Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DI RUANG VK UPT

PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKARAYA

Oleh :

JUFIKRI AKBAR
NIM :2017.C.09a.0847

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Nugroho,2014).
Post partum/masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat
selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan kekeadaan sebelum hamil.
(Padila, 2014)
Post partum/masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali sepertikekeadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6minggu. (Sulistyawati, 2012)

1.1.2 Anatomi Fisiologi


1. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai
klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
2. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selamakoitus.
3. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang
dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus
vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan
produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral
kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya
dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum.
Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas
labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsanganseksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila
ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif
dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti
keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris
berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris
dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-
kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang
mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi
dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak
ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan,perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi
setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba
fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian
oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi
dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di
tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi
yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus
bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan danpersalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan serviks.
Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka
rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus
uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat
digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari
traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus
vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.
1.1.3 Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
Partus dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
2. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan
mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala
lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan
bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
3. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan
uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan
terjadi perdarahan.
4. KalaIV,dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc.

1.1.4 Klasifikasi
Sukarni, 2013derajat ruptur perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
1. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1.1 Vagina
1.2 Komisura posterior
1.3 Kulit perineum
2. Ruptur perineum derajat dua dengan jaringan yang mengalami robekan
2.1 Mukosa Vagina
2.2 Komisura posterior
2.3 Kulit perineum
2.4 Otot perineum
3. Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan :
3.1 Sebagaimana ruptur derajat dua
3.2 Otot sfingter ani
4. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
4.1 Sebagaimana ruptur derajat tiga
4.2 Dinding depan rectum

1.1.5 Patofisiologi (Pathway)


1. Adaptasi Fisiologi
1.1 Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir
tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1
smpai 2 cm setiap 24 jam.Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi
menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir.
Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
1.2 Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada
payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
2. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari ketiga
setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga
ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama
fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan
sumber informasi danpenyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan
rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
1.1.6 Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Nugroho, 2014) :
1. Sistem reproduksi
1.1 Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus,
pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-
kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya
menjadi 5060gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormonmenyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-
sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil.
1.2 Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
1.3 Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadikarakteristik penyembuha luka.
Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali
pada bekas tempat plasenta.
1.4 Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian
menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan
debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari
setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
1.5 Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa
hari setelah ibu melahirkan.
1.6 Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu
keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

2. Sistem endokrin
2.1 Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental
enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah
menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan
dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.

2.2 Hormon hipofisis


Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan
dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap
stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk
dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
5. Sistem cerna
5.1 Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat
lapar.
5.2 Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu yang
singkat setelah bayi lahir.
5.3 Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil
(esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
6.1 Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada
jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga.
Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara
teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
6.2 Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni
kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa
nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari
puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
7.1 Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah
selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan
darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah
itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah menurun
dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
7.2 Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.
Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi
selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta
tibatiba kembali ke sirkulasi umum.
7.3 Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.
Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat
timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang
terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi
dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.
Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang
meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak
hilangseluruhnya.

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu post partum/nifas antara lain (Nugroho,2014) :
1. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri payudara,
pembengkakan, kehangatan dan kemerahan
2. Abses payudara
Abses payudara adalah pembengkakan payudara yang berisih nanah,
pembengkakan ini terjadi karena adanya infeksi bakteri.
3. Tromboplebiti
Tromboplebitis adalah invasi ataw perluasan microorganisme pathogen yang
mengikuti aliran darah sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium segera dilakukan pada periode pasca partum, nilai hemoglobin
dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan
darah pada saat melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Padila, 2014).

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada ibu post partum/nifas adalah (Sulistyawati,2012) :
1. Tirah baring
2. Perawatan perineum dan perawatan payudara
3. Berkemih atau perawatan kateter
4. Obat anti nyeri, obat tidur, laktasi berikan suplemen vitamin atau zat besi, hentikan
pemberian intravena jika penuh
5. Pemeriksaan laboratorium untuk komplikasi jika ada indikasi
6. Rencana pemakaian kontrasepsi

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Data umum
1.1 Identitas klien meliputi : Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku/bangas, status
pernikahan.
1.2 Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan ibu,
suku/bangsa.
2. Riwayat keluhan utama
2.1 Keluhan utama : Pada ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen,
nyeri vagina, nyeri perineum.
2.2 Riwayat keluhan utama : Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah
nyeri akut dan ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan P, Q, R, S, T dengan
menggunakan skala 0-10.0 : nyeri tidak di rasakan, 1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri sedang,
6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tak tertahankan.
P ( Paliatv) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan ?
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
Dengan Hasil Skala Nyeri Sebagai Berikut :
1. Agak nyeri
2. Nyeri ringan
3. Nyeri sedang dapat di alihkan
4. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan
5. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan tanpa menggunakananalgetik
6. Nyeri sedang
7. Nyeri berat
8. Nyeri berat dapat di alihkan
9. Nyeri berat tidak dapat di alihkan
10. Nyeri hebat.

2.3 Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang di rasakan saat hamil mulai dari trimester
1, 2, 3 HPHT

1. Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kntrasepsi misalnya KB
2. Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
3. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan perawat.
3. Pola fungsi Gordon
3.1 Pola presepsi kesehatan
Dari penaganan kesehatan menggunakan presepsi pemeliharan dan penaganan kesehatan,
persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,
pengetahuan tentang praktek kesehatan.
3.2 Pola nutrisi metabolic
Napsu makan ibu dengan persalinan normal bertambah dan pemasukan cairan juga
bertambah.Makanan harus bermutu, bergizi dan juga cukup kalori, banyak air, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3.3 Pola eliminasi
Kandung kemih mengalami trauma yang dapat di sebabkan edema dan tekanan. Adanya
akumulasi cairan yang berlebihan pada jaringan selama kehamilan, dieresis setelah 24
jam persalinan dan konstipasi.
3.4 Pola aktifitas latihan
Otot-otot abdomen melebar atau melonggar selama kehamilan menyebabkan
pengurangan otot-otot abdomen menjadi sangat lunak, lembek dan lemah. Muskulus
raktus abdominis memisah otot-otot dan fascia dinding abdomen mengalami pelenturan,
latihan dan senam selama periode nifas perlu untuk memulihkan keadaan
3.5 Pola istirahat dan tidur
Pola tidur terganggu karena ibu dengan persalinan normal sering berkeringat banyak dan
dingin di malam hari. Mengalami perubahan emosi yang mendadak atau depresi yang
mengakibatkan ibu merasa tertekan dan mungkin ibu tidak bias tidur
3.6 Pola kongnitif preseptual
Klien merasa nyeri pada payudara dan perineum, dan kurang pengetahuan tentang
perawatan diri.
3.7 Pola konsep diri/presepsi
Ibu dapat menerima peran barunya sebagai orang tua atau tidak dapat menerima.
3.8 Pola peran hubungan
Ibu memepunyai hubungan yang harmonis dengan suami, keluarga yang merawat ibu
yang beada di RS dan percaya kepeda Tuhan-Nya dan menyerahkan seluruh kesembuhan
kepada Tuhan.
4. Pemeriksaan fisik
4.1 Tekanan darah
4.2 Suhu badan
4.3 Denyut nadi
4.4 Respirasi/pernapasan
5. Pemeriksan head to toe
5.1 Kepala : Biasanya Pasien Mengeluh Pusing, Sakit Kepela.
5.2 Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
5.3 Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
5.4 Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap cahaya
penglihatan)
5.5 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
5.6 Jantung dan paru : Suara napas normal
5.7 Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan aerola
dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, adanya ASI, adanya
pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya sumbatan duktus, dan tanda-tanda mastitis
potensial.
5.8 Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau nyeri.
5.9 Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma, penyembuhan
setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhia. Pemeriksaan anus
terhadap hemoroid.
5.10 Eksteremitas bawah :Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas pada betis, varises.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis.


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.
4. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema
jaringan di tandai dengan distensi kandung kemih.

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan dengan trauma mekanis.
Tujuan : Setelah dilakuka tindakan keperawatn nyeri dapatteratasi.
Kriteria hasil : Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi :
1.1 Tentukan adanya lokasinyeri dan sifat ketidaknyamanan.
1.2 Kaji skla nyerimenggunakan rumus P, Q, R, S, T
1.3 Inspeksi perubahanperineum dan episiotomy. Perhatika edema,
ekimosis tekanan local
1.4 Anjurkan ibu untukmenggunakan tekhnikrelaksasi dan distraksi untuk
menghilangkan nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan : Mengatasi kemungkinan infeksi
Kriteria hasil : 1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
2. Adanya kemerahan atau kehangatan
3. Adanya pembengkakan
4. Adanya nyeri
Intervensi :
1. Kaji lochea (warna, bau,jumlah) dan kondisi danjahitan episiotomy
2. Berikan nutrisi yang adekuat
3. Kaji lokasi dan kontraksiuterus, perubahan infolusi
4. Sarankan untuk klien untukmengganti pembalut untuktiap 2 jam
5. Pantau tanda-tanda vital
6. Sarankan ibu membersihkanperineum dari depan kebelakang
7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.
Tujuan : Aktivitas dapat normal kembali
Kriteria hasil : Ibu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpabantuan orang
lain keadaan umum baik, kekuatan ototbaik.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan kliendalam memenuhikebutuhan sehari-hari
2. Bantu klien dalaM memenuhi kebutuhansehari-hari
3. Tingkat tirah baring
4. Anjurkan klien untukmelakukan aktivitas yangringan
5. Anjurkan mobilisasi danlatihan dini secara lengkap
6. Berikan informasi kesehatan tentang perawatan luka jahitan
7. Berikan lingkungan yangtenang, batasi pengunjungsesuai keperluan
8. Anjurkan keluarga untukkooperatif dalamperawatan
9. Kolaborasi dalam pemberikan terapi analgetik
4. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal
Tujuan : Tidak mengalami gangguan eliminasi
Kriteria hasil : Dapat berkemih sendiri dalam waktu 6-8 jam setelah
post partum, tidak merasa sakit saat BAK
Intervensi :
1. Kaji dan catat cairan yangmasuk dan keluar tiap 24jam
2. Palpasi kandungan kemih
3. Anjurkan berkemih 6-8 jam post partum
4. Anjurkan minum 6-8 gelas perhari
5. Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
6. Jelaskan pentingnyaberkemih

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan secara optimal.
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dan tenaga kesehatan lain.

Anda mungkin juga menyukai