Anda di halaman 1dari 21

A.

KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg(Somantri, 2008) atau suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2008).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Paula, 2009).
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis yaitu hipertensi emergency dan hipertensi urgensi. Hipertensi emergency
(darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg yang disertai kerusakan berat
dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/ kondisi akut.
Keterlambatan pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele atau kematian.
TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam.
Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau (ICU). Sedangkan
hipertensi urgensi (mendesak) ditandai dengan TD diastolik > 120 mmHg dan
dengan tanpa kerusakan/ komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus
diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman dengan memerlukan terapi
parenteral (Morton, 2012).

2. ETIOLOGI
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress.
d) Merokok.
e) Minum alkohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-7 2003 adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi Tekanan Darah Usia 18 Tahun Keatas
Diastolik
No Kategori Sistolik
1 Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

2 Normal Tinggi 120 – 139 mmHg 80 – 90 mmHg

3 Hipertensi :
a. Stadium 1 atau stadium Ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
b. Stadium 2 atau stadium Sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
c. Stadium 3 atau stadium Berat 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
d. Stadium 4 atau stadium Sangat > 209 mmHg > 119 mmHg
Berat
2. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan.
No Diagnosis Tekanan Darah

1. Hipertensi karena kehamilan

 Hipertensi  Kenaikan tekanan darah diastolik 15


mmHg atau 90 mmHg
 Preeklampsia ringan  Kenaikan tekanan darah diastolik 15
mmHg atau 90 mmHg
 Preeklampsia berat  Tekanan diastolik > 110 mmHg

 Eklampsia  Hipertensi

3. Klasifikasi hipertensi pada anak


Berdasarkan rekomendasi The Task Force, hipertensi pada anak adalah suatu
keadaan di mana tekanan darah sistolik dan atau diastolik rata-rata berada pada
persentil besar sama dengan 95 menurut umur dan jenis kelamin, yang dilakukan
paling sedikit tiga kali pengukuran. Klasifikasi hipertensi menurut derajatnya adalah
hipertensi ringan, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik berada 10 mmHg
di atas persentil ke-95 (khusus remaja 150/100-159/109 mmHg). Hipertensi sedang,
bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik lebih besar dari 20 mmHg di atas
persentil ke-95 (khusus remaja besar dari 160/110 mmHg.

4. Klasifikasi krisis hipertensi


a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

4. MANIFESTASI KLINIK
Pemeriksaan fisik, jarang dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi
dengan gejala : sakit kepala/pusing, mudah lelah dan marah, telinga berdengung, rasa
berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang. tetapi dapat juga terjadi gejala
yang muncul setelah terjadi komplikasi, seperti : perubahan pada retina seperti
perdarahan, exudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus hipertensi berat dapat
ditemukan adanya edema pupil.
Gejala klasik yang biasanya timbul adalah:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat ↑
tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia yang disebabkan ↑aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat ↑ tekanan kapiler. (Corwin,2001)
6. Jika terdapat aterosklerosis gejala yang muncul yaitu pembengkakan pada
pergelangan kaki, peningkatan berat badan dan nafas tersengal-sengal.
7. Gejala sakit kepala sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia
meningkat pada hipertensi yang tidak di obati. (Tambayaong, jan.2000)
8. Kelelahan
9. Sesak nafas
10. Mual muntah
11. Mudah marah (Indriani, 2009)

5. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat
cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat
menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima
arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina,
otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil.
Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan
gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan
tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg.
Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi
menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang
sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis
hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang
menetap atau berkala.
Patofisiologi Hipertensi Emergensi
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila
Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga
perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat
timbulnya oedema otak.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan
keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

6. KOMPLIKASI
Penderita hipertensi umumnya meninggal pada usia yang lebih muda dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki hipertensi. Penyebab kematiannya yang paling sering
adalah akibat penyakit jantung, stroke atau gagal ginjal. Hipertensi juga dapat
menyebabkan kebutaan akibat retinopati.
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a. Otak : Stroke
b. Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
c. Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
d. Paru-paru : Edema paru
e. Ginjal : Penyakit ginjal kronik
f. Sistemik : Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer

 Efek pada Jantung


Peningkatan tekanan darah sistemik menyebabkan jantung harus bekerja lebih
berat untuk mengkompensasinya. Pada awalnya, jantung akan mengalami hipertrofi
ventrikel yang konsentris, yaitu meningkatnya ketebalan dinding otot jantung. Namun,
pada akhirnya, kemampuan ventrikel ini akan semakin menurun, sehingga ruang
ventrikel jantung akan ikut membesar. Pembesaran jantung ini lama-kelamaan akan
mengakibatkan gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung mulai tampak.

Angina pektoris juga dapat terjadi pada penderita hipertensi yang disebabkan
oleh karena kombinasi dari kelainan pembuluh darah koroner dan peningkatan
kebutuhan oksigen sebagai akibat dari peningkatan massa jantung. Iskemia dan infark
miokard akan terjadi pada tahap lanjut dari perjalanan penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian.

 Efek Neurologis
Efek neurologis jangka panjang dari hipertensi dapat dibagi menjadi efek pada
sistem saraf pusat dan efek pada retina. Oklusi atau perdarahan merupakan penyebab
dari timbulnya efek-efek neurologis ini. Infark serebral merupakan akibat dari proses
aterosklerosis (oklusi) yang sering ditemukan pada pasien hipertensi. Sedangkan
perdarahan serebral adalah hasil dari peningkatan tekanan darah yang kronis
sehingga mengakibatkan terjadinya mikroaneurisma. Mikroaneurisma ini sewaktu-
waktu dapat pecah dan menimbulkan perdarahan.

Retinopati akibat hipertensi dapat disebabkan oleh efek-efek seperti


penyempitan tak teratur dari arteriol retina atau perdarahan pada lapisan serat saraf
dan lapisan pleksiform luar.

Sakit kepala yang sering terjadi di pagi hari, pusing, vertigo, tinnitus, pingsan
dan penglihatan kabur merupakan gejala-gejala hipertensi yang berasal dari efek
neurologis. Efek neurologis paling berbahaya adalah kematian dan kebutaan yang
merupakan dua hal yang paling ditakutkan terjadi pada penderita hipertensi.

 Efek pada Ginjal


Aterosklerosis yang terjadi pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler
glomerulus merupakan penyebab yang paling umum dari kelainan ginjal oleh karena
hipertensi. Akibatnya adalah terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan juga
disfungsi dari tubulus ginjal. Proteinuria dan hematuria mikroskopis terjadi oleh karena
kerusakan glomerulus. Kematian oleh karena hipertensi, 10% di antaranya diakibatkan
oleh gagal ginjal.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi
emergency yaitu :
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
 Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
 Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
 Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL serum,
trigliserida serum)
 Elektrolit (kalium)
 Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
 Asam urat (serum)
 Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
 Elektrokardiografi (EKG)

Beberapa anjuran test lainnya seperti:


 Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya LVH
 Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
 Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
 Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
 Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
 Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
 Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
 Foto thorax.

8. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan
tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan
klinis penderita.Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan
pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari
keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1
menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi
yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, bukan injeksi).
Daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Obat Hipertensi Parenteral
Efek/Lama
Obat Dosis Perhatian khusus
Kerja

Sodium 0,25- langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka


nitroprusside 10 mg/kg/menit menit setelah panjang dapat menyebabkan
sebagai infus IV infus keracunan tiosianat,
methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.

Selang infus lapis perak

Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia, muntah, ,


sebagai infus IV 10 min methemoglobinemia;
membutuhkan sistem pengiriman
khusus karena obat mengikat pipa
PVC

Nicardipine 5-15 mg/jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit


sebagai infus IV min kepala, peningkatan tekanan
intrakranial; hipotensi

Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan


per 250 cc jam koroner
Glukosa 5%
mikrodrip

5-15 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit


ug/kg/menit min kepala, peningkatan tekanan
Diltiazem sebagi infus IV intrakranial; hipotensi
Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke
Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg,
Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg.
Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut
Oman (2008), yaitu:
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki
keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu:
1) Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium
yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasiyang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding
vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma.Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-
4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH.Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat
efektif untuk menurunkan tekanan darah.Penurunan berat badan (1kg/minggu)
sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan
perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan
yang terjual bebas mengandung simpatomimetik yang dapat meningkatan
tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik,
dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertensi.
d. Farmakoterapi
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
1) Golongan Diuretik :
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
a) Hidroklorotiasid 25 mg (HCT)
 Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
 Dosis : 1-2 X 25-50 mg.
 Efek samping : hipokalemi, hiponatremi, hiperurikalemi,
hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau kram otot,
muntah dan disines.
 Kontra indikasi : DM, Gout Artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven
Johnson).
 Catatan :
- Terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih banyak
efek sampingnya dari pada efektifitasnya.
- Untuk menghindari efek hipokalemi maka diberikan asupan
Kalium 1 X 500 mg, atau memperbanyak makan pisang.
b) Furosemid 40 mg
 Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.
 Dosis : 1-2 X 40-80 mg.
 Efek samping : sama dengan HCT.
 Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven
Johnson).
2) Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker)
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contohnya Metoprolol, Propranolol dan Atenolol, Propranolol 40 mg
 Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
 Dosis : 3 X 40-160 mg.
 Efek samping : depresi, insomnia, mimpi buruk, pusing, mual, diare,
obstipasi, bronkospasme, kram otot dan bradikardi serta gagal
jantung.
 Kontra indikasi : DM, gagal jantung, asma, depresi.
3) Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I)
Golongan obat ini menyebabkan penurunkan tekanan darah dengan
cara melebarkan arteri, Captopril 25 mg
 Indikasi : hipertensi ringan sampai berat
 Dosis : dosis awal 2-3 X 12,5-25 mg, bila setelah 1-2 minggu belum
ada respon dosis dinaikkan 2-3 X 50 mg.
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.
 Efek samping : pruritus, retensi kalium ringan, proteinuri, gagal
ginjal, neutropeni dan agranulositosis, mual dan muntah, gangguan
pengecap, parestesia, bronkospame, limfadenopati dan batuk-
batuk.
 Kontra indikasi : asma
4) Golongan Antagonis Kalsium
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah).
a) Diltiazem 30 mg
 Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
 Dosis : 3-4 X 30 mg.
 Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual, muntah,
diare, konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow
pain.
 Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.
b) Nifedipin 10 mg
 Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.
 Dosis : 3 X 10-20 mg
 Efek samping : sama dengan diltiasem.
 Kontra indikasi : sama dengan diltiasem.
ASUHAN KEPERAWATAN

Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Tanda dan Gejala
Tanda umum adalah:
a. Sakit kepala hebat
b. nyeri dada
c. pingsan
d. tachikardia > 100/menit
e. tachipnoe > 20/menit
f. Muka pucat
Tanda Ancaman Kehidupan
Gejala KH:
a. Sakit Kepala Hebat
b. nyeri dada
c. peningkatan tekanan vena
d. shock / Pingsan
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera
mungkin ke ICU
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan
saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-
mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru

Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a. Sinus tachikardi
b. Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c. right bundle branch block (RBBB)
d. right axis deviation (RAD)
e. Lakukan IV akses dekstrose 5%
f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid

Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
· Kelemahan
· Letih
· Napas pendek
· Gaya hidup monoton
Tanda :
· Frekuensi jantung meningkat
· Perubahan irama jantung
· Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
· Kenaikan TD
· Nadi : denyutan jelas
· Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
· Bunyi jantung : murmur
· Distensi vena jugularis
· Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat

c. Integritas Ego
Gejala :
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (
hubungsn, keuangan, pekerjaan ).
Tanda :
· Letupan suasana hati
· Gelisah
· Penyempitan kontinue perhatian
· Tangisan yang meledak
· otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
· Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )

e. Makanan / Cairan.
Gejala :
· Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
· Mual
· Muntah
· Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
· BB normal atau obesitas
· Edema
· Kongesti vena
· Peningkatan JVP
· Glikosuria

f. Neurosensori
Gejala :
· Keluhan pusing / pening, sakit kepala
· Episode kebas
· Kelemahan pada satu sisi tubuh
· Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
· Episode epistaksis
Tanda :
· Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
· Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
· Perubahan retinal optic

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
· nyeri hilang timbul pada tungkai
· sakit kepala oksipital berat
· nyeri abdomen

h. Pernapasan
Gejala :
· Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
· Takipnea
· Ortopnea
· Dispnea nocturnal proksimal
· Batuk dengan atau tanpa sputum
· Riwayat merokok

Tanda :
· Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
· Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
· Sianosis

j. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien

k. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
· Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
serebrovaskuler, ginjal
· Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
· Penggunaan obat / alcohol

A. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial
3. Resiko perfusi renal inefektif berhubungan dengan (faktor resiko): Cardiopulmonary
bypass, Hipertensi, Hipovolemia, Hipoksemia dan Hipoksia
B. Rencana dan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Penurunan curah NOC : NIC


jantung b/d
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care :
- respon fisiologis otot selama …x24 jam pompa jantung efektif
jantung 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
- peningkatan frekuensi lokasi, durasi)
- Dilatasi 2. Catat adanya disritmia jantung
- hipertrofi atau Kriteria hasil: 3. Monitor status kardiovaskuler
peningkatan isi 4. Monitor status pernafasan yang menandakan
sekuncup No Kriteria Score gagal jantung
5. Monitor abdomen sebagai indicator
1 Tekanan darah dbn 5 penurunan perfusi
6. Monitor adanya perubahan tekanan darah
2 Nadi dbn 5 7. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
3 Toleransi terhadap 5 8. Atur periode latihan dan istirahat untuk
aktivitas menghindari kelelahan
9. Monitor toleransi aktivitas pasien
4 Ukuran jantung normal 5 10. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
5 JVP normal 5 11. Anjurkan untuk menurunkan stress
12. Catat tanda dan gejala dari penurunan curah
6 Tidak terdapat kelemahan 5 jantung.
13. Monitor EKG
7 EKG dalam batas normal 5 14. Monitor status pernafasan
15. Monitor keseimbangan cairan (intake dan
output)
Balance cairan :

Wanita : 40-50cc/kg BB/24 jam


Setelah dilakukan tindakan keperawatan status IWL : 10-15cc/kgBB/24 jam
sirkulasi adekuat Urine output : 0,5-1ml/kgBB/jam
Feses : 200ml/24 jam
kriteria hasil: Kesimpulan : Total : input-output

16. Kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk


pemberian medikasi
No Kriteria Score 17. Pantau respon pasien terhadap obat yang
diberikan.
1 RR dalam batas 5 18. Monitor adanya dypnea
normal 19. Monitor adanya kelemahan.
20. Kontrol MAP (mean arterial pressure) :(MAP
2 Tekanan darah 5 normal = 80-100mmHg)
systole dbn Fluid / Electrolyte Management :

3 Tekanan darah 5 1. Monitor tanda-tanda vital.


diastole dbn 2. Monitor pemberian cairan dan elektrolit
sesuai program
4 Nadi dbn 5 3. Kolaborasi pemberian infus RL 34 tts/ menit
4. Kolaborasi pemberian PRC 1 kolf/hari
5 Tidak terdapat anemia 5 (3/Htxdelta HbxBB) = 89cc = 1 kolf
5. Monitor pemberian transfusi darah dan
adanya reaksi tranfusi.
6. Pantau respon pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Vital Sign Monitoring
perfusi jaringan: perifer adekuat
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
kriteria hasil: 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
No Kriteria Score atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
1 Capilary refil dbn 5 bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
2 Denyut nadi perifer 5 6. Monitor kualitas dari nadi
distal adekuat 7. Monitor adanya pulsus paradoksus
8. Monitor adanya pulsus alterans
3 Denyut nadi perifer 5 9. Monitor jumlah dan irama jantung
proksimal adekuat 10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
4 sensasi normal 5 12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan abnormal
5 warna kulit normal 5 14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
6 temperatur 5 16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
ekstremitas hangat yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
7 tidak terdapat edema 5 17. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
perifer

8 tidak terdapat nyeri 5


pada ekstremitas

1 Risiko ketidakefektifan NOC : NIC :


Perfusi jaringan serebral Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring
b/d edema Setelah dilakukan tindakan keperawatan
(Monitor tekanan intrakranial)
serebral/penyumbatan perfusi jaringan serebral adekuat dengan
kriteria hasil : 1. Berikan informasi kepada keluarga
aliran darah 2. Monitor tekanan perfusi serebral
No Kriteria Score 3. Catat respon pasien terhadap stimuli
4. Monitor tekanan intrakranial pasien dan
1 Fungsi neurologis normal 5 respon neurology terhadap aktivitas
5. Monitor jumlah drainage cairan
2 Tekanan intra kranial 5 serebrospinal
dalam batas normal 6. Monitor intake dan output cairan
7. Restrain pasien jika perlu
8. Monitor suhu dan angka WBC
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
3 Tidak terdapat nyeri 5 10. Posisikan pasien pada posisi semifowler
kepala 11. Minimalkan stimuli dari lingkungan

4 Tidak terdapat cartid bruit 5


Cerebral Perfussion Promotion
5 Tidak terdapat 5
kegelisahan 1. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan
parameter hemodinamik yang diperlukan,
6 Tidak terdapat lesu 5 2. pertahankan posisi kepala pasien lebih tinggi
15 derajat
7 Tidak terdapat kecemasan 5 3. hindari aktivitas secara tiba-tiba
8 Tidak ada agitasi 5 4. pertahankan serum glukosa pada rentang
normal
9 Tidak terdapat muntah 5 5. monitor tanda-tanda perdarahan
6. monitor status neurologi
10 Tidak pingsan 5
3 Resiko perfusi renal Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor:
inefektif selama ...x24 jam, perfusi renal klien efektif
kriteria hasil: 1. Pantau tanda-tanda vital
b.d (faktor resiko): 2. Observasi status hidrasi (misalnya,
N Kriteria Score membobservasi ran mukosa lembab,
 Cardiopulmonary o
keadekuatan nadi dan tekanan darah
bypass ortostatik)
1 Temperature : 5
 Hiperlipidemia 3. Observasi tanda-tanda retensi/kelebihan
 Hipertensi (36,5 – 37,5 °c) cairan (ronkhi basah, peningkatan CVP
 Hipovolemia 2 Bunyi napas tambahan (-) 5 atau tekanan baji kapiler paru, edema,
 Hipoksemia 3 Nadi dalam batas normal : 5 distensi vena leher, dan asites)
4. Timbang berat badan klien setiap hari
 Hipoksia 60-100 mmHg
dan pantau perubahannya.
4 RR: 12-20 x/mnt 5
Mandiri:
5 Tekanan darah : 5
(100-140/60-90mmhg) 1. Bagi asupan cairan yang dianjurkan
6 Urine jernih 5 untuk 24 jam
2. Pertahankan restriksi diet dan cairan
(misalnya rendah natrium, tidak
7 Produksi urine 0,5-1 ml/Kg 5 menggunakan garam) sesuai dengan
BB/jam permintaan
8 JVD ( -) 5
9 CRT < 2s 5 Pendidikan Kesehatan:
10 Edema perifer dan asites (-) 5
11 Membrane mukosa lembab 5 1. Jelaskan semua prosedur dan senasi
12 Uji laboratorium dalam batas 5 yang diharapkan dari klien
normal (Na+, K+, Cl-, Ca+, 2. Jelaskan kebutuhan akan retriksi cairan,
jika diperlukan
Mg+, bikarbonat,
3. Ajarkan klien tanda dan gejala yang
13 BUN dalam batas normal 5 mengindikasikan perlu untuk
14 Kreatinin dalam batas normal 5 menghubungi dokter (misalnya demam,
15 Hematokrit dalam batas 5 perdarahan)
normal Kolaborasi:
16 PCO2 arterial dalam batas 5
1. Berikan diuretik sesuai permintaan
normal 2. Laporkan pada dokter jika ada tanda dan
17 Akral hangat 5 gejala kelebihan volume cairan
bertambah buruk

Keterangan Penilaian NOC:


Score Keterangan
1 Sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah
menunjukkan
2 Banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit
adekuat/ jarang menunjukkan
3 Cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup
adekuat/kadang-kadang menunjukkan
4 Membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering
menunjukkan
5 Kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1
Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
Mufidah Kamalita. 2017. Penerapan Senam Hipertensi untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Pada Keluarga Tn. S dan Ny. K di Desa
Klopogodo Rt. 01 Rw. 04 Kec. Gombong. Skripsi. Stikes Muhammadiyah
Gombong.
Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. Diakses 20 februari
2011 : http://baike.baidu.com/view/2130696.htm
Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http:
//www.depkes.org.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 7 Februari 2019: http:
//www.depkes.org.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension. Diakses 7 Februari 2019: http://www.dinkesjatengprov.go.id
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension.: http://www.dinkesjatengprov.go.id
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai