Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan
hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup
dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi
tingginya. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan
jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang
kesehatan dan keperawatan.
Semua orang tentunya ingin hidup sehat, tetapi semua itu sangatlah susah
untuk mewujudkannya apalagi dengan usia yang semakin bertambah akan
semakin banyak masalah dengan kondisi fisik yang makin melemah, terutama
pada lansia. Secara fisiologis usia lanjut akan mengalami banyak kemunduran
dalam semua aspek kehidupannya. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat
produktifitas dan kemandiriannya secara nyata semakin berkurang, karena
kemunduran ini mungkin akan menimbulkan ketergantungan pada orang lain.
Namun harus disadari bahwa manusia menjadi tua bukan suatu hal yang luar
biasa, karena proses ini adalah peristiwa yang alami yang sudah pasti datang
pada orang-orang yang berumur panjang. Pada lansia akan banyak penyakitpenyakit yang akan timbul, maka sebagai tenaga kesehatan sangat penting
untuk memberikan pembinaan tentang masalah kesehatan pada lansia yang
tinggal di panti. Tinggal di panti tidak mudah bagi para lansia, karena mereka
mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya serta sering merasa kesepian dan
cenderung tidak memikirkan kesehatannya. Dengan dilakukannya pembinaan
kesehatan di panti diharapkan kualitas kesehatan para lansia akan semakin baik
dan terkontrol.
1.2 Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa upaya yang dilakukan dalam pembinaan kesehatan di panti ?


Apa hal-hal yang perlu diperhatikan lansia ?
Apa saja sifat penyakit yang terjadi pada lansia ?
Bagaimana manajemen stres pada lansia ?
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan dasar usia lanjut ?
Apa pengertian terapi modalitas ?
Jenis- jenis terapi modalitas ?

1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengerti upaya yang dilakukan dalam pembinaan
2.
3.
4.
5.

kesehatan lansia
Memahami dan mengerti hal-hal yang diperhatikan lansia
Memahami dan mengerti sifat penyakit lansia
Memahami dan mengerti manajemen stres pada lansia
Memahami dan mengerti pelaksanaan pelaksanaan asuhan

keperawatan dasar lansia


6. Memahami dan mengerti terapi modalitas
7. Memahami dan mengerti jenis terapi modalitas
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat meningkatkan
pengetahuan penulis dan pembaca mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
pembinaan kesehatan pada lansia di panti dan terapi modalitas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Pelayanan Kesehatan Lansia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidpan manusia ( Budi Anna Keliat 1999 dalam Siti Maryam 2008).
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2). (3). (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut aalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Pelayanan kesehatan lansia adalah untuk meningkatkan kesehatan
lansia yang lebih baik dan untuk membantu memenuhi kebutuhan lansia
karena keterbatasannya dikarenakan proses penuaan. Keperawatan
kesehatan dasar adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan srta pengawasan
yang diberikan oleh tenaga keperawatan ( perawat, petugas panti terlatih)
untuk memenuhi kebutuhn dasar lansia. Pada lansia secara individu terjadi
proses kemundurn fungsi tubuh baik secara biologis, psikologis, maupun
sosial sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Cakupan dari
asuhan keperawatan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia
akibat proses penuaan . dan lingkup asuhan keperawatan pencegahan
ketidakmampuan sebagai proses akibat proses penuaan , perawatan untuk
pemenuhan kebutuhan lansia,pemulihan untuk mengatasi keterbatasan
lansia.Sifat asuhan keperawatan adalah independen (mandiri),
interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.
Peran dan fungsi keperawatan adalah sebagai pemberi asuhan
keperawatan secara langsung sebagai pendidik lansia, keluarga dan
masyarakat. Perawat juga menjadi motivator dan inovator dalam
memberikan advokasi kepada klien serta konselor (Eliopoulous, 2005 dan
Lueckenote, 2000).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia


Lanjut
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut
agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri,
keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan
penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal
yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia
lanjut yang antara lain adalah:
- Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan
-

kesehatan lainnya.
Mengenal kasus gangguan jiwa.
Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan

kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan bugar.


Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi

seimbang.
Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.


Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan

kelompok sosial.
Teknik-teknik berkomunikasi.
Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,

alkohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.


Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.

2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan


terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh
proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan:

Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk

menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.


Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam

pemeliharaan kesehatan lansia.


Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas

panti yang menggunakan buku catatan pribadi.


Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan

dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat

memberikan karya dan tetap merasa berguna.


Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan

kondisi kesehatannya masing-masing.


Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya

kecelakaan pada usia lanjut.


Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.


Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan

tetap produktif.
Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu
mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat,
dan orang secara optimal.

3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat
berupa kegiatan:
- Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau
petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan
-

petugas kesehatan/puskesmas.
Pengobatan jalan di puskesmas.
Perawatan dietetic.
Perawatan kesehatan jiwa.
Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Perawatan kesehatan mata.
Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.
Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang
diperlukan.

4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mempertahankan atau mengembalikan


fungsi organ yang telah menurun seoptimal mungkin.
- Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan
lain-lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa
-

berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.


Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat

mental penderita.
Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas di

dalam maupun diluar rumah.


Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
Perawatan fisioterapi.

10 kebutuhan lansia (10 needs of the elderly) menurut Darmojo (2001) adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Makanan cukup dan sehat (healthy).


Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
Perumahan/tempat tinggal/ tempat berteduh (home, place to stay).
Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
Bantuan teknis praktis sehari-hari/ bantuan hukum (technical, judicial

assistance).
6. Transportasi umum (facilities for public transportations).
7. Kunjungan/ teman bicara/ informasi (visits, companies, informations).
8. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
9. Rasa aman dan tentram (safety feeling).
10. Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids).
6

3.2

Hal-hal yang Perlu diperhatikan Lansia


Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh lansia berkaitan
dengan perilaku yang baik (adaftif) dan tidak baik (maladaftif).
1. Perilaku yang kurang baik
Kurang berserah diri.
Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa.
Sering menyendiri.
Kurang melakukan aktivitas fisik/ olahraga/ kurang bergerak.
Makan tidak teratur dan kurang minum.
Kebiasaan merokok dan meminum minuman keras.
Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan.
Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan.
Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi.
Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur.
2. Perilaku yang baik
Mendekatkan diri pada Tuhan Yang maha Esa.
Mau menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa
percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan

kemampuannya.
Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat.
Melakukan olahraga ringan setiap hari
Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang

sesuai serta banyak minum.


Berhenti merkok dan meminum minuman keras.
Meminum obat sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan.
Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.
Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks.
Memeriksakan kesehatan secara teratur.

Manfaat perilaku yang baik

Lebih takwa dan tenang


Tetap ceria dan banyak mengisi waktu luang
Keberdayaannya tetap diakui oleh keluarga dan masyarakat
Terhindar dari kegemukan dan kekurusan serta penyakit berbahaya

sperti jantung, paru, diabetes, kanker dan lain-lain


Mencegah keracunan obat dan efek sampingnya

3.3

Mengurangi stres dan kecemasan


Hubungan harmonis tetap terpelihara
Gangguan kesehatan dapat diketahui sedini dan diatasi mungkin

Sifat Penyakit pada Lansia


1. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari
dalam tubuh (endogen). Hal ini disebabkan karena pada lansia telah
terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat
kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormon,
enzim dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi
berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi.
Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), dimana satu
sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan
memperberat.

2. Gejala penyakit sering tidak khas/ tidak jelas


Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali didapati
demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit
sebenarnya cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya
tidak berat dan tidak perlu berobat.
3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis
yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta penggunaan
obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama.
4. Sering mengalami gangguan jiwa
Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami
tekanan jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak
hanya gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan
jiwanya yang justru sering tersembunyi gejalanya. Jika yang
mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan
penyakitnya.
3.4

Manajemen Stres
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi koping pada lansia

Berbagai orang memaknai pengalaman hidupnya secara unik.


Faktor waktu cukup berpengaruh, khususnya bila berbagai kejadian

menimpa dalam selang waktu yang singkat.


Bila suatu kejadian yang menimpa itu tidak diantipasi sebelumnya.
Pengalaman pahit yang dialami sehari-hari memerlukan koping
yang besar ketimbang koping untuk suatu tragedi.

2. sumber-sumber koping

Bagi dewasa adalah aset/harta milik lansia.


Dukungan sosial merupakan penangkal terhadap stres gaya koping.
Hal ini lebih dipengaruhi oleh segi usia/kematangan.
Gaya koping yang pasif, yaitu yang lebih berfokus pada emosi
dikatakan cukup efektif terhadap kejadian-kejadian yang tak
mungkin lagi diubah.

Gaya koping yang aktif, yaitu yang lebih berfokus pada masalah
dikatakan cukup efektif terhadap kejadian-kejadian yang masih

dapat diubah.
Menurut banyak kalangan bahwa segi keagamaan dan aktifitas

tertentu merupakan perilaku yang efektif.


Aktifitas yang bersifat menarik perhatian sangat membantu.

3. Strategi koping yang digunakan


Stereoptip lansia
Pension
Pengurangan pendapatan
Kemunduran kesehatan
Keterbatasan fungsional (aktivitas sehari-hari)
Kemunduran kognitif
Kematian anggota keluarga
Perpindahan hunian
Tantangan kejiwaan lainnya
Kembangkan keterampilan baru, gunakan waktu luang, berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermakna


Manfaatkan fasilitas discount yang tersedia
Gaya hidup sehat
Penyesuaian diri terhadap lingkungan dan jika perlu menggunakan

alat bantu
Memanfaatkan peluang pendidikan seperti grup diskusi,

perpustakaan, dan hal-hal lain yang kreatif


Boleh larut dalam kesedihan secukupnya, bila perlu memanfaatkan
konseling, bina perlu memanfaatkan konseling, bina keakraban

yang baru
Di negara maju, bagi para lansia tersedia berbagai pilihan hunian
Pertahankan selera humor, gunakan teknik penghilang stres, dan
berpartisipasi dalam aktivitas kelompok

3.5

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dasar Lanjut Usia


Yang dimaksud asuhan keperawatan adalah bantuan bimbingan
penyuluhan, pengawasan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang
perawat/bidan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau kelompok. Pada
usia lanjut ditemukan berbagai masalah secara individu. Prinsip pemberian
asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien atau kelompok.
10

Asuhan keperawatan dasar bagi kelompok usia lanjut ditujukan


kepada:
a. Kelompok usia lanjut aktif
Mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan
sendiri. Walaupun demikian perlu mendapat bimbingan dan pengawasan
untuk mencegah terjadinya faktor resiko tinggi agar tidak mempercepat
ktergantungan dengan lain. Adapun bimbingan dan pengawasan berupa
kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, makanan dan kesegaran
jasmanai.
b. Kelompok usia lanjut pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan
orang lain. Yang harus diperhatikan pada usia lanjut yang tinggal ditempat
adalah kebersihan perorangan, lingkungan, makanan, mencegah decubitas.

11

A. TERAPI MODALITAS
1. Pengertian
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang bagi lansia. (Maryam, Siti, 2008)
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang
menggunakan kemampuan atau elektrik (Setyoadi, 2011).
Terapi modalitas adalah terapi yang bukan bagian dari terapi
medis konvensional.Istilah terapi modalitas dalam ilmu
keperawatan lebih dikenal dengan terapi komplementer, terapi
alternative, terapi holistic, terapi nonbiomedik, pengobatan
integrative atau perawatan kesehatan, dan perawatan
nontradisional.
Terapi komplementer adalah suatu penyembuhan yang
mencakup sistem kesehatan, modalitas, praktek dan teori, serta
keyakinan dari masyarakat atau budaya dalam periode sejarah
tertentu (National Center For Complementary Alternative
Medicine/NCCAM)
2. Tujuan Terapi Modalitas
a. Mengisi waktu luang bagi lansia
b. Meningkatkan kesehatan lansia
c. Meningkatkan aktivitas dan produktivitas lansia
d. Meningkatkan interaksi social antar lansia
e. Membantu proses penyembuhan, mengurangi gejala/keluhan
f.
g.
h.
i.
j.

yang dialami klien


Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien
Memperlambat kemunduran
Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang
Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri dan
meningkatkan kemandirian

3. Klasifikasi Menurut NCCAM


Terapi komplementer atau terapi modalitas diakui sebagai
upaya kesehatan nasional oleh National Center For
Complementary/Alternative Medecine (NCCAM) di Amerika.
12

Penggunaan istilah komplementer disebabkan karena pemakaian


bersama terapi lain bukan sebagai pengganti dan pengobatan
biomedis. Terapi komplementer juga digunakan dalam praktek
keperawatan professional sebagai terapi alternative di beberapa
klinik perawatan, misalnya latihan relaksasi otot, disamping
penggunaan terapi medis.Namun demikian, terapi komplementer
dapat digunakan mandiri atau tidak berhubungan dengan terapi
biomedik karena diposisikan sebagai upaya promosi kesehatan,
misalnya klien dipijat secara rutin untuk mencegah munculnya
stress.
Complementary Alternative Medicine (CAM) mencakup semua
praktek serta ide-ide yang dimaknai sebagai upaya mencegah
atau mengobati penyakit atau mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan.
Klasifikasi terapi komplementer menurut NCCAM
Jenis
1. Terapi pikiran tubuh (mindbody therapies)
Pendekatan perilaku,
psikologis, social dan
spiritual untuk kesehatan.
2. Terapi berbasis biologi

Contoh
Yoga, tai-chi, meditasi, imagery, hipnotis,
biofeedback, dukungan kelompok, terapi seni, terapi
musik, terapi dansa, journaling, humor, psikoterapi
tubuh, penyembuhan spiritual, holistic nursing,
placebo.
Herbal, diet khusus (pritikin (pantangan lemak yang

(biologically based

sangat kuat), ornish (larangan ketat terhadap

therapies)
Terapi yang bersifat alami,

konsumsi lemak total dan kebebasan konsumsi

praktik, intervensi, dan


produknya berbasis biologis.

karbohidrat), Atkins (tinggi lemak tak jenuh-rendah


karbohidrat), tinggi serat, makrobiotik), pengobatan
orthomolecular (gizi), intervensi
farmakologis/biologis/instrumental (kartilago, ozon,
cone, sengatan lebah, elektrodiagnostik).

3. Terapi manipulatif dan

Pengobatan kiropraktik, pijatan dan gerak tubuh

berbasis tubuh (manipulative

atau body work (kranial-sakrum ostheopathic

and body based systems)


Sistem yang didasarkan

manipulative treatment, pijatan swedia, refleksologi,

pada kegiatan manipulasi

metode pilates, gerak tubuh trager, teknik


Alexander, teknik feldenkrais, pijatan chinese tui na,

dan atau gerakan anggota

13

tubuh.

akupresur, rolfing), serta terapi fisika


nonkonvensional seperti hidroterapi, diatermi, terapi
cahaya dan warna, colonic, pernafasan lubang
hidung secara bergantian (alternatf nostril

4. Terapi energy (energy


therapies)
Sistem pengobatan yang

breathing).
Sentuhan terapeutik, sentuhan penyembuhan,
penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
eksternal, dan magnet.

menggunakan medan
energy halus di dalam dan
sekitar tubuh.
5. Terapi sistem pengobatan

Pengobatan tradisional cina (akupunkur, formula

alternative(alternative

herbal, diet, external dan internal qi-gong, tai-chi,

medical systems)
Pengobatan nonmedik yang

pijatan dan manipulasi, acupotomy).

melibatkan teori dan


praktikdari sistem yang
komplit.

Terapi komplementer yang umum digunakan dalam keperawatan


meliputi active listening, akupresur, animal-assisted, aroma terapi,
biofeedback, healing touch, tertawa(humor), imagery, journaling,
pijatan, meditasi, music, spiritual, relaksasi otot progresif,
storytelling, tai-chi, sentuhan terapeutik, dll.
4. Contoh Jenis-Jenis Terapi Modalitas
a. Psikodrama
Psikodrama adalah metode psikoterapi kelompok dimana
susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan
masalah emosional digali dengan menggunakan metode
dramatik spesifik.Psikodrama merupakan upaya pemecahan
masalah melalui drama, dimana masalah yang didramakan
adalah masalah psikis yang dialami individu.
Tujuan: untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat
dipilih sesuai dengan masalah lansia.Misalnya tema tentang
kehidupan sehari-hari.
Proses psikodrama umumnya berlangsung melalui 3 fase,
yaitu:
14

1) Fase pemanasan
Ditandai dengan penentuan tindakan sutradara yang siap
memimpin kelompok dan konseling. Proses ini melibatkan
aktivitas verbal dan nonverbal. Fase ini harus
mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk pada fase
tindakan.
2) Fase tindakan
Melibatkan tindakan yang jelas kepedulian - kepedulian
protagonis. Hal terpenting dalam fase ini adalah bahwa
protagonis mengekspresikan emosi -emosi tertekan dan
menemukan cara baru yang efektif untuk bertindak.
3) Fase integrasi
Melibatkan diskusi dan penutupan (closure).Umpan balik
sangat penting dari setiap konseling dan protagonis agar
tindakan yang jelas (enactment) perubahan dan integrasi
tercipta.

b. Terapi aktivitas kelompok


Tujuan: untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Kelompok ini
terdiri atas 7-10 orang lansia.Untuk terlaksananya terapi ini
dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan Fasilitator.Misalnya
cerdas cermat, tebak gambar, dll.

15

Sumber: m.kompasiana.com

c. Terapi okupasi
Tujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari
bahan yang telah disediakan.
Misalnya: membuat bunga dari bahan yang mudah didapat,
membuat keset, membuat kipas, membuat sulak dari tali rafia,
menjahit dari kain, merajut dari benang dan kerja bakti.
d. Terapi berkebun
Tujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang. Misalnya: penanaman kangkung,
bayam, cabai, timun dan berbagai jenis sayuran atau buah
lainnya. Sebagai catatan adalah lebih baik kalau jenis sayuran
atau buah yang akan ditanam disukai oleh lansia yang akan
melakukan kagiatan terapi berkebun ini sehingga para lansia
lebih bersemangat dalam melakukan kegiatannya.

16

Sumber: www.pstwbudimulia3.org
e. Terapi binatang
Tujuan meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang.
Misalnya: mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll. Namun
perlu diperhatikan apakah lansia yang akan melakukan terapi
ini menderita alergi dengan binatang atau tidak. Ini untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sumber: magazine.godsdirectcontact.net
Implementasi:

Pilih hewan peliharaan yang baik dan perangai yang baik


Pastikan hewan peliharaan telah diperiksa oleh dokter
hewan dan diberi imunisasi

17

Pertimbangan khusus

Pastikan lingkungan lanyak untuk terapi hewan


peliharaan. Fasilitas harus mempunyai area tempat buat
hewan peliharaan dan dijauhkan dari orang yang alergi
hewan.

f. Terapi kognitif
Tujuan agar daya ingat lansia tidak menurun.
Misalnya: cerdas cermat, mengisi TTS, bermain tebaktebakan, menyelesaikan Puzzle, dll.

g. Terapi keagamaan
Tujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian,
dan meningkatkan rasa nyaman pada lansia.
Misalnya: seperti mengadakan pengajian, kebaktian, Sholat
berjamaah, Doa bersama, dll.

Sumber: rumahlansia.blogspot.com
h. Terapi rekreasi
18

Terapi rekresi pada lansia adalah aktivitas yang dilakukan


pada waktu senggang.
Tujuan untuk membentuk serta meningkatkan kembali
kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (individual
maupun kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin seharihari dengan cara mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan
yang berbeda, meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan dan melihat melihat pemandangan.
Rekreasi dapat memberikan kepuasan serta kegembiraan
yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin lansia.Misalnya:
mengikuti senam lansia, datang ke posyandu lansia,
bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga,
mengunjungi saudara, dll.

Sumber: uptpantiwerdhamojopahit.blogspot.com
i. Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang
dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing
anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing
anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di
keluarga, apa konstribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang sebelumnya.
19

j. Terapi aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian
minyak alami yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka
yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma
efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit, dan
bahkan mengobati penyakit tertentu, baik fisik maupun
psikologis.

Implementasi:

Selain minyak alami yang tepat,bisa juga di gunakan

sebagai massase, inhalasi, mandi.


bbMassage membutuhkan minyak perantara, massage
mencakup mengencerkan minyak alami dengan minyak
perantara yang sesuai dan mengoleskan ke seluruh

tubuh.
Inhalasi membutuhkan semangkuk air hangat dan sebuah
handuk besar.caranya pasien dapat menutup seluruh
kepalanya dengan handuk lalu meneteskan minyak
alami.terus membungkuk dan menghirup uap air selama
beberapa menit.

Pertimbangan khusus:

Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di


bawah sinar matahari, anjurkan pasien tidak boleh

mengoleskan minyak cengkeh dan kayu manis.


Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan
kewaspadaan keamanan yang khusus.

20

Peringatkan pasien tidak boleh menggunakan minyak


alami ke mata dan harus menjauhkan dari bagian mata.

k. Terapi dansa
Terapi dansa memanfaatkan antara gerak tubuh dan pikiran.
Aspek khusus terapi dansa seperti musik, irama,dan gerakan
yang sinkron, mengubah status alam perasaan, menyadarkan
kembali ingatan dan perasaan yang lalu dan mengurangi
isolasi. Musik harus sesuai dengan kelompok lansia, baik
kecepatannya maupun penampilan estetisnya.
Implementasi:

Atur ruangan untuk mengakomodasi gerakan


Atur kursi di sekitar pinggiran bagi mereka yang tidak

dapat berdiri atau menjadi lelah selama sesi terapi.


Jelaskan tujuan sesi tersebut dan dorong setiap lansia
untuk berpartisipasi sampai tahap mereka mampu

melakukannya.
Kurangi resiko cedera saat dilakukan terapi.

Pertimbangan khusus

Karena berdansa merupakan aktifitas aerobik, perhatikan


apakah ada tanda-tanda gangguan kardiovaskuler, seperti
pusing, kemerahan, keringat yang banyak dan

disorientasi.
Gerakan yang cepat dapat membuat pusing, bantu lansia
yang pusing periksa TTV.

l. Terapi life-review
Berkaitan dengan peninjauan memori yang jauh
tersimpan,pengungkapan perasaan yang terkait memori
tersebut,pengakuan konflik-konflik dan pelepasan sudut
pandang yang membatasi diri.Terapi ini paling umum
digunakan untuk pencapaian pemecahan masalah dan
mengidentifikasi kemungkinan arah hidup yang baru.
Implementasi:
21

Berikan kesempatan bagi pasien untuk memberikan

ikhtisar peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya


Dorong pencarian makna,pemecahan masalah dan

kepuasan emosional
Fasilitasi dengan membagi beberapa pengalaman hidup
anda sendiri.

Pertimbangan khusus
Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau
tidak mampu untuk mengenang hidup dengan lancar.Ia
mungkin perlu bantuan dalam mengungkapkan pengalaman
hidupnya.
m. Terapi musik
Menggunakan daya tarik universal menggunakan bunyi ritmik
untuk mengkomunikasikan, mengksplorasi dan
menyembuhkan.Terapi musik berupa
musik,bernyanyi,bergerak mengikuti musik atau
mendengarkan.Terapi musik bermanfaat bagi pasien yang
menderita ketidakmampuan perkembangan,gangguan
kesehatan jiwa,demensia,adiksi terhadap zat dan nyeri kronis.
Penelitian telah menunjukan efek positif musik dalam
mengurangi nyeri dan prosedur dalam kecemasan dan
anastesi gigi.
Implementasi

Atur sebuah lingkungan yang nyaman


Pilih musik yang tepat untuk pasien
Jika sesi yang anda lakukan akan meliputi pembuatan
musik,kumpulkan instrumen yang tepat untuk kelompok

tersebut
Dorong peserta untuk membahas perasaan yang mereka
alami ketika sedang mendengarkan musik.Beri pujian atas

upanya mereka
Setelah sesi usai,dokumentasikan tipe aktivitas dan
respon kelomopok.
22

Pertimbangan khusus
Musik khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan
untuk lansia.Pada banyak pasien,musik yang mereka nikmati
dimasa muda mereka tidak lagi menjadi bagian hidup mereka
selama puluhan tahun.
n. Terapi Oksigen
Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami
hipoksemia yang disebabkan oleh kedaruratatan pernafasan
atau jantung atau peningkatan fungsi metabolic.Pada
kedaruratan pernafasan,memungkinkan pasien mengurangi
upaya ventilasinya. Ketika penyakit seperti atelektasis atau
sindromc distres pernafasan dewasa,kerusakan difusi, ketika
volume paru berkurang akibat hipoventilasi,prosedur ini
menaikkan kadar alveolar
Peralatan:

Sumber oksigen
Meteran aliran
Air steril yang di uapkan
Slang penghubung diameter kecil dan besar
Lapisan kassa dan plester
Adapter pancaran udara untuk masker venturi

Implementasi

Kaji kondisi pasien pada keadaan darurat pastikan jalan

nafas pasien terbuka saat memberikan oksigen


Periksa port saluran keluar oksigen untuk memastikan

aliran
Periksa kamar untuk memastikaan keamanan dalam

memberikan terapi oksigen


Pantau respon pasien terhadap terapi oksigen

Komplikasi
Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat
menyebabkan kerusakan pada jalan nafas dan paru. Henti
nafas mungkin komplikasi yang akan terjadi jika konsentrasi

23

oksigen terlalu tinggi untuk pasien yang menderita penyakit


paru obstruksi kronis.
o. Terapi Seni
Adalah penggunaan kreatif berbagai media ekspresif untuk
membantu individu mengatasi kekhawatiran, emosi,
perubahan hidup, masalah personal dan konflik yang sering
dipendam dalam alam bawah sadar.Aktivitas kreatif dapat
mencakup menggambar, melukis, memahat, dan membuat
mozaik.
Implementasi:
Pastikan pasien secara fisik mampu melakukan aktivitas

artistic
Jelaskan prosedur kreatif kepada pasien dan dapatkan

persetujuannya.
Kumpulkan dan siapkan semua bahan yang diperlukan
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Beri pujian untuk setiap dan seluruh usahanya.
Berikan klien waktu untuk menyelesaikan gambar tersebut

agar klien puas.


Ketika gambar itu selesai, persilahkan klien untuk

memperlihatkan gambar tersebut dan menceritakannya.


Jika klien secara khusus bangga dengan karya seninya,
atur agar karya itu dipajang (atas izin klien) agar orang
lain dapat mengaguminya, sehingga membuat klien lebih
diakui.

Pertimbangan Khusus:
Beberapa klien mungkin tidak bersedia untuk berpartisipasi
dalam terapi seni, baik karena malu atau tidak tertarik.Jangan
memaksa, sebaiknya bangun hubungan terapeutik yang dapat
dipercaya. Klian akan bersedia untuk berpartisipasi pada
masa yang akan dating.

24

HASIL OBSERVASI
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Judul
Hari, Tanggal

: .

Waktu

: .

Tempat

: .

Hasil Observasi Petugas Terapi Aktivitas Kelompok


Petugas

Hasil Observasi

Leader

Co Leader

Fasilitator

Hasil Observasi Klien


Nama Klien

Kriteria Penilaian
Keaktifan
Sosialisasi
1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan :
4

: Baik Sekali

: Baik

: Cukup

: Kurang

25

Konsentrasi
1 2 3 4

Kerjasama
1 2 3 4

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidpan manusia ( Budi Anna Keliat 1999 dalam Siti Maryam 2008).
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2). (3). (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut aalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. Pelayanan kesehatan lansia adalah
untuk meningkatkan kesehatan lansia yang lebih baik dan untuk
membantu memenuhi kebutuhan lansia karena keterbatasannya
dikarenakan proses penuaan.

26

Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia


Lanjut dilakukan memalui upaya-upaya sebagai berikut, yaitu: upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Jadi terapi modalitas dapat dilakukan pada lansia untuk
mengisi waktu luang bagi lansia.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca
khususnya untuk lingkungan keperawatan dapat memahami, mengerti dan
menerapkan bagaimana pembinaan lansia di panti dan terapi modalitas
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada lansia dengan
menghargai hak-hak lansia dan menghormati kebutuhan lansia secara
profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Prawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Wulandari, Niksari Laela. 2013. Pembinaan Lanjut Usia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur , Kasongan, Bangunjiwo,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3007/84/498, Diunduh Pada
Tanggal 02 November 2014 ).
Asfriyati. 2003. Upaya Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3752/1/fkm-asfriyati.pdf,
Diunduh Pada Tanggal 02 November 2014)

27

Dirjen Pembinaan Kesehatan Keluarga, 1992. Pedoman Pembinaan Kesehatan


Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes, Jakarta.
Johana E. Prawitasari, Aspek Sosial Psikologi Usia Lanjut Di Indonesia.
Buletin Penelitian Kesehatan 21 (4) Hal 73-83.
Zuhdi Makmun, Pendekatan Komprehensif Terhadap Perawatan Kesehatan
Pada Usia Lanjut Menjelang Tahun 2000. Majalah Kesehatan
Masyarakat, Nomor 59 Tahun 1998.

TUGAS KELOMPOK
PEMBINAAN LANSIA DI PANTI DAN TERAPI MODALITAS
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gerontik 1
Desen Pengampu : Pritta Yunitasari S.Kep, Ns

Disusun Oleh :
I NYOMAN SUMARTHAMA (121144)
IKA PUTRI PRASTIWI (121146)
NURVITAWANG SEPTIASTUTI (121154)

28

RUDI (121161)
YENNYKA DWI AYU (121170)
BAHRI MAHROJI (110993)
SHERLY DAMUS (111029)
REFANGGA WAYAN DIKA (111061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015

29

Anda mungkin juga menyukai