Anda di halaman 1dari 24

TRAKSI DAN GIPS

Disusun oleh:

Makkatul Hikmah

P27820117062

3 Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

TAHUN AJARAN 2019/2020


TRAKSI

Dikenal dua jenis pemasangan traksi, yaitu:

1. Traksi Kulit

Traksi kulit menggunakan plester lebar yang direkatkan pada kulit dan

diperkuat dengan verban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah

5 kg yang merupakan batas toleransi kulit. Traksi kulit digunakan untuk

periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer fraktur

femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum

pembedahan.

Traksi kulit dapat untuk terapi definitif maupun sementara atau

sebagian pertolongan pertama. Tenaga traksi dilanjutkan pada tulang lewat

fasia superficial, fasia dalam (deep) dan / serta intermuskular. Tenaga traksi

berlebih dapat menimbulkan laserasi kulit. Berat maksimum sebaiknya tidak

melebih 5 Kg, tergantung dari besar atau kecilnya penderita dan dari usia

penderita. Bilamana digunakan beban maksimal sebaiknya hanya 1 minggu.

Bilamana kurang dari beban tersebut, dan kulit penderita diperiksa 2 kali

minggu, traksi kulit dapat digunakan dengan aman selama 4-6 minggu.

A. Indikasi traksi kulit:

Indikasi traksi kulit antara lain:

• Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur

suprakondiler humeri anak-anak.

• Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan mobilisasi tidak dapat

dilakukan.
• Pengobatan sementara pada fraktur sampai menunggu terapi

definitif.

• Fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya pada fraktur

suprakondiler humeri pada anak-anak.

• Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi.

B. Kontraindikasi traksi kulit :

Pemasangan traksi kulit hendaknya tidak dilakukan pada keadaan-

keadaan beriku :

- Jika terdapat abrasi kulit

- Laserasi pada kulit

- Gangguan sirkulasi seperti varises atau impending gangrene.

- Dermatitis

- Beban yang dibutuhkan lebih besar dari maksimal beban traksi

kulit.

C. Komplikasi traksi kulit.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan traksi, yaitu:

- Timbul reaksi alergi pada traksi kulit berperekat

- Abrasi, ekskoriasi atau infeksi kulit

1) Traksi kulit pada ekstremitas atas

a. Dunlop’s skin traction.

Penderita telentang, bahu abduksi dan sedikit fleksi, siku dalam

fleksi.
Modifikasi :

-dengan countertraction pada humerus.

Traksi Dunlop dapat dilakukan pada fraktur suprakondiler humerus

yang disertai pembengkakan selama beberapa hari sampai

pembengkakan mereda. Setelah pembengkakan mereda dapat

dilajutkan dengan reposisi tertutup.

Kerugian :

- tidak dapat dilakukan bila mana terdapa luka-luka pada lengan.

- bilamana ada gangguan vaskuler  sirkulasi  bahaya

2) Traksi kulit ekstremitas bawah

a. Traksi Kulit Buck’s Extension

Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan

dorongan pada satu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui

perluasan kulit. Traksi Buck digunakan sebagai pengukuran jangka

pendek dengan tahanan traksi yang dibutuhkan untuk imobilisasi

fraktur panggul sebelum pembedahan dan mengurangi spasme otot.


Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi panggul, kontraktur

panggul dan lutut, dan nyeri pinggang bawah bilateral.

Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada

posisi alami, dimana melalaikan abduksi. Pembungkus kemudian

diaplikasikan dan tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang

aksis kaki melalui tali yang diikat di kaki dari perluasan melewati

katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat.

Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan fraksi tetapi bertindak

untuk merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi.

Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur

pada ketinggian tertentu untuk mencegah pasien terjatuh dari

tempat tidur.

Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang

penting untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi

dengan tahanan kontertraksi. Jika tempat tidur butuh untuk

dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong dari

tempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk

ditinjau ulang.

Tujuan utama penggunaan adalah untuk mengurangi spasme

otot-otot disekitar lutut atau panggul. Jangan gunakan traksi ini

untuk kelainan kelainan pada tulang panggul. Kuasai sebagian

rotasi untuk meletakkan tungkai diatas bantal dan dengan

penggunaan kantong-kantong pasir pada sisi lateral dan medial

(seperlunya).
Management nyeri merupakan bagian penting dalam

perawatan. Nyeri dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10

dan pasien harus diberi analgetik sebelum nyeri menjadi lebih

parah. Beri pendidikan kesehatan untuk mencegah ketakutan. Sama

dengan pasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk

konstipasi tidak hanya menghasilkan imobilitas tetapi juga

kombinasinya dengan pemberian analgetik.

Pada dislokasi panggul tipe anterior, traksi kulit menurut cara

ekstensi Buck sampai beberapa hari setelah dilakukan reposisi.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan spika panggul selama

4-6 minggu.

Bahaya Traksi Kulit :

• Distal oedema

• Kerusakan vaskular

• Peroneal nerve palsy

• Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen


b. Traksi Hamilton- Russell

 Dapat digunakan untuk patah tulang panjang atau femur,

terutama untuk anak-anak dengan berat badan dari sekitar 20-

30 kg dan patokan lain adalah usia

 Dapat digunakan dengan pemasangan traksi kulit atau dalam

keadaan tertentu dengan pin lewat tibia distal

 Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior

untuk mencegah penekanan terhadap fosa poplitea


c. Traksi Gallows

Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur

femur. Adapun Indikasi Traksi Gallow’s adalah:

• Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg

• Fraktur femur

• Kulit harus intak

• Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan

Dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa.

Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi

dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat

tidur. Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban

dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan


sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu

panjang tulang yang patah.

2. Traksi Skeletal

Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-

wire) atau batang dari steinmann pada lokasi-lokasi tertentu, yaitu:

 Proksimal tibia

 Kondilus femur

 Olekranon

 Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya)

 Traksi pada tengkorak

 Trokanter mayor

 Bagian distal dari metakarpal

Traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan

sendi panjang untuk mempertahankan traksi. Traksi ini menunjukkan

tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke skeleton melalui pin,

wire yang telah dimasukkan kedalam tulang. Untuk melakukan ini berat

yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang

tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg

dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.


Pada traksi tulang, pin metal atau kawat diletakkan melalui tulang.

Hal ini berarti tenaga traksi diaplikasikan langsung ke tulang. Traksi

tulang jarang digunakan pada penanganan fraktur bagian tubuh atas namun

sering digunakan dalam penanganan fraktur bagian tubuh bawah.

Komplikasi serius pada traksi tulang adalah osteomyelitis.

Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang

dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan

dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi

tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur

dengan pin tulang.

Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi

mendorong tungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol,

dan traksi tidak akan menjadi efektif. Berikan tahanan yang berlawanan

dengan meninggikan kaki dari kasur pada blok tertentu. Dengan merubah

tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan ditahan.

Pada traksi servikal sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan

dengan traksi Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan

elevasi.

A. Indikasi

Indikasi penggunaan traksi tulang:

 Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg

 Traksi pada anak-anak yang lebih besar

 Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik, atau kominutif

 Fraktur-fraktur daerah sendi


 Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi

eksterna tidak dapat dilakukan

 Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat

berat, misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan

terapi definitif.

B. Komplikasi Traksi Skeletal:

 Infeksi

Terkenal dengan nama Pin Tract Infection. Dimana cara-cara

pemasangan dan perawatan harus betul-betul dikuasai dan bila

timbul sequester sebaiknya pin wire dicabut.

 Distraksi.

Harus waspada dengan mengukur / membandingkan panjang

tungkai karena bahayanya (delayed union, nonunion).

 Paralisa Syaraf

Hati-hati bila menggunakan beban berat serta harus adanya

observasi seksama.

 Patahnya pin/kawat

Gunakan busur yang baik. Kegunaan diliputi pin dalam gips

(kesatuan Charnley).

 Dekubitus

 Kongesti paru

 Konstipasi

 Anoreksia

 Trombosis vena profunda


1) Traksi skeletal ekstremitas atas

a. Overbody atau lateral skeletal traction (overhead).

Traksi skeletal dengan pin lewat olekranon, siku 90 derajat,

bahu dalam fleksi tanpa abduksi. Untuk mencegah tangan dan

pergelangan terlalu pegal – pakai bidai gips. Bisa dengan

menggunakan Shoulder Spica Cast.

2) Traksi skeletal ekstremitas bawah

Indikasi umum untuk traksi skeletal pada ekstremitas bawah yaitu:

 Fraktur vertical tidak stabil pada cincin pelvis ketika fiksasi

eksternal tidak dapat menjaga stabilitas vertical, dan ketika fiksasi

internal pada bagian posterior dari cincin pelvis tidak

memungkinkan.

 Fraktur pada asetabulum dengan perpindahan minimal ketika

fiksasi interna tidak diindikasikan, fraktur berpotensi tidak stabil,

dan pasien merupakan calon baik untuk terapi traksi.

 Fraktur tidak stabil pada asetabulum ketika salah satu dari tulang

atau kondisi jaringan lunak atau factor sistemik kontraindikasi

fiksasi interna.
 Fraktur panggul (basilar neck, intertrokanter atau subtrokanter)

ketika jaringan lunak lokal atau kondisi tulang atau kondisi

sistemik kontraindikasi operasi

 Fraktur pada batang dan area suprakondilar femur dimana internal

atau eksternal fiksasi merupakan kontraindikasi.

 Fraktur kominutif pada tibia ketika traksi merupakan kebutuhan

untuk menjaga kesegarisan (alignment) dan memudahkan gerakan

dini, dan ketika internal atau eksternal fiksasi tidak mungkin

dikerjakan

 Fraktur pada batang tibia dan fibula ketika keterlambatan dalam

terapi inisial atau pemendekan yang tidak dapat diterima dengan

koreksi pembalut gips.

 Fraktur kominutif pada distal tibia dan fibula dan sendi

pergelangan kaki, dimana gerakan dini pada sendi pergelangan

kaki diinginkan dan internal atau eksternal traksi merupakan

kontraindikasi.
Gambar. skeletal traksi

a. Kesatuan Traksi Charnley

i. Berguna untuk penggunaan traksi pada tungkai bawah, dan sangat

dianjurkan penggunaanya.

ii. Dengan menggunakan pin atau wire pada proksimal tibia dan

kemudian pin atau wire diliputi oleh gips atau tungkai pendek

iii. Kegunaan: Kaki dan pergelangan kaki dapat dipertahankan dalam

posisi fungsional

1. Karena tungkai dalam gips tidak ada tekanan pada otot betis

atau nervus peroneus.

2. Gerakan pada pin atau wire sedikit sekali


b. Traksi Skeletal Balanced- Suspension

i. Melakukan traksi langsung pada tibia atau femur melalui pin atau

wire

ii. Tungkai diletakan pada suatu Thomas Spint dengan atau tanpa

suatu Pearson Attachment

iii. Pearson Attachment memungkinkan pergerakkan pada sendi lutut,

sehingga berguna untuk mencegah kekakuan sendi lutut


iv. Dengan menggunakan katrol-katrol pada Thomas Spint,

keseluruhan tungkai dapat mengambang bebas, dengan traksi pada

tempat patah tetap berjalan.

c. Traksi Skeletal Terpaku (Fixed Skeletal Traction)

 Digunakan untuk patah tulang femur sambil menunggu tindakan

terapi tetap, berupa fiksasi interna atau untuk pengangkutan ke

rumah sakit rujukan yang letaknya agak jauh.

 Gunakan :

1. Bilamana karena kedudukan buruk, diperlukan anastesi

umum atau regional.

2. Kesatuan traksi Charnley

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan

definitive, prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:

 Recognition
Prinsip pertama adalah diagnosis dan menilai keadaan fraktur,

dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik dan

radiologis. Pada awal pengobatan Perlu diperhatikan lokalisasi fraktur,

bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan,

komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

 Reduction

Reduksi fraktur apabila perlu. Restorasi fragmen fraktur dilakukan

untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler

diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi

normal dan mencegah komplikasi serta kekauan, deformitas, serta

perubahan osteoarthritis dikemudian hari.

Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang

sempurna. Fraktur seperti fraktu klavikula, iga, dan fraktur impaksi

humerus tidak memerlukan reduksu. Angulasi <5% pada tulang panjang

anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10% pada

humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50% dan

over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi

tidak dapt diterima dimanapun lokalisasi fraktur.

 Retention

Imobilisasi fraktur

 Rehabilitation

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin


GIPS

1. Definisi
Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster
of paris, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral
yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium
sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak
sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (Brunner & Sunder, 2000).

2. Tujuan
a) Imobilisasi kasus dislokasi sendi
b) Fiksasi fraktur yang telah di reduksi
c) Mengoreksi cacat tulang
d) Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi

3. Jenis – jenis Gips


Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalan gips
yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
a) Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai
lipatan telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari.
b) Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat
ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di
imobilisasi dalam posisi tegak lurus.

c) Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai
dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.

d) Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas
dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.

e) Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat
dan dapat disertai telapak untuk berjalan.

f) Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh.


g) Gips spika.gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua
ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda).
h) Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku.

i) Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas
bawah (gips spika tunggal atau ganda).

4. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan
2. Gips patah tidak bisa digunakan
3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka
5. Untuk mencegah masalah pada gips :
 Jangan merusak atau menekan gips
 Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk.
 Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

5. Bahan – bahan Gips


a. Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan
krinolin diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal
gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas.
Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru
tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering.
Gips yang kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku,
sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya
pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b. Nonplester
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi
air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan
karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat
dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan
pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam
beberapa menit.

6. Persiapan Alat Untuk Pemasangan Gips


a. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
b. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
c. Baskom berisi air hangat
d. Gunting perban
e. Bengkok
f. Perlak dan pengalasnya
g. Waslap
h. Pemotong gips
i. Kasa dalam tempatnya
j. Alat cukur
k. Sabun dalam tempatnya
l. Handuk
m. Krim kulit
n. Spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
o. Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)

7. Prosedur Kerja
a) Siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan.
b) Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips.
c) Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan
sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit.
d) Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
e) Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di
tentukan dokter selama prosedur.
f) Pasang spongs rubs(bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh
yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak
mengikat. Tambahkan bantalan di daerah tonjolan tulang dan pada jalur
saraf.
g) Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai
gelembung-gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas
untuk mengurangi air dalam gips.
h) Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara
melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat.
Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar
terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap
(kira-kira 50% dari lebar gips) Lakukan dengan gerakan yang
bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh.
i) Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan
pemotong gips.
j) Bersihkan Partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips.
k) Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan.
Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan
hindari tekanan pada gips.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol.
3. Jakarta : EGC.

Suratun dkk (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK.


Jakarta:penerbit buku kedokteran
Vdocuments. Tersedia di: https://vdocuments.site/download/lp-traksi-dan-gips.

Wahyu, Ratna. 2016. Persiapan Pemasangan Trakhi Ekstensi Buck. Tersedia di:

https://www.scribd.com/doc/294860489/Persiapan-Pemasangan-Traksi-Ekstensi-
Buck

Anda mungkin juga menyukai