Anda di halaman 1dari 10

Definisi Traksi adalah alat imobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan yang diterapkan pada suatu bagian tubuh

sementara kekuatan yang kedua, disebut kontertraksi,menarik ke arah yang berlawanan. Kekuatan tarikan didapat melalui suatu sistem katrol,tali dan pemberat yang dikaitkan ke klien.kontertraksi sering didapat dengan mengelevasi kaki.atau kepala tempat tidur dan kekuatannya berasal dari tubuh klien. Klien yang terpasang traksi berada ditempat tidur berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.oleh karena itu,implementasi keperawatan meliputi aktivitas harian, pemeliharaan traksi,dan pencegahan masalah karena imobilisasi seperti dekubitus. Tujuan traksi Tujuan penggunaan traksi : untuk mengurangi dan/atau imobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan. Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat. Untuk mencegah cedera pada jaringan lunak. Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas. Untuk mengurangi spasme otot dan nyeri. Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (misal : artitris atau tuberkulosis sendi.) Tipe traksi Ada dua tipe utama traksi : traksi kulit dan traksi skeletal. 1. Traksi kulit adalah alat yang memiliki kekuatan tarikan yang diterapkan pada kulit dan jaringan lunak melalui penggunaan pita atau sabuk traksi dan sebuah sistem tali, katrol, dan pemberat. Pita atau sabuk traksi sering dibuat dari karet busa atau kain yang memiliki lubang angin, dan bagian belakangnya dapat berperekat atau tidak berperekat. Traksi kulit yang berperekat digunakan untuk traksi kontinu. Sementara yang tidak

berperekat digunakan secara intermiten ; traksi tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali. 2. Traksi skeletal diterapkan dengan cara memasukkan pin logam, kabel, atau penjepit secaralangsung kedalam atau melalui tulang. Alat logam tersebut kemudian dikaitkan kesebuah sistem tali, katrol, dan pemberat dengan menggunakan rangka logam yang terhubung pada tempat tidur. Perlengkapan traksi Perlengkapan berikut ini digunakan untuk sebagaian besar traksi kulit dan traksi tulang : 1. Rangka di atas kepala (overhead frame) : rangka ini terhubung dengan tempat tidurrumah sakit dan terdapat alat untuk mengaitkan peralatan traksi. Setiap rangka mempunyai minimal dua palang tegak (satu pada tiap ujung tempat tidur) dan satu palang di atas kepala. 2. Trapeze dipasang pada rangka diatas kepala, trapeze dapat digunakan oleh klien untuk bergerak ditempat tidur, kecuali dikontraindikasikan untuk kesehatan klien. 3. Kasur yang keras: untuk mempertahan kesejajaran tubuh dan efisiensi traksi, kasur yang keras merupakan hal yang esensial. Beberapa tempat tidur berisi benda padat bukan pegas, untuk memberikan sanggaan yang keras. Jika tempat tidur yang keras tidak tersedia, sebuah papan tempat tidur dapat digunakan untuk memberikan sanggaan yang diperlukan. 4. Tali, katrol, gantungan pemberat, dan pemberat. Proses keperawatan: perawatan klien dengan traksi Pengkajian Kaji : Status neurovaskuler pada ekstremitas yang terpasang traksi, yaitu status nadi perifer, warna, jumlah gerakan, suhu, pengisian kapiler, edema, mati rasa,dan sensasi.

Adanya rasa nyeri pada daerah yang terpasang traksi: lokasi pasti, derajat, durasi, dan deskripsi nyeri (mis: tajam, seperti tertusuk jarum), dan identifikasi setiap gerakan atau aktivitas yang mengawali rasa nyeri.

Tanda klinis trombus dan embolus: periksalah denyut nadi klien, tekanan darah, pernafasan, status mental, dan suara napas secara teratur sebagai petunjuk adanya embolus. Periksa adanya kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri pada ektremitas klien yang terpasang traksi.

Daerah yang mengalami penekanan untuk memeriksa adanya tanda iritasi atau kerusakan kulit. Beri perhatian khusus pada (1) penonjolan tulang mis., tumit, pergelangan kaki, sakrum, siku, dagu, dan bahu) dan (2) daerah yangrentan terhadap penekanan karena traksi (mis., tulang tibia untuk Bucks extention).

Inflamasi dan drainase pada lokasi pin untuk traksi skeletal. Adanya alergi kulit. Kulit untuk melihat adanya tanda infeksi atau cedera.

Perencanaan Ahli fisioterapi atau tehnisi orthopedik umumnya yang melakukan penyusunan awal traksi. Perawat bertanggung jawab memberikan perawatan kepada klien yang terpasang traksi dan memastikan traksi berfungsi dengan baik. Jika perlu, tinjau perinsip yang berlaku untuk tipe traksi tertentu. Secara khusus, tentukan apakah traksi digunakan secara kontinue atau intermiten dan posisi yang diperbolehkan untuk klien. Pendelegasian Perwatan klien dengan traksi dapat di delegasikan kepada UAP. Akan tetapi, perawat atau ahli fisioterapi haruslah yang menyusun dan memasang traksi pada awalnya,mengkaji apakah traksi berfungsi dengan baik, dan melakukan modifikasi yang di perlukan.

TEKHNIK PERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI KULIT Perlengkapan 1. Trapeze 2. Alat pelindung kulit (misal : pelindung tumit) Pelaksanaan 1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perawatan atau terapi selanjutnya. 2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai. 3. Berikan privasi klien 4. Tentukan hal-hal berikut ini : adanya memar dan lecet pada tempat yang akan terpasang traksi ; adanya riwayat masalah sirkulasi darah dan alergi kulit ;status mental dan emosi serta kemampuan untuk memahami pembatasan aktivitas. 5. Perhatikan tipe traksi, dan periksa peralatan traksi secara teratur, yaitu kapanpun anda sedang berada disamping tempat tidur atau pada interval waktu yang telah ditetapkan,contohnya setiap 2 jam. 6. Pertahankan agar klien tetap dalam posisi traksi yang benar 7. Kaji status neorovaskuler pada ekstremitas yang terpasang traksi. 8. Sediakan alat pelindung dan tindakan untuk melindungi kulit. 9. Lepaskan hanya traksi kulit tanpa perekat intermiten sesuai dengan protokol institusi atau program dokter. 10. Ajarkan kepada klien cara mencegah masalah yang terkait dengan imobilisasi. 11. Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada catatan klien dengan menggunakan formulir atau daftar tilik disertai catetan narasi jika diperlukan. Evaluasi

Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang terinci berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang diharapkan atau normal bagi klien. Klien harus mampu mendemonstrasikan RPS yang biasa pada semua sendi tubuh yang tidak terpasang traksi ; menggerakan seluruh jari tangan atau jari kaki pada ekstremitas yang terpasang traksi ; merasakan sensasi normal dan memiliki warna kulit serta suhu yang normal pada seluruh jari tangan dan jarikaki di ekstremitas yang terpasang traksi, dan bebas dari tanda-tanda adanya tekanan (pucat, memerah,meningkatnya rasa hangat atau nyeri tekan) pada area yang tertekan.

Hubungkan hasilpemeriksaan dengan data pemeriksaan sebelumnya jika tersedia. Laporkan penyimpangan yang signifikan kepada dokter.

TRAKSI SKELETAL Pengkajian dan pendelegasian pada klien dengan traksi skeletal sama seperti pada klien dengan traksi kulit. PERENCANAAN Verifikasi program dokter. Tentukan derajat gerakan yang diperbolehkan dan setiap tindakan kewaspadaan khusus (mis, posisi tempat tidur yang

diperbolehkan). AREA PENEKANAN AKIBAT TRAKSI Traksi 1. Bucks extension 2. Traksi (Russell traction) 3. Cervical halter 4. Thomas leg 4. Lipat paha, daerah popliteal, tendon Achilles, tumit, head 3. Dagu, oksiput, telinga, mandibula Area Penekanan 1. Kulit sekitar tibia, jika perban terlepas; maleolus, tendon lutut; tumit; punggung Russell 2. Sama seperti Bucks extension, daerah popliteal karena sling, telapak kaki karena footplate

splint Pearson attachment

dan

saraf perineal jika belatsalah letak

5. Halo-thoracic vest

5. Area tempat tapi jaket menyentuh kulit, kulit dibawah rompi

PERLENGKAPAN Suplai untuk melakukan perawatan pada tempat pemasangna pin menurut kebijakan institusi (mis, cairan salin normal, lidi kapas, kasa balutan) PELAKSANAAN 1. Jelaskan pada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan bagaiman cara klien bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilna akan digunakan untukm mererncanakna pengobatan atau terapi selanjutnya. 2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai. 3. Berikan privasi klien. 4. Inspeksi peralatan traksi. Traksi skeletal bisa diterapkan pada tulang tengkorak, ujung proksimal ulna, ujung distal femur, ujung distal dan proksimal tibia, dan kalkaneus (tulang tumit). Karena tulang dapat menahan beban lebuh berat dari pada kulit, pemberat yang lebih berat dapat digunakan (mis, hingga 15kg). Pin logam, kawat, atau jepitan dimasukan kedalam tulang tempat traksi dipasang. Contoh umum adalah pin steinmann dan kabel kirschner. Ujung distal Thomas leg splint dan pearson attachment dikaitkan ke tali yang diberi pemberat sebagai gantungan. Pearson attachment menyangga tungkai bawah sehingga terangkat dari tempat tidur dan memungkinkan lutut fleksi. Pin atau kawat yang ditarik dari tulang dikaitkan ke palang yang melebar, kemudian dikaitkan ke tali, katrol,dan pemberat. Kontertraksi di dapatkan sebagian besar dari berat badan. Akan tetapi, tali dengan pemberat dikaitkan ke ujung proksimal Thomas leg splint sehingga mengimbangi berat suspensi untuk menghindarai kulai kaki, pijakan kaki dipasang pada

peralatan Pearson. Untuk mencegah kerusakan kulit, cincin iskial pada Thomas spiln diberi bantalan. Kain penyangga kulit domba ditempatkan disepanjang pengait. Penjepit tengkorak (mis, Crutchfield, Burton, Gardnerwell, atau Vinke) dipasang pada setiap sisi tulang tengkorak. Palang logam tengah dikaitkan ke tali, katrol, dan pemberat sehingga menciptakan tarikan traksi disepanjang sumbu panjang spinal. 5. Pertahankan agar klien berada dalam posisi traksi yang tepat. Pastikan kepala, lutut, dan kaki tempat tidur dielevasi dengan benar. Untuk klien yang terpasang penjepit tulang tengkorak atau lingkaran logam diatas kepala, ubah posisi klien sebagai sebuah unit. Jangan biarkan leher memutar. Sebuah tempat tidur khusus mungkin dibutuhkan. Jika penjepit atau pi tulang tengkorak tercabut, sangga kepla, lepaskan emberat, letakkan kantong pasir atau kantong liter cairan ada salah satu sisi kepala untuk mempertahankann kesejajaran, dan segera beritahu dokter. 6. Kaji status neurovaskuler dari ekstremitas yang terpasang traksi. Lakukan pengkajian neurovaskuler setiap jam selama 24 jam pertama. Jika status klien normal, lakukan pengkajian setiap 4 jam selama menggunakan traksi. Jika status klien tidak normal, lanjutkan pengkajian setiap jam. 7. Lakukan perawatn pada tempat pemasangan pin setiap hari jika diindikasikan oleh program dokter dan kebijakan institusi. Inspeksi tempat pemasangan pin dengan hati-hati. Inspeksi reguler pada tempat pemasangan pin merupakan deteksi awal terhadap inspeksi kecil, dimanifestasikan dengan adanya tanda drainase serosanguinosa, krusta, pembengkakan dan eritema. Gunakan teknik yang bersih atau steril sesuai kebijakan institusi. Teknik steril paling sering digunakan dirumah sakit, tekni bersih digunakan di tempat rawat jalan.

Sesuai kebijakan institusi, bersihkan krusta dengan menggunakan cairan salin normal atau sediaan lain pada lidi kapas. Gunakan teknik menggulung secara hati-hati untuk mengurangi iritasi jaringan. Membersihkan sekresi krusta meungkinkan tempat pin mengering tanpa gangguan. Krusta awal disekitar tempat pin tidak menimbulkan masalah dan dapat menjadi jiwa pwlindung terhadap infeksi, namun krusta yang terakumulasi disekitar pin penguat eksternal akan dapat menyebabkan infeksi sekunder. Gunakan sarung steril jika diprogramkan. Tentukan praktek institusi mengenai asuhan keperawatan di tempat pemasangan pin. Salep dapat mengganggu drainase yang benar (McKenzie, 1999). Kendurkan balutan kasa disekitar tempat pin. Sesuaikan frekuensi perawatan menurut jumlah drainase. Jika tidak ada drainase, cukup dengan melakukan perawatan pada tempat pemasangan pin sekali sehari. Jika ada drainase, lakukan perawatan pada tempat pemasangan pin setiap 8 jam. Jika ada drainase purulen (pus), beritahukan dokter dan ambil spesimen untuk contoh kultur dan sensitivitas. 8. Ajarkan klien tentang cara mencegah masalah akibat imobilisasi. 9. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dalam catatan klien dengan menggunakan formulir atau daftar tilik disertai catatan narasi jika diperlukan. Klien yang memakai traksi halo-vest dapat melakukan ambulasi dan tidak perlu di rawat di rumah sakit. Perkuat kembali penyuluhan mengenai hygiene, perawatan alat, dan kapan waktu untuk menghubungi tenaga kesehatan kepada klien dan keluarga. KONDISI RAWAT JALAN DAN KOMUNITAS Traksi Traksi servikal dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan sistem elektrik atau sistem mekanis over-the-door. Klien dapat dianjurkan menggunakan sistem tersebut beberapa kali sehari yang setiap kalinya maksimal 30 menit. Ahli

fisioterapi harus membuat sistem dan memberikan penyuluhan yang pertama pada klien dan keluarganya. Perawat harus mendorong klien dan keluarga untuk melakukan tehni yang tepat dan mengkaji kefektifannya ketika melakukan kunjungan rumah atau saat klien ke klinik. PERTIMBANGAN SESUAI USIA Traksi Bayi Anak Traksi Bryant merupakan adaptasi dari Bucks extension bilateral. Traksi ini digunakan untuk menstabilkan fraktur femur atau memperbaiki dislokasi pinggul kongenital pada anak yang masih muda dengan berat di bawah 17,5 kg. Traksi kulit digunakan baik pada tungkai yang sakit maupun tungkai yang tidak sakit untuk mempertahankan posisi tungkai yang sakit. Palang yang melebar yang dikaitkan pada sabuk atau pengaturan posisi kjatrol dapat mempertahankan kesejajaran kaki. Jika diprogramkan lain, pinggul di fleksikan 90 derajat terhadap tubuh dengan lutut ekstensi, dan bokong diangkat sekitar 2,5 cm. Area yang mengalami meliputi kulit sekitar tibia, maleolus, tendon lutut, telapak kaki, punggung bagian atas. Lansia Traksi kulit berperekat tidak boleh digunakan karena kerapuhan kulit lansia. Kerusakan kulit dapat terjadi lebih mudah saat menggunakan traksi apapun pada klien lansia dibandingkan pada klien yang lebih muda. EVALUASI Lakukan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaaan yang menyimpang dari yang dihrapkan atau normal bagi klien. Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pemeriksaan sebelumnya jika tersedia. Laporkan penyimpangan yang signifikan kepada dokter.

DAPUS Audrey, Berman. Eny Meiliya. Esty Wahyuningsih. Devi Yulianti. Furiolina Ariani. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai