Anda di halaman 1dari 63

1

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.P DENGAN


DIAGNOSA MEDIS NGANGGUAN KOGNITIF DI PUSKESMAS
PAHANDUT PALANGKARAYA

Oleh :

Nama : Sahrawani.J

NIM : 2017.C.09a.0863

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Sahrawani.J

NIM : 2017.C09a.0863

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Diagnosa


Medis Ngangguan Kognitif Di Puskesmas Pahandut
Palangkaraya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria , S.Kep.,Ners


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
keperawatan gerontik Pada Tn.P Dengan Diagnosa Medis Ngangguan Kognitif Di
Puskesmas Pahandut Palangkaraya . Dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Ngangguan Kognitif
.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan katakata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAH
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi .................................................................................................................. 1
2.1.2 Batasan menua ....................................................................................................... 1
2.1.3 Batasan Lansia ....................................................................................................... 2
2.1.4 Karakteristik Lansia ............................................................................................... 3
2.1.5 Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia .................... 5
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi ................................................................................................................. 8
2.2.2 Rentang respon....................................................................................................... 9
2.2.3 Klasifikasi ........................................................................................................... 10
2.2.4 Etiologi ............................................................................................................... 16
2.2.5 Macam-macam ngangguan kognitif ...................................................................... 16
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi ngangguan kognitif ......................................................
2.2.7 Manifestasi klinis ....................................................................................................
2.2.8 Penatalaksanaan medis ......................................................................................... 21
2.3 Menajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian............................................................................................................ 23
2.3.2 Diagnosa .............................................................................................................. 24
2.3.3 Intervensi ............................................................................................................. 26
2.3.4 Implementasi ....................................................................................................... 32
2.3.5 Evaluasi .............................................................................................................. 32
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian............................................................................................................. 34
3.2 Diagnosa ............................................................................................................... 46
3.3 Intervensi ............................................................................................................. 49
3.4 Implementasi ......................................................................................................... 51
3.5 Evaluasi ................................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB 1
PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang


Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk
prosesmengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Kognitif
memberikan peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling utama adalah
mengingat, dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak untuk merekam dan
memanggil ulang semua atau beberapa kejadian yang pernahh dialami. Kognisi
meliputi kemampuan otak untuk memproses, mempertahankan , dan menggunakan
informasi. Kemampuan kognitif ini penting pada kemapuan inidvidu dalam membuat
keputusan, menyelesaikan masalah, menginterpretasikan lingkungan dan mempelajari
informasi yang baru, untuk memberikan nama pada beberapa hal.
Gangguan kognitif merupakan gangguan atau kerusakan pada fungsi otak
yanglebih tinggi dan dapat memeberikan efek yang merusak pada kemampuan
individu untuk melakukan funsi sehari hari sehingga individu tersebut lupa nama
anggota keluarga atautidak mampu melakukan tugas rumah tangga harian atau
melakukan hygiene personal (Caine & lyness,2000 dalam Aggraini, 2014). Gangguan
kognitif yang paling sering ditemui meliputi Demensia dan Delirium.Banyak orang
mensalah artikan antara Demensia, Delirium dan Depresi. Juga tentangrespon
kognitif yang maladaptive pada seseorang. Hal ini merupaka tugas perawatsebagai
tenaga professional yang mencakup bio-psiko-sosial yang memberikan
asuhankeperawatan khususnya pada klien dengaan gangguan kognitif yang akan dibahas
olehkelompok kali ini. Delirium dan demensia merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada pasienpada semua usia, namun kelainan ini paling sering ditemukan
pada pasien usia lanjut.
Delirium adalah suatu keadaan kebingungan (confusion) mental yang dapat
disertaifluktuasi kesadaran, kecemasan, halusinasi, ilusi, dan waham (delusi).
Kelainan ini dapatmenyertai infeksi, kelainan metabolik, dan kelainan medis atau
neurologis lain atauberhubungan dengan penggunaan obat-obatan atau gejala putus

1
2

obat. Demensi, sebaliknya, merupakan kondisi dimana memori dan fungsi kognitif
lain terganggusehingga kegiatan sosial normal atau pekerjaan menjadi terhambat.
Sebagian besardemensia merupakan hasil dari penyakit degenerasi otak namun stroke
dan infeksi juga dapat menimbulkan demensia Rara, (2016).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam Studi kasus
ini adalah Bagaimana asuhan keperawatan Gerontik pada Tn.P dengan Gangguan
Kognitif?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1.Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.2.Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.3.Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan Gerontik pada Tn.P
dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.4.Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai
intervensi yang telah disusun pada Tn.P dengan Gangguan Kognitif
1.3.2.5.Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan Gerontik pada Tn.P dengan
Gangguan Kognitif
3

1.4. Manfaat
1.4.1. Teoritis
Sebagai bahan pembelajaran untuk memberikan asuhan keperawatan Gerontik
pada Tn.P dengan Gangguang Kognitif
1.4.2. Praktis
1.4.2.1.Bagi mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2.2.Bagi institusi STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Sebagai sumber informasi dan sebagai acuan dalam menilai kemampuan
mahasiswa dalam aplikasi teori Asuhan Keperawatan dengan diagnosa Gangguan
Kognitif sebagai bahan pengetahuan.
1.4.2.3.Bagi tenaga kesehatan
Memberi pengetahuan pada pembaca tentang pentingnya asuhan keperawatan
pada klien dengan Tunadaksa serta dapat mengaplikasikan tindakannya dalam asuhan
keperawatan pada kasus yang sma sehingga tercapainya kehidupan yang lebih baik
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).

2.1.2 Batasan Menua


Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh
usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

4
5

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
Antara lain :
1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
2) Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3) Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
4) Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
5) Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang
mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
6

sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau
perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah
besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat
terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan
2.1.3 Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)
1) Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan
dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
2.1.4 Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
1) Jenis kelamin
7

Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia laki-
laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
2) Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3) Living arrangement:
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau
kekuarga lainnya.
4) Kondisi kesehatan
1. Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang
lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2. 2).Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
5) Keadaan ekonomi
A. Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain
kalau masih bisa aktif.
B. Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari
anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.
C. kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,
sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar
dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik
8

2.1.4.1 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain: (Setiabudhi,1999)
1) Permasalahan umum
1. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
2. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
9

2.1.4.2 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011)
1) Perubahan Fisik
1. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut:
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur.
4. Kartilago
jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan
akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5. Tulang
berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari
penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur.
10

6. Otot
perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah
dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
7. Sendi
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
8. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat
dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
9. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
10. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a. Kehilangan gigi,
b. Indra pengecap menurun,
c. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
11. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
11

12. Sistem saraf


Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
13. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary
dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
14. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
15. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama- tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
12

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap


gambaran diri, perubahan konsep diri.

16. Perubahan spiritual


Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970)

2.1.5 Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia


Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu
masa anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu
dimana akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis dari beberapa
sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia (Mubarak,2009:140)
Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik,
diantaranya yaitu :
1) Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2) Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3) Gigi mulai lepas (ompong)
4) Penglihatan dan pendengaran berkurang
5) Mudah lelah dan mudah jatuh
6) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
7) otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
8) Gangguan gaya berjalan
9) Sinkope-dizziness;
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru
saja terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
13

4. Sulit menerima ide-ide baru


Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jika
berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan. Selain
berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat meningkat dalam proses menua,
yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya menjadi sumber banyak
masalah pada masa tua. Coba dilihat sepintas mengenai beberapa dampak
kemunduran tersebut yaitu semakin perasanya orang yang memasuki lanjut usia.
Misalnya kemunduran fisik, yang berpengaruh terhadap penampilan seseorang. Pada
umumnya saat usia dewasa, seseorang dianggap tampil paling cakap, tampan atau
paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya membuat membuat yang
bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki
mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik dirinya.
Masalah Yang di alami oleh Lansia
A. Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya
multi-faktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan, kelemahan
otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Untuk faktor
ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan yang
kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya sehingga dapat menyebabkan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
B. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan,
atau depresi dan penyebab lainnya adalah :
1 Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes
melitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati,
gangguan sistem peredaran darah dan jantung.
14

2 Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.
3 Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
d) Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)
C. Gangguan Kardiovaskuler
(a) Nyeri dada
(b) Sesak nafas pada kerja fisik
(c) Palpitasi
(d) Edema kaki
15

2.2 Konsep Penyakit


2.2.1 Definisi
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan, megingat,
persepsi, orientasi, memperhatikan, serta memberikan keputusan (Stuart dan Laraia,
1998). Sehingga gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai
dengan adanya gangguan daya ingat, disorientasi, inkoheren, salah persepsi,
penurunan perhatian serta sukar berpikir logis. Gangguan ini membuat individu
berada dalam kebingungan, tidak mampu menghubungkan kejadian saat ini dengan
kejadian yang lampau.
Gangguan kognitif (cognitive impairment disorders) disebabkan oleh kerusakan
neuron temporer atau permanent, mengakibatkan tidak berfungsinya proses kognitif
(misalnya fungsi otak yang lebih tinggi) yang meliputi memori, penalaran, orientasi,
persepsi dan perhatian (Isaacs Ann, 2005).
Sindrom otak organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik
yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak
ini disebabkan oleh penyakit seperti meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah
otak, tumor otak, dan lain sebagainya. Gangguan mental organic adalah suatu
gangguan patologi yang jelas, misalnya tumor otak, penyakit serebrovaskuler, atau
intoksikasi obat (Mansjoer Arif, 2001).
16

2.2.2 Rentang Respon


Fungsi kognitif dapat berfluktuktuasi sepanjang rentang respon adaptif dan
maladaptive. Fluktuasli ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan klien.
Gangguan kognitif ini kebanyakan dialami oleh klien dengan gangguan mental

Respon adaptif Respon maladaptive


Berpikir logis Pelupa
Koheren Kadang lupa
Rasional Kadang tidak dapat berpikir jenrih
Dapat mengambil keputusan Kadang salah persepsi
Kadang tidak dapat mengambil keputusan
organic dan gangguan ini dapat terjadi secara episodic atau terus menerus.

2.2.3 Klasifikasi
1) Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh penurunan fungsi
intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat ; pemikiran abstrak dan
daya nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan Laraia, 1998).
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan kerusakan
berat pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku (Isaacs Ann, 2005).
Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh berbagai gangguanm fungsi
kogniitf tanpa gangguan kesadaran. Ganggua fungsi kognitif anatara lain pada
intelegansi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi.
2. Delirium
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan kekacauan
kesadaran yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses pikir (Stuart dan Laraia,
1998). Umumnya gangguan ini terjadi dalam waktu singkat (biasanya satu minggu,
jarang terjadi lebih dari satu bulan). Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala
17

pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hanbatan
pada fungsi kognitif .
3. Amnestik
Gangguan amnestik adalah gangguan kognitif yang dicirikan dengan kerusakan
memori yang parah dan ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru, dapat
terjadi konfabulasi dan apatisme. Yang akan dibahas selanjutnya adalah kedua
gangguan kognitif yang lasim terjadi yaitu demensia dan delirium.

2.2.4 Etiologi
Demensia Delirium
1) Penyakit vaskuler seperti 1) Penyakit akut atau kronis seperti jantung
hipertensi, arterosklerosis. congestive, pneumonia, penyakti ginjal
2) Penyakit Parkinson dan hati, kanker dab stoke.
3) Gangguan genetika ; korea 2) Faktor hormonal dan nutrisi seperti
Huntington atau penyakit pick diabetes, ketidakseimbangan adrenal
4) Infeksi virus HIV yang menyerang atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
system saraf pusat 3) Kehilangan penglihatan dan
5) Gangguan struktur jaringan otak pendengaran
seperti tekanan normal hidrosefalus 4) ¨Obat-obatan antipsikotik, antihistamin,
dan trauma kepala antidepresan, dan antiparkinson
18

Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan alumunium


dan genetik

Penurunan metabolism dan aliran darah di korteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Kesulitan neurofibrilar
yang difus Hilangnya serat saraf kolinergik di

korteks cerebellum

Kelainan Penurunan sel


Terjadi plak senilis neurotransmiter neuron kolinergik
yang berproyeksi ke
Asetilkolin menurun pada otak hipotalamus
dan amigdala
Cedera DEMENSIA ketidakmampuan gerak

Perubahan Kehilangan kemampuan


kemampuan merawat menyelesaikan masalah Tingkah laku
diri sendiri aneh dan kacau
dan cenderung
Perubahan mengawasi keadaan mengembara
kompleks dan berfikir abstrak
Defisit
perawatan diri Resiko cedera
Emosi, labil, pelupa,
apatis
Mandi ↓
Gangguan
Bepakaian
Komunikasi
Makan Loos deep me
Eliminasi Verbal

Kerusakan Memori
Gambar 2.1 Pathway Demensia pada Lansia disertai Masalah
Keperawatan (Muttaqin, 2011)
19

2.2.5 Macam gangguan kognitif


Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium
dan demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan demensia.
Depresi pada lansia seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel dibawah
dapat digunakan sebagai acuan.

Rentang Respon Kognitif


Respon Adaptif Respon Maladaptif
Tegas Ketidaktegasan periodik Ketidakmampuan membuat
Memori utuh Mudah lupa keputusan
Orientasi lengkap Kebingungan sementara yg ringan Kerusakan memori & penilaian
Persepsi akurat Terkadang salah persepsi Disorientasi
Perhatian terfokus Distrakbilitas Salah persepsi serius
Pikiran koheren dan logis Kadang berfikir tidak jelas Ketidakmampuan memfokuskan
Perhatian
Kesulitan berfikir logis

2.2.6 Faktor yang mempengaruhi gangguan kognitif


Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis
pada fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami
gangguan kognitif termasuk:
1) Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya
ke otak
1. Perubahan vaskuler arterisklerotik
2. Serangan iskemik sementara
3. Hemoragi serebral
4. Infark otak kecil multipel
2) Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
3) Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak
4) Penyakit Alzheimer
5) Human Immunodeficiency Virus (HIV)
6) Penyakit hati kronik
7) Penyakit ginjal kronik
8) Defisiensi vitamin (terutama thiamin)
9) Malnutrisi
20

10) Abnormalitas genetik


Gangguan jiwa mayor seperti skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan
ansietas, dan depresi, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

2.2.7 Manisfestasi Klinis


Demensia Delirium
1) Afasia ; kehilangan kemampuan 1) Agitasi, gerakan yang tidak terarah,
berbahasa. tremor, ketakutan, kecemasan, depresi,
2) Apraksia ; rusaknya kemampuan euphoria, apatis dan gangguan pola
melakukan aktivitas motorik tidur.
sekalipun fungsi sensorinya tidak 2) Terdapat pula kemungkinan gangguan
mengalami kerusakan. bicara, inkoherensi, disorientasi,
3) Agnosia ; kegagalan mengenali atau gangguan memori, dan persepsi yang
mengidentifikasi obyek atau benda salah seperti ilusi dan haslusinasi.
umum walaupun fungsi sensorinya 3) Gangguan kesadaran dan pemahaman ;
tidak mengalami kerusakan. berkurangnya kemampuan untuk
4) Konfabulasi ; mengisi celah-celah mempertahankan perhatian terhadap
ingatannya dengan fantasi yang seautu hal.
diyakini individu yang terkena 4) Pikiran yang kacau dan percakapan
5) Sundown syndrome ; membruknya yang melantur
disorientasi di malam hari 5) Gangguan siklus tidur-bangun
6) Reaksi katastrofik ; respon takut 6) Perubahan psikomotor (misalnya
atau panic dengan potensi kuat hiperaktif, hipoaktif, agitasi,
menyakiti diri sendiri atau orang mengantuk)
lain.
7) Perseveration phenomenon ;
perilaku mengulang, meliputi
mengulangi kata-kata orang lain.
8) Hiperoralitas ; kebutuhan untuk
mecicipi dan mengunyah benda-
benda yang cukup kecil untuk
21

dimasukan ke mulut
9) Kehilangan memori ; awalnya hanya
hal-hal yang baru terjadi, dan
akhirnya gangguan ingatan masa
lalu
10) Disorientasi waktu, tempat, dan
orang
11) Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau mempelajari
materi baru
12) Sulit mengambil keputusan
13) Penilaian buruk ; individu ini tidak
mempunyai kewaspadaan
lingkungan tentang keamanan dan
keselamatan

2.2.8 Penatalaksanaa
1) Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab utama
sambil mendukung proses fisiologik klien dalam menjaga dan meningkatkan
keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit biasanya diindikasikan untuk
gangguan ini.
2) Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan
kualitas hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
1. Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari pfesional
Keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi, pekerja social,
farmasi, dan rehabilitasi.
2. Fokus keluarga
3. Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan rumah,
adult day care service, memberikan perawatan pribadi bagi klien,
menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan masayarakat dan
22

keluarga, pengumpulan dana dan aktivitas melobi untuk penelitian dan


tindakanlegislatif.
4. Intervensi farmakologik
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisdi klien dengan
obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu
mempertahankan fungsi neuronal serta penatalaksanaan perilaku dan
gejala yang menimbulkan stress.

Obat untuk gejala demensia


Klasifikasi Nama Dosis Rasional
Generik/Nama Harian Biasa Penggunaan
Dagang
Obat Takrin (cognex) 40 mg/hari (10 Mempengaruhi
antikolinesterase mg 4x/hari) enzim
asetilkilinesterase,
yang memecah
asetilkolin. Obat-
obatan ini
memungkinkan
asetilkolin tinggal
lebih lama di sinaps
Donepezil 5 mg/hari (sekali
(Aricept) sehari)
Antioksidan Vitamin E 400-800 IU/hari Diberikan
berdasarkan
aktivitas melawan
proses oksidasi,
yang mensintesis
radikal sitotoksik
sintesis.
Ansietas dan Lorazepam 0,25 mg/hari,
agitasi (Ativan) dapat
Benzodiazepine ditingkatkan
(BZA) menjadi 2x/hari
Antiansietas non- Buspiron 15-160 mg/hari
BZA (BuSpar)
Antikonvulsan Karbamazepin 200 mg/dua kali
(tegretol) sehari
Divalproleks 250 mg/dua kali
(Depakote) sehari
Halusinasi dan
perilaku
menyerang
Antipsikotik Haloperidol 0,25 mg/hari atau
23

Topikal (haldol) 2 x sehari


0,5 mg/hari atau
Atipikal Risperidon 2 x sehari
(risperdal)
Depresi
Antidepresan Nefazodon 50 mg/hari, dapat
(serzone) ditambah
menjadi 400
mg/hari denga
jadwal 2 x sehari

2.3 Menajemen Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
1) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat.
Gejala utamanya adalah kesadaran menurun.
2) Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tekanan darah
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang
menurun dan tidak mau makan.
3) Spiritual
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan masih kuat tetapi tidak
atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
4) Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya
sendiri, pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan
perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan
motorik, gelisah, impulsif.
5) Alam perasaan
Klien tampak ketakuan dan putus asa
6) Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan
perasaan tertentu, jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat
24

menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang


digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah
klien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari
7) Data Subyektif :
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.
8) Data Obyektif :
1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan
kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak
tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Kebanyakan gangguan yang mengakibatkan beberapa tingkat gangguan
kognitif biasanya bersifat fisiologis. Oleh karena itu perawat
harusmempertimbangkan kebutuhan fisik pasien dan masalah perilaku
psikososial. Diagnosis keperawatan yang lengkap menggambarkan semua
pengaruh ini terhadap perilaku pasien. Jika disabilitas kognitif pasien
mengganggu peran sertanya dalam proses perencanaan pengobatan, mungklin
perlu melibatkan orang terdekat pasien dalam merumuskan diagnosis
keperawatan.
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan
mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori,
hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai
realitas dengan akurat.
25

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,


transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu
berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis,
gelisah, halusinasi.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai
dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak
mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
6. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
7. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.
26

2.3.3 Intervensi
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan tindakan 1. Jalin hubungan saling 1. Untuk membangan
keperawatan diharapkan mendukung dengan klien. kepercayaan dan rasa
klien dapat beradaptasi 2. Orientasikan pada nyaman.
dengan perubahan aktivitas lingkungan dan rutinitas 2. Menurunkan kecemasan
sehari- hari dan lingkungan baru. dan perasaan terganggu.
dengan KH : 3. Kaji tingkat stressor
1. mengidentifikasi (penyesuaian diri, 3. Untuk menentukan
perubahan perkembangan, peran persepsi klien tentang
2. mampu beradaptasi pada keluarga, akibat perubahan kejadian dan tingkat
perubahan lingkungan status kesehatan) serangan.
dan aktivitas kehidupan 4. Tentukan jadwal
sehari-hari aktivitas yang wajar dan
3. cemas dan takut masukkan dalam kegiatan 4. Konsistensi mengurangi

berkurang rutin. kebingungan dan

4. membuat pernyataan 5. Berikan penjelasan dan meningkatkan rasa

yang positif tentang informasi yang kebersamaan.

lingkungan yang baru. menyenangkan mengenai 5. Menurunkan ketegangan,

kegiatan/ peristiwa. mempertahankan rasa


saling percaya, dan
orientasi.
27

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
2 Setelah diberikan tindakan 1. Kembangkan lingkungan 1. Mengurangi kecemasan
keperawatan diharapkan yang mendukung dan dan emosional.
klien mampu mengenali hubungan klien-perawat
perubahan dalam berpikir yang terapeutik.
dengan KH: 2. Pertahankan lingkungan
a. Mampu memperlihatkan yang menyenangkan dan 2. Kebisingan merupakan
kemampuan kognitif tenang. sensori berlebihan yang
untuk menjalani 3. Tatap wajah ketika meningkatkan gangguan
konsekuensi kejadian berbicara dengan klien. neuron.
yang menegangkan 4. Panggil klien dengan 3. Menimbulkan perhatian,
terhadap emosi dan namanya. terutama pada klien
pikiran tentang diri. 5. Gunakan suara yang agak dengan gangguan
b. Mampu rendah dan berbicara perceptual.
mengembangkan strategi dengan perlahan pada 4. Nama adalah bentuk
untuk mengatasi klien. identitas diri dan
anggapan diri yang menimbulkan pengenalan
negative. terhadap realita dan klien.
c. Mampu mengenali 5. Meningkatkan
tingkah laku dan faktor pemahaman. Ucapan
penyebab. tinggi dan keras
menimbulkan stress yg
mencetuskan konfrontasi
dan respon marah.
3 Setelah diberikan tindakan 1. Kembangkan lingkungan 1. Meningkatkan
keperawatan diharapkan yang suportif dan kenyamanan dan
perubahan persepsi sensori hubungan perawat-klien menurunkan kecemasan
klien dapat berkurang atau yang terapeutik. pada klien
terkontrol dengan KH: 2. Bantu klien untuk 2. Meningkatkan koping dan
a. Mengalami penurunan memahami halusinasi. menurunkan halusinasi.
halusinasi. 3. Kaji derajat sensori atau 3. Keterlibatan otak
28

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
b. Mengembangkan gangguan persepsi dan memperlihatkan masalah
strategi psikososial bagaiman hal tersebut yang bersifat asimetris
untuk mengurangi stress. mempengaruhi klien menyebabkan klien
c. Mendemonstrasikan termasuk penurunan kehilangan kemampuan
respons yang sesuai penglihatan atau pada salah satu sisi tubuh.
stimulasi. pendengaran.
4. Ajarkan strategi untuk 4. Untuk menurunkan
mengurangi stress. kebutuhan akan halusinasi.
5. Ajak piknik sederhana, 5. Piknik menunjukkan
jalan-jalan keliling rumah realita dan memberikan
sakit. Pantau aktivitas. stimulasi sensori yang
menurunkan perasaan
curiga dan halusinasi yang
disebabkan perasaan
terkekang.
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Jangan menganjurkan 1. Irama sirkadian (irama
keperawatan diharapkan klien tidur siang apabila tidur-bangun) yang
tidak terjadi gangguan pola berakibat efek negative tersinkronisasi disebabkan
tidur pada klien dengan terhadap tidur pada malam oleh tidur siang yang
Kriteria Hasil : hari. singkat.
a. Memahami faktor 2. Evaluasi efek obat klien 2. Deragement psikis terjadi
penyebab gangguan pola (steroid, diuretik) yang bila terdapat panggunaan
tidur. mengganggu tidur. kortikosteroid, termasuk
b. Mampu menentukan 3. Tentukan kebiasaan dan perubahan mood,
penyebab tidur rutinitas waktu tidur insomnia.
inadekuat. malam dengan kebiasaan 3. Mengubah pola yang
c. Melaporkan dapat klien(memberi susu sudah terbiasa dari asupan
beristirahat yang cukup. hangat). makan klien pada malam
d. Mampu menciptakan 4. Memberikan lingkungan hari terbukti mengganggu
pola tidur yang adekuat. yang nyaman untuk tidur.
29

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
meningkatkan 4. Hambatan kortikal pada
tidur(mematikan lampu, formasi reticular akan
ventilasi ruang adekuat, berkurang selama tidur,
suhu yang sesuai, meningkatkan respon
menghindari kebisingan). otomatik, karenanya
5. Buat jadwal tidur secara respon kardiovakular
teratur. Katakan pada klien terhadap suara meningkat
bahwa saat ini adalah selama tidur.
waktu untuk tidur. 5. Penguatan bahwa saatnya
tidur dan mempertahankan
kesetabilan lingkungan.
5 Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi kesulitan 1. Memahami penyebab yang
keperawatan diharapkan dalam berpakaian/ mempengaruhi intervensi.
klien dapat merawat dirinya perawatan diri, seperti: Masalah dapat
sesuai dengan keterbatasan gerak fisik, diminimalkan dengan
kemampuannya dengan apatis/ depresi, penurunan menyesuaikan atau
Kriteria Hasil : kognitif seperti apraksia. memerlukan konsultasi
a. Mampu melakukan 2. Identifikasi kebutuhan dari ahli lain.
aktivitas perawatan diri kebersihan diri dan 2. Seiring perkembangan
sesuai dengan tingkat berikan bantuan sesuai penyakit, kebutuhan
kemampuan. kebutuhan dengan kebersihan dasar mungkin
b. Mampu mengidentifikasi perawatan rambut/kuku/ dilupakan.
dan menggunakan kulit, bersihkan kaca mata, 3. Kehilangan sensori dan
sumber pribadi/ dan gosok gigi. penurunan fungsi bahasa
komunitas yang dapat 3. Perhatikan adanya tanda- menyebabkan klien
memberikan bantuan. tanda nonverbal yang mengungkapkan
fisiologis. kebutuhan perawatan diri
4. Beri banyak waktu untuk dengan cara nonverbal,
melakukan tugas. seperti terengah-engah,
5. Bantu mengenakan ingin berkemih dengan
30

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
pakaian yang rapi dan memegang dirinya.
indah. 4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena
penurunan motorik dan
perubahan kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.
6 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat gangguan 1. Mengidentifikasi risiko di
keperawatan diharapkan kemampuan, tingkah laku lingkungan dan
Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
dengan Kriteria Hasil : persepsi visual. Bantu perawat akan bahaya.
1. Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi Klien dengan tingkah
aktivitas. risiko terjadinya bahaya laku impulsi berisiko
2. Dapat beradaptasi yang mungkin timbul. trauma karena kurang
dengan lingkungan 2. Hilangkan sumber bahaya mampu mengendalikan
untuk mengurangi risiko lingkungan. perilaku. Penurunan
trauma/ cedera. 3. Alihkan perhatian saat persepsi visual berisiko
3. Tidak mengalami perilaku teragitasi/ terjatuh.
cedera. berbahaya, memenjat 2. Klien dengan gangguan
pagar tempat tidur. kognitif, gangguan
4. Kaji efek samping obat, persepsi adalah awal
tanda keracunan (tanda terjadi trauma akibat
ekstrapiramidal, hipotensi tidak bertanggung jawab
ortostatik, gangguan terhadap kebutuhan
penglihatan, gangguan keamanan dasar.
gastrointestinal). 3. Mempertahankan
5. Hindari penggunaan keamanan dengan
restrain terus-menerus. menghindari konfrontasi
Berikan kesempatan yang
31

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
keluarga tinggal bersama meningkatkan risiko
klien selama periode terjadinya trauma.
agitasi akut. 4. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada
lansia. Ukuran dosis/
penggantian obat
diperlukan untuk
mengurangi gangguan.
5. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan
kalsium tulang).
7 Setelah dilakukan tindakan 1. Beri dukungan untuk 1. Motivasi terjadi saat
keperawatan diharapkan penurunan berat badan. klien mengidentifikasi
klien mendapat nutrisi yang 2. Awasi berat badan setiap kebutuhan berarti.
seimbang dengan Kriteria minggu. 2. Memberikan umpan
Hasil: Kaji pengetahuan balik/ penghargaan.
a. Mengubah pola asuhan keluarga/ klien mengenai 3. Identifikasi kebutuhan
yang benar kebutuhan makanan. membantu perencanaan
b. Mendapat diet nutrisi 4. Usahakan/ beri bantuan pendidikan.
yang seimbang. dalam memilih menu. 4. Klien tidak mampu
c. Mendapat kembali berat 5. Beri Privasi saat menentukan pilihan
badan yang sesuai. kebiasaan makan menjadi kebutuhan nutrisi.
masalah. 5. Ketidakmampuan
menerima dan hambatan
sosial dari kebiasaan
32

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
makan berkembang
seiring berkembangnya
penyakit.

2.3.4 Implemetasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan
masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondRi klien pada saat ini (here and now).
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau Rormati . yang
dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau
sumati R yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan
penjelasan sebagai berikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat
diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan
keperawatan.
33

O : Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan
dilakukan.
A : Analalisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak
lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan.
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan Tunadaksa
adalah:
a) Klien mampu mengetahui tentang penyakit nya.
b) Meminta bantuan atau partisipasi keluarga.
c) Mampu berhubungan dengan orang lain.
d) Menggunakan obat dengan benar.
e) Keluarga mampu mengidentifikasi gejala gangguan kognitif
f) Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara
merawat gangguan kognitif serta dapat mendukung kegiatan-kegiatan
klien.
34

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Biografi
Nama : Tn. P
Tempat & Tanggal Lahir : Palangka Raya, 2 Mare 1958
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 168/65
Penampilan : Rambut beruban.
Alamat : Jl. Akasia No.20
Orang Dekat Yang Dihubungi : Keluarga
Hubungan dengan Lansia : Anak Kandung
Alamat :

3.1.2 Riwayat keluarga


1. Susunan Anggota Keluarga
Susunan anggota keluarga sulit untuk dikaji, karena klien lupa bagaimana
susunan anggota keluarganya.

2. Genogram

34
35

Keterangan :

: Laki-Laki : Pasien

: Perempuan : Meninggal

Tn. P mengatakan bahwa dirinya memiliki 3 saudara dari orang tuanya, dia
kaka dan adiknya sudah lama meninggal, Tn. P sudah menikah, Tn. P memiliki 2
orang anak kandung laki-laki.
1.1.2.3 Tipe/Bentuk Keluarga : Older Family
3.1.3 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Swasta
Alamat Pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat Transportasi : Motor
Pekerjaan Sebelumnya : Swasta
Sumber Pendapatan dan Kecukupan : Swasta
3.1.3 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tn. P tinggal di rumah bersama istri. Tipe tempat tinggal Tn.P permanen
dan berjumlah 3 kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih, pencahayaan
baik, ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 2 orang yang
terdiri dari Tn. P dan istri. Tetangga terdekat klien adalah saudaranya dan anak-
anaknya.
3.1.4 Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby berolahraga, kegiatan Tn. P dirumah
adalah beribadah dan membaca Al-Quran.

3.1.5 Sistem Pendukung


Jarak dari RS Doris Sylavanus ke rumah Tn. P ± 4, Klinik Terdekat ± 2
km.
3.1.6 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan
sesudah makan selalu berdoa.
36

3.1.7 Status kesehatan


1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan
selama sakit belum pernah di rawat dirumah sakit dan tidak memiliki
riwayat operasai.
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Tidak Ada
Keluhan utama :
1 Keluhan yang dirasakan saat ini, klien mengatakan sulit sekali untuk tidur
malam kadang tidur jam 3 subuh dan lupa kejadian dan tempat/objek apa yag
dilakukan tadi selalu mengulang-ngulang cerita yang sama kerena lupa telah
menceritakannya. Kemudian diperoleh diagnosa medis yaitu gangguan
kognitif sesuai keluhan yang dikatakan klien. Klien mengatakan hal dipikirkan
saat ini yaitu ingin bertemu cucunya .

Status Imunisasi : (catat tanggal terbaru)


Tetanus, difteri: tidak ada, Influenza: tidak ada, Pneumothoraks: tidak ada
Alergi : (catat agen dan reaksi spesifik)
1. Obat-obatan: Tidak ada alergi
2. Makanan: Tidak ada
3. Faktor lingkungan: Tidak ada
Penyakit yang diderita :
Tidak Ada
3.1.8 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)
Indeks Katz Tn. P adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi).
3.1.9 Data penunjang
Obat Dosis Indikasi
Triazolam 0, 25 mg sebelum Mengobati masalah tidur
tidur
Memantine 5 mg/hari Untuk mengurangi
perkembangan demensia
37

sedang hingga berat

Keadaan Umum :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pupil isokor, TTV : TD :
130/90 mmHg, Nadi : 86 x/mnt, Suhu : 36,9 ºC, RR 20 x/mnt. Akral : hangat,
merah, lembab. CRT : < 2 detik, konjungtiva : anemis, sklera normal. Kulit
normal, turgor kulit elastis.
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : Eye : 3, Verbal : 5, Motorik : 6.
Tanda-Tanda Vital : Nadi : 86x/mnt, RR : 20x/menit, TD : 130/90 mmHg.
Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 130/90 mmHg.
Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris, tidak ada
bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit kuning langsat.
Sistem Perkemihan : BAK ± 3x sehari
Sistem : Tidak ada gangguan pada otot kaki dan tangan, saat
Muskuluskeletal di lakukan pengkajian klien tidak ada mengeluh
nyeri pada bagian ototnya.
Sistem Endokrin : Sulit dievaluasi, saat ditanyakan adakah riwayat
penyakit diabetes, klien mengatakan tidak ada, dan
klien tidak ada riwayat terkena gondok atau
hipotirioid.
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada mual atau muntah,
Sistem reproduksi : Menopause
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang.
Sistem Penglihatan : Klien menggunakan kacamata
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada keluaran
cairan.
Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik
Sistem Penciuman : Tn. P masih mampu mencium bau dengan baik
38

Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Tn. P yaitu:
kerusakan intelektual ringan. Mini Mental State Exam (MMSE): 22, Inventaris
Depresi Beck : 0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 9.

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Tn. P Tanggal : 21 September 2020


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 168/65
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Akasia No.20
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
lain klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F
39

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Nama klien : Tn. P Tanggal :21 September 2020


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 168/65
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Akasia No.20
dibawah ini
No. Benar Salah Pertanyaan Jawaban Pasien
1.  Tanggal berapa hari ini? Tidak Ingat
2.  Hari apa sekarang? Tidak Ingat
3.  Apa nama tempat ini? Puskesmas
4.  Dimana alamat bapak? Jl. Akasia No.20
5.  Berapa umur bapak? 64 Tahun
6.  Kapan bapak lahir? Tidak Ingat
7.  Siapa presiden Indonesia? Jokowi
8.  Siapa presiden Indonesia Jokowi
sebelumnya?
9.  Siapa nama ibu anda? Tidak ingat
10.  Kurang 3 dari 20? 16
Jumlah 5 5
Salah : 5, fungsi intelektualnya Tn. P masih kerusakan sedang

Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
40

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

Aspek Nilai Nilai


No. Kriteria Jawaban Klien
Kognitif Max Klien
1. Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan Hari senin, tanggal
benar: Hari, tanggal, 10 Juni 2020,
bulan, tahun, dan musim .
musim.
2. Orientasi 5 5 Dimana kota tempat Kota Palangka
kita tinggal sekarang? Raya.
3. Registrasi 3 5 Menyebutkan 3 objek Meja, kursi, dan
benda disekitar (misal kertas.
meja).
4. Perhatian 5 1 Meminta klien 93
dan berhitung dari 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7
sampai lima tingkat :
93, 86, 78, 71, 60
5. Mengingat 3 2 Meminta klien untuk Meja dan kursi
mengulangi ketiga
objek pada poin 3 (tiap
poin nilainya 1)
6. Bahasa 9 5 Menanyakan kepada Klien mampu
klien tentang benda mampu mengikuti
(sambil menunjukan semua perintah
benda tersebut) yang dikatakan
1. Meja perawat.
2. Kursi
Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut tidak ada, dan,
akan tetapi.
Klien menjawab :
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari
3 langkah :
1. Ambil kertas
ditangan perawat.
2. Lipat kertas tersebut
3. Dan letakan dimeja
samping tempat tidur.
41

Perintahkan kepada
klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai
perintah nilai satu poin)
“tutup mata anda”
Perintahkan klien
menuliskan kalimat dan
menyalin gambar.
Total 18
Total: 18, Gangguan kognitif sedang Tn. P

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
tindak lanjut)
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif)
Tn. P tidak mampu berorientasi terhadap tahun, musim, tanggal, hari, dan bulan
sekarang, tetapi Tn. P tidak mampu beregistrasi terhadap nama objek, mampu
berhitung, dan mampu mengingat nama-nama benda.
42

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)
Nama klien : Tn. P Tanggal :21 September 2020
Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 168/65
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Akasia No.20

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
43

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
44

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
45

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia

Nama klien : Tn. P Tanggal : 21 September 2020


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 168/65
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Akasia
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
46

ANALISA DATA
Obyektif dan Data Subyektif
No (Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)
DS : Proses Menua Gangguan pola
2 Klien mengatakan hal
↓ tidur
dipikirkan saat ini yaitu
Susah mengawali
ingin bertemu cucunya
tidur
3 Klien mengatakan sulit

1 sekali untuk tidur malam
Kesulitan mengatur
kadang bisa tidur jam 3
pola tidur
subuh ,terkadang tiudur

malam Cuma 2-3 jam
Gangguan pola tidur
DO :
- Klien tampak mengalihakan
kerinduannya dengan
berkebun dan ikut senam
lansia di puskesmas
- TTV:
Suhu : 36,9 oC
TD: 130/90 mmHg
N: 86 x/menit
R: 20 x/menit
BB: 65 Kg
TB : 168 cm

DS : Klien mengatakan sering Gangguan


2 Gangguan penurunan
lupa Memori
daya ingat, gangguan
DO : kognitif, gangguan
1. Klien sering lupa apa yang
sudah dia kerjakan memori
beberapa jam lalu ↓
2. Klien saat menjawab
pertanyaan sering lupa Perubahan mengawasi
3. Hasil dari pengkajian keadaan kompleks
MMSE dengan skor 18 dan berfikir abstrak
(sedang) ↓
47

Gangguan Memori
48

PRIORITAS MASALAH

1 Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai


dengan DS Klien mengatakan hal dipikirkan saat ini yaitu ingin bertemu
cucunya , Klien mengatakan sulit sekali untuk tidur malam kadang bisa
tidur jam 3 subuh ,terkadang tiudur malam Cuma 2-3 jam, DO: Klien
tampak mengalihakan kerinduannya dengan berkebun dan ikut senam
lansia di puskesmas.
2 Gangguan Memori berhubungan dengan distraksi lingkungan ditandai
dengan DS: Klien mengatakan sering lupa, DO: Klien sering lupa apa
yang sudah dia kerjakan beberapa jam lalu, Klien saat menjawab
pertanyaan sering lupa, Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 18
(sedang),
49

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Hasil ) Intervensi Rasional
Gangguan Pola Tidur b/d kurang Setelah dilakukan tindakan 1 Berikan kesempatan pasien 1. Mendengar aktif dapat
kontrol tidur keperawatan 3 x kunjungan,
untuk mendiskusikan keluhan membantu menentukan
diharapkan tidur menjadi
efektif. Dengan kriteria hasil: yang mungkin menghalangi penyebab kesulitan tidur.
1 Dapat meningkatkan rasa
tidur. 2 Tindakan ini
sehat dan merasa dapat tidur
2 Merasa tidur tidak 2 Rencanakan asuhan memungkinkan asuhan
terganggu
keperawatan rutin yang keperawatan yang konsisten
memungkinkan pasien tidur dan memberikan waktu
tanpa terganggu selama untuk tidur tanpa terganggu.
beberapa jam. 3 Susu dan beberapa kudapan
3 Berikan bantuan tidur tinggi protein, seperti keju
kepada pasien, seperti dan kacang, mengandung L-
bantal, mandi sebelum tidur, trytophan, yang dapat
makanan atau minuman dan mempermudah tidur.
bahan bacaan. 4 Tindakan ini dapar
4 Ciptakan lingkungan yang mendorong istirahat dan
kondusif untuk tidur. tidur.
50

Gangguan Memori b/d penuaan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perubahan kognitif 1) Untuk mengetahui
keperawatan 3x perubahn dalam perilaku
dan perilaku
kunjungan,diharapkan
memori/ingatan bisa membaik 2. Ajarkan kemampuan untuk 2) Untuk mengingat suatu
Dengan kriteria hasil: kejadian yang dilakukan
meningkatkan daya ingat
1) Klien mampu mengingat
perilaku tertentu yang baru 3. Monitor perilaku dan
saja dilakukan misalnya 3) Untuk memantau
perubahan memori selama
mengingat gerakan yang perubahan dalam memori
dicontohkan, mengingat kata terapi klien
benda yang disebutkan 4) Untuk mnejaga kebersihan
4. Ajarkan perawatan diri
perawat; mengingat nama diri klien
praktikan, mengingat bulan secara mandiri
dan tahun serta tanggal hari
5. Ajarkan keluarga dalam
ini 5) Untuk mendukung klien
2) Skor MMSE klien bertambah perawtan orientasi realita dalam mengingat
≥ 3 poin
51

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Tanda Tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, 21 1) Memberikan kesempatan pasien untuk S :
September 2020 Klien mengatakan sudah mulai bisa tidur
mendiskusikan keluhan yang mungkin
d.s.t dengan baik, namun masih belum bisa pulas
menghalangi tidur. tidur.
O:
2) Merencanakan asuhan keperawatan rutin
- Klien tampak mulai tenang Sahrawani.J
yang memungkinkan pasien tidur tanpa - Klien tidak mengeluh sulit tidur
- Telah diberikan obat Triazolam 0, 25 mg
terganggu selama beberapa jam.
sebelum tidur
3) Memberikan bantuan tidur kepada pasien, - TTV:
Suhu : 36,9 oC
seperti bantal, mandi sebelum tidur,
TD: 130/90 mmHg
makanan atau minuman dan bahan bacaan. N: 86 x/menit
R: 20 x/menit
4) Menciptakan lingkungan yang kondusif
BB: 65 Kg
untuk tidur
TB: 168 Cm
A:
Masalah teratasi
P:
Tetap pertahankan intervensi
52

21 September 2020 1 Memonitor perubahan kognitif dan S :


d.s.t Klien mengatakan sudah mulai membaik
perilaku
dan bisa mengingat kejadian yang dilakukan
2 Mengajarkan kemampuan untuk tadi
meningkatkan daya ingat
O:
3 Memonitor perilaku dan perubahan 1. Klien tampak tenang Sahrawani.J
2. Klien tampak tidak bingung
memori selama terapi
3. Klien dapat mengingat sebagian tempat
4 Mengajarkan perawatan diri secara yang di kunjungi saat terapi
mandiri
5 Mengajarkan keluarga dalam perawtan A : Masalah teratasi
orientasi realita
P : Intervensi dipertahankan
53

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 1, Jakarta : 1999.


Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2 (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2018. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby
Cynthia M, Taylor. 2011. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC.
54

Lampiran-lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Gangguan Pola Tidur


Sasaran : Pasien
Waktu : 20 menit
Hari, tanggal : 25 September 2020
Tempat : Rumah pasien

1. Tujuan Instruktusional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, pasien memahami tentang Gangguan Pola
Tidur
2. Tujuan Instruktusional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 20 menit, diharapkan pasien dapat
menyebutkan kembali:
1) Pengertian Ngangguan Pola Tidur
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur
3) Cara mengatasi ngangguan pola tidur

3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
4. Media
Leaflet
55

5. Strategi

Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu
Penyuluh Peserta
Pembukaan 1. Salam Pembuka 1. Menjawab salam 2 menit
(memperkenalkan diri dan
menentukan kontrak 2. Mendengarkan dan
waktu memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan disampaikan
Pengembangan 1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan 10 menit
Ngangguan pola tidur

2. Menjelaskan faktor yang 2. Bertanya dan 5 menit


mempengaruhi kualitas menjawab
tidur pertanyaan yang
3. Menjelaskan cara diajukan
mengatasi ngangguan pola
tidur

Penutup Evaluasi:
1. Menanyakan kembali 1. Para peserta 2 menit
materi yang diberikan menjawab
2. Penyuluh menyimpulkan pertanyaan yang
kembali penjelasan yang diberikan penyuluh
telah diberikan 2. Para peserta
3. Petugas membagikan mendengarkan
leaflet kebutuhan tidur kesimpulan materi
yang disampaikan 1 menit

Terminasi
1. Mengucapkan terimakasih Menjawab salam
atas peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam
penutup
56

6. Kriteria evaluasi :

1) Evalusi Struktur
Kesiapan Media meliputi :
a. Leaflet, Poster
b. Penentuan waktu
c. Penentuan tempat
d. Pemberitahuan kepada sasaran
2) Evaluasi Proses
a. Sasaran datang tepat waktu
b. Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.
c. Peserta mengajukan pertanyaan.
d. Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
3) Evaluasi Hasil
Peserta dapat menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh
57

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Ngangguan pola tidur
Gangguan pola tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan
perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu
aktivitas sehari- hari
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola tidur
1. penyakit
2. kelelahan
3.lingkungan
4. stress psikologis
5. obat-obatan

C. Cara Mengatasi gangguan pola tidur


1. Hindari keinginan untuk tidur. Semakin keras usaha untuk tidur malah makin
membuat susah tidur. Membaca majalah, buku atau menonton televise dapat
membuat mengantuk dan selanjutnya tertidur. Air hangat atau makanan kecil
sebelum tidur dapat membantu tertidur.
2. Ciptakan lingkungan tidur (kamar tidur) yang nyaman. Memastikan tidak ada
cahaya terang atau suara yang dapat mengganggu dan pastikan suhu ruang tidur
nyaman.
3. Hindari makanan berat sebelum tidur. Konsumsi makanan ringan, seperti
pisang dan juga susu. Hindari minuman yang mengandung alcohol, kafein,
dan juga jangan merokok
58
3. Hindari makanan berat sebelum tidur.
3. Lingkungan Cara Mengatasi gangguan pola
Konsumsi makanan ringan, seperti pisang
Lingkungan dapat mendukung dan tidur
dan juga susu. Hindari minuman yang
menghambat tidur Temperatur, ventilasi,
1. Hindari keinginan untuk tidur. Semakin mengandung alcohol, kafein, dan juga
penerangan ruangan, dan kondisi yang
keras usaha untuk tidur malah makin jangan merokok.
bising yang berpengaruh terhadap tidur
membuat susah tidur. Membaca majalah,
seseorang.
buku atau menonton televise dapat
4. Stress Psikologis
membuat mengantuk dan selanjutnya
Seseorang yang memiliki masalah
tertidur. Air hangat atau makanan kecil
psikologis maka dia akan merasa gelisah
sebelum tidur dapat membantu tertidur.
sehingga akan membuatnya sulit tidur.
5. Obat-Obatan
Beberapa dari obat-obatan terdapat suatu
kandungan yang mempengaruhi
persyarafannya sehingga orang tersebut
sulit tidur.

2. Ciptakan lingkungan tidur (kamar tidur)


yang nyaman. Memastikan tidak ada
SEMOGA BERMANFAAT
cahaya terang atau suara yang dapat
mengganggu dan pastikan suhu ruang
TERIMAKASIH
tidur nyaman.
59
Gangguan Pola Tidur Apa itu Gangguan pola tidur Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pola tidur

Gangguan pola tidur adalah kondisi


dimana seseorang mengalami gangguan dan 1. Penyakit

perubahan waktu tidur yang menyebabkan Penyakit merupakan suatu hal yang
oLeh sangat mempengaruhi kenyamanan
ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas
seseorang, apabila orang tersebut tidak
Nama : Sahrawani.J sehari- hari.
merasa nyaman maka akan berkaitan
Nim : 2017.c.09a.0863 Perubahan pola tidur adalah suatu keadaan
dengan kenyamanan dan ketenangan
dimana individu mengalami atau mempunyai
tidurnya.
yayasan eka Harap palangka raya resiko mengalami perubahan dalam jumlah dan
2. Kelelahan
sekolah tinggi ilmu kesehatan
kualitas pola tidur yang menyebabkan
PRODI D III KEPERAWATAAN Kelelahan yang berlebihan yang
Tahun 2020 ketidaknyamanan
dihasilkan dari kerja yang meletihkan
atau penuh stress membuat seseorang
sulit tidur.

Anda mungkin juga menyukai