Anda di halaman 1dari 20

TRAKSI

MATA KULIAH : KMB II

Dosen Pengampu : Ns. Nia Rosliany, M. Kep.,Sp.Kep. Mb

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Bayu Ismoyo 2110076
Elkana Dame Hotmaria S 2110082
Muhamad Aswan 2110084
Nanda Arta Mevia U 2110081
Santa Juniar 2110079
Silvana Aqila S 2110083

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
TAHUN AJARAN 2022/2023
1. Pengertian Traksi
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh. Ini dicapai dengan
memberi beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan ataugangguan pada tulang dan otot.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan dan mengimbolisasi
fraktur, untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua
permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang
diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor – faktor yang mengganggu
keefektifan tarikan traksi harus di hilangkan.
Efek traksi yang di pasang harus di evaluasi dengan sinar x dan mungkin diperlukan
penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus
diganti untuk memperoleh gaya tarik yang diinginkan. Kadang, traksi harus dipasang
dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan.
Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang diinginkan pertama berkontraksi terhadap
garistarikan lainnya. Garis-garis tarikan tersebut di kenal dengan fektor gaya. Resultan
gaya tarikan yang sebenarnya terletak diantara kedua garis tarikan tersebut.

2. Tujuan Traksi
a. Untuk meminimalkan spasme otot.
b. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh.
c. Untuk mengimobilisasi fraktur.
d. Untuk mengurangi deformitas.
e. Untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang.

3. Kontra Indikasi Traksi


a. Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia.
b. Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan
diperbaiki lebih lanjut.
c. Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan
pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah
dalm posisi flexsi.
d. Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami
patah tulang paha.
e. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
pemoralis orang dewasa.
f. Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa
muda.

4. Jenis-jenis Traksi

a. Menurut jenisnya traksi, meliputi:

1) Traksi lurus atau langsung. Traksi ini memberi gaya tarikan dalam satu garis lurus
dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Contohnya, traksi ekstensi Buck
dan traksi pelvis.
2) Traksi suspensi seimbang. Traksi ini memberi dukungan pada ekstremitas yang
sakit di atas tempat tidur, sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas
tertentu tanpa terputusnya gaya tarikan.

Gambar 1 Traksi Suspensi Seimbang

b. Menurut cara pemasangannya traksi, sebagai berikut:

1) Traksi kulit adalah traksi yang dapat dilakukan pada kulit. Berat beban yang
dipasang tidak boleh lebih dari 2-3 kg tetapi pada traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg
bergantung pada berat badan paisen.

Traksi kulit, antara lain:


a. Ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk traksi kulit yang
tarikan diberikan pada satu bidang jika hanya imobilisasi parsial atau
temporer yang diinginkan. Traksi ini digunakan untuk memberi rasa
nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelum
dipasang traksi, kulit diinspeksi adanya abrasi dan gangguan peredaran
darah. Kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan sehat agar dapat
menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering sebelum boot spon atau
pita traksi dipasang. Untuk memasang traksi Buck dengan pita, dipasang
dulu spon karet, bantalan strap dengan permukaan spon menghadap ke
kulit pada kedua sisi tungkai yang sakit. Satu lengkungan pita sepanjang
10-15 cm disisakan dibawah telapak kaki. Spreader harus dipasang di
ujung distal pita untuk mencegah terjadinya tekanan sepanjang sisi kaki.
Kedua maleolus dan fibula proksimal dilindungi dengan bantalan gips
untuk mencegah terbentuknya ulkus akibat tekanan dan nekrosis tulang.
Sementara salah satu orang meninggikan dan menyangga ekstremitas di
bawah tumit dan lutut pasien, orang lain melilitkan balutan elastis dengan
arah spiral di atas pita traksi, dimulai dari pergelangan kaki dan berakhir
di tuberoses tibia. Balutan elastis dapat membantu pita melekat ke kulit
dan mencegah meleset. Bantalan kulit domba dapat diletakkan di bawah
tungkai untuk mengurangi gesekan tumit terhadap tempat tidur. Jika yang
dipasang traksi Buck dengan boot spon, tumit pasien harus diletakkan
tepat di tumit boot. Strip Velcro dipasang melingkar di tungkai dan
tekanan yang berlebihan di atas maleolus dan fibula proksimal dapat
dihindari. Pemberat dihubungkan ke tali melalui Spreader atau lapisan
telapak kaki dan dilanjutkan melalui sebuah katrol yang dipasang di ujung
tempat tidur. Pemberat di gantungkan pada tali itu.

Gambar 2 Traksi Ekstensi Buck

b. Traksi Runssel dapat digunakan untuk praktur pada plato tibia,


menyokong lutut yang fleksi pada pengganmtung dan member gaya
tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastic ke tungkai bawah.
Jika perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar lutut benar-benar
fleksi dan menghindari tekanan pada tumit.

Gambar 3 Traksi Runssel

c. Traksi Dunlop adalah traksi pada ekstremitas atas. Traksi horizontal


diberikan pada humerus dalam posisi abduksi dan traksi vertical diberikan
pada lengan bawah dalam posisi fleksi.

Gambar 4 Traksi Dunlop

2) Traksi Skeletal adalah traksi yang dilakukan langsung pada skeletal tulang tubuh.
Metoda traksi ini digunakan paling sering untuk menangani praktur femur, tibia,
humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang menggunakan pin
logam atau kawat (mis., tong Gadner, tong Wells) difiksasi di kepala untuk
member traksi yang mengimobilisasi fraktur leher.
Gambar 5 Traksi Skeletal

a. Persiapan sangat berperan penting dalam menjalin kerja sama dengan


pasien. Pada pemasangan traksi dapat digunakan anestesi, baik local
maupun general. Traksi skelet dipasang secara asepsis seperti pada
pembedahan. Tempat penusukan dipersiapkan dengan penggosok bedah
seperti povidon-iodin. Anestesi local diberikan di tempat penusukan dan
periosteum. Dibuat insisi kecil di kulit dan pin atau kawat steril dibor
kedalam tulang. Pasien akan merasakan tekanan selama prosedur ini dan
mungkin ada rasa tidak nyaman ketika periosteum ditusuk.

b. Setelah pemasangan pin atau kawat dihubungkan dengan lengkungan


traksi atau kapiler, ujung kawat dibungkus dengan gabus atau plester
untuk mencegah cedera pada pasien. Pemberat dihubungkan dengan
lengkungan pin atau kawat dengan sistem katrol Tali yang dapat
meneruskan arah dan tarikan yang sesuai agar traksi efektif. Traksi skelet
biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek terapi.
Pemberat yang dipasang harus dapat melawan daya pemendekan akibat
spasme otot yang cedera. Ketika otot relaks pemberat dapat dikurangi
untuk mencegah dislokasi garis fraktur dan mencapai penyenbuhan
fraktur.

c. Bebat Thomas dengan pengait Pearson sering digunakan bersma-sama


traksi skelet pada fraktur femur.

3) Traksi manual adalah traksi yang dapat dipasang dengan tangan. Ini merupakan
traksi yang sementara yang dapat digunakan pada saat pemasangan gips, member
perawatan kulit di bawah boot busa ekstensi Buck,atau saat menyesuaikan dan
mengatur alat traksi.

5. Komplikasi Traksi
a. Dekubitus
Kulit pasien diperiksa sesering mungkin mengenai tanda tekanan atau lecet. Perhatian
khusus diberikan pada tonjolan tulang. Perlu diberikan intervensi awal untuk
mengurangi tekanan. Perubahan posisi pasien perlu sering dilakukan dan memakai alat
pelindung kulit sangat membantu. Bila risiko kerusakan kulit sangat tinggi, seperti pada
pasien trauma ganda atau pada pasien lansia yang lemah, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter mengenai penggunaan tempat tidur khusus untuk membantu mencegah
kerusakan kullit. Bila telah terbentuk ulkus akibat tekanan, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter mengenai penanganannya.

b. Kongesti paru/pneumonia.
Paru pasien diauskultasi untuk mengetahui status pernapasannya. Pasien diajari untuk
menarik napas dalam dan batuk-batuk untuk membantu pengembangan penuh paru-paru
dan mengeluarkan skresi paru. Bila riwayat pasien dan data dasar pengkajian
menunjukkan bahwa pasien mempunyai resiko tinggi mengalami komplikasi respirasi,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus. Bila
telah terjadi masalah respirasi, perlu diberikan terapi sesuai resep.

c. Konstipasi dan anoreksia.


Penurunan motilitas gastrointestinal menyebabkan anorekksia dan konnstipasi. Diet
tnggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsanng motilitas gaster. Bila telah
terjadi konstipasi, perawat dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganannya,
yang mungkin meliputi pelunak tinja, laksatif, supositoria, dan enema. Untuk
memmperbaiki nafsu makan pasien, harus dicatat makanan apa yang disukai pasien dan
dimasukkan dalam program diet, sesuai kebutuhan.

d. Stasis dan infeksi saluran kemih.


Pengosongan kandung kemih yang tak tuntas Karena posisi pasien di tempat tidur dapat
mengakibatkan stasis dan infeksi saluran kemih. Selain itu pasien mungkin merasa
bahwa menggunakan pispot di tempat tidur kurang nyaman dan membatasi cairan
masuk untuk mengurangi frekuensi berkemih. Perawat harus memantau masukan cairan
dan sifat kemih. Perawat harus mengajar pasien untuk meminum cairan dalam jumlah
yang cukup dan berkemih tiap 2 sampai 3 jam sekali. Bila pasien memperlihatkan tanda
dan gejala infeksi saluran kemih, perawat segera berkonsultasi dengan dokter mengenai
penanganan masalah ini.

e. Trombosi vena profunda.


Stasis vena terjadi akibat imobilitas. Perawat harus mmengajar pasien untuk malakuka
latihan tumit dan kaki dalam batas terapi traksi secara teratur sepanjang hari untuk
mencegah terjadinya trombosis vena provunda (DVT). Pasien didorong untuk
meminum air untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsenntrasi yang menyertainya,
yang akan mengakibatkan stasis. Perawat memantau pasien terhadap terjadinya tanda
DVT dan melaporkan hasil temuannya segera mungkin ke dokter untuk evaluasi
definitive dan terapi.

6. Peran Perawat
Peran perawat pada pasien fraktur yang menggunakan gips yaitu mengkaji TTV
pasien, monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas mengajarkan,
teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, mengatur posisi nyaman,
mengajarkan teknik mencuci tangan dan membersikan luka supaya tidak terjadi infeksi,
mengajarkan imobilisasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk pemberian
obat dan terapi lainnya dan memberikan edukasi serta motivasi kepada pasien untuk
kesembuhannya.
KASUS

Tn R, umur 34 tahun datang ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Husada dengan keluhan
nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat digerakkan pasca kecelakaan bermotor 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Saat itu pasien sedang membawa motor sendirian memakai helm dan tidak
sedang dalam keadaan mabuk, ditabrak oleh motor dari arah sebelah kanan. Saat kejadian pasien
langsung terjatuh dan pingsan sekitar 5 menit, saat sadar pasien sudah tidak dapat lagi
menggerakkan tungkai kanannya, tungkai kiri dan anggota gerak atas tidak ada keluhan. Riwayat
sakit kepala, muntah, lupa dengan kejadian lama serta keluar darah dari hidung/telinga tidak ada.
Pasien langsung dibawa ke puskesmas dan dilakukan pemasangan spalk lalu dirujuk ke RS
Husada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,7
0
C, glasgow coma scale (GCS) 15. Pasien mengeluh nyeri di daerah kaki kanan, dengan skala 7
(rentang 0 – 10). Pada pemeriksaan lokalis pada regio cruris dextra didapatkan pada pemeriksaan
Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak
terdapat luka robek). Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, pulsasi distal teraba,
sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak
pasif, range of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan. Pada pemeriksaan Neuro
vascular distal (NVD) didapatkan A. Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang
dari 2 detik, dan sensibilitas normal.
Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur komplit pada
femur dekstra 1/3 tengah dengan aligment dan aposisi buruk. Kemudian pasien diberikan terapi
asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet dan amoxicillin 500 mg 3x1 tablet, pemasangan spalk ulang
dan direncanakan untuk pemasangan internal fiksasi.

Ds :
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian tungkai kanan
- Pasien mengatakan terasa kesemutan sampai telapak kakinya
- Pasien mengatakan tidak dapat menggerakan bagian tungkai bawah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan 3 jam SMRS
- Pasien mengatakan pingsan selama 5 menit setelah kecelakaan
- P : pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan nyeri diperberat saat pasien mencoba
untuk bergerak
- Q : pasien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat dan diremas
- R : pasien mengatakan nyeri dirasakan pada bagian tungkai kanan
- S : skala nyeri 7 dari 10
- T : pasien mengatakan merasa nyeri selama 3 jam SMRS
Do :
- Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis
- Pasien tampak dipasang spalk
- Hasil TTV
Tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36,7°C
- Pasien tampak gelisah dan meringis
- glasgow coma scale (GCS) 15
- Pada pemeriksaan lokalis pada regio cruris dextra didapatkan pada pemeriksaan
Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh
(tidak terdapat luka robek)
- Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, pulsasi distal teraba, sensibilitas
normal.
- Pada pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range
of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan.
- Tonus otot/kekuatan otot : adanya fraktur dipaha sebelah kanan
5555 5555
1111 5555
- Pada pemeriksaan Neuro vascular distal (NVD) didapatkan A.
- Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, dan sensibilitas
normal.
- Hasil rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur komplit pada femur
dekstra 1/3 tengah dengan aligment dan aposisi buruk.
- Pasien direncanakan untuk pemasangan spalk ulang dan pemasangan internal fiksasi.
Analisa data
No Data Masalah Etiologi

1. Ds : Nyeri akut Agen pencedera


- Pasien mengatakan nyeri pada bagian fisik (Fraktur)
tungkai kanan
- Pasien mengatakan mengalami
kecelakaan 3 jam SMRS
- P : pasien mengalami kecelakaan lalu
lintas dan nyeri diperberat saat pasien
mencoba untuk bergerak
- Q : pasien mengatakan nyeri seperti
ditekan benda berat dan diremas
- R : pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada bagian tungkai kanan
- S : skala nyeri 7 dari 10
- T : pasien mengatakan merasa nyeri
selama 3 jam SMRS

Do :
- Pasien tampak gelisah dan meringis
- Pada pemeriksaan lokalis pada regio
cruris dextra didapatkan pada
pemeriksaan Look: didapatkan
pemendekan, bengkak, deformitas,
angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak
terdapat luka robek)
- Pada pemeriksaan Feel: didapatkan
nyeri tekan, pulsasi distal teraba,
sensibilitas normal.
- Pada pemeriksaan Movement:
didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri
gerak pasif, range of motion (ROM)
sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan.
- Hasil TTV

Tekanan darah 130/70 mmHg, denyut


2. nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit,
suhu 36,7°C Gangguan Kerusakan
mobilitas fisik integritas struktur
Ds : tulang
- Pasien mengatakan tidak dapat
menggerakan bagian tungkai bawah

Do :
- Pasien tampak dipasang spalk
- Tonus otot/kekuatan otot :
adanya fraktur dipaha
sebelah kanan
5555 5555
1111 5555

- Pada pemeriksaan Movement:


didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri
gerak pasif, range of motion (ROM)
sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan.
- Dorsalis pedis teraba, capillary refill
time (CRT) kurang dari 2 detik, dan
Diagnosa keprawatan :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Fraktur)


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau/vena (Trauma)

RENCANA KEPERAWATAN

Tgl No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Paraf &


. Keperawatan Hasil nama
Rencana Tindakan
(PES) jelas
09 maret 1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
2023 pencederaan fisik intervensi
Observasi :
(Fraktur) keperawatan selama
3x24 jam maka 1. ldenifikasi lokasi, karakteristik,
Ds :
tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualiatas,
dengan kriteria hasil : KELOMP
- Pasien intensitas nyeri.
OK 4
mengatakan nyeri
1. keluhan nyeri 2. Idendfikasi skala nyeri.
pada bagian
menurun
tungkai kanan 3. Identifikasi respons nyeri non
2. meringis menurun vebal.
- Pasien
mengatakan 3. gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
mengalami memperberat dan memperingan
4. Frekuensi nadi
kecelakaan 3 jam nyeri.
SMRS membaik 5. ldentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
- P : pasien 5. Pola napas
mengalami membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri
kecelakaan lalu pada kualitas hidup.
6. Tekanan darah
lintas dan nyeri
membaik 7. Monitor efek samping
diperberat saat
penggunaan analgetik.
pasien mencoba
untuk bergerak Terapeutik :
- Q : pasien 1. Berikan teknik
mengatakan nyeri nonfarmakologis untuk
seperti ditekan mengurangi rasa nyeri.
benda berat dan
diremas 2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
- R : pasien
mengatakan nyeri 3. Fasilitasi isirahat dan tidur.
dirasakan pada 4. Pertimbangkan jenis dan
bagian tungkai sumber nyeri dalam pemilihan
kanan strategi meredakan nyeri.
- S : skala nyeri 7 Edukasi :
dari 10
1. Jelaskan penyebab, periode dan
- T : pasien pemicu nyeri.
mengatakan merasa
nyeri selama 3 jam 2. Jelaskan strategi meredakan
SMRS nyeri.
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Do : 1. Kolaborasi pemberian obat
- Pasien tampak Piroksikam 2 x 50 mg secara oral.
gelisah dan 2. Kolaborasi pemberian obat
meringis Allopurinol 1x100 mg (malam)
- Pada pemeriksaan secara oral.
lokalis pada regio
cruris dextra
didapatkan pada
pemeriksaan Look:
didapatkan
pemendekan,
bengkak,
deformitas,
angulasi ke lateral,
kulit utuh (tidak
terdapat luka
robek)
- Pada pemeriksaan
Feel: didapatkan
nyeri tekan, pulsasi
distal teraba,
sensibilitas normal.
- Pada pemeriksaan
Movement:
didapatkan nyeri
gerak aktif, nyeri
gerak pasif, range
of motion (ROM)
sulit dinilai,
krepitasi tidak
dilakukan.
- Hasil TTV
Tekanan darah
130/70 mmHg,
denyut nadi
88x/menit,
pernafasan
24x/menit, suhu
36,7°C
RENCANA KEPERAWATAN

Tgl No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Paraf &


. Keperawatan Hasil nama
Rencana Tindakan
(PES) jelas
09 maret 2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
2023 mobilitas fisik b.d intervensi
Observasi :
Kerusakan keperawatan selama
integritas struktur 3x24 jam maka 1. ldenifikasi adanya nyeri atau
tulang mobilitas fisik keluhan fisik lainnya.
meningkat dengan
Ds : 2. Idendfikasi toleransi fisik
kriteria hasil :
melakukan ambulasi.
- Pasien
1. pergerakan
mengatakan tidak 3. Monitor frekuensi jantung dan
ekstrimits meningkat
dapat menggerakan tekanan darah sebelum melakukan
bagian tungkai 2. rentang gerak ambulasi.
bawah (ROM) meningkat
4. Monitor kondisi umum selama
3. nyeri menurun
Do : 4. kecemasan melakukan ambulasi.
menurun
- Pasien tampak Terapeutik :
dipasang spalk 5. gerakan terbatas
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
menurun
- Tonus dengan alat bantu (mis. Tongkat,
otot/kekuatan 6. kelemahan fisik kruk).
otot : adanya menurun
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi
fraktur dipaha
fisik, jika perlu.
sebelah kanan
3. Libatkan keluarga untuk
5555 5555
membantu pasien dalam
1111 5555 meningkatkan ambulasi.
Edukasi :
- Pada pemeriksaan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Movement: ambulasi.
didapatkan nyeri
2. Anjurkan melakukan
gerak aktif, nyeri
ambulisasi dini.
gerak pasif, range
of motion (ROM) 3. Ajarkan ambulisasi sederhana
sulit dinilai, yang harus dilakukan (mis.
krepitasi tidak Berjalan dari tempat tidur ke
dilakukan. kursi, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
- Dorsalis pedis
toleransi).
teraba, capillary
refill time (CRT)
kurang dari 2 detik,
dan sensibilitas
normal.
- Hasil rontgen
regio femur dextra
AP lateral
didapatkan fraktur
komplit pada femur
dekstra 1/3 tengah
dengan aligment
dan aposisi buruk.
- Pasien
direncanakan untuk
pemasangan spalk
ulang dan
pemasangan
internal fiksasi.

RENCANA KEPERAWATAN

Tgl No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Paraf &


. Keperawatan Hasil nama
Rencana Tindakan
(PES) jelas
09 maret 3. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
2023 tidak efektif b.d intervensi
Observasi
penurunan aliran keperawatan selama 3
arteri dan atau/vena x 24 jam maka perfusi 1. periksa sirkulasi perifer (mis.
(Trauma) perifer meningkat Nadi perifer, edema, pengisian
dengan kriteria hasil : kapiler, warna, suhu, ankle-
Ds:
brachial index)
1. edema perifer
Pasien mengatakan
membaik 2. Identifikasi faktor risiko
nyeri pada kaki
gangguan sirkulasi (mis. diabetes,
kanan 2. nyeri ekstremitas
perokok, orang tua, hipertensi dan
membaik
Pasien kadar kolesterol tinggi)
mengatakan 3. prastesia membaik
3. Monitor panas, kemerahan,
terasa kesemutan
4. kelemahan otot nyeri, atau bengkak pada
sampai telapak
kakinya menurun ekstremitas
Do: 5. tekanan darah Terapeutik
sistolik membaik
- Tonus 1. Hindari pemasangan infus atau
otot/kekuatan 6. tekanan diastolik pengambilan darah di area
otot : adanya membaik keterbatasan perfusi
fraktur dipaha
2. Hindari pengukuran tekanan
sebelah kanan
darah pada ekstremitas dengan
5555 5555 keterbatasan perfusi
1111 5555 3. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada area
yang cedera
- Pada pemeriksaan 4. Lakukan pencegahan infeksi
lokalis pada regio
curia dextra 5. Lakukan perawatan kaki dan
didapatkan pada kuku
pemeriksaan look :
6. Lakukan Hidrasi
didapatkan
pemendekan, Edukasi
bengkak,
1. Anjurkan berhenti merokok
deformitas,
angulasi, ke lateral, 2. Anjurkan berolahraga rutin
kulit utuh (tidak
robek). 3. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
- pada pemeriksaan
feel: didapatkan 4. Anjurkan menggunakan obat
nyeri tekan penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
- pada pemeriksaan kolesterol, jika perlu
movement:
didapatkan nyeri 5. Anjurkan minum obat
gerak aktif, nyeri pengontrol tekanan darah secara
gerak pasif, range teratur
of motion (ROM) 6. Anjurkan menghindari
sulit dinilai, penggunaan obat penyekat beta
krepitasi tidak
dilakukan 7. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis.
-TD: 130/70 melembabkan kulit kering pada
mmHg, kaki)
-N: 88x/menit, 8. Anjurkan program rehabilitasi
-RR: 24x/menit, vascular
-S: 36,7°C 9. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
10. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

Anda mungkin juga menyukai