahui Fungsi Keperawatan
5. Untuk mengetahui Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
6. Untuk mengetahui Peran Dan Fungsi Perawat
7. Untuk mengetahui Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab
8. Untuk mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Lansia
9. Untuk mengetahui Definisi Malnutrisi
10. Untuk mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
11. Untuk mengetahui Gangguan Sistem Pencernaan Lansia
12. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
13. Untuk mengetahui Dampak Malnutrisi
14. Untuk mengetahui Gangguan Nutrisi Pada Lansia
15. Untuk mengetahui Status Gizi Pada Usia Lanjut
16. Untuk mengetahui Penatalaksanaan lansia dengan gangguan nutrisi
17. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan lansia dengan gangguan nutrisi

2
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

2.1 Definisi Asuhan Keperawatan Lansia


Asuhan keperawatan lanjut usia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang
ditujukan kepada usia lanjut, meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan
kebutuhan fisik, psikologis,sosial dan spiritual, menganalisis masalah dan merumuskan
diagnosis keperawatan, membuat perencanaan, melaksanakan implementasi dan melakukan
evaluasi.
Menurut wahyudi nugroho,2008, asuhan keperawatan lanjut usia(gerontik) merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan atau bimbingan serta pengawasan,
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, kelompok, seperti di rumah
atau lingkungan keluarga, panti wenda atau puskesmas, yang diberikan oleh perawat.
Keperawatan gerontology adalah suatu pelayanan professional yang berdasarkan ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan cultural yang holistic
yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu,keluarga,kelompok, dan masyarakat.
2.2 Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia
Agar lansia mampu:

1. Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotif,preventif, dan


rehabilitatif.
2. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, serta meningkatkan kemampuanya
dalam melakukan tindakan pencegahan dan perawatan
3. Mempertahankan serta memiliki semangat hidup yang tinggi
4. Menolong dan merawat klien yang menderita sakit.
5. Merangsang petugas kesehaatan agar dapat mengenal diagnosa secara dini.
6. Mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan pada lansia.
2.3 Fokus Asuhan Keperawatan Lansia
Pada dasarnya fokus dari asuhan keperawatan pada lanjut usia meliputi:
1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)
2. Pencegahan penyakit( Preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental

3
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
2.4 Fungsi Keperawatan
Fungsi keperawatan pada keperawatan akut, keperawatan waktu lama dan keperawatan di
masyarakat berbeda tergantung menurut keperluannya(mary ann chris & faith J. Hohloch
1993), membaginya dalam:
a. Pada keperawatan akut(acut care)
1. melakukan anamnesa penderita, menanyakan riwayat penyakit, psikososial dan
riwayat keluarga
2. Assesement penderita
3. Menjelaskan diagnosa dan pengobatan kepada penderita,keluarga dan pembina asrama
4. Bekerja sama dengan penderita, keluarga an petugas kesehatan lainya untuk menyusun
rencana keperawatan yang tepat.
5. Mendorong kemandirian penderita
6. Mempertahankan hidrasi, ventilasi, makanan dan kenyamanan
7. Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan serta menilai reaksi penderita
8. Memberitahukan kepada dokter kemajuan kondisi penderita.
9. Memberikan tindakan darurat bila di perlukan
10. Merencanakan keluarnya penderita dari panti dan mengkoordinasikan rujukan
kelembaga sosial masyarakat di tingkat desa
11. Memberi advokasi kepada penderita
b. Pada Keperawatan Lama (long term care)
1. Melakukan anamnesa penderita menanyakan riwayat penyakit,psikososial dan
keluarga
2. Assesement penderita
3. Mengikutsertakan penderita, keluarga, dan pembina asrama dalam menyiapkan dan
melaksanakan rencana keperawatan
4. Menciptakan iklim atmosfir interaksi klien agar punya semangat hidup
5. Meyakinkan penderitabahwa ia memperoleh perawatan medik, gigi, dan anggota
gerak yang tepat
6. Mempertahankan hidrasi, ventilasi, gizi dan bekerjasama dalam evaluasi
7. Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan dan latihan rehabilitatifserta menilai
reaksi penderita
8. Memberitahu dokter, perubahan kondisi penderita
9. Memberikan pertolongan darurat bila diperlukan

4
10. Memberikan pelajaran dan nasehat kepada penderita dan keluarga tentang penyakit
11. Memperkenalkan pelayanan lansia yang diberikan oleh masyarakat.
12. Memberi advokasi pada penderita.
c. Keperawatan di masyarakat (Comunity Care)
1. Identifikasi kebutuhan penderita,baik dari segi kesehatan, sosial maupun ekonominya
2. Merujuk ke instansi yang dapat memenuhi kebutuhan penderita
3. Menjelaskan diagnosa serta pengobatan kepada keluarga dan penderita
4. Menilai keparahan penderita dan reaksi penderita terhadap pengobatan
5. Melakukan kunjungan rumah dan menyuruh penderita agar memanfaatkan klinik guna
meningkatkan kesehatanya.
6. Memberi pelajaran dan nasehat kepada penderita dan keluarga tentang penyakit bila
hal ini dijumpai/diketemukan penyakit yang diderita klien.
7. Melakukan penilaian kemandirian penderita
8. Memberi advokasi pada penderita
2.5 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
a. Pendekatan Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu:
1. klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.
b. Pendekatan Psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penanmpung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengatakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia
untuk menciptakan sosialisasi mereka.
d. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.

5
2.6 Peran Dan Fungsi Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang
sesuai kependudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada sosisal tertentu. (Kozier Barbara,1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenanganoleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan
secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang
dinyatakan sebagai cirri terpisah demi kejelasan
 Elemen peran
Menurut pendapat doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara
lain : care giver, client advocate, counselor, educator, collabolator, coordinator change agent,
consultant dan interpersonal proses.

a. Care Giver
Pada peran ini perawat diharapkan mampu:
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat sesuai dengan diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana samapai pada masalah kompleks.
2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan
mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologi.

b. Client advocate
Tugas perawat:
1. Bertanggung jawab membantu klien da keluarga dalam menginterprestasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat

6
adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klie, sehingga dihaapkan
perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seseorang membela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatannapa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi
dan melindungi hak-hak klien. (Disparty, 1998:140).
Hak-hak klien antara lain:
1. Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi penyakitnya
3. Hak atas privasi
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-hak tenaga kesehatan antara lain:


1. Hak atas informasi yang benar
2. Hak bekerja sesuai standar
3. Hak untuk mengakhiri hubungan klien
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas balas jasa

c. Counselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologi atau masalah social untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.

Peran perawat:
1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya
2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi
3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
megintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu
4. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan

d. Educator

7
Mengajar adalah merujuk kepada aktivitas dimana seseorag guru membantu muridnya
untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak
pelajar dimana pembelajaran objek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah
tujuannya. (Redman, 1998:8). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan
baru atau keterampilan secara teknis.

2.7 Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab


Fenomena yang menjadi bidag garap keperawatan gerontik adalah tindakan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup asuhan keperawatan gerontik meliputi:

 Pencegahan terrhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan


 Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
 Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan

Dalam prakteknya, perawat gerontik melakukan peran dan fungsinya adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai care giver/pemberi asuhan keperawatan langsung
2. Sebagai pendidik klien lansia
3. Sebagai motivator
4. Sebagai advokasi klien
5. Sebagai konselor

Tanggung jawab perawat gerontik


1. Membatu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya
3. Membantu klien menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukannya secara manusiawi
sampai meninggal

Sifat pelayanan gerontik


1. Independen
2. Interdependen
3. Humanistic
4. Holistic

8
2.8 Proses Asuhan Keperawatan Lansia
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal da mengidentifikasi faktor-faktor (baik
positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara indivudu maupun kelompok, yang
bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk mengembagkan
strategi promosi kesehatan.
Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan proses kompleks dan menantang yang
harus mempertimbagkan kebutuhan lansia melalui pengkajian-pengkajain untuk menjamin
pendekatan lansia spesifik, antara lain:
a. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit atau masalah kesehatan saat ini
b. Riwayat penyakit atau masalah kesehatan yang lalu
3. Pengkajian Fisik
a. Pengkajian kebutuhan dasar
b. Kemandirian dalam melakuakan aktifitas
c. Pengkajian keseimbangan
 Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
 Gaya berjalan atau gerakan
d. Tanda-tanda vital dan status gizi:
e. Pengkajian secara head to toe atau per system
4. Pengkajian Psikososial
 Pengkajian Status Mental Lansia
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
b. Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental Status
Exam (MMSE)
c. Identifikasi masalah emosional (Geriartic Depresion Scale/GDS)
 Pengkajian Status Sosial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain, harapan-
harapan klien dalam melakukan sosialisasi, hubungan dengan anggota keluarga, perilaku
kekerasan, penelantaran.

9
 Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan
 Pengkajian Lingkungan
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan
 Tingkat Pengetahuan/Sikap

2. Diagnosa Keperawatan
 Fisik/Biologis
a. Gangguan Nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukan yang
tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan, sampai dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat perawatan diri
d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh
e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri
f. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya
secret pada jalan nafas
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi
3. Intervensi Keperawatan
Meliputi :
a. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaannya
b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
c. Menentukan prioritas
d. Klien mungkin puas dengan situasi demikian
e. Bangkitkan perubahan tapi jangan memaksakan
f. Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan
g. Mencegah timbulnya masalah-masalah
h. Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau pemasukan
i. Menulis semua rencana dan jadwal
Tujuan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
5. Meningkatnya hubungan intrapersonal melalui komunikasi efektif

10
BAB III

ASKEP PADA LANSIAN DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS

(GANGGUAN NUTRISI)

3.1 Definisi
Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang buruk yang terjadi karena tidak cukupnya
asupan satu atau lebih nutrisi yang membahayakan status kesehatan (Watson, Roger. 2003.
Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC)
Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak cukupnya asupan nutrient esensial atau
karena mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC)
Malnutrisi adalah adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi agitasi, dan
mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Gangguan nutrisi terjadi kalau diet
mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat.
3.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang
berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas.
Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya.
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan
sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan,
maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.
Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh
akan menjadi kurus.
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1
gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan
tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena
pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-
14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan
hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak

11
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi)
dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik,
sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi
(susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti
dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran,
buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen
serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak,
yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat
diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-
bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin
A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama
disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan
vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi
yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan
dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum
lebih dari 6-8 gelas per hari.
3.3 Gangguan Sistem Pencernaan Lansia
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme di sel
lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh.
Perubahan pada sistem pencernaan yaitu :

12
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk,
indera pengecap menurun akibat adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (±80%) akibat hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah
terutama rasa manis, asin, asam, pahit. Sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75%
sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
2. Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar bagian
bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus melebar
(presbyusofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus dan tidak jarang
berlanjut sebagai hernia hiatal.
3. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnya di daerah
osofaring penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau akibat gangguan
neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal
dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun). Lapisan lambung menipis
diatas 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang, asam lambung menurun, waktu
pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun,
peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi.
5. Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu). Berat total usus halus berkurang
diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas
normal, kecuali kalsium (diatas 60 tahun) dan zat besi, liver (hati) . Penurunan enzim hati
yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan
detoksifikasi zat kurang efisien.
6. Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks 
karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang
sehingga proses menelan menjadi sukar.
7. Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,
seringkali disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar
pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap makanan
terutama yang mengandung lemak.
8. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena kurangnya
kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya banyaknya gigi yang
sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos esophagus,

13
bisa juga terjadi  refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden
ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social akan berakibat pada
pemenuhan nutrisi lansia. Oleh karena lansia sebagian besar mempunyai resiko terjadinya
gangguan pemenuhan nutrisi dibandingkan dengan kelompok usia yang lain, yang
disebabkan oleh beberapa factor resiko antara lain :
1. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas
memasak untuk menyediakan makanan
2. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk berbelanja
atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan makanannya
sendiri.
3. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.
4. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
5. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk
meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
6. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran rasa lapar menurun, asam lambung menurun, berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit,
gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi,
penyerapan makanan di usus menurun
7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau
nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.
8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
3.5 Dampak Malnutrisi
Malnutrisi yang lama pada lansia akan berdampak pada kelemahan otot dan kelelahan
karena energi yang menurun. Lansia dengan mal nutrisi beresiko tinggi terhadap
terjatuh/mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan cedera.
Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :

14
a. Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
b. Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet. Contoh
: defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga tidak makan
daging karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah pada manula yang terus
menerus dalam jangka waktu yang lama mengalami diet lambung.
c. Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula yang
gemuk akan menjadi lebih sulit.
3.6 Gangguan Nutrisi Pada Lansia
1. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,
dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk
tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung
lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
2. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan densitas
tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama. Mencapai
maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
3. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal, kimia
yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam
folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat,
kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
4. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
5. Kekurangan anti oksidan
Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal efek
merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat
meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung

15
dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit
menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
1. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua
2. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol
dan
gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
3.7 Status Gizi Pada Usia Lanjut
1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu
makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis
5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan
lansia cenderung kegemukan/obesitas
6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan
yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan
sendiri dan menjadi kurang gizi
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun
dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi
kurang gizi

16
12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
3.8 Penatalaksanaan
1. Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yan dianjurkan
untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan berat badan sekitar 62 kg
adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan adalah 1850 kkal
2. Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak membosankan
(bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
3. Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan makanannya
4. Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila terdapat
penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang esensial.
Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu :
1. Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula)
2. Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur setiap pagi
3. Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam sehari
4. Minum segelas susu pada waktu akan tidur
5. Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.
3.9 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Alamat, Suku, Agama,
Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang
Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan berkurang, sulit
mengunyah makanan sehinngga terjadi penurunan BB pada beberapa kasus. Selain itu
klien juga sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas dan badannya terasa
letih dan lemah.
 Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan dengan
penyakit sekarang, misalnya : gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.
 Riwayat Kesehatan Keluarga

17
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik berhubungan
dengan panyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit keturunan dan menular
lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
 Pengkajian kebutuhan dasar
Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi : makan, pola tidur, BAB,
BAK dan personal hygine.
 Kemandirian dalam melakuakan aktifitas
Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah mandiri, membutuhkan
bantuan sebagian atau membutuhkan bantuan sepenuhnya. Pada beberapa lansia
biasanya mengalami intoleransi aktifitas atau kegiatan fisik yang dilakukan kurang.
 Pengkajian keseimbangan
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian keseimbangan untuk
klien lansia yaitu :
a.Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan, ujilah hal-hal
dibawah ini :
Keseimbangan saat duduk
1) Bersandar atau bertumpu pada kursi =0
2) Mantap, aman =1
Skor (0)
1. Bangkit berdiri
1) Tidak stabil bila tanpa bantuan =1
2) Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk sokongan =1
3) Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri =2
Skor (1)
2. Upaya untuk bangkit berdiri
1) Tidak mampu tahan lama =0
2) Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya lebih satu
kali =1
3) Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya =2
Skor (2)

18
3. Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki) =0
2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong lainnya
=1
3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong lainnya=2
Skor (2)
4. Keseimbangan saat berdiri
1) Tidak stabil =0
2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar atau
menggunakan alat bantu =1
3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong=2
Skor (2)
5. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi serapat
mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak 3 kali)
1) Mulai terjatuh =0
2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya mendapat
keseimbangan =1
3) Tetap stabil =2
Skor (2)
6. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
1) Tidak stabil =0
2) Stabil =1
Skor (1)
7. Upaya untuk duduk
1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak
atau terjatuh ke atas kursi) =0
2) Mempergunakan tangan =1
3) Gerakan yang halus serta aman =2
Skor (1)
b. Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam lorong atau
menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang perlahan kemudian pada

19
saat balik dengan irama yang cepat. Dapat digunakan tongkat bila pasien
biasanya menggunakannya.
Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk memulainya =0
2) Tidak ada keraguan =1
Skor : 0
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 1
Ayunan kaki kiri
1) Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kanan =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 2
c. Kesimetrisan langkah
1) Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0
2) Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1
Skor : 1
d. Keberlanjutan langkah
1) Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya =0
2) Langkah-langkah yang diayunkan tampak berkesimbungan =1
Skor : 1
e. Jalur berjalan
1) Ada penyimpangan =0
2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau klien
menggunakan tongkat penyokong =1
3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
Skor : 2
f. Bagian torso tubuh

20
1) Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat penyokong
=0
2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi lutut atau
perentangan saat berjalan =0
3) Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan atau alat
sokong =2
Skor : 0
g. Pertahankan keseimbangan saat berjalan
1) Tumit-tumit terpisah =0
2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1
Skor : 0
Total Skor : 19
Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah
Kesimpulan : Resiko Jatuh sedang
 Tanda-tanda Vital
TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya terjadi perubahan berat
badan. Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat ini
 Pemeriksaan Per Sistem
A. Sistem Pernafasan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan pada sistem
pernafasan seperti asma, batuk, dll.
Hidung
Inspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung, ada/tidak ada secret/ingus, ada/tidak
ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab, ada/tidak menggunakan alat bantu
nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada

21
Inspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan dada simetris,
bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
B. Kardiovaskuler Dan Limfe 
Anamnesa :
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi pelebaran atau
pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
C. Persyarafan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguan pada uji nervus
olfakturius, akustikus dan vagus.
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan tidak teratur, porsi
makan dan minum tidak sesuai, mual muntah, distensi, disfagia, gangguan defekasi
(konstipasi), pola BAB tidak teratur dan perubahan berat badan (penurunan/pertambahan)
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigi sudah tidak lengkap
(ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitis
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani/timpani

22
Palpasi
Kuadran I
Hepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/ tidak terdapat distensi
abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi biasanya bentuk tulang belakang
lordosis/skoliosis
Warna Kulit
Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : Pada lansia dengan DM terdapat riwayat (3P:poliuri,polifagia,polidipsia),
lemah, kesulitan menelan, perubahan BB.
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami penurunan fungsi
pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai jarang (mengalami kerontokan).
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.
H. Persepsi Sensori
Anamnesa : pada lansia biasanya mengalami gangguan penglihatan, penurunan
pendengaran, mata berkunang-kunang.
Mata
Inspeksi : kekeruhan pada lensa
Palpasi : ada/tidak ada nyeri dan ada/ tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi :ada/tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
1.6 Pengkajian Psikososial
 Pengkajian Status Mental Lansia
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
 Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
 Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Benar Salah No Pertanyaan

23
√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ini ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat anda ?
√ 05 Berapa umur anda ?
√ 06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurang 3 dari 20 dan tetap dikurangi 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
7 3
Score total : 7
Interprestasi hasil :
1. Salah 0-3 = Frekuensi intelektual utuh
2. Salah 4-5 = Frekuensi intelektual ringan
3. Salah 6-8 = Frekuensi intelektual sedang
4. Salah 9-10 = Frekuensi intelektual berat
Kesimpulan :
SPSMQ = Intelektual utuh
b. Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maksimum klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Dimanakah kita sekarang?
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Bengkulu

24
c. Kota Bengkulu
d. Kecamatan....
e. Rumah.....
2 Registrasi 5 5 Sebutkan nama objek (oleh
pemeriksa) 1 untuk mengatakan
masing-masing objek kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi (untuk disebutkan)
a. Objek……..
b. Objek……..
c. Objek……..
3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian di kurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada no. 2 (regitrasi)
tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing objek
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
a. (misal jam tangan)
b (misal pensil)
0 Minta klien untuk mengulang kata
berikut :
“Tak ada jika, dan, atau, tetapi”
Bila benar, nilai satu poin.
c. Pernyataan benar 2 buah : tak
ada, tetapi

25
5 Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari :
“Ambil kertas tangan anda, lipat
dua dan taruh di lantai”
d. Ambil kertas ditangan anda
e. lipat dua
f. taruh dilantai
perintah klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai
satu point)
g. tutup mata anda
perintah klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
h. tulis satu kalimat
i. Menyalin gambar
Total : 24
Interpensi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi baik
< 23: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Kesimpulan:
MMSE = Aspek kognitif dari fungsi baik.
c. Identifikasi masalah emosional (Geriartic Depresion Scale/GDS)
P er ta ny aa n t ah ap I
a. Apakah klien mengalami sukar tidur?
Jawaban : Tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
Jawaban : Tidak
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Jawaban : Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Jawaban : Tidak
Jawaban : Ya > 1 Lanjut pertanyaan tahap II
Ya < 1 Pertanyaan hanya pada tahap I
Kesimpulan :
26
Masalah emosional positif (+)
 Pengkajian Status Sosial
Pada beberapa lansia yang tinggal seorang diri baik karena tempat tinggalnya terpisah
dengan anaknya atau pasangannya telah meninggal mungkin lebih beresiko merasa
depresi dan kesepian.
 Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan
Kaji kebiasaan merokok klien, penggunaan alkohol atau Penggunaan obat-obatan tanpa
resep yang bisa mempengaruhi kebutuhan nutrisi pasien
 Pengkajian Lingkungan
Kaji keadaan serta suasana rumah klien, sanitasi serta factor-faktor resiko yang ada
dilingkungan klien.
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan
Kaji apakah klien sering datang untuk kunjungan keposyandu lansia, kunjungan
kepuskesmas atau rumah sakit atau dokter atau tenaga kesehatan dan apakah klien
memliki pembiayaan kesehatan atau asuransi kesehatan
 Tingkat Pengetahuan/Sikap
Kaji bagaimana tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan atau keperawatan dan sikap
klien tentang kesehatan atau keperawatan

27
II. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. S: Pemasukan nutrisi Ketidakseimbangan
Biasanya klien mengeluh : yang tidak adekuat nutrisi kurang dari
- Nafsu makan menurun kebutuhan tubuh
- Sulit menelan
- Perut kembung/rasa tidak enak
pada perut
- Mual muntah
- Letih dan lemah
O:
- Penurunan berat badan
- Gigi tdak lengkap
- Sariawan
- Membrane mukosa pucat
- Bising usus hiperaktif
- Konstipasi

2. Intake nutrisi yang Ketidakseimbangan


S: berlebihan nutrisi lebih dari
Biasanya klien mengeluh : kebutuhan tubuh
- Konsumsi makanan yang
berlebihan
- Kesulitan makan yang berserat
(sayur dan buah)
- Cenderung makan makanan
yang lunak (tinggi klaori)
- Kegiatan fisik berkurang
O:
- Pertambahan berat badan
- Gigi tidak lengkap
- Obesitas
- konstipasi

28
III. INTERVENSI

Inisial Pasien :

Tanggal :

Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Manajemen Nutrisi Kaji : - Nafsu makan - Keinginan makan (5)


Definisi : - Makanan kesukaan (5)
- Periksa apakah pasien mempunyai
Panduan atau penyediaan - Masukan makanan (5)
alergi makanan
- Masukan nutrisi (5)
asupan makanan dan cairan - Pastikan kesukaan makanan pasien
untuk diet seimbang. - Monitor catatan asupan nutrisi dan
kalori - Status nutrisi : masukan - Masukan kalori (5)
- Tentukan kemampuan pasien untuk nutrisi - Masukan protein (5)
mendapatkan kebutuhan nutrisinya - Masukan karbonhidrat (5)
- Masukan vitamin (5)
- Monitor catatan asupan nutrisi dan

29
- Masukan mineral (5)
kalori

- Izinkan diet sebagai gaya hidup


pasien, sesuai kebutuhan - Intake makanan di mulut (5)
- Status Nutrisi: Intake
Makanan dan Cairan - Intake di saluran makanan (4)
HE :
- Intake cairan di mulut (4)
- Anjurkan asupan kalori sesuai untuk
tipe tubuh dan gaya hidup
- Anjurkan asupan makanan zat besi
- Status Nutrisi: Intake - Intake kalori (5)
Nutrisi
yang meningkat sesuai kebutuhan - Intake ptotein (5)
- Anjurkan asupan protein zat besi dan - Intake lemak (5)
vitamin C yang meningkat sesuai - Intake karbohidrat (5)
kebutuhan - Intake vitamin (5)
- Ajarkan pasien bagaimana menjaga
- Intake kalsium (5)
makanan hariannya , sesuai kebutuhan.
- Berikan informasi yang sesuai tentang - Kontrol berat badan (5)
- Pengontrolan Berat
kebutuhan nutrisi dan bagaimana Badan - Mempertahankan intake
mendapatkannya
kalorioptimal harian (5)
- Yakinkan bahwa diet terdiri dari - Menyeimbangkan latihan dengan
tinggi serat untuk mencegah intake kalori (4)
konstipasi. - Memilih nutrisi makanan dan snack
Mandiri : (4)
- Mempertahankan pola makan yang

30
- Berikan pasien makanan tinggi protein, dianjurkan (5)
kalori, makanan-makanan yang bergizi
dan minuman yang dapat mulai
dikonsumsi, sesuai kebutuhan
- Timbang pasien dengan interval yang
sesuai

Berikan pengganti gula sesuai


kebutuhan

Kolaborasi :

- Pertimbangkan dalam hubungannya


dengan ahli gizi, sesuai kebutuhan,
jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses menua
atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk dan
figur tubuh yang tidak proporsional.

Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia. Faktor-
faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah
menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin
yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa kenyang. Proses
penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada berbagai
tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia
mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.

Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun
tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi
dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id

www.wikipedia.co.id

www.scribd.com

Asuhan keperawatan lanjut usia

33

Anda mungkin juga menyukai