Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan 1 diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan terpasang gips di
kaki kanan pasca patah tulang kominutif tibia
2. Jelaskan intervensi keperawatannya
3. Jelaskan indikasi pemasangan traksi
4. Jelaskan jenis-jenis traksi
5. Jelaskan beban maksimal dari masing masing traksi
6. Bagaimana perawatan pada pasien pada masing-masing traksi?

1. Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan terpasang gips di kaki
kanan pasca patah tulang kominutif tibia adalah
D. 0064 Gangguan Mobilitas Fisik behubungan dengan gangguan musculoskeletal (patah
tulang kominutif tibia kaki kanan)
2. Intervensi Keperawatan:
Dukungan Ambulasi (I.06171)
Observasi:
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum ambulasi
Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik:
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (missal tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi:
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

Dukungan Mobilisasi (I.05173)


Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik dalam melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (missal pagar tempat tidur)
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi:
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (missal duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur)
3. Indikasi pemasangan traksi:
Nyeri dan spasme otot
Hipermobilitas yang reversible : keterbatasan gerak yang progresif
Imobilitas yang fungsional
Indikasi traksi kulit
- Anak-anak
- Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
- Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
- Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
- Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri anak-anak.
- Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur suprakondiler
humeri pada anak-anak.
Indikasi Traksi Skeletal
- Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
- Kerusakan kulit membutuhkan dressings
- Jangka panjang
Indikasi Traksi Tulang
Indikasi penggunaan traksi tulang :
- Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg pada orang dewasa.
- Traksi pada anak-anak yang lebih besar.
- Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif.
- Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi.
- Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat
dilakukan.
- Jangka panjang desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi lokal
- Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitive
4. Jenis – jenis traksi:
Menurut jenisnya :
1) Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus
dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi Buck dan traksi
pelvis merupakan contoh traksi lurus.
2) Traksi suspensi seimbang memberi dukungan pada ekstrimitas yang sakit di atas
tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi klien sampai batas tertentu tanpa
terputusnya garis tarikan. Traksi ini memberi dukungan pada ekstremitas yang
sakit di atas tempat tidur, sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas
tertentu tanpa terputusnya gaya tarikan
Menurut cara pemasangannya:
1) Traksi kulit
Traksi kulit menggunakan plaster lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat
dengan perban elastis.
2) Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Krischner ( K-wire) atau batang
dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu,yaitu : Proksimal tibia. Kondilus femur.
Olekranon. Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya). Traksi pada
tengkorak. Trokanter mayor. Bagian distal metakarpal.
5. Beban maksimal masing – masing traksi
1) Traksi Kulit
Traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang
diletakkan ke kulit. Traksi pada kulit meneruskan traksi ke struktur
musculoskeletal. Beratnya beban yang dipasang sangat terbatas, tidak boleh
melebihi toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kg. traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg,
tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2001).
Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena bila beban
berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan yang terjadi karena
iskemia kulit.
2) Traksi Skeletal
Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg. Traksi skeletal biasanya
menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek terapi. Beban yang dipasang
biasanya harus dapat melawan daya pemendekan akibat spasme otot yang cedera.
Ketika otot rileks, beban traksi dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya
dislokasi garis fraktur dan untuk mencapai penyembuhan fraktur. Beban traksi
untuk reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul
bisa sampai 15-20 kg.
6. Perawatan pada pasien masing – masing traksi
Traksi kulit:
Persiapan alat pada traksi kulit : Bantal keras (bantal pasir), Bedak kulit, Kom berisi air,
Handuk, Sarung tangan bersih
Prosedur perawatan traksi kulit :
1) Cuci tangan dan pasang sarung tangan
2) Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
3) Lepas sarung tangan
4) Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
5) Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
6) Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan
klien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
7) Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
Traksi Skeletal
Persiapan alat pada traksi skeletal: Zat pembersih untuk perawatan pin, Set ganti balut,
Salep anti bakteri (k/p), Kantung sampah infeksius, Sarung tangan steril, Lidi kapas,
Povidone Iodine (k/p), Kassa steril
Prosedur perwatan Traksi Skeletal:
1) Cuci tangan
2) Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan
tarikan traksi yang optimal
3) Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
4) Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan teknik
menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
5) Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
6) Tutup kassa di lokasi penusukan pin
7) Lepas sarung tangan
8) Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
9) Cuci tangan
10) Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di
tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
11) Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

DAFTAR PUSTAKA:
Ningsih, Nurma & Lukman. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta :
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai