Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN TRAKSI

SKIN DAN SKELET

DISUSUN OLEH :

DINA ARISTA NAINGGOLAN 1735057

ERI INDAH SARI 1735059

ELIZABETH YULI CANDRA N 1735052

EZRA ELIA NATALIA BR.PURBA 1735061

SINTA EKAWANI 1735016

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan
untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan,
mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di
antara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposisi
dan imobilisasi pada tulang panjang.
Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya,
penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan
bentuk. Penanganan nyeri dan pencegahan komplikasi adalah dua kunci tugas
perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan
penggunaan traksi dan pembatasan gerak, jika klien obesitas, cachetic, tua,
anak muda, diabetes, dan perokok.
Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk
mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus
dievaluasi dengan sinar-X dan mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi
adalah pasien fraktur dan atau dislokasi. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks,
berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang
diinginkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Traksi
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan
untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan,
mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di
antara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk
reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi
adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk
memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari
traksi : traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah
penanganan. Beberapa keuntungan pemakaian traksi, yaitu: menurunkan nyeri
akibat spasme otot, mengoreksi dan mencegah deformitas, mengimobilisasi sendi
yang sakit, difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi),
mengencangkan pada perlekatannya. Namun pemilihan metode traksi ini juga
mempunyai kerugian diantaranya: perawatan yang lebih lama, mobilisasi terbatas,
penggunaan alat-alat lebih banyak. Komplikasi yang ditimbulkan juga harus
diperhatikan: dekubitus, kongesti paru/pneumonia, konstipasi dan anoreksia,
trombosi vena profunda, stasis dan infeksi saluran kemih.

B. Tujuan Pemasanagan Traksi


Traksi digunakan untuk: meminimalkan spasme otot, mereduksi,
mensejajarkan, mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, menambah
ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang, memegang tulang-tulang yang
direduksi agar bersatu, penyembuhan dan mempercepat penyembuhan, meredakan
rasa nyeri. Selain itu, tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien
untuk melatih ototnya dan menggerakkan sendinya, jadi harus pastikan bahwa
pasien melakukan hal ini.
Tujuan lain dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau
spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan, untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu.
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh,
tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada
arah yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi
didasari pada hokum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai
melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat
sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan
kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).
Tujuan untuk terapi konservatif pada fraktur
1. Reposisi fragmen tulang
2. Imobilisasi fragmen tulang
3. Imobilisasi sementara
4. Mempertahankan gerakan sendi

Tujuan untuk terapi penyakit/deformitas tertentu :


1. Mengurangi/menghilangkan spasme otot
2. Melawan kontraktur sendi
3. Melawan kontraktur otot
4. Memperbaiki letak sendi panggul pada penyakit CDH

Traksi pada tulang belakang Untuk menghilangkan/mengurangi rasa sakit


pada leher dan bokong (Low Back Pain). Dalam penanganan patah tulang kita
perlu melakukan beberapa tindakan, yaitu :
1. Reposisi, Reposisi dan fiksasi dapat dilakukan secara operatif maupun
konservatif
2. Fiksasi
3. Rehabilitasi

C. Jenis- jensi Traksi


Klasifikasi Traksi didasari pada penahan tubuh yang dicapai :
a. Traksi skeletal
Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins
(kawat) ke dalam. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang
diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah
dimasukkan kedalam tulang . Untuk melakukan ini berat yang besar
dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil,
untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan
fraktur membutuhkan traksi jangka panjang. Indikasi traksi kulit
diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup,
traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5
kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis
kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada
traksi tungkai.
Beberapa keuntungan pemakaian traksi, yaitu: menurunkan nyeri
akibat spasme otot, mengoreksi dan mencegah deformitas, mengimobilisasi
sendi yang sakit, difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang
sendi), mengencangkan pada perlekatannya. Namun pemilihan metode
traksi ini juga mempunyai kerugian diantaranya: perawatan yang lebih
lama, mobilisasi terbatas, penggunaan alat-alat lebih banyak. Komplikasi
yang ditimbulkan juga harus diperhatikan: dekubitus, kongesti
paru/pneumonia, konstipasi dan anoreksia, trombosi vena profunda, stasis
dan infeksi saluran kemih.

Gambar 1. Traksi Skeletal

b. Traksi Kulit (Skin Traksi)


Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur
dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan
bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan
biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam). Kulit hanya mampu
menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih
dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Kulit hanya bisa dapat
menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebihdari ini tahanan
yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksitulang
mungkin diperlukan.
Traksi kulit menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan
kepada bagian tubuh yang terkena melalui jaringan lunak. Hal ini bisa
dilakukan dalam cara yang bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive
kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical. Dikarenakan traksi kulit
diaplikasikan kekulit kurang aman, batasi kekuatan tahanan traksi.
Dengan kata lain sejumlah berat dapat digunakan. Berat harus tidak
melebihi (3-4 kg) . Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek dan
lebih sering untuk manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi serta
untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan. Traksi
yang dilakukan dengan melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui
kulit.
Traksi kulit biasanya digunakan sebagai terapi sementara
(temporary splint) karena keterbatasan pembebanan atau daya tarikan
(maksimal beban 6 kg) dan usia traksinya tidak tahan lama (biasanya traksi
kulit harus diganti maksimal 2 minggu). Namun traksi kulit juga dapat
digunakan sebagai terapi definitif, misalnya pada terapi fraktur femur pada
anak usia 5 tahun dengan Bryant traction, atau pada usia di atas 5 tahun
dengan Hamilton-Russell traction. Komplikasi traksi kulit meliputi :
kerusakan pada kulit (bulae) dan cedera saraf tepi (cedera nervus
peroneus).
Indikasi untuk traksi kulit, antaralain:
1. Anak-anak
2. Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
3. Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
4. Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebutIndikasi Traksi
Skeletal
5. Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
6. Kerusakan kulit membutuhkan dressings
7. Jangka panjang Counter Traction
Gambar 2. Traksi Kulit

Gambar 3. Traksi Kulit


Komplikasi traksi kulit :
1. Distal oedema
2. Kerusakan vaskular
3. Peroneal nerve palsy
4. Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen.
Management nyeri merupakan bagian penting dalam perawatan.
Nyeri dapat dinilaidengan menggunakan skala 1-10 dan pasien harus diberi
analgetik sebelum nyerimenjadi lebih parah. Beri pendidikan kesehatan
untuk mencegah ketakutan. Sama dengan pasien yang imobilisasi
ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak hanya menghasilkanimobilitas
tetapi juga kombinasinya dengan ambilan analgetik dan untuk pasien
traksiterutama tantangan dalam nyeri, ditambah dengan malunya mereka
untuk membukaususnya ditempat tidur.

c. Traksi Manual
Traksi manual merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan
dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins. Traksi
ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang
di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka. Dorongan ini harus
constant. Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana
sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan. Hal ini juga digunakan
selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara temporal
melepaskan berat traksi. Traksi ini merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan
lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat
atau pins. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan
terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melaluitangan mereka.
Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan untuk
mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama
pembedahan.Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada
kebutuhan secaratemporal melepaskan berat traksi.

d. Traksi tulang
Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat
dengan mudah hancur dengan pin tulang. Setiap tahanan diperlukan
tahanan yang berlawanan. Jika traksi mendorongtungkai kedistal pasien
akan meluncur turun melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadiefektif.
Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur
pada blok tertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan
tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi depan dari
tempat tidur harus ditinggikan, dan dengantraksi Dunlop sisi tempat tidur
dekat dengan luka membutuhkan elevasi.
Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena growth
plate dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang. Traksi tulang dilakukan
pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan kulit, atau
untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan untuk
melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih
tinggi pada traksi yang dilakukan di tungkai. Traksi yang dilakukan dengan
melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui tulang (memasang
steimann pin pada tulang).
Traksi tulang dapat digunakan sebagai terapi definitif. Contoh traksi
tulang definitif yaitu Balance Skeletal Traction pada fraktur femur.
Komplikasi yang sering timbul pada traksi tulang adalah : infeksi pada pin
(pin tract infection) dan pin yang kendur (pin loosening). Sedangkan
komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah komplikasi umum terapi
konservatif pada fraktur yaitu yang lebi dikenal sebagai fracture disease
terdiri dari : kekuatan sendi (joint stiffness), osteoporosis (disuse
osteoporosis) dan atropi otot.

Gambar 4. Traksi Tulang


e. Traksi Buck
Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan
dorongan padasatu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan
kulit. Traksi Buck digunakansebagai pengukuran jangka pendek dengan
tahanan traksi yang dibutuhhkan untuk imobilisasi fraktur panggul
sebelum pembedahan dan mengurangi spasme otot. Hal ini juga bisa
digunakan untuk dislokasi panggul,kontraktur panggul dan lutut, fraktur
tidak berpindah asetabulum dan nyeri pinggang bawah bilateral. Pasien
diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami,
dimana melalaikan abduksi. Pembungkus kemudian diaplikasikan dan
tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kakimelalui tali
yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir tempat tidur
yang dihubungkan dengan pemberat. Katrol tidak mempunyai efek pada
tahanan traksi tetapi bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja
dengan gravitasi. Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari
tempat tidur pada ketinggiantertentu untuk mencegah pasien terjatuh dar
tempat tidur.Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah
hal yang penting untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan
traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika tempattidur butuh untuk
dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong daritempat
tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang.

f. Sistem Katrol Multiple


Dalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan, sehingga
mengurangi berat amatlah diperlukan. Katrol multiple seringkali
digunakan pada traksi pelvis dimanatahanan tinggi (biasanya lebih dari 40
kg) dapat diperlukan. Jika triple dan dobel blok dgunakan dalam gambar
hanya 405 atau 8 kg, dibutuhkan untuk dapat mencapai 40 kg. Penaik
turun katrol diperlukan.

g. Traksi Gallow
Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan pada fraktur
femur anak-anak usia di bawah 2 tahun. Traksi ini digunakan pada bayi dan
anak-anak dengan fraktur femur. Indikasi Traksi Gallow’sBerat anak-anak
harus kurang dari 12 kg. Fraktur femur Kulit harus intak. Kedua dari
femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan dalam traksi kulit dan
bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan
bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat
jangan mengenai tempat tidur.

2. Traksi dalam orthopedi


a. Bucks extension
1). Traksi kulit
2). Sering pada ekstremitas inferior
3). Digunakan pada fraktur femur, pelvis dan lutut

Gambar 5. Traksi Bucks extension

b. Bryant’s traction
1). Disebut juga Gallow’s traction
2). Pada anak < 1 tahun
3). Dislokasi sendi panggul
4). Skin traksi
Gambar 6. Bryant’s traction
c. Weber Extensionsapparat
1). Traksi kulit dan traksi skeletal
2). Fraktur batang femur pada anak-anak

Gambar 7a. Weber Extensionsapparat


Gambar 7 b. Weber Extensionsapparat
d. Cotrel traction
1). Untuk terapi skoliosis
2). Tindakan pendahuluan sebelum operasi dan pemasangan gips

Gambar 8. Traksi cotrel


e. Ducroquet extension
1). Pada skoliosis
2). Sebagai persiapan untuk operasi
Gambar 9. Ducroquer extension
f. Dunlop traction
1). Pada fraktur supracondylar humerus
2). Lengan tangan digantung dengan skin traksi

Gambar 10. Dunlop traction


g. Russell traction
1). Suatu balanced traction
2). Skin traksi
3). Kegunaannya pada orangtua dengan fraktur pelvis dan pada anak-
anak dengan fraktur femur
Gambar 11 Russell traction
h. Cervical traction
1). Untuk traksi leher
2). Pada pasien duduk atau tiduran
3). Secara continous atau secara intermittent

Gambar 12. Cervical traction


i. Halo-Femoral traction
1). Traksi berlawanan pada kepala dan femur
2). Digunakan alat Crutchfield Tongs
Gambar 13. Halo-Femoral traction
j. Well-Leg traction
1). Gips pada kedua kaki dengan batang yang
menghubungkan keduanya.
2). Digunakan pada fraktur femur

Gambar 14. Well-Leg traction


k. 90-90 traction
1). Traksi secara skeletal
2). Digunakan pada fraktur femur
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak
usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrolterhadap fragmen –
fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan
dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan
cukup bebas diatas tempat tidur.

l. Fisk traction
1). Digunakan pada fraktur supracondylair femur
2). Dengan bantuan Thomas Splint yang dimodifikasi
3). Traksi skeletal

Gambar 15. Fisk traction

D. Prinsip-Prinsip Traksi
Traksi harus dipasang dengan arah lebih dari satu untuk mendapatkan garis
tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang pertama
berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tersebutdikenal sebagai
vektor gaya. Resultanta adalah gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat
diantarakedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi
dengan sinar X, dan mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak
sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untukmemperoleh gaya tarikan
yang diinginkan. Traksi lurus atau langsung memberikan gaya tarikan dalam satu
garis lurus dengan bagian tubuh berbaring ditempat tidur. Traksi ektensi buck dan
traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus. Traksi suspensi seimbang memberikan
dukungan pada ektermitas yang sakit diatas tempat tidur sehinggamemungkinkan
mobilisasi pasien sampai batas tertentu yanpa terputus garis tarikan. Tarikan dapat
dilakukanpada kulit ( traksi kulit ) atau langsung kesekelet tubuh (traksi skelet).
Cara pemasangan ditentukan oleh tujuan traksi. Traksi dapat dipasang dengan
tangan (traksi manual). Ini merupakan traksi yang sangat sementara yang
bisadigunakan pada saat pemasangan gips, harus dipikirkan adanya kontraksiPada
setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya kontraksi adalah gaya yang
bekerja dengan arahyang berlawanan ( hukum Newton III mengenai gerak,
menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadireaksi dengan besar yang sama
namun arahnya yang berlawanan ) umumnya berat badan pasien danpengaturan
posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.Walaupun hanya traksi untuk
ektermitas bawah yang dijelaskan secara terinci, tetapi semua prinsip-prinsip
iniberlaku untuk mengatasi patah tulang pada ektermitas atas.Imobilisasi dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang dengan agak cepat,
terapifisik harus dimulai segera agar dapat mengurangi keadaan ini.misalnya,
seorang dengan patah tulang femurdiharuskan memakai kruk untuk waktu yang
lama. Rencana latihan untuk mempertahankan pergerakanektermitas atas, dan
untuk meningkatkan kekuatannya harus dimulai segera setelah cedera terjadinya.
Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi (gaya yang bekerja dengan
arah yang berlawanan). Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat
tidur mampu memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus dipertahankan agar
traksi tetap efektif. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi
fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi
spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermitten.
Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut.
1. Traksi skelet tidak boleh putus.
2. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermitten.
3. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika
traksi dipasang.
4. Tali tidak boleh macet.
5. Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau
lantai.
6. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki
tempat tidur.

E. Komplikasi Dan Pencegahan


Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien yang
terpasang traksi adalah sebagai berikut:
1. Dekubitus, pencegahannya :
a. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan
intervensi awal untuk mengurangi tekanan.
b. Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit (misal
pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.
c. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan
kulit.
d. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan
dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
2. Kongesti paru dan pneumonia, pencegahannya :
a. Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
b. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
c. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,
misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar
menunjukkan klien berisiko tinggi mengalami komplikasi pernapasan.
d. Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai
indikasi.
3. Konstipasi dan anoreksia, pencegahannya :
a. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas
gaster.
b. Bila telah terjadi konstipasi, konsutasikan dengan dokter mengenai
penggunaan pelunak tinja, laksatif, supposituria, dan enema.
c. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan dalam program
diet sesuai kebutuhan.
4. Stasis dan infeksi saluran kemih, pencegahannya :
a. Pantau masukan dan keluaran berkemih.
b. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan
berkemihsetiap 2-3 jam sekali.
c. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan
dengan dokter untuk menanganinya
5. Trombosis vena profunda, pencegahannya :
a. Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
b. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasiyang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
c. Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan
melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
F. Contoh-contoh alat/sistem Traksi
1. Thomas Splint

Gambar 16. Traksi Thomas Splint

2. Bohler Braun Frame

Gambar 17. Traksi Bohler Braun Frame

3. Gallow

Gambar 18. Traksi Gallow


4. Balanced Suspension

Gambar 19. Contoh Traksi Balaned Suspension

5. Crutchfield tongs

Gambar 20. Contoh Cr

Anda mungkin juga menyukai