Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam
hirarki Maslow dijelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia menyangkut
didalamnya kebutuhan biologis dan psikologis. Kebutuhan biologis salah
satunya adalah upaya perlindungan fisik dari ancaman tubuh atau hidup yang
dapat berupa penyakit. Seseorang yang mengalami sakit akan berupaya
untuk mencari pelayanan kesehatan agar dirinya dapat kembali pada keadaan
sehat. Selain faktor biologis kita harus memperhatikan kebutuhan psikologis
klien, karena psikis klien akan mendukung kesembuhan bagi dirinya.
Home care pada era globalisasi ini sangat berkembang pesat terutama
di negara Indonesia karena home care ini merupakan pelayana kesehatan
jangka panjang yang dilakukan di rumah oleh pelayanan kesehatan. Kondisi
ini disebabkan oleh perubahan struktur pendidikan dan gaya hidup
masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan pola perawatan jangka
panjang sangat dibutuhkan. Seiring dengan itu, konsep pelayanan kesehatan
pun berubah. Pada jaman dahulu masyarakat yang mendatangi institusi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas tetapi pada jaman
sekarang pelayanan kesehatan yang mendatangi masyarakat. Oleh karena itu,
paradigma rumah sakit adalah tempat paling penting dalam penyembuhan
dan perawatan klien sudah mulai berubah menjadi perawatan dirumah.
Hampir semua masyarakat setuju bahwa rumah merupakan tempat
paling baik untuk melakukan perawatan kesehatan, terutama untuk
meningkatkan kemandirian klien. Tidak hanya memberikan keringanan
dalam biaya, home care juga merupakan langkah kecil untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal untuk banyak klien. Konsep home care dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal biologis maupun psikologis dari
klien.
Oleh karena itu penting bagi institusi pelayanan kesehatan
memberikan upaya kemudahan dalam akses layanan kesehatan kepada
masyarakat yang memiliki keterbatasan pemenuhan kebutuhan

1
biologis dan psikologis bagi kesehatannya. Homecare merupakan
layanan yang bernilai manfaat praktis dan ekonomis. Sehingga
diperlukan pelayanan dan tata kelola yang optimal dalam melakukan
homecare agar mampu menjadi tatanan pelayanan kesehatan yang
layak laksana dan berdampak luas bagi masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang tersebut :
1. Bagaimana homecare pada keluarga dengan kebutuhan biologis ?
2. Bagaimana homecare pada keluarga dengan kebutuhan psikologis?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah :
1. Untuk mengetahui dan mengerti tentang homecare pada keluarga
dengan kebutuhan biologis
2. Untuk mengetahui dan mengerti tentang homecare pada keluarga
dengan kebutuhan psikologis.

1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah :
1. Dapat menjelaskan mengenai homecare pada keluarga dengan
kebutuhan biologis.
2. Dapat menjelaskan mengenai homecare pada keluarga dengan
kebutuhan psikologis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan Gerontologi, Geriatri, dan Keperawatan Gerontik


Menurut Miller dalam buku Nursing for Welness, Gerontologi
adalah ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang akan
terjadi pada lansia (Miller, 2012). Sedangkan, menurut Mauk dalam buku
Gerontological Nursing Competencies for Care tahun 2008 mengatakan
gerontologi adalah istilah yang luas yang digunakan untuk mendefinisikan
suatu ilmu tentang orang lanjut usia.
Geriatri sering digunakan sebagai istilah umum yang berkaitan
dengan lanjut usia, tetapi secara khusus mengacu kepada urusan medis
orang lanjut usia (Mauk, 2008). Geriatri merupakan cabang ilmu dari
gerontologi dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam
berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada
prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna
(Depkes RI, 2008).
Menurut Maryam dalam buku Mengenal Usia lanjut dan
Perawatannya tahun 2008 tujuan pelayanan geriatri itu sendiri yaitu
mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar
dari penyakit atau gangguan kesehatan, memelihara kondisi kesehatan
dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang
mendukung, melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai,
melakukan pengobatan yang tepat, memelihara kemandirian secara
maksimal serta tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai
akhir hayatnya agar kematiannya berlangsung dengantenang. Prinsip-
prinsip pelayanan geriatri adalah sebagai berikut (Maryam, 2008):
a. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).
b. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
c. Diagnosis secara terpadu.
d. Team work (koordinasi).

3
e. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaanya.
Menurut Maryam dalam buku Mengenal Usia lanjut dan
Perawatannya tahun 2008 keperawatan gerontik adalah spesialis
keperawatan usia lanjut yang dapat menjalankan perannya pada tiap
tatanan pelayanan (dirumah sakit, rumah, dan panti) dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan
fungsi optimal para lansia secara komprehensif. Cakupan dari ilmu
keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia
akibat dari proses penuaan. Sedangkan, lingkup asuhan keperawatan
gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan akibat dari proses penuaan,
perawatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar lansia dan pemulihan untuk
mengatasi keterbatasan lansia. Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah
independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik, dan
holistik.
Dapat disimpulkan, ada perbedaan antara gerontologi, geriatrik,
dan keperawatan gerontik. Gerontologi membahas ilmu yang mempelajari
tentang lanjut usia dengan segala permasalahannya. Geriatri merupakan
ilmu tentang merawat orang lanjut usia yang mempunyai penyakit.
Sedangkan, keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan yang
profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik,
mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang-orang
yang telah berusia >60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Di
Indonesia, keperawatan gerontik masih dalam tahap pengembangan. Salah
satu cara pengembangannya adalah dengan memasukkan keperawatan
gerontik di dalam kurikulum pembelajran pada pendidikan keperawaan. Di
beberapa rumah sakit pun, sudah mulai membuat ruang rawat khusus yang
merawat pasien-pasien lanjut usia.

B. Peran Perawat Gerontik secara Umum


a. Pemberi pelayanan kesehatan

4
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada lansia, seorang
perawat harus mengetahui latar belakang dari masalah atau penyakit
tersebut, tanda dan gejalanya, faktor-faktor resiko, perawatan medis
yang biasa digunakan, asuhan keperawatan berdasarkan masing-
masing masalah keperawatan yang dialami klien karena penyakit
tersebut, dan rehabilitasi jika dibutuhkan.
b. Edukator
Perawat berperan memberikan informasi dan pengetahuan
kepada klien lansia tentang penyakit atau masalah yang dihadapinya
seperti menjelaskan faktor-faktor resiko penyakit yang dialami klien
lansia sehingga pola hidup lansia tersebut dapat berubah dan status
kesehatannya dapat bertambah. Mengajarkan dan membimbing klien
lansia juga dapat membuat mereka mandiri dan merasa mempunyai
andil dalam kesehatan tubuhnya (Miller, 2009).
c. Manajer
Perawat gerontik berperan sebagai manajer selama proses
pemberian asuhan keperawatan kepada klien lansia. Disini perawat
manajer harus dapat menyeimbangkan peran antara klien, keluarga,
perawat-perawat lain, dan tim-tim pelayanan kesehatan lain dalam
proses asuhan keperawatan klien (Potter & Perry, 2009). Perawat
manajer harus mampu mengembangkan kemampuan dalam koordinasi
staf, manajemen waktu, asertif, komunikasi, dan organisasi.
d. Advokat
Perawat gerontik disini berada di pihak klien lansia untuk
mempromosikan atau memberi tahu kepada pihak lain (keluarga dan
pemberi layanan kesehatan lain) tentang hal-hal yang disukai klien,
juga memperkuat otonomi klien dalam mengambil keputusan untuk
dirinya sendiri.
Perawat disini berperan sebagai pengembang keperawatan
gerontik berdasarkan masalah-masalah yang ada pada saat ini. Hal ini

5
diharapkan agar keperawatan gerontik akan selalu berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
e. Komunikator
Komunikasi bersifat esensial bagi seluruh peran keperawatan dan
aktivitasnya. Perawat secara rutin berkomunikasi dengan lansia dan
keluarganya serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Tanpa komunikasi
yang jelas, sangat sulit untuk memberikan kenyamanan dan dukungan
emosional kepada lansia.
f. Konsultan
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
g. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain.
Perawat berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
h. Motivator
Memotivasi klien lansia yang kurang memiliki kemauan untuk
memenuhi kebutuhannya.
i. Pengamat kesehatan
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
lansia, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi, dan
pengumpulan data.
j. Role model
Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan oleh
klien lansia dalam upaya peningkatan kesehatannya

6
C. Peran Perawat dalam Pelayanan Home Care
Keinginan masyarakat untuk dirawat di lingkungan familiar
dengan keluarga mereka, versus institusi, memicu kebutuhan lebih akan
adanya agen atau lembaga home care. Menurut Rice (2010) peran perawat
yang dibutuhkan terutama dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan
di rumah adalah peran sebagai edukator, advokat, manajer kasus, dan
spiritual-aesthetic communer:
a. Edukator
Komunikasi antara perawat dengan klien sangat terbatas, terutama
apabila jenis home care yang diberikan tidak membutuhkan
kehadiran perawat secara terus-menerus (kunjungan terjadwal). Maka
dari itu sangat penting bagi perawat mengajarkan klien untuk
menjaga kesehatannya di rumah. Proses ini termasuk membuat pasien
mendapatkan informasi dan membantu pasien melakukan kegiatan
yang cocok untuk mereka. Contohnya mengajar orang tua dan
pengasuh tentang aktivitas perawatan diri.
b. Advokat
Pada perawatan di rumah khususnya, advokasi dalam praktik
keperawatan membutuhkan rasa menghargai terhadap budaya sosial
yang dianut keluarga dan lingkungan rumah sehingga tercerminlah
standar profesional dan etika praktik keperawatan. Fungsi advokasi
perawat adalah sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan
klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional.
c. Manajer Kasus
Manajemen kasus adalah suatu proses yang sistematis di mana
perawat mengkaji kebutuhan, merencanakan dan mengkoordinasikan
pelayanan pada penyedia kesehatan lain, dan memantau dan
mengevaluasi kemajuan pelayanan untuk memastikan bahwa

7
berbagai kebutuhan klien terpenuhi dengan cara yang efektif
(Allender, Rector, & Warner, 2014). Pada proses pelaksanaan
manajemen kasus, langkah yang dilakukan:
1) Seleksi kasus dan kontrak terkait masalah kesehatan lansia.
Kasus prioritas antara lain lansia dengan masalah (penyakit
degeneratif, penyakit kronis, gangguan fungsi atau perkembangan
organ), lansia risiko tinggi, lansia terlantar, dan lansia pasca
perawatan di rumah sakit.
2) Melakukan pengkajian kebutuhan pelayanan & potensi
lansia/keluarga mencakup kondisi fisik, kondisi psikologis dan
kognitif lansia, status sosial ekonomi keluarga, pola perilaku dan
ADL lansia, kemampuan keluarga, sistem pendukung, keselamatan
dan keamanan rumah/lingkungan, serta sumber-sumber yang tersedia
di keluarga maupun di masyarakat. 3) Perawat membuat
perencanaan penyediaan pelayanan bersama lansia, keluarga, dan
anggota tim home care lainnya terkait dengan pembiayaan, sumber
daya sesuai dengan kebutuhan lansia, dan rencana kunjungan.
4) Perawat berkoordinasi dengan tim kesehatan yang akan
terlibat dalam pelayanan perawatan di rumah.
5) Perawat melakukan pemantauan terhadap tindakan yang
dilakukan oleh tim, hasil dan perubahan status medis, kemampuan
fungsional, kebutuhan pendidikan kesehatan lansia dan keluarga
serta mengevaluasi seluruh proses manajemen kasus.
d. Spiritual-aesthetic communer
Keyakinan, harapan, dan cinta memberikan perawatan
spiritual akan sangat memelihara kesejahteraan pasien dan
keluarga (caregiver). Kedekatan secara spiritual ini membuat
perawat dan pasien memiliki pemahaman dan kesadaran diri yang
lebih baik (Rice, 2010). Hal memberikan pasien wawasan baru
tentang bagaimana mereka akan merawat diri sendiri (bahkan
dalam hal bagaimana mereka akan mengalami kematian mereka).

8
Peran ini sangat dibutuhkan oleh pasien terutama lansia karena
mereka lebih berorientasi pada hal yang berhubungan dengan
rohani/ spiritual dibandingkan tahapan perkembangan lainnya.
Intervensi asuhan keperawatan spiritual pada pasien lansia yaitu
memberi motivasi, memberi semangat, mengarahkan,
menganjurkan berdoa dan mendoakan, pendampingan, menerima
keluhan, menghibur dan lain-lain.
e. Pelaksana /Pemberi Asuhan
Memberikan pelayanan langsung dan melakukan supervisi
pelayanan yang diberikan oleh anggota keluarga atau pelaku rawat
(care giver). Contoh layanan yang dapat diberikan di bawah arahan
dari perawat berlisensi atau terapis mencakupbantuan dengan mandi,
perubahan linen, gerakan latihan, dan bantuan dengan transfer dan
ambulasi (Depkes, 2008).
f. Kolaborator
Mengkoordinir pelayanan yang diterima oleh keluarga dan
mengkolaborasikan dengan keluarga dalam merencanakan pelayanan
(Depkes, 2008).
g. Konselor
Membantu pasien dan keluarga dalam menyelesaikan masalah
dan mengembangkan koping yang konstruktif (Depkes, 2008).
h. Penata lingkungan rumah
Melakukan modifikasi lingkungan bersama pasien dan keluarga
dan tim kesehatan lain untuk menunjang lingkungan sehat (Depkes,
2008).
i. Peneliti
Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban melalui
pendekatan ilmiah (Depkes, 2008).
Peran-peran perawat diatas memastikan lansia yang dirawat di
rumah mendapatkan pelayanan yang menyeluruh. Hal tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kondisi kesehatan, kebutuhan dan jenis home care

9
yang direncanakan untuk pasien lansia. Sebab inti dari home care service
adalah agar pasien bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di lingkungan
yang familia. Jika perawat menjalankan perannya dengan baik, status
kesehatan pasien diharapkan dapat meningkat.

D. Pelayanan yang dapat diberikan dengan metode home care, yaitu:


Edukasi, pencegahan penyakit, diagnosis dan perawatan,
penyembuhan, dan rehabilitasi. Selain dalam bidang keperawatan, home
care juga mencakup bidang lainnya, seperti physical therapy, occupational
therapy, speech-language pathology, dan bantuan untuk pelayanan
personal. Klien yang dikategorikan menerima perawatan home care, yaitu:
klien yangtidak bisa meninggalkan rumah tetapi mampu merawat diri
sendiri di beberapa tingkat kemandirian atau klien yang tidak bisa
meninggalkan rumah dan juga bergantung pada banyak area fungsional.
Terdapat dua tipe home care yang dapat dipilih oleh para lansia sesuai
dengan kebutuhan masing-masing (Miller, 2012):
a. Skilled Home Care
Tipe ini menekankan setelah diberikan perawatan pada
penyakit atau lukanya, pasien diharapkan cukup mandiri untuk
merawat dirinya sendiri. Dalam penerapannya, skilled home
care berfokus pada edukasi pasien beserta pemberi
perawatannya untuk bersama-sama melakukan aktivitas
perawatan mandiri. Layanan ini hanya diberikan oleh klien
yang membutuhkan perawatan karena ketidakmampuannya
untuk meninggalkan rumah untuk menjalani perawatan namun
hanya membutuhkannya dalam jangka waktu pendek. Biasanya
layanan ini dapat dipesan melalui jasa Medicare atau asuransi.
Perawatan yang biasanya diberikan oleh Ners berupa
manajemen medikasi, infus, dan perawatan jiwa. Sedangkan
bantuan yang dapat diberikan oleh perawat D3 atau terapis

10
seperti bantuan untuk mandi, penggantian linen, latihan
pergerakan sendi, dan bantuan untuk transfer dan ambulasi.
b. Long-Term Home Care
Pencapaian yang ditekankan pada tipe ini adalah untuk
mempertahankan fungsi tubuh dan kesehatan secara maksimal,
serta dapat mengatasi penyakit atau ketidakmampuan klien.
Sedangkan penggunanya biasanya adalah mereka yang tidak
memenuhi kategori Mediacare. Perawatan dapat berlangsung
dalam 24 jam per hari dan dapat dilakukan oleh perawat Ners
dan perawat D3. Perawat Ners berperan sebagai perawat yang
melakukan pengkajian dan mengawasi pemberian perawatan,
sedangkan perawat D3 biasanya membantu Ners dalam
memberikan perawatan.

E. Kebutuhan Home Care pada keluarga


1. Kebutuhan Biologis
- Eliminasi: pengkajian dan pengajaran, pemasangan kateter urine,
irigrasi, observasi adanya infeksi, dan memberi petunjuk kepada
keluarga tentang katerisasi intermiten juga dilaksanakan.
- Nutrisi: pengkajian status nutrisi dan hidrasi, petunjuk diet yang
dianjurkan, pemberian makanan melalui selang dan memberi
petunjuk kepada keluarga tentang pemberian makanan melalui
selang.
- Perawatan Luka: balutan yang steril, debrimen dan irigrasi luka,
pembalutan, pengkajian terhadap drainase, pengkajian dan
pengambilan kultur luka dan memberi petunjuk kepada klien dan
keluarga dalam perawatan luka.
- Perawatan Pernapasan: pengelolaan terapi oksigen, ventilasi
mekanik dan melakukan penghisapan dan perawatan trakeotomi.

11
- Tanda Vital: memantau tekanan darah, status kardiopulmonal, dan
memberi instruksi kepada klien dan keluarga dalam pengukuran
denyut bila diperlukan.
- Rehabilitasi: memberi petunjuk kepada klien dan keluarga tentang
cara menggunakan alat bantu, latihan rentang gerak, ambulasi, dan
teknik-teknik pemindahan klien.
- Pengobatan: memberi petunjuk kepada klien dan keluarga tentang
cara kerja, pemebrian dan efek samping obat-obatan, memantau
pelaksanaan dan keefektifan obat-obatan yang diberikan.
- Terapi Intravena: pengkajian dan penatalaksanaan dehidrasi,
pemberian antibiotik, nutrisi parenteral, transfuse darah, dan agen
analgesik dan kemoterapik.
- Studi Hasil Laboratorium Tertentu: melakukan studi tentang
gambaran pemeriksaan darah dari hasil laboratorium yang
berhubungan dengan proses penyakit atau pengobatan.
2. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikis/kejiwaan, mencakup kebutuhan rasa aman dan
damai, kebutuhan berinteraksi dan mendapatkan dukungan orang lain,
berprestasi dan bereskpresi serta memperoleh penerimaan dan
pengakuan (Nuraeni, 2012).
Pada dasarnya keadaan psikologis dari klien dan keluarga
merupakan faktor yang penting dan perawat juga perlu mengkaji
reaksi klien dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami
(Leahy, 2008). Beberapa respon yang timbul akibat penyakit dan
pengobatan yang dilakukan :
1. Kesepian
Kondisi sakit kronis menyebabkan klien merasa
berpisah dengan anggota keluarga lain, teman, dan
kehidupan sosial sehari-hari. Sehingga tidak jarang klien
lebih menyendiri dan memisahkan diri dari anggota
keluarga. Jenis dari perilaku memisahkan diri tersebut

12
tergantung pada rutinitas dan hubungan klien sebelum sakit,
lamanya/ durasi sakit, respon caregiver terhadap penyakit
yang dialami klien, staf home care, dan kekuatan serta
keterbatasan klien.
Namun tidak semua klien menderita penyakit kronis
mengalami kesepian karena pemikiran positifnya terhadap
kondisi yang dialaminya atau dengan menolak perasaan
kesepian tersebut. Kesepian merupakan hasil dari
kecemasan yang tidak teratasi. Bercerita atau
mengungkapkan perasaan yang dialaminya kepada orang
lain dapat mengurangi kesepian yang dirasakan. Selain itu,
jelaskan pada klien bahwa perasaan tersebut juga muncul
pada orang lain dengan kondisi yang sama dengan klien.
Hal ini dapat membuat perasaan klien menjadi lebih
nyaman.
2. Perilaku menuntut dan mengeluh
Hal ini dapat terjadi karena perasaan kurang
kompeten dan kurangnya apresiasi dari klien ketika
menjalani perawatan. Selain itu, juga bisa disebabkan oleh
perasaan bingung klien terhadap sakitnya, perawatan, dan
respon dari caregiver.
3. Marah
Kemarahan klien timbul ketika kondisi yang ada
tidak sesuai dengan harapan klien. Hal ini dianggap oleh
klien sebagai ancaman terhadap dirinya. Perasaan tidak
berdaya, cemas, kurang bersemangat dan tidak aman dari
klien diungkapkan melalui marah; perubahan cemas ke
agresif. Marah dapat diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung.
4. Cemas

13
Cemas merupakan reaksi psikologis dan fisiologis
dari klien terhadap penyakit. Kecemasan ringan merupakan
hal yang wajar dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, jika sudah mencapai level berat atau level
panik dapat menimbulkan permasalahan. Klien yang
mengalami ansietas/ kecemasan level tinggi/ berat
memerlukan penanganan/ intervensi langsung.
5. Depresi
Respon yang ditunjukkan oleh beberapa klien dalam
kondisi sakit adalah depresi.

Kebutuhan psikologis anggota keluarga perlu dikaji dan


diperhatikan ketika memberikan perawatan. Hal ini dimaksudkan agar
intervensi (home care treatment plan) yang diberikan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan klien dan keluarganya. Sehingga, tujuan dari
home care dapat tercapai (Leahy, 2004).
Tindakan perawat home care untuk mengurangi masalah
psikologis yaitu, memberikan pelayanan secara langsung pada klien
dan keluarga di rumah. Peran home care adalah untuk meningkatkan
fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang beresiko tinggi
mempunyai masalah kesehatan (Efendi, 2009)

14
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A. Warner, K. D., & Rector, C. 2014. Community and public health
nursing: promoting the public's health. (8th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman pembinaan usia lanjut usia bagi
petugas kesehatan. Jakata: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Leahy, William. 2008. Providing Home Care: a Textbook for Home Health Aides.
Albuquerque: Hartman Publishing, Inc.
Maryam, Siti. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
Mauk L, Kristen. 2008. Gerontological nursing competencies for care. Sudbury:
Jones and Bartlett Publishers.
Miller, C.A. 2012. Nursing for wellness in older adults. 6th Edition. Philadelphia:
Wolters Kluwer, Lipincott William & Wilkins.
Nuraeni, Setyaningrum. 2012. Upaya Peningkatan Pelayanan Sosial bagi Lansia
melalui Home Care Service di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Yogyakarta. Unit Budhi Luhur: Universitas Yogyakarta.
Potter, P.A., dan Perry A.G. 2009. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. (4th ed.). (Vols. 1). Jakarta: EGC.
Rice, R. 2010. Home care nursing practice: concepts and applications. (4th ed.).
St. Louis: Elsevier Mosby.

15

Anda mungkin juga menyukai