26 Februari 2015
1. TINJAUAN TEORI
2. PENGERTIAN
Trauma telinga adalah suatu trauma yang mengenai organ telinga yaitu
trauma telinga luar, telinga tengah, maupun telinga dalam.
1. KLASIFIKASI
1. Trauma Telinga Luar
Trauma telinga luar adalah trauma yang terjadi pada daun telinga dapat
mengakibatkan memar, laserasi atau kadang-kadang hilangnya seluruh
daun telinga ( John Jacob Ballenger, 1997).
Trauma telinga luar adalah luka akibat trauma luar tajam,baik di tulang
rawan maupun dikulit telinga bagian luar (Sjamsuhidajat & De Jong,
2004).
1. ETIOLOGI
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan trauma telinga adalah sebagai
berikut:
1. Trauma ledakan
2. Benda asing
3. Kecelakaan/berkelahi
8. PENATALAKSANAAN
Telinga luar
Terapi dasar adalah pengeluaran segera darah yang terkumpul. Karena
bahaya perikondritis dengan akibatnya terbentuknya sikatriks yang hebat,
makan harus dilakukan teknik bedah aseptik. Harus digunakan antibiotik
yang spektrumnya mencakup Pseudomonas aeruginosa (B. Pyocyneus),
sebelum dan sesudah operasi, terutama pada kasus-kasus dengan
laserasi kulit.
Insisi harus dilakukan pada skafa sejajar dengan heliks. Pembukaan harus
cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma. Bila organisasi telah
terjadi karena keterlambatan tindakan, dapat digunakan kuret tajam
untuk mengeluarkan bekuan darah. Salir karet (drain) yang kecil dapat
dipasang untuk mencegah terkumpulnya kembali darah atau serum. Salir
initidak bolehdibiarkan terpasang lebih dari 48 jam, karenaadanya resiko
infeksi.
Balut tekan dengan ketat dipasang selama minimum 48 jam. Bila setelah
periode ini masih tersisa sedikit gelembung, maka dilakukan aspirasi
dengan jarum dan semprit suntikan, sekali lagi dengan menggunakan
tekhnik aseptik. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 5 hari. Harus
seringdiperiksa agar bila timbul perikondritis segera dapat diketahui.
Pengobatan untuk komplikasi ini dibahas kemudian
Telinga tengah
Perforasi traumatik yang bersih dirawat dengan melindungi telinga dari air
dan pemberian antibiotik sistemik bila ada nyeri / peradangan. Umumnya
perforasi yang bersih tanpa komplikasi akan dapat sembuh dengan
sendirinya. Jika tidak sembuh spontan maka perbaikan akan dilakukan di
tempat praktek dengan merapikan ujung-ujung robekan dan
menempelkan salah satu materi yang cocok untuk menambal. Jika
tindakan ini tidak efektif, mungkin diperlukan miringoplastik yang lebih
formal.
Perforasi akibat serpih besi yang panas seperti yang dialami tukang las,
khususnya sangat nyeri dan sukar ditutup dengan cara-cara yang lazim.
Kauterasi yang panas yang terjadi pada jaringan sekitarnya mencegah
penutupan membran timpani secara spontan.
1. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA TELINGA
1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,
nyeri, rasa tidak enak ditelinga. Riwayat kesehatan masa lalu riwayat
kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran .
Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi,
otalgia, otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai
durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan
sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Insfeksi daun telinga
1. Caranya:
2. Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
3. Anak: Kebelakang
4. Bayi: kebawah
Diperhatikan:
1. Posisi
2. Warna
3. Ukuran
4. Bentuk
5. Kesimetrisan
6. Seluruh permukaan dan lateral
7. Palpasi
8. Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul- nodul.
9. Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkakan dan nodul.
10. Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
1. A. Data subyektif
1. pasien mengatakan nyeri pada telinga
2. pasien mengatakan telinganya berdenging
3. pasien cemas akan penyakitnya
4. pasien mengatakan susah tidur
5. pasien mengatakan telinganya terasa penuh
6. B. Data obyektif
2. adanya hematome di sekitar telinga
3. terdapat luka robekan pada telinga
4. telinga bengkak
5. pasien tampak gelisah
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada telinga
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan ambang pendengaran
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
4. Resiko cidera berhubungan dengan kemampuan mendengar
menurun sekunder akibat perforasi membrane timpani
5. Hipertermi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap inflamasi
6. Resiko infeksi berhubungan pengeluaran sekret yang berlebihan
7. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan mengintepretasikan bahasa sekunder kerusakan N.VII
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan saat
tidur
9. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk
anggota tubuh
10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakitnya
11. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
Post Operasi
5. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder akibat luka insisi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
cara perawatan
III. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada
telinga
Rencana Tujuan :
1. Skala nyeri 3
2. Pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi Rasional
3.Ajarkan relaksasi:
Teknik-teknik mengurangi
ketegangan otot rangka yang Relaksasi dapat melancarkan
dapat mengurangi intensitas nyeri peredaran darah sehingga
dan meningkatkan relaksasi kebutuhan O2 pada jaringan
masase. terpenuhi dan mengurangi nyeri .
Intervensi Rasional
1.Observasi ketajaman
pendengaran, catat apakah kedua Mengetahui tingkat ketajaman
telinga terlibat pendengaran pasien dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Menghambat perkembangan
4. Penatalaksanaan pemberian kuman sehingga tidak terjadi
antibiotik. proses infeksi.
Intervensi Rasional
1. Mengetahui kemampuan
komunikasi klien, seperti volume,
1. Kaji kemampuan klien dalam pelambatan, dan kejelasan
berkomunikasi. bicara.
3.Menguji ketidakmampuan
3. Suruh klien untuk menulis menulis (agrafia) dan defisit
nama/kalimat pendek,bila tidak membaca (aleksia) yang juga
mampu untuk menulis suruh klien merupakan bagian dari afasia
untuk membaca kalimat pendek reseptif dan ekspretif
Mengkaji kemmpuna verbal
individuan dan sensirik motorik
dan fungsi kognitif untuk
4. Kolaborasi : konsultasikan ke akhli mengidentifikasi defisit dan
terapi baca kebutuhan terapi
dengan kriteria:
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1.Anjurkan pasien
mengekspresikan ketakutan,
perasaan negatif, dan Ekspresi emosi membantu pasien
kemungkinan kehilangan bagian mulai menerima kenyataan dan
tubuh. realita hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post op
Rencana Tujuan :
1. Skala nyeri 3
2. Pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
3. Untuk menghindari
3.Lakukan prosedur invasif secara kontaminasi dengan kuman
aseptik dan antiseptik. penyebab infeksi.
4. Menghambat
4.Penatalaksanaan pemberian perkembangan kuman sehingga
antibiotik. tidak terjadi proses infeksi.
3. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang cara perawatan
Rencana Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
1. Mengetahui tingkat
pengetahuan klien sehingga
1. Kaji pengetahuan klien mengenai memudahkan perawat dalam
penyakitnya memberikan informasi
1. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
kedalam renpra. Tindakan keperawatan mencakup kolaborasi dan
independent. Tindakan independent/mandiri adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan sendiri bukan merupakan
petunjuk/perintah dari petugas kesehatan yang lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan oleh hasil keputusan antara dokter,
perawat, dan petugas kesehatan yang lain
1. EVALUASI
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
Pre op: nyeri berkurang, pendengaran kembali normal, tidak terjadi syok
hipovelemik,cidera tidak tejad,i infeksi tidak terjadi, komunikasi kembali
normal, pasien bisa tidur nyenyak, pasien percaya diri, pengetahuan
meningkat, ansietas tidak terjadi. Post op: nyeri berkurang, tidak terjadi
infeksi, dan pengetahuan pasien meningkat.