TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan
pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya
sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik. ( Siti Nur
Kholifah 2016 )
1. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah
atau progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi klien
lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:
a) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2 . Pendekatan Psikologis
3 . Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan
sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar
lania maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan
rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia
adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
a. Perubahan Fisik
b. Perubahan Kognitif
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau
bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah
rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu
episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
b. Gangguan Memori
Sering merupakan gejala yang pertama timbul pada penurunan kognitif
dan demensia dini. Tahap awal terganggu adalah memori baru, yakni cepat
lupa apa yang baru saja dikerjakan, lambat laun memori lama juga dapat
terganggu. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung lamanya
rentang waktu antara stimulus dan recall yaitu :
1) Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dan
recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian
untuk mengingat (attention).
2) Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa
menit, jam, bulan bahkan tahun.
3) Memori lama (remote memory), rentang waktunya tahunan bahkan seusia
hidup.
c. Gangguan Emosi
Gangguan ini sering timbul pada lansia. Sekitar 15% lansia mengalami
kesulitan kontrol terhadap ekspresi dan emosi. Tanda lain adalah menangis
dengan tiba- tiba atau tidak dapat mengendalikan tawa. Efek langsung yang
paling umum dari penyakit pada personality adalah emosi yang tumpul,
disinhibition, kecemasan yang berkurang atau euforia ringan, dan
menurunnya sensitifitas sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang berlebihan,
depresi dan hipersensitif.
d. Gangguan Visuospasial
Sering timbul dini pada demensia. Lansia banyak lupa waktu, tidak tahu
kapan siang dan malam, lupa wajah teman dan sering tidak tahu tempat
sehingga sering tersesat (disorientasi waktu, tempat, dan orang). Secara
obyektif gangguan visuospasial ini dapat ditentukan dengan meminta lansia
mengkopi gambar atau menyusun balok sesuai bentuk tertentu. Semua lobus
berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer
kanan berperan paling dominan.
e. Gangguan Kognisi (cognition)
Fungsi ini yang paling sering terganggu pada lansia dan penurunan
kognitif, terutama daya abstraksinya. Selalu berfikir konkret, sehingga sukar
sekali memberi makna peribahasa. Juga daya persamaan (similarities)
mengalami penurunan.
g. Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefenisikan sebagai suatu proses
kompleks seseorang dalam memecahkan masalah/ persoalan baru. Proses ini
meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya,
menganalisa serta memecahkan atau mencari jalan keluar suatu persoalan.
Fungsi ini dimediasi oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur
subkortikal yang berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat
terganggu bila sirkuit frontal- subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi
eksekutif menjadi 4 komponen yaitu volition (kemauan), planning
(perencanaan), purposive action (bertujuan), effective performance
(pelaksanaan yang efektif).
h. Atensi
Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu
stimulus dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan.
Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak, aktivitas limbik dan
aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan
mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan
kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama.
Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain
seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif ( Yunus, 2003).
2) Kontak negatif
Mengarah pada satu pertentangan.
a. Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi komunikasi dalam dua
aspek. Yaitu kemampuan untuk menggunakan teknik komunikasi dan
mempersiapkan pesan yang akan disampaikan pada orang lain, dan
perkembangan penguasaan bahasa bergantung pada perkembangan
kognitif seseorang.
b. Sosio-kultural
Secara sosiokultural sangat mempengaruhi perilaku komunikasi
antar individu Karena, sosio-kultural membentuk tata cara
komunikasi.
c. Atensi
Mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi. Atensi
terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi panca indra
menurun bahkan berkurang.
3. Pertentangan
Suatu proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuannya dengan cara menetang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman atau kekerasan. Pertentangan dapat terjadi karena adanya
beberapa faktor. Faktor penyebab terjadinya pertentangan tersebut
meliputi perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan, dan perubahan sosial.
5. Asimilasi
proses sosial dalam taraf lebih lanjut yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang
atau kelompok manusia.
6. Kontravensi
Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan. Bentuk kontravensi yang umum terjadi antara lain
penolakan, keengganan, perlawanan, menghalang-halangi, protes,
perbuatan kekerasan, penghasutan, menyangkal dan membingungkan
pihak lain.