Oleh :
Nama : Sahrawani.J
NIM : 2017.C.09a.0863
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Sahrawani.J
NIM : 2017.C09a.0863
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
keperawatan gerontik Pada Tn.P Dengan Diagnosa Medis Ngangguan Kognitif Di
Puskesmas Pahandut Palangkaraya . Dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Ngangguan Kognitif
.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAH
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi .................................................................................................................. 1
2.1.2 Batasan menua ....................................................................................................... 1
2.1.3 Batasan Lansia ....................................................................................................... 2
2.1.4 Karakteristik Lansia ............................................................................................... 3
2.1.5 Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia .................... 5
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi ................................................................................................................. 8
2.2.2 Rentang respon....................................................................................................... 9
2.2.3 Klasifikasi ........................................................................................................... 10
2.2.4 Etiologi ............................................................................................................... 16
2.2.5 Macam-macam ngangguan kognitif ...................................................................... 16
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi ngangguan kognitif ......................................................
2.2.7 Manifestasi klinis ....................................................................................................
2.2.8 Penatalaksanaan medis ......................................................................................... 21
2.3 Menajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian............................................................................................................ 23
2.3.2 Diagnosa .............................................................................................................. 24
2.3.3 Intervensi ............................................................................................................. 26
2.3.4 Implementasi ....................................................................................................... 32
2.3.5 Evaluasi .............................................................................................................. 32
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian............................................................................................................. 34
3.2 Diagnosa ............................................................................................................... 46
3.3 Intervensi ............................................................................................................. 49
3.4 Implementasi ......................................................................................................... 51
3.5 Evaluasi ................................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHLUAN
1
2
obat. Demensi, sebaliknya, merupakan kondisi dimana memori dan fungsi kognitif
lain terganggusehingga kegiatan sosial normal atau pekerjaan menjadi terhambat.
Sebagian besardemensia merupakan hasil dari penyakit degenerasi otak namun stroke
dan infeksi juga dapat menimbulkan demensia Rara, (2016).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam Studi kasus
ini adalah Bagaimana asuhan keperawatan Gerontik pada Tn.P dengan Gangguan
Kognitif?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1.Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.2.Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.3.Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.4.Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai
intervensi yang telah disusun pada Tn.P dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.5.Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan Gerontik pada Tn.P dengan
Gangguan Kognitif
3
1.4. Manfaat
1.4.1. Teoritis
Sebagai bahan pembelajaran untuk memberikan asuhan keperawatan Gerontik
pada Tn.P dengan Gangguang Kognitif
1.4.2. Praktis
1.4.2.1.Bagi mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2.2.Bagi institusi STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Sebagai sumber informasi dan sebagai acuan dalam menilai kemampuan
mahasiswa dalam aplikasi teori Asuhan Keperawatan dengan diagnosa Gangguan
Kognitif sebagai bahan pengetahuan.
1.4.2.3.Bagi tenaga kesehatan
Memberi pengetahuan pada pembaca tentang pentingnya asuhan keperawatan
pada klien dengan Tunadaksa serta dapat mengaplikasikan tindakannya dalam asuhan
keperawatan pada kasus yang sma sehingga tercapainya kehidupan yang lebih baik
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
Antara lain :
1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
2) Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3) Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
4) Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
5) Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang
mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
6
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau
perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah
besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat
terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan
2.1.3 Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)
1) Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan
dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
2.1.4 Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
1) Jenis kelamin
7
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia laki-
laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
2) Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3) Living arrangement:
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau
kekuarga lainnya.
4) Kondisi kesehatan
1. Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang
lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2. 2).Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
5) Keadaan ekonomi
A. Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain
kalau masih bisa aktif.
B. Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari
anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.
C. kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,
sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar
dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik
8
6. Otot
perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah
dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
7. Sendi
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
8. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat
dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
9. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
10. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a. Kehilangan gigi,
b. Indra pengecap menurun,
c. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
11. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
11
2 Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.
3 Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
d) Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)
C. Gangguan Kardiovaskuler
(a) Nyeri dada
(b) Sesak nafas pada kerja fisik
(c) Palpitasi
(d) Edema kaki
15
2.2.3 Klasifikasi
1) Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh penurunan fungsi
intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat ; pemikiran abstrak dan
daya nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan Laraia, 1998).
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan kerusakan
berat pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku (Isaacs Ann, 2005).
Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh berbagai gangguanm fungsi
kogniitf tanpa gangguan kesadaran. Ganggua fungsi kognitif anatara lain pada
intelegansi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi.
2. Delirium
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan kekacauan
kesadaran yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses pikir (Stuart dan Laraia,
1998). Umumnya gangguan ini terjadi dalam waktu singkat (biasanya satu minggu,
jarang terjadi lebih dari satu bulan). Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala
17
pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hanbatan
pada fungsi kognitif .
3. Amnestik
Gangguan amnestik adalah gangguan kognitif yang dicirikan dengan kerusakan
memori yang parah dan ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru, dapat
terjadi konfabulasi dan apatisme. Yang akan dibahas selanjutnya adalah kedua
gangguan kognitif yang lasim terjadi yaitu demensia dan delirium.
2.2.4 Etiologi
Demensia Delirium
1) Penyakit vaskuler seperti 1) Penyakit akut atau kronis seperti jantung
hipertensi, arterosklerosis. congestive, pneumonia, penyakti ginjal
2) Penyakit Parkinson dan hati, kanker dab stoke.
3) Gangguan genetika ; korea 2) Faktor hormonal dan nutrisi seperti
Huntington atau penyakit pick diabetes, ketidakseimbangan adrenal
4) Infeksi virus HIV yang menyerang atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
system saraf pusat 3) Kehilangan penglihatan dan
5) Gangguan struktur jaringan otak pendengaran
seperti tekanan normal hidrosefalus 4) ¨Obat-obatan antipsikotik, antihistamin,
dan trauma kepala antidepresan, dan antiparkinson
18
Kesulitan neurofibrilar
yang difus Hilangnya serat saraf kolinergik di
korteks cerebellum
Kerusakan Memori
Gambar 2.1 Pathway Demensia pada Lansia disertai Masalah
Keperawatan (Muttaqin, 2011)
19
dimasukan ke mulut
9) Kehilangan memori ; awalnya hanya
hal-hal yang baru terjadi, dan
akhirnya gangguan ingatan masa
lalu
10) Disorientasi waktu, tempat, dan
orang
11) Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau mempelajari
materi baru
12) Sulit mengambil keputusan
13) Penilaian buruk ; individu ini tidak
mempunyai kewaspadaan
lingkungan tentang keamanan dan
keselamatan
2.2.8 Penatalaksanaa
1) Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab utama
sambil mendukung proses fisiologik klien dalam menjaga dan meningkatkan
keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit biasanya diindikasikan untuk
gangguan ini.
2) Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan
kualitas hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
1. Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari pfesional
Keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi, pekerja social,
farmasi, dan rehabilitasi.
2. Fokus keluarga
3. Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan rumah,
adult day care service, memberikan perawatan pribadi bagi klien,
menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan masayarakat dan
22
2.3.3 Intervensi
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan tindakan 1. Jalin hubungan saling 1. Untuk membangan
keperawatan diharapkan mendukung dengan klien. kepercayaan dan rasa
klien dapat beradaptasi 2. Orientasikan pada nyaman.
dengan perubahan aktivitas lingkungan dan rutinitas 2. Menurunkan kecemasan
sehari- hari dan lingkungan baru. dan perasaan terganggu.
dengan KH : 3. Kaji tingkat stressor
1. mengidentifikasi (penyesuaian diri, 3. Untuk menentukan
perubahan perkembangan, peran persepsi klien tentang
2. mampu beradaptasi pada keluarga, akibat perubahan kejadian dan tingkat
perubahan lingkungan status kesehatan) serangan.
dan aktivitas kehidupan 4. Tentukan jadwal
sehari-hari aktivitas yang wajar dan
3. cemas dan takut masukkan dalam kegiatan 4. Konsistensi mengurangi
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
2 Setelah diberikan tindakan 1. Kembangkan lingkungan 1. Mengurangi kecemasan
keperawatan diharapkan yang mendukung dan dan emosional.
klien mampu mengenali hubungan klien-perawat
perubahan dalam berpikir yang terapeutik.
dengan KH: 2. Pertahankan lingkungan
a. Mampu memperlihatkan yang menyenangkan dan 2. Kebisingan merupakan
kemampuan kognitif tenang. sensori berlebihan yang
untuk menjalani 3. Tatap wajah ketika meningkatkan gangguan
konsekuensi kejadian berbicara dengan klien. neuron.
yang menegangkan 4. Panggil klien dengan 3. Menimbulkan perhatian,
terhadap emosi dan namanya. terutama pada klien
pikiran tentang diri. 5. Gunakan suara yang agak dengan gangguan
b. Mampu rendah dan berbicara perceptual.
mengembangkan strategi dengan perlahan pada 4. Nama adalah bentuk
untuk mengatasi klien. identitas diri dan
anggapan diri yang menimbulkan pengenalan
negative. terhadap realita dan klien.
c. Mampu mengenali 5. Meningkatkan
tingkah laku dan faktor pemahaman. Ucapan
penyebab. tinggi dan keras
menimbulkan stress yg
mencetuskan konfrontasi
dan respon marah.
3 Setelah diberikan tindakan 1. Kembangkan lingkungan 1. Meningkatkan
keperawatan diharapkan yang suportif dan kenyamanan dan
perubahan persepsi sensori hubungan perawat-klien menurunkan kecemasan
klien dapat berkurang atau yang terapeutik. pada klien
terkontrol dengan KH: 2. Bantu klien untuk 2. Meningkatkan koping dan
a. Mengalami penurunan memahami halusinasi. menurunkan halusinasi.
halusinasi. 3. Kaji derajat sensori atau 3. Keterlibatan otak
28
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
b. Mengembangkan gangguan persepsi dan memperlihatkan masalah
strategi psikososial bagaiman hal tersebut yang bersifat asimetris
untuk mengurangi stress. mempengaruhi klien menyebabkan klien
c. Mendemonstrasikan termasuk penurunan kehilangan kemampuan
respons yang sesuai penglihatan atau pada salah satu sisi tubuh.
stimulasi. pendengaran.
4. Ajarkan strategi untuk 4. Untuk menurunkan
mengurangi stress. kebutuhan akan halusinasi.
5. Ajak piknik sederhana, 5. Piknik menunjukkan
jalan-jalan keliling rumah realita dan memberikan
sakit. Pantau aktivitas. stimulasi sensori yang
menurunkan perasaan
curiga dan halusinasi yang
disebabkan perasaan
terkekang.
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Jangan menganjurkan 1. Irama sirkadian (irama
keperawatan diharapkan klien tidur siang apabila tidur-bangun) yang
tidak terjadi gangguan pola berakibat efek negative tersinkronisasi disebabkan
tidur pada klien dengan terhadap tidur pada malam oleh tidur siang yang
Kriteria Hasil : hari. singkat.
a. Memahami faktor 2. Evaluasi efek obat klien 2. Deragement psikis terjadi
penyebab gangguan pola (steroid, diuretik) yang bila terdapat panggunaan
tidur. mengganggu tidur. kortikosteroid, termasuk
b. Mampu menentukan 3. Tentukan kebiasaan dan perubahan mood,
penyebab tidur rutinitas waktu tidur insomnia.
inadekuat. malam dengan kebiasaan 3. Mengubah pola yang
c. Melaporkan dapat klien(memberi susu sudah terbiasa dari asupan
beristirahat yang cukup. hangat). makan klien pada malam
d. Mampu menciptakan 4. Memberikan lingkungan hari terbukti mengganggu
pola tidur yang adekuat. yang nyaman untuk tidur.
29
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
meningkatkan 4. Hambatan kortikal pada
tidur(mematikan lampu, formasi reticular akan
ventilasi ruang adekuat, berkurang selama tidur,
suhu yang sesuai, meningkatkan respon
menghindari kebisingan). otomatik, karenanya
5. Buat jadwal tidur secara respon kardiovakular
teratur. Katakan pada klien terhadap suara meningkat
bahwa saat ini adalah selama tidur.
waktu untuk tidur. 5. Penguatan bahwa saatnya
tidur dan mempertahankan
kesetabilan lingkungan.
5 Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi kesulitan 1. Memahami penyebab yang
keperawatan diharapkan dalam berpakaian/ mempengaruhi intervensi.
klien dapat merawat dirinya perawatan diri, seperti: Masalah dapat
sesuai dengan keterbatasan gerak fisik, diminimalkan dengan
kemampuannya dengan apatis/ depresi, penurunan menyesuaikan atau
Kriteria Hasil : kognitif seperti apraksia. memerlukan konsultasi
a. Mampu melakukan 2. Identifikasi kebutuhan dari ahli lain.
aktivitas perawatan diri kebersihan diri dan 2. Seiring perkembangan
sesuai dengan tingkat berikan bantuan sesuai penyakit, kebutuhan
kemampuan. kebutuhan dengan kebersihan dasar mungkin
b. Mampu mengidentifikasi perawatan rambut/kuku/ dilupakan.
dan menggunakan kulit, bersihkan kaca mata, 3. Kehilangan sensori dan
sumber pribadi/ dan gosok gigi. penurunan fungsi bahasa
komunitas yang dapat 3. Perhatikan adanya tanda- menyebabkan klien
memberikan bantuan. tanda nonverbal yang mengungkapkan
fisiologis. kebutuhan perawatan diri
4. Beri banyak waktu untuk dengan cara nonverbal,
melakukan tugas. seperti terengah-engah,
5. Bantu mengenakan ingin berkemih dengan
30
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
pakaian yang rapi dan memegang dirinya.
indah. 4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena
penurunan motorik dan
perubahan kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.
6 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat gangguan 1. Mengidentifikasi risiko di
keperawatan diharapkan kemampuan, tingkah laku lingkungan dan
Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
dengan Kriteria Hasil : persepsi visual. Bantu perawat akan bahaya.
1. Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi Klien dengan tingkah
aktivitas. risiko terjadinya bahaya laku impulsi berisiko
2. Dapat beradaptasi yang mungkin timbul. trauma karena kurang
dengan lingkungan 2. Hilangkan sumber bahaya mampu mengendalikan
untuk mengurangi risiko lingkungan. perilaku. Penurunan
trauma/ cedera. 3. Alihkan perhatian saat persepsi visual berisiko
3. Tidak mengalami perilaku teragitasi/ terjatuh.
cedera. berbahaya, memenjat 2. Klien dengan gangguan
pagar tempat tidur. kognitif, gangguan
4. Kaji efek samping obat, persepsi adalah awal
tanda keracunan (tanda terjadi trauma akibat
ekstrapiramidal, hipotensi tidak bertanggung jawab
ortostatik, gangguan terhadap kebutuhan
penglihatan, gangguan keamanan dasar.
gastrointestinal). 3. Mempertahankan
5. Hindari penggunaan keamanan dengan
restrain terus-menerus. menghindari konfrontasi
Berikan kesempatan yang
31
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
keluarga tinggal bersama meningkatkan risiko
klien selama periode terjadinya trauma.
agitasi akut. 4. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada
lansia. Ukuran dosis/
penggantian obat
diperlukan untuk
mengurangi gangguan.
5. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan
kalsium tulang).
7 Setelah dilakukan tindakan 1. Beri dukungan untuk 1. Motivasi terjadi saat
keperawatan diharapkan penurunan berat badan. klien mengidentifikasi
klien mendapat nutrisi yang 2. Awasi berat badan setiap kebutuhan berarti.
seimbang dengan Kriteria minggu. 2. Memberikan umpan
Hasil: Kaji pengetahuan balik/ penghargaan.
a. Mengubah pola asuhan keluarga/ klien mengenai 3. Identifikasi kebutuhan
yang benar kebutuhan makanan. membantu perencanaan
b. Mendapat diet nutrisi 4. Usahakan/ beri bantuan pendidikan.
yang seimbang. dalam memilih menu. 4. Klien tidak mampu
c. Mendapat kembali berat 5. Beri Privasi saat menentukan pilihan
badan yang sesuai. kebiasaan makan menjadi kebutuhan nutrisi.
masalah. 5. Ketidakmampuan
menerima dan hambatan
sosial dari kebiasaan
32
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
makan berkembang
seiring berkembangnya
penyakit.
2.3.4 Implemetasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan
masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondRi klien pada saat ini (here and now).
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau Rormati . yang
dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau
sumati R yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan
penjelasan sebagai berikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat
diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan
keperawatan.
33
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Biografi
Nama : Tn. P
Tempat & Tanggal Lahir : Palangka Raya, 2 Mare 1958
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 168/65
Penampilan : Rambut beruban.
Alamat : Jl. Akasia No.20
Orang Dekat Yang Dihubungi : Keluarga
Hubungan dengan Lansia : Anak Kandung
Alamat :
2. Genogram
34
35
Keterangan :
: Laki-Laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal
Tn. P mengatakan bahwa dirinya memiliki 3 saudara dari orang tuanya, dia
kaka dan adiknya sudah lama meninggal, Tn. P sudah menikah, Tn. P memiliki 2
orang anak kandung laki-laki.
1.1.2.3 Tipe/Bentuk Keluarga : Older Family
3.1.3 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Swasta
Alamat Pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat Transportasi : Motor
Pekerjaan Sebelumnya : Swasta
Sumber Pendapatan dan Kecukupan : Swasta
3.1.3 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tn. P tinggal di rumah bersama istri. Tipe tempat tinggal Tn.P permanen
dan berjumlah 3 kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih, pencahayaan
baik, ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 2 orang yang
terdiri dari Tn. P dan istri. Tetangga terdekat klien adalah saudaranya dan anak-
anaknya.
3.1.4 Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby berolahraga, kegiatan Tn. P dirumah
adalah beribadah dan membaca Al-Quran.
Keadaan Umum :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pupil isokor, TTV : TD :
130/90 mmHg, Nadi : 86 x/mnt, Suhu : 36,9 ºC, RR 20 x/mnt. Akral : hangat,
merah, lembab. CRT : < 2 detik, konjungtiva : anemis, sklera normal. Kulit
normal, turgor kulit elastis.
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : Eye : 3, Verbal : 5, Motorik : 6.
Tanda-Tanda Vital : Nadi : 86x/mnt, RR : 20x/menit, TD : 130/90 mmHg.
Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 130/90 mmHg.
Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris, tidak ada
bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit kuning langsat.
Sistem Perkemihan : BAK ± 3x sehari
Sistem : Tidak ada gangguan pada otot kaki dan tangan, saat
Muskuluskeletal di lakukan pengkajian klien tidak ada mengeluh
nyeri pada bagian ototnya.
Sistem Endokrin : Sulit dievaluasi, saat ditanyakan adakah riwayat
penyakit diabetes, klien mengatakan tidak ada, dan
klien tidak ada riwayat terkena gondok atau
hipotirioid.
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada mual atau muntah,
Sistem reproduksi : Menopause
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang.
Sistem Penglihatan : Klien menggunakan kacamata
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada keluaran
cairan.
Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik
Sistem Penciuman : Tn. P masih mampu mencium bau dengan baik
38
Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Tn. P yaitu:
kerusakan intelektual ringan. Mini Mental State Exam (MMSE): 22, Inventaris
Depresi Beck : 0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 9.
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari
Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
40
Perintahkan kepada
klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai
perintah nilai satu poin)
“tutup mata anda”
Perintahkan klien
menuliskan kalimat dan
menyalin gambar.
Total 18
Total: 18, Gangguan kognitif sedang Tn. P
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
tindak lanjut)
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif)
Tn. P tidak mampu berorientasi terhadap tahun, musim, tanggal, hari, dan bulan
sekarang, tetapi Tn. P tidak mampu beregistrasi terhadap nama objek, mampu
berhitung, dan mampu mengingat nama-nama benda.
42
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
43
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
45
ANALISA DATA
Obyektif dan Data Subyektif
No (Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)
DS : Proses Menua Gangguan pola
2 Klien mengatakan hal
↓ tidur
dipikirkan saat ini yaitu
Susah mengawali
ingin bertemu cucunya
tidur
3 Klien mengatakan sulit
↓
1 sekali untuk tidur malam
Kesulitan mengatur
kadang bisa tidur jam 3
pola tidur
subuh ,terkadang tiudur
↓
malam Cuma 2-3 jam
Gangguan pola tidur
DO :
- Klien tampak mengalihakan
kerinduannya dengan
berkebun dan ikut senam
lansia di puskesmas
- TTV:
Suhu : 36,9 oC
TD: 130/90 mmHg
N: 86 x/menit
R: 20 x/menit
BB: 65 Kg
TB : 168 cm
Gangguan Memori
48
PRIORITAS MASALAH
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Hasil ) Intervensi Rasional
Gangguan Pola Tidur b/d kurang Setelah dilakukan tindakan 1 Berikan kesempatan pasien 1. Mendengar aktif dapat
kontrol tidur keperawatan 3 x kunjungan,
untuk mendiskusikan keluhan membantu menentukan
diharapkan tidur menjadi
efektif. Dengan kriteria hasil: yang mungkin menghalangi penyebab kesulitan tidur.
1 Dapat meningkatkan rasa
tidur. 2 Tindakan ini
sehat dan merasa dapat tidur
2 Merasa tidur tidak 2 Rencanakan asuhan memungkinkan asuhan
terganggu
keperawatan rutin yang keperawatan yang konsisten
memungkinkan pasien tidur dan memberikan waktu
tanpa terganggu selama untuk tidur tanpa terganggu.
beberapa jam. 3 Susu dan beberapa kudapan
3 Berikan bantuan tidur tinggi protein, seperti keju
kepada pasien, seperti dan kacang, mengandung L-
bantal, mandi sebelum tidur, trytophan, yang dapat
makanan atau minuman dan mempermudah tidur.
bahan bacaan. 4 Tindakan ini dapar
4 Ciptakan lingkungan yang mendorong istirahat dan
kondusif untuk tidur. tidur.
50
Gangguan Memori b/d penuaan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perubahan kognitif 1) Untuk mengetahui
keperawatan 3x perubahn dalam perilaku
dan perilaku
kunjungan,diharapkan
memori/ingatan bisa membaik 2. Ajarkan kemampuan untuk 2) Untuk mengingat suatu
Dengan kriteria hasil: kejadian yang dilakukan
meningkatkan daya ingat
1) Klien mampu mengingat
perilaku tertentu yang baru 3. Monitor perilaku dan
saja dilakukan misalnya 3) Untuk memantau
perubahan memori selama
mengingat gerakan yang perubahan dalam memori
dicontohkan, mengingat kata terapi klien
benda yang disebutkan 4) Untuk mnejaga kebersihan
4. Ajarkan perawatan diri
perawat; mengingat nama diri klien
praktikan, mengingat bulan secara mandiri
dan tahun serta tanggal hari
5. Ajarkan keluarga dalam
ini 5) Untuk mendukung klien
2) Skor MMSE klien bertambah perawtan orientasi realita dalam mengingat
≥ 3 poin
51
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
4. Media
Leaflet
55
5. Strategi
Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu
Penyuluh Peserta
Pembukaan 1. Salam Pembuka 1. Menjawab salam 2 menit
(memperkenalkan diri dan
menentukan kontrak 2. Mendengarkan dan
waktu memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan disampaikan
Pengembangan 1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan 10 menit
Ngangguan pola tidur
Penutup Evaluasi:
1. Menanyakan kembali 1. Para peserta 2 menit
materi yang diberikan menjawab
2. Penyuluh menyimpulkan pertanyaan yang
kembali penjelasan yang diberikan penyuluh
telah diberikan 2. Para peserta
3. Petugas membagikan mendengarkan
leaflet kebutuhan tidur kesimpulan materi
yang disampaikan 1 menit
Terminasi
1. Mengucapkan terimakasih Menjawab salam
atas peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam
penutup
56
6. Kriteria evaluasi :
1) Evalusi Struktur
Kesiapan Media meliputi :
a. Leaflet, Poster
b. Penentuan waktu
c. Penentuan tempat
d. Pemberitahuan kepada sasaran
2) Evaluasi Proses
a. Sasaran datang tepat waktu
b. Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.
c. Peserta mengajukan pertanyaan.
d. Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
3) Evaluasi Hasil
Peserta dapat menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh
57
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Ngangguan pola tidur
Gangguan pola tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan
perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu
aktivitas sehari- hari
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola tidur
1. penyakit
2. kelelahan
3.lingkungan
4. stress psikologis
5. obat-obatan
perubahan waktu tidur yang menyebabkan Penyakit merupakan suatu hal yang
oLeh sangat mempengaruhi kenyamanan
ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas
seseorang, apabila orang tersebut tidak
Nama : Sahrawani.J sehari- hari.
merasa nyaman maka akan berkaitan
Nim : 2017.c.09a.0863 Perubahan pola tidur adalah suatu keadaan
dengan kenyamanan dan ketenangan
dimana individu mengalami atau mempunyai
tidurnya.
yayasan eka Harap palangka raya resiko mengalami perubahan dalam jumlah dan
2. Kelelahan
sekolah tinggi ilmu kesehatan
kualitas pola tidur yang menyebabkan
PRODI D III KEPERAWATAAN Kelelahan yang berlebihan yang
Tahun 2020 ketidaknyamanan
dihasilkan dari kerja yang meletihkan
atau penuh stress membuat seseorang
sulit tidur.