0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan21 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang etika dan tren keperawatan gerontik. Prinsip-prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan kesehatan lanjut usia meliputi empati, otonomi, keadilan, dan kesungguhan hati. Dokumen ini juga membahas tentang permasalahan lanjut usia seperti makin besarnya jumlah lanjut usia miskin dan perubahan perilaku lanjut usia. Terakhir, dokumen ini menjelaskan pentingny
Dokumen tersebut membahas tentang etika dan tren keperawatan gerontik. Prinsip-prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan kesehatan lanjut usia meliputi empati, otonomi, keadilan, dan kesungguhan hati. Dokumen ini juga membahas tentang permasalahan lanjut usia seperti makin besarnya jumlah lanjut usia miskin dan perubahan perilaku lanjut usia. Terakhir, dokumen ini menjelaskan pentingny
Dokumen tersebut membahas tentang etika dan tren keperawatan gerontik. Prinsip-prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan kesehatan lanjut usia meliputi empati, otonomi, keadilan, dan kesungguhan hati. Dokumen ini juga membahas tentang permasalahan lanjut usia seperti makin besarnya jumlah lanjut usia miskin dan perubahan perilaku lanjut usia. Terakhir, dokumen ini menjelaskan pentingny
C1714201111 Prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada penderita usia lanjut adalah : 1. Empati Merupakan upaya pelayanan geriatri harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus memahamai proses fisiologis dan patologis dari penderita lansia. 2. Otonomi Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasipnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Jadi secara hakiki prinsip otonomi berupaya untu melindungi penderita yang fungsional masih kapabel (sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (mis, seorang ayah membuat keputusan bagi anaknya yang belum dewasa). 3. Keadilan Yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perilaku yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan. 4. Kesungguhan hati Yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang diberikan pada seorang penderita mengenai keharusan untuk berbuat baik dan otonomi. Trend dan isu keperawatan A. Fenomena demografi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejatraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu : AHH di indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun AHH di indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa, dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3×, menjadi kurang lebih 29 juta jiwa dari total populasi penduduk Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil : 1. 62,3% lansia di indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaanya sendiri. 2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga. 3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga. 4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu Permasalahan pada lansia A. Permasalahan umum 1. makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan. 2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati. 3. Lahirnya kelompok masyarakat industri. 4. Masih rendahnya kuantitas tenaga profesional pelayanan usia lanjut. 5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejatraan lansia. B. Permasalahan khusus 1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. 2. Rendahnya produktifitas kerja lansia. 3. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. 4. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. 5. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat menganggu kesehatan fisik. Pendekatan perawatan gerontik (lanjut usia) 1. Pendekatan fisik Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu : - Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain - Klien lanjut usia yang pasif atau tifak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit. 2. Pendekatan psikis Perawat mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat berperan sebagai supporter, interpreteren terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. 3. Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan ketenagan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Masalah kesehatan gerontik 1. Masalah kehidupan seksual hubungan seksual pada suami istri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit atay mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. 2. Perubahan perilaku Pada lansia sering terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah sudah tidak menarik lagi. 3. Pembatasan fisik Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, sehingga timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehinga ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Peran perawat
Menurut Doheny (1982)
1. Care giver Perawat diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan diangnosis masalh yang komplek. 2. Client advocate Perawat bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan. 3. Couselor Konseling dapat dilakukan oleh perawat yitu bertanggung jawab membantu mengatasi masalah dan beradaptasi terhadap konsekuensi dan proses diantara anggota keluarga. 4.Researcher Perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian yang terkait dengan asuhan keperawatan keluarga dengan usia lanjut. Perawat merancang dan menyelenggarakan penelitian sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi. Hasil penelitian tersebut diidediminasikan dan diapliksikan dalam praktek keperawatan keluarga dengan usia lanjut. PELATIHAN KELUARGA YANG MERAWAT LANSIA Pelatihan Keluarga Yang Merawat Lansia
kesehatan lansia menjadi penting mengingat
semakin besar populasi lansia di Indinesia, sebagai dampak dari bertambahnya usia harapan hidup (UHH). Tim pengabdian masyarakat fakulitas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) memperkenalkan model keperawatan Santun Lansia, sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian keluarga dalam merawat lansia. untuk memperkenalkan model keperawatan tersebut kepada masyarakat, tim pengmas FIK UI menggelar pelatihan kepada 45 pelaku rawat lansia di Kelurahan Bojong Nangka, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Model keperawatan Santun Lansia dikreasikan untuk meningkatkan kemandirian keluarga dan kualitas hidup lansia. Alasan program ini dibentuk karena kondisi kesehatan lansia menurun, seiring adanya penuaan dan timbulnya penyakit kronik. Peran keluarga merupakan pendukung dan pelaku rawat utama lansia dirumah. model keperawatan santun lansia yang dilaksanakan di desa bojong nangka ini, dimulai dengan pelatihan kepada “Caregiver” atau pelaku rawat tentang bagaimana cara merawat. Juga memberikan dukungan kepada lansia yang tinggal di rumah. “diharapkan kegiatan ini mampu meningkatkan kualitas hidup lansia, serta memberdayakan Pengembangan Model Keluarga Mandiri Pengembangan Model Keluarga Mandiri Keluarga mandiri dala memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Kemandirian keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya yaitu : 1. Mampu mengenal masalah kesehatannya 2. Mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi kesehatannya. 3. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang memerlukan bantuan keperawatan. 4. Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang upaya peningkatan kesehatan. 5. Mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada. Keluarga mandiri dibagi lagi dalam beberapa tingkatan, keluarga mandiri tingkat 1 (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat IV (paling tinggi) dan setiap tingkatan memiliki indicator berikut : 1. Keluarga mandiri tingkat pertama - menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat. - menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. 2. Keluarga mandiri tingkat dua - menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat. - menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. - tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar. - melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. 3. Keluarga mandiri tingkat tiga - menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat. - menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. - tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan, secara benar. - memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. - melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. - Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. 4. Keluarga mandiri tingkat empat - menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat. - menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. - tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar. - memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. - melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. - Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. - melaksanakan tindakan promotif secara aktif. TRIMA KASIH