Anda di halaman 1dari 21

ETIKA DAN TREND

ISU KEPERAWATAN
GERONTIK

YANTI AVRILIA FATUBUN


C1714201111
Prinsip etika pelayanan
kesehatan pada lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam
pelayanan pada penderita usia lanjut adalah :
1. Empati
Merupakan upaya pelayanan geriatri harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,
tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan
over-protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu
semua petugas geriatrik harus memahamai proses
fisiologis dan patologis dari penderita lansia.
2. Otonomi
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu
mempunyai hak untuk menentukan nasipnya, dan
mengemukakan keinginannya sendiri. Jadi secara
hakiki prinsip otonomi berupaya untu melindungi
penderita yang fungsional masih kapabel
(sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih
bersifat melindungi penderita yang inkapabel).
Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang
menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu
keputusan (mis, seorang ayah membuat keputusan
bagi anaknya yang belum dewasa).
3. Keadilan
Yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan
perilaku yang sama bagi semua penderita.
Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita
secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan
atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
4. Kesungguhan hati
Yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua
janji yang diberikan pada seorang penderita
mengenai keharusan untuk berbuat baik dan
otonomi.
Trend dan isu keperawatan
A. Fenomena demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
dampak positif terhadap kesejatraan yang terlihat dari angka
harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun
kurang lebih 10 juta jiwa, dari total populasi penduduk. Pada
tahun 2020 diperkirakan meningkat 3×, menjadi kurang lebih
29 juta jiwa dari total populasi penduduk
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil :
1. 62,3% lansia di indonesia masih berpenghasilan dari
pekerjaanya sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau
menantu
Permasalahan pada lansia
A. Permasalahan umum
1. makin besar jumlah lansia yang berada di
bawah garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga
anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4. Masih rendahnya kuantitas tenaga profesional
pelayanan usia lanjut.
5. Belum membudaya dan melembaganya
kegiatan pembinaan kesejatraan lansia.
B. Permasalahan khusus
1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat
timbulnya masalah baik fisik, mental maupun
sosial.
2. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
3. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan
cacat.
4. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang
mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
5. Adanya dampak negatif dari proses
pembangunan yang dapat menganggu
kesehatan fisik.
Pendekatan perawatan gerontik
(lanjut usia)
1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2
bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain
- Klien lanjut usia yang pasif atau tifak dapat bangun
yang mengalami kelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan yang panjang untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia,
perawat berperan sebagai supporter, interpreteren
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.
3. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenagan dan
kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya, terutama jika klien
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Masalah kesehatan gerontik
1. Masalah kehidupan seksual
hubungan seksual pada suami istri yang sudah
menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun.
Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien
sakit atay mengalami ketidakmampuan dengan
cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan
pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi
tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara
kedua pasangan sepenuhnya normal.
2. Perubahan perilaku
Pada lansia sering terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, sering menarik
diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasan karena dirinya sudah sudah
tidak menarik lagi.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan
mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik, sehingga timbulnya gangguan di
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehinga
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang
lain.
Peran perawat

Menurut Doheny (1982)


1. Care giver
Perawat diharapkan mampu untuk memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai dengan
diangnosis masalh yang komplek.
2. Client advocate
Perawat bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan.
3. Couselor
Konseling dapat dilakukan oleh perawat yitu
bertanggung jawab membantu mengatasi masalah
dan beradaptasi terhadap konsekuensi dan proses
diantara anggota keluarga.
4.Researcher
Perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian
yang terkait dengan asuhan keperawatan keluarga
dengan usia lanjut. Perawat merancang dan
menyelenggarakan penelitian sesuai dengan
masalah yang telah diidentifikasi. Hasil penelitian
tersebut diidediminasikan dan diapliksikan dalam
praktek keperawatan keluarga dengan usia lanjut.
PELATIHAN KELUARGA YANG
MERAWAT LANSIA
Pelatihan Keluarga Yang Merawat Lansia

kesehatan lansia menjadi penting mengingat


semakin besar populasi lansia di Indinesia, sebagai
dampak dari bertambahnya usia harapan hidup
(UHH).
Tim pengabdian masyarakat fakulitas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI)
memperkenalkan model keperawatan Santun
Lansia, sebagai upaya untuk meningkatkan
kemandirian keluarga dalam merawat lansia.
untuk memperkenalkan model keperawatan
tersebut kepada masyarakat, tim pengmas FIK UI
menggelar pelatihan kepada 45 pelaku rawat lansia
di Kelurahan Bojong Nangka, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.
Model keperawatan Santun Lansia dikreasikan
untuk meningkatkan kemandirian keluarga dan
kualitas hidup lansia.
Alasan program ini dibentuk karena kondisi
kesehatan lansia menurun, seiring adanya penuaan
dan timbulnya penyakit kronik. Peran keluarga
merupakan pendukung dan pelaku rawat utama
lansia dirumah.
model keperawatan santun lansia yang
dilaksanakan di desa bojong nangka ini, dimulai
dengan pelatihan kepada “Caregiver” atau pelaku
rawat tentang bagaimana cara merawat. Juga
memberikan dukungan kepada lansia yang tinggal
di rumah.
“diharapkan kegiatan ini mampu meningkatkan
kualitas hidup lansia, serta memberdayakan
Pengembangan Model
Keluarga
Mandiri
Pengembangan Model Keluarga Mandiri
Keluarga mandiri dala memenuhi kebutuhan kesehatannya
dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Kemandirian
keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya yaitu :
1. Mampu mengenal masalah kesehatannya
2. Mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi
kesehatannya.
3. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota
keluarga yang memerlukan bantuan keperawatan.
4. Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang
upaya peningkatan kesehatan.
5. Mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
Keluarga mandiri dibagi lagi dalam beberapa tingkatan,
keluarga mandiri tingkat 1 (paling rendah) sampai
keluarga mandiri tingkat IV (paling tinggi) dan setiap
tingkatan memiliki indicator berikut :
1. Keluarga mandiri tingkat pertama
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan.
2. Keluarga mandiri tingkat dua
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan.
- tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar.
- melakukan perawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
3. Keluarga mandiri tingkat tiga
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
- tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan, secara
benar.
- memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
- melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4. Keluarga mandiri tingkat empat
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
- tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar.
- memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
- melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
- melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
TRIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai