Anda di halaman 1dari 15

JENIS-JENIS TRAKSI

Dikenal dua jenis pemasangan traksi, yaitu:

1. Traksi Kulit
Traksi kulit menggunakan plester lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan
verban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang merupakan batas
toleransi kulit. Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk
manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan
nyeri sebelum pembedahan.
Traksi kulit dapat untuk terapi definitif maupun sementara atau sebagian pertolongan
pertama. Tenaga traksi dilanjutkan pada tulang lewat fasia superficial, fasia dalam (deep) dan/
serta intermuskular. Tenaga traksi berlebih dapat menimbulkan laserasi kulit. Berat
maksimum sebaiknya tidak melebih 5 Kg, tergantung dari besar atau kecilnya penderita dan
dari usia penderita. Bilamana digunakan beban maksimal sebaiknya hanya 1 minggu.
Bilamana kurang dari beban tersebut, dan kulit penderita diperiksa 2 kali minggu, traksi kulit
dapat digunakan dengan aman selama 4-6 minggu.
A. Indikasi traksi kulit:
Indikasi traksi kulit antara lain:
• Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-
anak.
• Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan mobilisasi tidak dapat dilakukan.
• Pengobatan sementara pada fraktur sampai menunggu terapi definitif.
• Fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya pada fraktur suprakondiler
humeri pada anak-anak.
• Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi.

B. Kontraindikasi traksi kulit :


Pemasangan traksi kulit hendaknya tidak dilakukan pada keadaan-keadaan beriku :
- Jika terdapat abrasi kulit
- Laserasi pada kulit
- Gangguan sirkulasi seperti varises atau impending gangrene.
- Dermatitis
- Beban yang dibutuhkan lebih besar dari maksimal beban traksi kulit.
C. Komplikasi traksi kulit.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan traksi, yaitu:
- Timbul reaksi alergi pada traksi kulit berperekat
- Abrasi, ekskoriasi atau infeksi kulit

A. Traksi kulit pada ekstremitas atas


a. Dunlop’s skin traction.
Penderita telentang, bahu abduksi dan sedikit fleksi, siku dalam fleksi.
Modifikasi:
-dengan countertraction pada humerus.
Traksi Dunlop dapat dilakukan pada fraktur suprakondiler humerus yang disertai
pembengkakan selama beberapa hari sampai pembengkakan mereda. Setelah
pembengkakan mereda dapat dilajutkan dengan reposisi tertutup.
Kerugian :
- tidak dapat dilakukan bila mana terdapa luka-luka pada lengan.
- bilamana ada gangguan vaskuler  sirkulasi  bahaya
B. Traksi kulit ekstremitas bawah
a. Traksi Kulit Buck’s Extension
Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan dorongan pada
satu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan kulit. Traksi Buck
digunakan sebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi yang
dibutuhkan untuk imobilisasi fraktur panggul sebelum pembedahan dan mengurangi
spasme otot. Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi panggul, kontraktur panggul
dan lutut, dan nyeri pinggang bawah bilateral.
Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami,
dimana melalaikan abduksi. Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi
digunakan segaris dengan panjang aksis kaki melalui tali yang diikat di kaki dari
perluasan melewati katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan
pemberat. Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan fraksi tetapi bertindak untuk
merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi.Kontertraksi dicapai dengan
mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada ketinggian tertentu untuk mencegah
pasien terjatuh dari tempat tidur.
Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang penting untuk
mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika
tempat tidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong
dari tempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang.
Tujuan utama penggunaan adalah untuk mengurangi spasme otot-otot disekitar
lutut atau panggul. Jangan gunakan traksi ini untuk kelainan kelainan pada tulang
panggul. Kuasai sebagian rotasi untuk meletakkan tungkai diatas bantal dan dengan
penggunaan kantong-kantong pasir pada sisi lateral dan medial (seperlunya).
Management nyeri merupakan bagian penting dalam perawatan. Nyeri dapat
dinilai dengan menggunakan skala 1-10 dan pasien harus diberi analgetik sebelum
nyeri menjadi lebih parah. Beri pendidikan kesehatan untuk mencegah ketakutan.
Sama dengan pasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak
hanya menghasilkan imobilitas tetapi juga kombinasinya dengan pemberian analgetik.
Pada dislokasi panggul tipe anterior, traksi kulit menurut cara ekstensi Buck
sampai beberapa hari setelah dilakukan reposisi. Setelah itu dilanjutkan dengan
pemasangan spika panggul selama 4-6 minggu. (1)(2)
Bahaya Traksi Kulit :
• Distal oedema
• Kerusakan vaskular
• Peroneal nerve palsy
• Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen

b. Traksi Hamilton- Russell


 Dapat digunakan untuk patah tulang panjang atau femur, terutama untuk
anak-anak dengan berat badan dari sekitar 20-30 kg dan patokan lain adalah
usia
 Dapat digunakan dengan pemasangan traksi kulit atau dalam keadaan
tertentu dengan pin lewat tibia distal
 Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior untuk
mencegah penekanan terhadap fosa poplitea
c. Traksi Gallows
Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur. Adapun
Indikasi Traksi Gallow’s adalah:
• Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg
• Fraktur femur
• Kulit harus intak
• Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan
Dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise
vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya
harus diangkat jangan mengenai tempat tidur. Secara umum traksi dilakukan
dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah.
2. Traksi Skeletal
Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau batang dari
steinmann pada lokasi-lokasi tertentu, yaitu:
 Proksimal tibia
 Kondilus femur
 Olekranon
 Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya)
 Traksi pada tengkorak
 Trokanter mayor
 Bagian distal dari metakarpal
Traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang
untuk mempertahankan traksi. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang
diaplikasikan langsung ke skeleton melalui pin, wire yang telah dimasukkan kedalam
tulang. Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan
untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25
kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
Pada traksi tulang, pin metal atau kawat diletakkan melalui tulang. Hal ini berarti
tenaga traksi diaplikasikan langsung ke tulang. Traksi tulang jarang digunakan pada
penanganan fraktur bagian tubuh atas namun sering digunakan dalam penanganan
fraktur bagian tubuh bawah. Komplikasi serius pada traksi tulang adalah osteomyelitis.
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih
dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi
tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan
dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.
Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi mendorong
tungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadi
efektif. Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur pada blok
tertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan
ditahan. Pada traksi servikal sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengan
traksi Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi.

A. Indikasi
Indikasi penggunaan traksi tulang:
 Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg
 Traksi pada anak-anak yang lebih besar
 Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik, atau kominutif
 Fraktur-fraktur daerah sendi
 Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat
dilakukan
 Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat, misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.

B. Komplikasi Traksi Skeletal:


 Infeksi
Terkenal dengan nama Pin Tract Infection. Dimana cara-cara pemasangan dan
perawatan harus betul-betul dikuasai dan bila timbul sequester sebaiknya pin wire
dicabut.
 Distraksi.
Harus waspada dengan mengukur / membandingkan panjang tungkai karena
bahayanya (delayed union, non union).
 Paralisa Syaraf
Hati-hati bila menggunakan beban berat serta harus adanya observasi seksama.
 Patahnya pin/kawat
Gunakan busur yang baik. Kegunaan diliputi pin dalam gips (kesatuan Charnley).
 Dekubitus
 Kongesti paru
 Konstipasi
 Anoreksia
 Trombosis vena profunda
i. Traksi skeletal ekstremitas atas
a. Overbody atau lateral skeletal traction (overhead).

Traksi skeletal dengan pin lewat olekranon, siku 90 derajat, bahu dalam
fleksi tanpa abduksi. Untuk mencegah tangan dan pergelangan terlalu pegal –
pakai bidai gips. Bisa dengan menggunakan Shoulder Spica Cast.

ii. Traksi skeletal ekstremitas bawah


Indikasi umum untuk traksi skeletal pada ekstremitas bawah yaitu: (7)
 Fraktur vertical tidak stabil pada cincin pelvis ketika fiksasi eksternal tidak dapat
menjaga stabilitas vertical, dan ketika fiksasi internal pada bagian posterior dari
cincin pelvis tidak memungkinkan.
 Fraktur pada asetabulum dengan perpindahan minimal ketika fiksasi interna tidak
diindikasikan, fraktur berpotensi tidak stabil, dan pasien merupakan calon baik
untuk terapi traksi.
 Fraktur tidak stabil pada asetabulum ketika salah satu dari tulang atau kondisi
jaringan lunak atau factor sistemik kontraindikasi fiksasi interna.
 Fraktur panggul (basilar neck, intertrokanter atau subtrokanter) ketika jaringan
lunak lokal atau kondisi tulang atau kondisi sistemik kontraindikasi operasi
 Fraktur pada batang dan area suprakondilar femur dimana internal atau eksternal
fiksasi merupakan kontraindikasi.
 Fraktur kominutif pada tibia ketika traksi merupakan kebutuhan untuk menjaga
kesegarisan (alignment) dan memudahkan gerakan dini, dan ketika internal atau
eksternal fiksasi tidak mungkin dikerjakan
 Fraktur pada batang tibia dan fibula ketika keterlambatan dalam terapi inisial atau
pemendekan yang tidak dapat diterima dengan koreksi pembalut gips.
 Fraktur kominutif pada distal tibia dan fibula dan sendi pergelangan kaki, dimana
gerakan dini pada sendi pergelangan kaki diinginkan dan internal atau eksternal
traksi merupakan kontraindikasi.
Gambar. skeletal traksi

a. Kesatuan Traksi Charnley


i. Berguna untuk penggunaan traksi pada tungkai bawah, dan sangat dianjurkan
penggunaanya.
ii. Dengan menggunakan pin atau wire pada proksimal tibia dan kemudian pin atau
wire diliputi oleh gips atau tungkai pendek
iii. Kegunaan: Kaki dan pergelangan kaki dapat dipertahankan dalam posisi
fungsional
1. Karena tungkai dalam gips tidak ada tekanan pada otot betis atau nervus
peroneus.
2. Gerakan pada pin atau wire sedikit sekali

b. Traksi Skeletal Balanced- Suspension


i. Melakukan traksi langsung pada tibia atau femur melalui pin atau wire
ii. Tungkai diletakan pada suatu Thomas Spint dengan atau tanpa suatu Pearson
Attachment
iii. Pearson Attachment memungkinkan pergerakkan pada sendi lutut, sehingga
berguna untuk mencegah kekakuan sendi lutut

iv. Dengan menggunakan katrol-katrol pada Thomas Spint, keseluruhan tungkai


dapat mengambang bebas, dengan traksi pada tempat patah tetap berjalan.

c. Traksi Skeletal Terpaku (Fixed Skeletal Traction)


 Digunakan untuk patah tulang femur sambil menunggu tindakan terapi tetap,
berupa fiksasi interna atau untuk pengangkutan ke rumah sakit rujukan yang
letaknya agak jauh.
 Gunakan :
1. Bilamana karena kedudukan buruk, diperlukan anastesi umum atau
regional.
2. Kesatuan traksi Charnley
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive, prinsip
pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:

 Recognition
Prinsip pertama adalah diagnosis dan menilai keadaan fraktur, dilakukan dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan Perlu
diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk
pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
 Reduction
Reduksi fraktur apabila perlu. Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan
posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan
sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi serta
kekauan, deformitas, serta perubahan osteoarthritis dikemudian hari.
Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur
seperti fraktu klavikula, iga, dan fraktur impaksi humerus tidak memerlukan reduksu.
Angulasi <5% pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi
sampai 10% pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%
dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapt
diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
 Retention
Imobilisasi fraktur
 Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Pemilihan metode pengobatan


Pada fraktur terbuka fiksasi internal harus dihindari, kecuali jika cedera lain yang
menyertai menentukan lain. Pada fraktur tertutup, terdapat empat metode pilihan: traksi,
traksi yang diikuti dengan penguatan (bracing), reduksi terbuka dengan pemasangan
paku intramedula, dan pemasangan paku intramedula secara tertutup.
Traksi dapat mereduksi dan mempertahankan sebagian besar fraktur dalam
penjajaran yang memadai, dan mobilitas sendi dapat terjamin dengan latihan aktif.
Kelemahan utamanya adalah lamanya waktu yang dihabiskan di tempat tidur (10-14
minggu untuk orang dewasa) serta adanya masalah mempertahankan pensejajaran
fraktur hingga akhirnya dan mengurangi morbiditas dan frustasi pasien. Beberapa
gangguan ini dapat diatasi dengan mengurangi masa traksi dan kemudian diubah menjadi
penguatan (bracing) fungsional . sesungguhnya untuk fraktur bagian bawah femur metode
ini di anggap sebagai metode pilihan oleh beberapa ahli. Deformitas tersisa hampir tidak
dapat dielakkan. Tetapi pemendekan sampai 2cm, angulasi 10 derajat dan 15 derajat
pembengkokan ke anterior biasanya dapat diterima tanpa banyak kehilangan fungsi.
Tetapi, terapi non operasi tak dapat diandalkan untuk fraktur pada sebagian atas
femur, kelompok dimana fiksasi intenal, terutama dengan pemasangan paku intramedula
dapat dilakukan dengan mudah dan dapat dipercaya, karena itu, asalkan tersedia
keahlian dan fasilitas yang diperlukan, fiksasi internal dapat (beberapa ahli berkata
“harus”) digunakan untuk fraktur melintang pada setengah bagian ptoximal tulang,
terutama kalau reduksi tertutup sulit dipertahankan. Indikasi yang lain adalah fraktur
patologik, fraktur multiple, fraktur yang disertai cedera pembuluh darah dan fraktur pada
pasien yang sulit dirawat. Dalam tahun-tahun belakangan ini, metode telah diperluas
dengan dengan pengembangan pemasangan paku medula secara tertutup, yang tak
perlu membuka fraktur, dan dengan penambahan skrup pengunci, yang memungkinkan
digunakannya fiksasi internal untuk fraktur kominutif dan tak stabil atau fraktur sepertiga
bagian bawah.
Rencana tatalaksana dianjurkan mulai dari pra-reduksi. Pada awalnya semua
pasien ditempatkan pada traksi, traksi kulit untuk anak-anak, traksi kerangka untuk orang
dewasa. Kalau ini harus diubah, terapi yang pasti dimulai dalam seminggu. Terapi tertutup
dilanjutkan kalau fasilitas kurang ideal, dan fraktur itu telah tereduksi (atau hampir
tereduksi). Ini adalah metode pilihan bagi anak-anak yang mempunyai banyak
kemampuan dalam penyembuhan dan remodeling tulang. Reduksi diperiksa dengan sinar
X dengan interval 1 minggu. Setelah 3 minggu pada anak-anak dan 5-6 minggu pada
orang dewasa, traksi mungkin perlu dihentikan dan tungkai dipertahankan dalam spika
(untuk anak-anak) atau brace fungsional (untuk orang dewasa). Fiksasi internal sangat
diindikasikan untuk fraktur patologik dan untuk pasien dengan cedera ganda. Cara ini juga
jauh lebih baik untuk fraktur tertutup lain pada orang dewasa, asalkan tersedia fasilitas
dan keahlian yang diperlukan untuk pemasangan paku medulla secara tertutup. Fiksasi
luar kadang digunakan untuk fraktur terbuka yang tak cocok untuk fiksasi internal dan sulit
dipertahankan dengan traksi dan pembebatan.
Traksi dan pembebatan pada anak-anak, traksi kulit tanpa bebat-lah yang
biasanya diperlukan. Bayi dengan berat kurang dari 12 kg paling mudah ditangani dengan
menngantungkan tungkai bawah pada kerekan diatas, tetapi tidak boleh menggunakan
beban yang lebih dari 2 kg dan kaki harus sering diperiksa untuk mecari ada tidaknya
masalah peredaran darah. Anak-anak yang lebih tua lebih cocok dengan traksi Russel.
Penyatuan fraktur terjadi dalam 2-4 minggu (tergantung pada umur anak), dan pada
stadium itu dipasang spica panggul dan anak itu diperbolehkan bangun. Konsolidasi
biasanya selesai setelah 4-8 minggu.
Orang dewasa (dan remaja yang lebih tua) membutuhkan traksi kerangka dengan
pen atau kawat Kirchner yang diikan kuat-kuat dibelakang tuberkel tibia. Traksi (8-10 kg
untuk orang dewasa) dipasang melalui kerekan di kaki tempat tidur. Tungkai biasanya
disokong dengan bebat Thomas, dan suatu belah fleksi akan memungkikan gerakan lutut.
Tetapi bebat tidak begitu diperlukan, sesungguhnya traksi kerangka tanpa bebat (traksi
perkins) memiliki keuntungan karena memperkecil distorsi fraktur dan memungkinkan
gerakan yang kebih bebas di tempat tidur. Latihan dimulai sesegera mungkin (sekitar 6
minggu oada orang dewasa) traksi dapat dihentikan dan pasien diperbolehkan bangun
untuk menahan beban sebagian dalam gips atau brace. Untuk fraktur pada setengah
bagian atas femur, sppika gips adalah yang paling aman, tetapi cara ini hamper pasti
memperpanjang masa kekakuan lutut. Jenis perlindungan ini diperlukan hingga fraktur
telah konsolidasi (16-24 minggu).
Pada kasus fraktur femur pada anak yang biasanya diakibatkan oleh benturan
langsung misalnya pada kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat tinggi. Tetapi pada
anak berumur dibawah 2 tahun penyebab yang paling lazim adalah penyiksaan pada anak
kalau terdapat beberapa stadium penyembuhan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa
terapi terbuka sangat jarang diperlukan. Pilihan pada metode terutama tergantung pada
umur dan berat anak.
Bayi membutuhkan traksi berimbang tak lebih dari 1-2 minggu, diikuti dengan gips
spika selama 3-4 minggu lagi. Angulasi sampai 30 derajat dapat diterima, karena tulang
mengalami pembentukan ulang sejalan dengan pertumbuhan.
Anak-anak antara unur 2-10 tahun dapat diterapi dengan traksi berimbang (traksi
Russel) selama 2-3 minggu diikuti dengan gips spika selama 4 minggu lagi, atau dengan
reduksi awal dan gips spika sejak permulaan. Pemendekan sebesar 1-2 cm dan angulasi
samai 20% dapat diterima.
Remaja membutuhkan traksi berimbang sedikit lebih lama, sekitar 4-6 minggu, dan
mereka yang berumur lebih dari 15 tahun atau bahkan remaja yang lebih muda kalau
mereka besar dan berotot dapat memerlukan traksi kerangka. Bila fraktur telah terasa
kokoh, traksi ditukar dengan gips spika (pada kasus fraktur sepertiga bagian atas dan
fraktur batang pertengahan) atau dengan penahan gips (gips penyangga) (untuk fraktur
sepertiga bagian bawah), yang dipertahankan selama 6 minggu lagi. Posisinya harus
dicek setiap beberapa minggu, batas angulasi yang dapat diterima adalah 15 derajat
pada sinar X anteroposterior dan 25 derajat pada foto lateral.
Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan
dengan beberapa factor penting pada penderita, antara lain: (1)(2)
 Umur
Waktu penyembuhan tulang pada anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa.
Hal ini terutama disebabkan oleh aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan
endosteum dam juga berhubungan dengan proses remodeling tulang bayi yang sangat
aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah.
 Lokalisasi dan penyembuhan fraktur
Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis. Disamping itu
konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan
fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.
 Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.
 Vaskularisasi pada kedua fragmen
Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematoan,
maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan non union.
 Reduksi serta imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih
baik dalam bentuk asalnya. Imobilsasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan
kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
 Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,
maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
 Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periost, maupun otot atau jaringan
fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
 Faktor adanya infeksi
Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misalnya pada operasi terbuka fraktur
tertutup atau terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.
 Cairan synovia
Pada persendian dimana terdapat cairan synovia merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.
 Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi
daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang
baik juga akan mengganggu vaskularisasi.

Anda mungkin juga menyukai