Anda di halaman 1dari 34

VISI MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

1. Visi
Menjadi Pusat Pendidikan Tenaga Keperawatan yang Pancasilais, Profesional,
Unggul dalam Bidang Keperawatan Komunitas dan dapat Berkompetisi
Secara Nasional Maupun Internasional pada Tahun 2020.
2. Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan jenjang S1 dan profesi.
b. Melakukan berbagai kegiatan pengembangan dan penelitian guna
pengembangan ilmu dan teknologi dibidang keperawatan/kesehatan.
c. Melakukan berbagai pengembangan pelayanan keperawatan melalui
kegiatan pengabdian pada masyarakat, bekerjasama dengan berbagai
pihak dan menggunakan berbagai sumber, baik lokal, regional, nasional
maupun internasional.

TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN


TUJUAN PROGRAM PROFESI NERS

1. Tujuan Program Studi S1 Keperawatan STIKES Eka Harap Palangka


Raya
a. Menghasilkan sarjana keperawatan (Ners) yang Pancasilais, profesional,
unggul dan dapat berkompetisi secara nasional maupun internasional.
b. Ikut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
c. Menghasilkan penelitian dan berbagai temuan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan pelayanan keperawatan / kesehatan.
2. Tujuan Program Profesi Ners
a. Tujuan pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkan mahasiswa
melalui penyesuaian professional dalam bentuk pengalaman belajar klinik
dan lapangan secara komprehensif, sehingga memiliki kemampuan
professional sebagai berikut:
b. Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu
biomedik dan ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.
c. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai target kompetensi Ners dari
masalah yang sederhana sampai masalah yang kompleks secara tuntas
melalui pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan
tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi baik bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai batas kewenangan,
tanggungjawab dan kemampuannya serta berlandaskan etika profesi
keperawatan.
d. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan
memanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kulitas asuhan
keperawatan.
e. Mengelola pelayanan keperawatan tingkat dasar secara bertanggungjawab
dengan menunjukkan sikap kepemimpinan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan
klinis keperawatan tentang sistem integument sesuai tingkat usia manusia mulai dari
pembentukan dalam kandungan sampai lansia. Fokus mata kuliah ini meliputi
berbagai aspek yang terkait dengan fungsi sistem integument dalam melindungi organ
tubuh. Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir
kritis, komprehensif dan kritis dalam mengaplikasikan konsep sistem integumen
dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai dasar penyelesaian masalah dengan
memperlihatkan aspek legal etis.
B. KOMPETENSI MATA KULIAH
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada blok sistem integument,
mahasiswa akan mampu:
1. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan integument
pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etis.
2. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan sistem
integument pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etis.
3. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan
sistem integument dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi
masalah integumen.
4. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
dengan gangguan sistem integument pada berbagai tingkat usia dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
5. Melaksanakan fungsi advokasi pada kasus dengan gangguan sistem
integument pada berbagai tingkat usia.
6. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan
sistem integument pada berbagai tingkat usia sesuai dengan standar yang
berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan
yang efisien dan efektif.
C. STRATEGI PERKULIAHAN
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning.
Dimana Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang
digunakan lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactive skill station) dan
Problem base learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar
mencari materi secara mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti
internet, expert dan lain lain, yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok
yang telah ditentukan. Sedangkan untuk beberapa pertemuan dosen akan
memberikan kuliah singkat diawal untuk memberikan kerangka pikir dalam diskusi.
Untuk materi-materi yang memerlukan keterampilan, metode yang yang akan
dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi di laboratorium.
D. EVALUASI
1. Kehadiran : 10%
2. Penugasan : 15%
3. Quis : 15%
4. UTB : 15%
5. UAB : 25%
6. Ujian Skill Lab : 20%
Jumlah : 100%
E. BAHAN BACAAN
1. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah:
Brunner & Suddarth. Vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
2. Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC.
3. Robbins, Cotran, & Kumar. 2007. Buku ajar patologi: Robbins. Volume 2.
Jakarta: EGC.
4. Dll.

KEGIATAN BELAJAR 1

1) Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar keperawatan sistem
integumen
2) Materi Pembelajaran
Anatomi Fisiologi sistem integumen
URAIAN MATERI

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN


Pengertian
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan
melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar
keringat dan kelenjar mukosa.
Lapisan Kulit
1. Epidermis
 Stratum korneum. Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk
(keratinasi), gepeng, kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan
megandung zat keratin.
 Stratum lusidum. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum
adalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah
menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa
yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum
lusidum.
 Stratum granulosum. Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti
kumparan dengan inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula)
keratohiali atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi
benda asing, kuman dan bahn kimia masuk ke dalam tubuh.
 Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan . sel-
selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop, sel-
selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari
mempunyai tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan
dan tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang
banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki. Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri.
Ternyata spina atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain
yang disebut intercelulair bridges atau jembatan interselular.
 Stratum Basal/Germinativum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak dibagian basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel
yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung)
dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus
disebut butir melanin warna.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel
tersebut terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis
dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis
dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium
menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit).
Dipihak lain epidermis menonjol kea rah korium, tonjolan ini disebut Rute
Ridges atau rete peg = prosessus inter papilaris.
2. Dermis
Struktur lapisan dermis. Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas
dengan epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan
dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya diambil sebagai patokan ialah
mulainya terdapat sel lemak
Dermis terdiri dari 2 lapisan:
- Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
- Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian bawahnya
sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari serabut-
serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang
berbeda.
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastic untuk
memberikan kelenturan pada klit, dan retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar
dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
- Unsur sel:
Unsur utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak
yang berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat bercabang dan
berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya
areola mammae dan sekitar anus.
- Serat otot:
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas
dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran diseluruh
dermis dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, putting susu, penis,
skrotum dan sebagian perenium.
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini
bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin.
Lapisan lemak ini disebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap
tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker = pegas/bila tekanan trauma
mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat
selaput otot kemudian baru terdapat otot.
Jaringan Kulit
Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari dua macam
jaringanyaitu jaringan epitelyang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan
pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam).
Kelenjar-kelenjar kulit
Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar
mamae.
1. Kelenjar sebasea.
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah
folikel rambut. Kelenjar yang tidak berhubungan dengan folikel rambut bermuara
langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus,
dan kelenjar tarsalia pada kelopak mata. Kelenjar ini terletak dalam dermis dan
tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan. Perkembangan dan pertumbuhan
kelenjar sebasea terutama terjadi selama pubertas di bawah control hormone,
sekresi sebum terjadi terus menerus dan bermanfaat untuk pemeliharaan kesehatan
kulit.
2. Kelenjar keringat.
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak bercabang;
terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan
gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan kaki.
Bagian sekretorisnya terletak di dalam dermis atau hypodermis dan bergabung
membentuk massa tersendiri. Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan
berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai
permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat. Terdapat 2 macam
kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin.
1) Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian dalam dan telinga
luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar terdapat diantara
perbatasan kulit ari (epidermis) dan kulit dermis. Salurannya berkelok-kelok
keluar dan berada pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke pori-pori keringat.
2) Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit
putting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur.
Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran keduanya berbelok-belok
kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada folikel rambut.
3) Kelenjar payudara (glandula mamae).
Glandula mamae termasuk kelenjar kulit karena berasal dari lapisan ektodermal
yang secara fungsional termasuk sistem reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas
fasia pektoralis superfisilis yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat
longgar dan jaringan lemak. Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya.
Disekitar putting susu (papila mamae) terdapat reticulum kutis yang tumbuh
dengan baik dan dinamakan ligamentum suspensorium. Ke dalam putting susu
bermuara 15-20 duktuli laktiferus. Disekitar papilla mamae terdapat areala
mamae yang mengandung kelenjar sebasea montgomeri (glandula areola
mammae) yang berfungsi untuk melindungi dan melicinkan putting susu pada
waktu bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui,
alveoli tampak kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada waktu hamil, alveoli
akan membesar dan sel-sel membesar.
Pigmentasi kulit.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri. Kandungan karoten
(pigmen) darah pada pembuluh darah, dermis memberikan warna kemerahan dan
kandungan pigmen melanin memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam lapisan basal dan bagian bawah lapisan taju yang
dibuat oleh epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran diantara keratinosit
lapis basal dan lapis taju dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan
warna kulit disebabkan oleh karena perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di
dalam keratinosit. Pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu keturunan,
hormone, dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan melanin
epidermis. Hormone pemacu malanosit MSH (melanosit stimulating hormon)
merangsang perpindahan melanosom ke dalam cabang-cabang sitoplasma melanosit
dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim
melanosit serta meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam
keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu:
1) Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar. Anyaman ini terdapat antara
stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole
pada tiap-tiap papilla kori.
2) Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.
Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini memberikan
cabang-cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang
terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh
darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh
darah balik yang ke dalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena diperkirakan 1/5
dari darah yang beredar malalui kulit. Disamping itu pembuluh darah pada kulit
sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin,
tekanan sakit, nyaeri dan emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek.
Saraf Kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan
permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saaf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat
pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang
terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini membentuk
bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan.
Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak
terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang
sudah merupakan suatu organ

Pelengkap kulit.
Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan
dorsal falang terkhir jaringan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis
dan epidermis.
1) Struktur kuku
Alat kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di
bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit
oleh lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari
sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna
bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di
dalam dasar kuku.
Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku
sebgai epikondrium atau kutikula.
Bagian dari kuku, terdiri dari:
- Ujung kuku atas ujung batas
- Badan kuku yang merupakan bagian yang besar.
- Akar kuku (radik).
2) Pertumbuhan kuku.
Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar, kuku menghasilkan geseran
lambat lempeng kuku di atas dasr kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5
mm perminggu.
Rambut
Rambut merupakan benang keratin elastic yang berkembang dari epidermis dan
tersebar disekujur tubuh kecuali telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal
falang distal, lingkung lubang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempunyai
batang yang bebas dan akan yang tertanam dalam kulit.
Akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk dari bagian yang
bersal dari epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat).
1) Struktur rambut: Medula. Merupakn bagian tengah rambut yang longgar terdiri
dari 2-3 lapis sel kubis yang mengkerut satu sam lain, dan dipisahkn oleh ruang
berisi udara.
Korteks. Merupakan bagian utama rambut yang terbentuk dari beberapa lapis
sel gepeng, panjang, dan berbentuk gelombang yang membentuk keratin keras.
Kutikula. Terdapat pada permukaan, selapis sel tipis, jernih dan kutikula tidak
berinti, kecuali yang terdapat pada akar rambut.
2) Folikel rambut. Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung
jaringan ikat bagian luar (sarang akar dermis) yang berasal dari dermis dan
sarung akar epitel bagian dalam berasal dari epidermis. Folikel yang
mengembung membentuk bulbus rambut dan berhubungan dengan papilla di
tempat persatuan akar rambut dan selubungnya.
3) Sarung akar asal dermis. Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang
berjalan memanjang sesuai dengan lapisan reticular dermis. Lapisan tengah
lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla dermis. Lapisan dalam berupa sabk
homogeny sempit yang disebut glassy, membrane basal di bawah epidermis.
Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel polygonal yang menyerupai
sel-sel stratum spinosum epidermis. Sedangkan sarung akar rambut dalam
merupakan sarung berat tanduk yang membungkus akar rambut yang sedang
tumbuh, menghasilkan keratin lunak, juga ditemukan pada epidermis.
4) Susunan rambut:
a) Batang rambut, merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau
dilihat potongan sebuah rambut dari luar ke dalam sbb:
- Selaput rambut (kutikula), merupakan lapisan yang paling luar dan terdiri
dari sel-sel tandukyang tersusun disasak dengan baik.
- Kulit rambut. Korteks rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal dan
terdiri dari lapisan tanduk berbentuk kumparan yang tersusun memanjang
dan mengandung butir-butir mielin.
- Sumsum rambut (medula), merupakan bagian yang paling dalam yang
dibentuk oleh sel tanduk dan bentuknya seperti anyaman dengan rongga
yang berisi udara.
- Akar rambut. Merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit
dan terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini
tertanan amat dalam hingga dapat mencapai lapisan hypodermis.
b) Akar rambut terdiri dari:
- Kandung rambut yaitu tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari
permukaan kulit samapai pada bagian umbi rambut.
- Papil rambut, merupakan bagian bawah folikel rambut yang berbentuk
lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka dan berisi jaringan ikat
tanpa serabut elastic.
- Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar rambut yang melebar
dan merupakan sel bening yang terus menerus bertambah banyak dan
berkembang secara mitosis.
- Otot penegak rambut. Muskulus erector pili merupakan otot penegak
rambut yang terdiri dari otot polos yang terdapat pada kandung rambut
dengan perantaraan serabut elastic. Bila otot ini berkontraksi, rambut akan
tegak dan kelenjar akan mengalami kompresi sehingga isinya akan didorong
keluar untuk melumas rambut.
- Pertumbuhan rambut. Pertumbuhan rambut terjadi sebagai hasil mitosis sel-
sel matriks yang berasal dari epidermis dan belum berdiferensiasi yang
terletak di atas sekitar puncak papilla rambut. Sel-sel pada dasar folikel
menjadi sarung akar rambut luar sel-sel matriks rambut merupakan tratum
malpigi epidermis yang akhirnya menjadi sel-sel ber zat tanduk. Rambut
mempunyai masa pertumbuhan tertentu yaitu untuk rambut kepala 0-3
tahun dan bulu mata 3-4 bulan.
Kulit Sebagai Indera Peraba
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda-beda
menurut ujung saraf yang dirangsang, panas, dingin, dan sakit ditimbulkan karena
tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu benda misalnya mengenai otot dan
tulang.
Panca indera peraba terdapat pada kulit disamping itu kulit juga sebagai pelepas
panas yang ada pada tubuh, kulit menutupi dan berhubungan dengan selaput lendir
yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang. Kulit mempunyai banyak ujung-
ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf di
otak.
Sensasi Indera Peraba Dari Kulit
Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin, dan rasa sakit.
Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia.
Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit,
kemudian sensasi raba, dingin, dan panas.
Reseptor yang terletak di lapisan epitel, ditemukan pada mukos mulut dan
traktus respiratorius untuk rasa raba dan rasa sakit, dan jaringan pitel gepeng berlapis-
lapis pada bagian akar rambut. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat sangat
banyak terletak pada kulit dibawah lapisan mukosa disekitar sendi, pleura,
endokardium, peritoneum, dan lain-lain.
Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf di dalam
kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang panas, dingin, sakit, semua
perasaan ini berlainan. Di dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat
perabaan sensitive terhadap dingin dan sakit. Perasaan yang disebabkan tekanan yang
sangat dalam dan rasa yang memungkinkan seseorang menentukan dan menilai berat
suatu benda timbul pada struktur lebih dalam misalnya pada otot dan sendi.
Fungsi kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu:
Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar
ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turutberperan dalam
melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan
dengan asam asetil).
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman
kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman
kulit antara PH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel
kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
Fungsi absorbs.
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah diantara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar
dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
Fungsi kulit sebagai pengatur panas.
Suhu tubuh tetap stabil messkipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas,
medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat
untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial
kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan
kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan
pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi
pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak
dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot,
dan pembuluuh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi
oleh saraf simpatis (asetilkolin).
Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asamurat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungikulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman
pada kulit.
Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel renvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya didaerah yang erotik.
Reaksi putih.
Bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan
menjadi pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter
kapiler dan darah mengalir keluar dari kapiler, respons ini tampak kira-kira 15 detik.
Tripel Respons.
Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang runcing, sebagian reaksi
putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik
kemerahan sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons
langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan local disebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola dan denarvasi
karena hambatan saraf menimbulkan rasa nyeri.
Hiperemia Aktif.
Hiperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam suatudaerah yang
dihidupkan kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh
darah yang terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam pembuluh darah
yang melebar membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan
dipengaruhi oleh zat kimia.

KEGIATAN BELAJAR 2

1) Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien luka bakar
2) Materi
Penatalaksanaan klien luka bakar

URAIAN MATERI

Penatalaksanaan Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi yang memerlukan penatalaksanaan yang khusus sejak awal
(fase syok) sampai fase lanjut.
Luka bakar pada dasarnya merupakan fenomena pemindahan panas. Meskipun
sumber panasnya dapat bervariasi, akibat akhir yang timbul selalu berupa kerusakan
jaringan, paling nyata pada kulit, tetapi pada cedera multisistemik yang nyata dapat
menyebabkan gangguan yang serius pada paru-paru, ginjal dan hati. Efek-efek
sistemik dan mortalitas akibat cedera luka bakar berhubungan langsung dengan luas
dan dalamnya kulit yng terkena. Hampir semua kasus luka bakar disebabkan oleh api
atau tersiram air panas. Dengan menentukan sumber panas (misalnya, agen yang
menyebabkan luka bakar) akan membantu kita dalam memperkirakan luas dan
dalamnya cedera. Perkiraan ini sangat penting dalam merencanakan terapi cairan
intravena yang tepat.
Dalam kehidupan umumnya, luka-luka bakar dapat di sebabkan oleh:
1. Kebakaran dalam rumah tangga, misalnya kompor meledak, dan lain-lain.
2. Kebakaran dalam industri, misalnya pada pengelasan dimana tangki las
meledak.
3. Pada anak-anak dan bayi-bayi akibat tersiram air panas (sclaldig). Di
Indonesia dapat ditemukan luka bakar pada bayi karena botol; yang berisi air
panas yang diletakkan di selimut bayi tersebut.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan
penerapannya pada saat yang tepat, diharapkan akan dapat menurunkan sekecil
mungkin angka-angka tersebut di atas. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi
kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami
trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi
cairan, mengetahui dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin terjadi akibat luka
bakar tersebut (6).
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru,
SIRS (systemic inflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur
Patofisiologi
Permasalahan luka bakar demikian kompleks. Untuk dapat menjelaskannya,
maka permasalahan yang ada dipilah menurut fase perjalanan penyakitnya. Terdapat
3 fase dalam luka bakar yaitu:
Fase awal, fase akut, fase syok.
Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas (misalnya, cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh karena
adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan
sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit, syok hipovolemia).
Fase setelah syok berakhir, fase subakut.
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS), dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis
Ketiganya merupakan dampak dan atau perkembangan masalah dari fase pertama
(cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan
sepsis luka).
Fase lanjut.
Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi ringan.
Masalah yang di hadapi adalah penyulit dari luka bakar; berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.
Luka bakar pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk
konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dan
pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan terhadap konduksi panas, sedang tulang, paling tahan. Jaringan lain memiliki
konduksi sedang.
Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 0C tanpa kerusakan bermakna.
Antara 44 0C dan 51 0C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
derajat kenaikan temperature dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat di
toleransi. Diatas 51 0C, protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan yang
sangat hebat. Temperatur di atas 70 0C menyebabkan kerusakan selulear yang sangat
cepat dan hanya periode penyinaran yang singkat dan dapat di tahan.
Luka bakar terbentuk di beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi
jaringan pada titik kerusakan maksimal. Di sertai daerah koagulasi terdapat daerah
statis yang di tandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang
masih dapat di selamatkan. Disekeliling daerah statis terdapat daerah hiperemia.
Tempat sel kurang rusak dapat sembuh sempurna.
Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan mukosa nafas akibat adanya paparan terhadap suatu iritan dan
menimbulkan manifestasi klinik dengan gejala distress pernafasan. Reaksi yang
timbul akibat paparan terhadap suatu iritan berupa suatu bentuk inflamasi akut
dengan edema dengan hipersekresi mukosa saluran nafas. Iritan tersebut biasanya
berupa produk toksik dari sisa pembakaran yang tidak sempurna (toxic fumes) atau
zat kimia lainnya.
Inflamasi akut pada epitel mukosa menyebabkan disrupsi dan maserasi epitel
yang nekrosis. Epitel-epitel ini bercampur dengan sekret yang kental oleh karena
banyak mengandung fibrin-fibrin menyebabkan obstruksi lumen (mucous plug);
menimbulkan distress pernafasan dan kematian dalam waktu cepat.
Gangguan mekanisme bernafas
Adanya eskar melingkar di permukaan rongga toraks menyebabkan gangguan
ekspansi rongga toraks pada proses respirasi (terutama inspirasi); hal ini
menimbulkan suatu bentuk gangguan compliance paru. Dengan keterbatasan proses
ekspansi dinding dada ini, volume inspirasi berkurang sehingga menyebabkan
gangguan secara tidak langsung pada proses oxygen exchange (penurunan PaO2).
Proses yang sama akan terjadi dengan adanya cedera pada rangka rongga
toraks, misalnya fraktur tulang-tulang iga yang disebabkan oleh cedera multipel;
sering terjadi pada kasus luka bakar
Gangguan sirkulasi
Cedera termis menyebabkan proses inflamasi akut yang menimbulkan
perubahan permeabilitas kapiler. Terjadi perubahan bentuk-bentuk sel endotel,
dimana sel-sel tersebut membulat (edematous) dengan pembesaran jarak intraselular.
Karena terjadi perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik di ruang intravaskular,
terjadi ekstravasasi cairan intravaskular, plasma (protein), elektrolit dan lekosit ke
ruang interstitial. Di jaringan interstitial terjadi penimbunan cairan, menyebabkan
keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik di sana terganggu. Penimbunan cairan
interstitial menyebabkan gangguan perfusi dan metabolisme selular (syok jaringan).
Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas kapilar yang hamper
menyeluruh, penimbunan cairan masif di jaringan interstitial menyebabkan kondisi
hipovolemik. Volume cairan intravaskular mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi
ini dikenal dengan terminologi syok.
Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar di bedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan
kedalaman kerusakan jaringan; yang perlu dicantumkan dalam diagnosis, yaitu:
Berdasarkan penyebab
Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain :
- Luka bakar karena api
- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia
- Luka bakar karena listrik dan petir
- Luka bakar karena radiasi
- Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan
5 Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis
Luka bakar derajat I
- Kerusakan terbatas pada bagian superficial epidermis
- Kulit kering, hiperemik, berupa eritem.
- Tidak di jumpai bulla
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
- Di jumpai bulla
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Dasar luka berwarna merah pucat, sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal
- Di bedakan atas 2 ( dua) :
a. Derajat II dangkal (superfisial)
- Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam ( deep)
- Kerusakan mengenai hamper seluruh bagian dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Luka bakar derajat III
- Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
- Tidak dijumpai bulla
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar.
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan dan kematian.
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.
Luas Luka Bakar
Walaupun hanya perkiraan saja, the rule of nines, tetap merupakan petunjuk
yang baik dalam merupakan petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar :
kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen, sehingga total 9 persen; setiap ekstremitas atas,
9 persen; badan bagian anterior, 2 x 9 atau 18 persen; badan bagian posterior, 13
persen, dan bokong, 5 persen, sehingga total 18 persen; setiap ekstremitas bawah, 2 x
9 atau 18 persen; dan genitalia, 1 persen
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaan tubuh relatif, yang
umumnya mempunyai perimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala
dengan luas ekstremitas bawah dibandingkan dengan orang dewasa. Area kepala
luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir ( 10 persen lebih besar daripada orang
dewasa); hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstremitas bawah, yang
masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya usia setiap tahun sampai
usia 10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan dalam jumlah yang sama di tambah
pada ekstremitas bawah. Setelah usia 10 tahun, di gunakan persentase dewasa. Luas
luka bakar yang mungkin bersifat letal pada 50 persen dari mereka yang cedera
(LA50) adalah 60 persen pada populasi dewasa muda, 50 persen pada anak-anak, dan
35 persen pada orang tua (lebih dari 40 tahun).
Klasifikasi Luka Bakar
1. Berat/kritis bila :
 Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 %
 Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka, kaki, dan
tangan
 Luka bakar di sertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau
fraktur
 Luka bakar listrik
2. Sedang bila :
 Derajat 2 dengan luas 15 -25 %
 Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, tangan, dan
kaki.
3. Ringan bila :
 Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %
 Derajat 3 kurang dari 2 %
Kriteria Masuk Rumah Sakit
1. Setiap kecurigaan adanya cedera saluran nafas (riwayat luka bakar karena api,
terutama yang terjadi di dalam ruangan (indoor), inhalasi sap, batuk,
perubahan suara, atau kesulitan bernafas.
2. Timbulnya tanda-tanda serebral ( kebingungan, disorientasi, hilang kesadaran
biasanya disebabkan oleh hipoksia).
3. Setiap luka bakar superficial dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih
dari 10 %.
4. Setiap luka bakar yang dalam (deep burn) dimana luas permukaan tubuh yang
terkena lebih dari 3 %.
5. Setiap luka bakar pada bagian tubuh yang vital (luka bakar pada tempat yang
dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, hilangnya kemampuan untuk
merawat diri sendiri, atau kecacatan berat yang mengancam seperti kasus-
kasus dimana terjadi kerusakan pada mata, telinga, wajah scara keseluruhan,
tangan, kaki, atau genitalia).
6. Usia yang ekstrim (sangat muda, dibawah usia 2 tahun; setiap anak dengan
luka bakar yang keadaan cederanya tidak jelas dan dapat menunjukkan adanya
tindak kekerasan pada anak (child abuse); dan orang tua, diatas 60 tahun).
7. Cedera penyerta seperti fraktur, laserasi yang luas, atau trauma tumpul pada
dada atau abdomen.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit
yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus di lakukan adalah menjatuhkan
korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air.
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus,
walau api telah di padamkan, sehingga destruksi tetapi meluas. Proses tersebut dapat
di hentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu
dingin pada jam pertama.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Lakukan resusitasi dengan memberikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi,
yaitu:
- Periksa jalan nafas
- Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan
jalan nafas ( suction, dsb ), bila perlu lakuan trakeostomi atau intubasi.
- Berikan oksigen
- Pasang iv line untuk rsusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi
syok.
- Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
- Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
paralitik
- Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP), untuk pemantauan sirkulasi
darah, pada luka bakar ekstensif (>40%)
2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untu
menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan
demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat di
tentukan. Dua cara yang lazim di gunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada penderita luka bakar, yaitu:
Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah
- Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)
- Berat Badan (kg) x luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)
- 2000 cc glukosa 5% (3)
- Separuh dari jumlah (1),(2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama dan
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan
dilakukan perhitungan diuresis.
Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg)
x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari
jumlah pemberian hari pertama.
3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin,
diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuscular karea
dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan
dengan debridement dan memandikan pasien dengan menggunakan cairan steril
dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang
dapat dipakai yaitu Betadineâ atau nitras argenti 0,5%.
5. Berikan antiseptik topikal pasca pencucian luka degan tujuan untuk mencegah
dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat
daripada bentuk salep atau ointment. Yng dapat digunakan adalah silver nitrate
0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau gentamisin sulfat.
6. Balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril.
7. Berikan serum antitetanus/toksoid yaitu ATS 3000 unit pada orang dewasa
dan separuhnya pada anak-anak.
Luka Bakar Khusus
A. Luka Bakar Karena Bahan Kimia/Kimiawi
Luka bakar dapat disebabkan oleh asam alkali , dan hasil-hasil pengolahan
minyak. Luka bakar alkali lebih berbahaya dari asam, sebab alkali lebih dalam
merusak jaringan. Segeralah bersihkan bahan kimia tersebut dari luka bakar
Kerusakan jaringan akibat luka bakar bahan kimia dipengaruhi oleh lamanya kontak,
konsentrasi bahan kimia dan jumlahnya. Segera lakukan irigasi sebanyak-banyaknya,
bila mungkin gunakan penyemprot air. Lakukan tindakan ini dalam waktu 20 – 30
menit. Untuk luka bakar alkali, di perlukan waktu yang lebih lama. Bila bahan kimia
merupakan bubuk, sikatlah terlebih dahulu sebelum irigasi.
Jangan memberikan bahan-bahan penetral (neutralizing agent) sebab reaksi
kimiawi yang terjadi akibat pemberian bahan penetral dapat memperberat kerusakan
yang terjadi. Untuk luka bakar pada mata, memerlukan irigasi terus-menerus selama 8
jam pertama setelah luka bakar. Untuk irigasi ini dapat digunakan kanula kecil yang
di pasang pada sulkus palpebra.
B. Luka Bakar Listrik
Luka bakar listrik terjasi karena tubuh terkena aliran listrik. Luka bakar listrik
sering menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih berat daripada luka bakar yang
terlihat pada permukaannya.
Penanganan harus segera dilakukan meliputi perhatian pada jalan nafas,
pernafasan, pemasangan infus, ECG,dan pemasangan kateter. Apabila urine berwarna
gelap, mungkin urine mengandung hemokhromogens. Janganlah menunggu
konfirmasi laboratorium untuk melakukan terapi terhadap mioglobinuria. Pemberian
cairan ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tercapai produksi urine sekurang-
kurangnya 100 cc/jam (dewasa). Bila urine belum tampak jernih, berikan segera 25 gr
manitol dan tambahkan 12,5 gr manitol pada tiap penambahan 1 liter cairan untuk
mempertahankan diuresis sejumlah tersebut di atas. Bila terjadi asidosis metabolik,
pertahankan perfusi sebaik mungkin dan berikan Natrium bikarbonat untuk
memberikan urine menjadi alkalis dan meningkatkan kelarutan mioglobin dalam
urine.
Perawatan
1. Nutrisi yang di berikan cukup menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori
sehari dengan kadar protein tinggi.
2. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.
3. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk
mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat
kotor atau di jumpai banyak krusta dan atau eksudat, pemberian dapat diulang
sampai dengan 2 – 3 kali sehari.
4. Rehabilitasi termasuk latihan pernafasan dan pergerakan otot dan sendi.
5. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan bisa dicapai
secepatnya dengan :
- Perawatan luka bakar yang baik.
- Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau
memungkinkan buang kulit yang non vital dan menambalnya secepat
mungkin.
6. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai
dalam posisi baik
7. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan
mengganggu fungsi. Bilamana luka bakar sembuh persekundam dalam 3
minggu atau lebih selalu ada timbul kemungkinan timbul parut hipertrofi dan
kemungkinan kontraktur pada waktu proses maturasi. Sebaiknya di pasang
perban ½ menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema
dengan elevasi daerah yang bersangkutan.
8. Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi
dapat memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas.
9. Suplementasi vitamin dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu,
vitamin C 500 mg dan sulfas ferosus 500 mg.
Tindakan Bedah
Eskarotomi juga dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar
padaekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari esker. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian
kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang
dilakukan yaitu membuat irisan irisan memanjang yang membuka esker sampai
penjepitan bebas.
Debridemen di usahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial.
KEGIATAN BELAJAR 3
1) Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus
dengan gangguan sistem integumen.
2) Materi
Prosedur tindakan pengkajian sistem integumen

URAIAN MATERI

Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen


Anatomi dan Fisiologi Integumen
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Kulit memiliki fungsi melindungi
bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang
sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet
matahari.
Kulit tersusun dari tida apisan, yaitu: epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Fungsi epidermis adalah proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) :
a. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan.
c. Stratum Granulosum. Mengandung protein kaya akan histidin.
d. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
e. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
pidermis diperbaharui setiap 28 hari. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu
lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang, dan lapisan retikuler; tebal
terdiri dari jaringan ikat padat. Fungsi dermis adalah struktur penunjang, suplai
nutrisi dan respon inflamasi.
Jaringan Subkutan
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Fungsi Subkutis /hipodermis adalah melekat ke struktur dasar, isolasi
panas dan cadangan kalori.
Fungsi Kulit
Brunner dan Suddarth (2002) membagi fungsi kulit ke dalam enam fungsi,
yaitu fungsi perlindungan, fungsi sensibilitas, fungsi keseimbangan air, fungsi
pengatur suhu, dan fungsi prodeksi vitamin.
3. Perlindungan
Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing lainnya. Bagian
sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling efektif terhadap berbagai
faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan
serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma. Lapisan dermis kulit memberikan
kekuatan mekanis dan keuletan lewat jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya.
Serabut elastic dan kolagen yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan
kulit untuk berperilaku sebagai satu unit.
4. Sensibilitas
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri,
sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk
bereaksi terhadap stimuli yang berbeda.
5. Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga lapisan
tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Selain itu,
kulit juga akan mengalami evaporasi secara terus-menerus dari permukaan kulit.
Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible perspiration)
berjumlah kurang-lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang normal. Pada
penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam dalam air, kulit
dapat menimbun air tiga sampai empat kali berat normalnya.
6. Pengatur Suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses
metabolisme makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang penting
terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu radiasi (perpindahan
panas ke banda lain yang suhunya lebih panas), konduksi (pemindahan panas dari
tubh ke benda lain yang lebih dingin), dan konveksi (pergerakkan massa molekul
udara hangat yang meninggalkan tubuh). Dalam kondisi normal, produk panas dari
metabolism akan diimbangi oleh kehilangan panas, dan suhu internal tubuh akan
dipertahankan agar tetap konstan pada suhu kurang-lebih 37oC. Pengeluaran keringat
merupakan proses lainnya yang digunakan tubuh untuk mengatur laju kehiangan
panas. Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi
1 L/jam. Dalam keadaan tertentu, misalnya pada stress emosional, perspirasi dapat
terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan untuk
menghilangkan panas dari tubuh.
7. Produksi Vitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan
untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah
penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium
serta fosfor dan yang menyebabkan deformitas tulang.
8. Fungsi Respons Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir (Nicholoff, 1993 dalam Brunner dan Suddarth,
2002) menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel-sel Langerhans, IL-1 yang
memproduksi keratinosit, dan sub kelompok limfosit-T) merupakan komponen
penting dalam sistem imun.
Pemeriksaan Fisik
Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup
teknik inspeksi dan palpasi.
Inspeksi
A. Warna / adanya perubahan pigmentasi
Warna kulit di setiap bagian seharusnya sama, kecuali jika ada peningkatan
vaskularisasi. Variasi normal warna kulit antara lain:
Variasi normal Deskripsi
1. Tahi lalat Kecoklatan – coklat tua, bisa datar atau sedikit menonjol
2. Stretch mark (striae) Keputihan atau pink, dapat disebabkan karena berat yang
berlebih atau kehamilan.
3. Freckles (bintik-bintik di tubuh) Datar dimanapun bagian tubuh.
4. Vitiligo Area kulit tak terpigmentasi, prevalensi lebih pada orang kulit gelap.
5. Tanda lahir Umumnya datar, warnanya bisa kecoklatan, merah, atau coklat.
Warna kulit yang abnormal yaitu kekuningan atau jaudis. Hal ini dapat
mengindikasikan terjadinya kelainan fungsi hati atau hemolisis sel darah merah. Pada
orang berkulit gelap, jaundis terlihat sebagai warna kuning-hijau pada sklera, telapak
tangan, dna kaki. Pada orang berkulit cerah, jaundis terlihat berwarna kuning pada
kulit, sklera, bibir, palatum, dan dibawah lidah.
Warna kulit abnormal lainnya yaitu eritema. Eritema dimanifestasikan sebagai
kemerahan pada orang berkulit cerah dan coklat atau ungu pada orang berkulit gelap.
Hal ini mengindikasikan peningkatan temperatur kulit karena inflamasi (proses
vaskularisasi jaringan).
B. Adanya lesi
Lesi pada kulit dideskripsikan dengan warnanya, bentuk, ukuran, dan
penampilan umum. Selain itu batas luka apakah luka datar, menonjol juga harus
dicatat.
- Tipe Lesi Kulit Deskripsi
- Blister Adanya cairan – vesikel terisi atau bullae
- Bulla Blister lebih dari 1 cm, komedo Karena dilatasi pori-pori
- Crust (kerak) Eksudat kering yang merusak epitel kulit,
- Cyst (kista) Semisolid atau masa berisi cairan, enkapsulasi pada lapisan kulit
yang lebih dalam.
- Deskuamasi Peluruhan atau hilangnya debris pada permukaan kulit.
- Erosi Kehilangan epidermis, dapat dikaitakan dengan vesikel, bulae, atau
pustula.
- Eksoriasi Erosi epidermal n=biasanya karena peregangan kulit.
- Fissura Retak pada epidermis biasanya sampai ke dermis
- Makula Area datar pada kulit dengan diskolorisasi, diameter kurang dari 5
mm.
- Nodul Solid, peningkatan lesi atau masa, diameter 5 mm- 5 cm
- Papula Solid, peningkatan lesi dengan diameter kurang dari 5 mm
- Plaque Timbul, lesi datar diameter lebih besar dari 5 mm
- Pustula Papula berisi eksudat purulen
- Scale Debris kulit pada permukaan epidermis
- Tumor Masa padat, diameter lebih besar dari 5 cm, biasanya berlanjut ke
dermis.
- Ulserasi Kehilangan epidermis, berlanjut sampai dermis atau lebih dalam.
- Urticaria berhubungan dengan reaksi makanan dan obat.Timbul wheal–
seperti lesi
- Vesikel Lesi terisi sedikit cairan, diameter kurang dari 1 cm
- Wheal Transient, timbul, pink, tidak rata dengan edema disekitarnya.
- Lesi vaskular mencakup petekie, purpura dan ekimosis (berdasarkan
ukurannya).
- Peteki
- Purpura
- Ekimosis
C. Adanya ruam
Munculnya ruam kulit mengindikasikan adanya infeksi atau reaksi obat.
Beberapa jenis ruam dapat dilihat pada tabel diatas. Keberadaan ruam berhubungan
dengan perubahan farmako terapi yang penting untuk membantu identifikasi adanya
reaksi hipersensitivitas alergi. Perkembangan urtikaria terjadi karena adanya reaksi
obat atau makanan. Infeksi kulit dapat disebabkan oleh jamur atau ragi. Misalnya
infeksi oleh Candida Albicans yang meninvasi jaringan yang lebih dalam.
D. Kondisi rambu
Kuantitas, kualitas, distribusi rambut perlu di catat. Kulit kepala seharusnya
elastis dan terdistribusi rambut merata. Alopesia berhubungan dengan adanya
kehilangan rambut dan menyebar, merata, dan lengkap, biasanya dikarenakan terapi
obat seperti kemoterapi. Hirsutism atau meningkatnya pertumbuhan rambut pada
wajah, tubuh, atau pubis merupakan salah satu penemuan abnormal. Hal ini dapat
ditemukan pada wanita menopause, gangguan endokrin, dan terapi obat tertentu
(kortikosteroid, androgenik).
E. Kondisi kuku
Kuku seharusnya berwarna pink dengan vaskularisasi yang baik dan dapat
dilakukan tes kapilari refil. Kuku yang membiru dan keunguan dapat
mengindikasikan terjadinya sianosis. Jika warnanya pucat, bisa saja terjadi penurunan
aliran darah ke perifer. Ketika ditemukan adanya clubbing, sudut kuku ≥180°,
mengindikasikan adanya hipoksia kronik.
Pada sirosis, gagal jantung, dan DM tipe II. Terry’s nail: Kuku berwarna
keputihan dengan bagian distal berwarna coklat kemerahan gelap. Koilonychias
defisiensi zat besi. Anemia defisiensi protein. Adanya garis –garis tipis pada kuku
defisiensi zinc. Adanya spot putih pada kuku Catat bau badan dan adanya bau pada
pernapasan, berhubungan erat dengan kualitas perawatan diri klien.
Palpasi
1) Palpasi kelembutan permukaan kulit. Kulit kasar terjadi pada pasien
hipitiroidisme. Tekstur
2) Kelembaban. Dideskripsikan dengan kering, berminyak, berkeringat, atau
lembab. Kulit berminyak dengan jerawat dan dengan peningkatan aktivitas
kelenjar minyak dna pada penyakit parkinson. Diaforesis sebagai respon
meningkatnya suhu atau melabolisme tubuh. Hiperhidrosis istilah terhadap
perspirasi berlebihan.
3) Temperatur
4) Mobilitas dan turgor. Ketika mengkaji secara terpusat, diatas klavikula, kulit
seharusnya mudah untuk dicubit, dan cepat kembali ke posisi awal. Mobilitas
kulit menurun pada scleroderma atau pada pasien dengan peningkatan edema.
Turgor kulit menurun pada pasien dehidrasi.
5) Nonpitting atau pitting edema. Edema Nonpitting edema, tidak terdepresi
dengan palpasi, terlihat pada pasien dengan respon inflamasi lokal dan
disebabkan oleh kerusakan endotel kapiler. Kulit terlihat merah, keras, dan
hangat. Pitting edema biasanya pada kulit ekstremitas dan dapat menimbulakan
depresi ketika dilakukan palpasi.
- Skala (1+ to 4+) Pengukuran Deskripsi Waktu kembali
- /41 2 mm Nyaris dapat terdeteksi Segera
- /42 4 mm Pitting Lebih dalam Beberapa deti
- /43 6 mm Pitting dalam 10-20 detik
- 4+/4 10 mm Sangat dalam >20 detik
Pengkajian Kulit Pada Lansia
- Terjadi kehilangan jaringan lemak bawah kulit dan penurunan vaskularisasi
lapisan dermis memicu penipisan kulit, keriput, kehilangan turgor kulit dan
actinic purpura.
- Terpapar matahari dalam waktu lama memicu kulit menguning dan menebal
dan perkembangan solar lentigo.
- Menurunnya aktivitas kelenjar sebase dan kelenjar keringat memicu
pengelupasan kulit dan kekeringan.
- Menurunnya melanin menyebabkan rambut menjadi abu-abu – putih.
- Menurunnya kadar hormon menyebabkan penipisan rambut kepala.
- Penurunan sirkulasi perifer menyebabkan pertumbuhan yang lambat pada
kuku dan kuku menjadi rapuh.
KEGIATAN BELAJAR 4
1) Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus
dengan gangguan sistem integumen.
2) Materi
Prosedur tindakan wound care

URAIAN MATERI

Prosedur Tindakan Wound Care


Pengertian
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Menurut
InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular
normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada
kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan
substansi jaringan.
Klasifikasi Luka
Luka dibedakan berdasarkan :
2) Berdasarkan penyebab
a. Ekskoriasi atau luka lecet
b. Vulnus scisum atau luka sayat
c. Vulnus laseratum atau luka robek
d. Vulnus punctum atau luka tusuk
e. Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f. Vulnus combotio atau luka bakar
3) Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan
a. Ekskoriasi
b. Skin avulsion
c. Skin loss
4) Berdasarkan derajat kontaminasi
a. Luka bersih
- Luka sayat elektif
- Steril, potensial terinfeksi
- Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus elimentarius,
traktus genitourinarius.
b. Luka bersih tercemar
- Luka sayat elektif
- Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal
- Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan genitourinarius
- Proses penyembuhan lebih lama
c. Luka tercemar
- Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu, traktus
genito urinarius, urine
- Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
d. Luka kotor
- Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
- Perforasi visera, abses, trauma lama.
Tipe Penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan
yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan
jahitan.
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang
tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya
luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya
tetap terbuka.
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan
terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini
bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan
luka yang terakhir (Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:4).
Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan
maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan
yang tidak dapat dipisahkan.
1) Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi
berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan
debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.
2) Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel
jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi.
3) Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-
bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat
remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan
kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2000:397 ; InETNA,
2004:1).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena
merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling
berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses
regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik (InETNA,2004:13).
1) Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam
proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan
perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM,
Arthereosclerosis).
2) Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi,
stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,2004:13).
Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-
beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat,
keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga
akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan
lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka
(InETNA,2004:6).
Penatalaksanaan/Perawatan Luka
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan
kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam
konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena
larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan
sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang
kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
3) Oksidansia
a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan
sifat oksidator.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari
dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur.
b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah,
mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia
eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
2) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan
aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya
sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang
tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu
rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka
harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah
dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan
yaitu Normal Saline.
Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang
bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai
komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-
ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang
jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3) Berikan antiseptik
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
5) Bila perlu lakukan penutupan luka.
Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8
jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak
berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan
No Lokasi Waktu
1 Kelopak mata 3 hari
2 Pipi 3-5 hari
3 Hidung, dahi, leher 5 hari
4 Telinga,kulit kepala 5-7 hari
5 Lengan, tungkai, tangan,kaki 7-10+ hari
6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ hari

Anda mungkin juga menyukai