Anda di halaman 1dari 21

KONSEP TIMBANG TERIMA

DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan yang diampu
oleh
Ike Puspitaningrum S. Kep. Ns. M. Kep.

Kelompok 2 :
1. Pita Puspa Ulhusnah P1337420617011
2. Aji Wisnu Wardhana P1337420617012
3. Mega Ayu Lestari P1337420617029
4. Shinta Wahyuningrum P1337420617036
5. Yuni Tri Winanti P1337420617045
6. Achmad Faozi P1337420617047
7. Ira Hadnasari P1337420617050
8. Fika Nur Ramadani P1337420617054
9. Astika Nugraheni P1337420617069
10. Diah Ayu Putri Anggraini P1337420617079
11. Alifia Jaya Wandira P1337420617085

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020

PENGESAHAN PEMBIMBING

1. Judul Makalah : Konsep Timbang Terima


2. Pembimbing
a. Nama Lengkap : Ike Puspitaningrum S. Kep. Ns. M. Kep.

b. NIP :

Semarang, 03 Maret 2020

Pembimbing,

Ike Puspitaningrum S. Kep. Ns. M. Kep.


NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul :
“Konsep Timbang Terima”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan
dan bantuan sejumlah pihak. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak

ii
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Semarang, 03 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian timbang terima....................................................................................3
2.2 Tujuan timbang terima .........................................................................................3
2.3 Manfaat yang diperoleh dari timbang terima.......................................................3
2.4 Prinsip dari timbang terima..................................................................................5
2.5 Jenis dari timbang terima .....................................................................................6
2.6 Macam-macam timbang terima ...........................................................................7
2.7 Langkah-langkah timbang terima ........................................................................8
2.8 Pelaksanaan timbang yang baik dan benar ..........................................................9
2.9 Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima ...................................................10
2.10 Efek timbang terima .........................................................................................10
2.11 Skenario timbang terima ...................................................................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...........................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilles,
1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau
seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. (Keliat, 2009).
Dalam kegiatan asuhan keperawatan di butuhkan yaitu kemahiran dalam
berkomunikasi, dan komunikasi yang baik itu mudah di mengerti, singkat, jelas.
Komunikasi juga sangat perlu saat melakukan segala hal dalam kegiatan sehari-hari
perawat dalam tindakan keperawatan maupun dalam bentuk Operan. Dalam operan ini
lah sering terjadi kekeliruan ataupun kesalahpahaman informasi, dan disinilah perawat
sangat di butuhkan dalam kemahiran berkomunikasi.
Pada saat operan antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons
yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan operan bersama dengan perawat lainnya
dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat
di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang
lain sekedar untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan
membantu perawat dalam menerima operan secara nyata. (Nursalam, 2011).
Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan operan disisi tempat
tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing ruangan.
(Achmad, 2012). Operan tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi
keadaan pasien secara langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan
perawat karena tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya
bermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan. (Rina, 2012).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Meskipun digunakan setiap hari
dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan
disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas,
singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan. Untuk itu
diperlukan pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah

1
satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR. (Rina, 2012). Dari hasil uraian di atas
terdapat kaitannya operan terhadap komunikasi perawat dalam melakukan kegiatan
sehari-hari maupun saat menerapkan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah yang dapat ditulis diantaranya:
1. Apa definisi dari timbang terima?
2. Apa saja tujuan dari timbang terima?
3. Apa manfaat dilakukan timbang terima?
4. Bagaimana prinsip dari timbang terima?
5. Apa saja jenis timbang terima?
6. Apa saja macam-macam timbang terima?
7. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan timbang terima?
8. Bagaimana pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar?
9. Apa saja Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima?
10. Apa efek dilakukannya timbang terima?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mendapat pengetahuan tentang operan dalam
melakukan asuhan keperawatan. Selain itu untuk mengetahui, diantaranya :
1. Definisi timbang terima.
2. Tujuan dilakukan timbang terima.
3. Manfaat yang diperoleh dari timbang terima.
4. Prinsip dari timbang terima.
5. Jenis dari timbang terima.
6. Macam-macam timbang terima.
7. Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima.
8. Pelaksanaan timbang yang baik dan benar.
9. Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima.
10. Efek timbang terima.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Timbang terima
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.
Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan
sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Timbang
terima dinas berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan
selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical Association/AMA (2006),
timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas
untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang
lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan
pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi
tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya.

2.2 Tujuan timbang terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA (2009) tujuan
timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan
timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011)
tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3 Manfaat timbang terima


Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,
penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat
membahayakan kondisi pasien.

3
b. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah
kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima
mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang
terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan
beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan
emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada
perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata
lain, proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada
perawat.
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan
motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan
pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi
antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar
perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit,
timbang terima dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.

Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi


perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien dapat
menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

4
2.4 Prinsip timbang terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang
terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang
terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima
pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses
timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus
dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima
pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari
dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk
menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas
staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima
pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat
pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan
berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir,
jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang
terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk
pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk
dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya
ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan
waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif.

5
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur
pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan
misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
a) Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling
penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan
tindakan yang perlu dilakukan.
b) Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara
cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa,
rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau
tekanan yang dialami oleh staf.

2.5 Jenis timbang terima


Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan
dengan perawat, antara lain:
a. Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan,
dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal,
dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori.
b. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka
tinggal di rumah sakit.

6
c. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostic
selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik
telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
d. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering
terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah
sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
e. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah
tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas,
dan cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap
kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.

2.6 Macam-macam timbang terima


Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
1. Timbang terima secara verbal
Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk membahas
aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.
2. Rekaman timbang terima
Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima dapat
merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr
(2002) bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi
pendukung.
3. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:
a) Persiapan (pasien dan informasi).
b) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan, dan
penjelasan kepada pasien.
c) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
4. Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bedside
timbang terima adalah:

7
a) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak hadir
pada timbang terima untuk mengakses informasi.
b) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu disampaikan,
bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota keluarga, bagaimana
untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan
bagaimana melindungi privasi pasien.
5. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong
pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada
potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.

2.7 Langkah pelaksanaan timbang terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima
adalah:
1. Persiapan
a) Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam keadaan
siap.
b) Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan dinas sebaiknya
menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
a) Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
b) Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif hal-hal yang
berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah ada
namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dibicarakan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan kepada perawat jaga berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
 Identitas pasien dan diagnosis medis.
 Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
 Intervensi kolaboratif dan dependensi.

8
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
 Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat
timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
 Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
 Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan
terperinci.
 Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer.

2.8 Pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar


Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar diantaranya:
1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang
cukup panjang agar tidak terburu-buru.
2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam
keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk
mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga
perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas
penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan.
6. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar
peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika
perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat
mereka pergi berlibur.

9
2.9 Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima
Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan timbang
terima, diantaranya adalah:
1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar masuk
pada saat pelaksanaan timbang terima
3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien mereka saat ini

2.10 Efek timbang terima


Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat
sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari timbang terima menurut Yasir
(2009) adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur
selama kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas rendah dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi masalah
terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

10
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan rata-
rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada dinas
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam.

11
SKENARIO TIMBANG TERIMA (OPERAN)

Karu :
Ira Hadnasari
Katim 1 :
Diah Ayu Putri Anggraini
Anggota Tim 1 :
1. Yuni Tri Winanti (pagi)
2. Mega Ayu Lestari (pagi)
3. Shinta Wahyuningrum (pagi)
4. Fika Nur Rahmadani (malam)
Katim 2 :
Achmad Faozi
Anggota Tim 2 :
1. Astika Nugraheni (pagi)
2. Pita Puspa Ulhusnah (pagi)
3. Alifia Jaya Wandira (pagi)
4. Aji Wisnu Wardhana (malam)

Di nurse station kepala ruangan membuka timbang terima dan sekaligus mendata
perawat yang dinas malam dan dinas pagi.

KARU : Assalamualaikum Wr.Wb. pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT karena rahmat serta karunia-Nya kita dapat berkumpul di ruang Raflesia
Rumah Sakit Cepat Sehat ini hari kamis 05 Maret 2020 dalam keadaan sehat untuk
melakukan timbang terima atau operan.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta pengikutnya sampai akhir jaman.
Pada hari ini akan dilakukan kegiatan timbang terima yang rutin kita lakukan pada
setiap pergantian shift, namun sebelumnya saya akan mendata perawat terlebih
dahulu.
Untuk yang dinas malam, perawat Fika dan perawat Aji?
PP (malam): hadir bu
KARU : untuk yang akan dinas pagi, dari tim 1 perawat diah, perawat yuni, perawat mega,
perawat shinta?

12
PP (pagi): hadir bu
KARU : untuk yang akan dinas pagi, dari tim 2 perawat faozi, perawat astika, perawat pita,
perawat jaya?
PP (pagi): hadir bu
KARU : baik sekarang kita akan melakukan timbang terima, untuk selanjutnya kepada
Perawat Pelaksana yang dinas malam dipersilahkan untuk menyampaikan dan
menjelaskan kondisi masing-masing pasien saat ini kepada Perawat Pelaksana yang
dinas pagi.

Perawat yang berdinas malam menyampaikan data-data pasien sesuai dengan keadaan
yang ada dan sesuai dengan data yang dicatat, dan perawat yang berdinas pagi
mencatat apa yang disampaikan terkait data pasien.

PP 1 (Malam): Assalamualaikum Wr.Wb. terimakasih untuk kesempatan yang diberikan


kepada kami untuk mejelaskan kondisi pasien saat ini.
Jumlah pasien saat ini adalah 11 orang dengan tingkat ketergantungan :
minimal care 2 orang, partial care 3 orang, dan total care 6 orang.
Identitas untuk pasien dengan tingkat ketergantungan total care yang
pertama, Nama Tn.W dengan diagnosa medis post laparatomi. Pasien
memerlukan keperawatan penuh. Pasien juga mengeluh masih merasakan
lemas dan pusing. Tidak ada masalah keperawatan yang di temukan.
Implementasi yang sudah di lakukan adalah pemberian obat dengan cara
injeksi. Intervensi yang belum di lakukan adalah melakukan tindakan
relaksasi distraksi.
Pasien dengan tingkat ketergantungan total care yang kedua adalah Ny. C
dengan diagnosa medis post fraktur humerus. Pasien masih mengeluh nyeri
dibagian lengannya dan dari pihak perawat sudah memberikan obat untuk
menghilangkan rasa nyerinya. Tindakan yang belum dilakukan adalah
melakukan relaksasi untuk sedikit mengurangi rasa nyeri.
Selanjutnya Pasien dengan tingkat ketergantungan total care yang ketiga
adalah Ny. D dengan diagnose post apendiktomi. Pasien masih merasa nyeri
pada bagian abdomen kanan bawah. Perawat sudah membantu pasien dengan
memposisikan pasien yang benar untuk sedikit mencegah rasa nyerinya

13
bertambah. Dari perawat belum memberikan obat untuk menghilangkan rasa
nyerinya.
Pasien total care yang keempat adalah Tn. B dengan diagnosa medis
persiapan colonostomi. Pasien merasa tegang dan cemas. Perawat sudah
menjelaskan ke pasien tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
perawat sudah mengatur posisi tidur pasien.
Selanjutnya adalah pasien dengan tingkat ketergantungan partial care. Yang
pertama adalah Tn. Ba dengan diagnosa medis post ileostomi. Keluhan
pasien adalah merasa lapar dan risih terhadap pakaian yang dikenakannya.
Tindakan yang sudah dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital. Yang belum dilakukan adalah membantu pasien makan dan membantu
pasien mengganti pakaian.
Pasien self care yang pertama adalah Ny. Z dengan diagnosa medis post
laparatomi hari ketujuh dan pasien sedang dalam persiapan pulang.
Demikian laporan dari tim 1.
KARU : baik silahkan tim 2 untuk melaporkan pasien nya.
PP 1 (Malam): yaa terimakasih. Saya akan menyampaikan data terkait pasien. Pasien total
care yang pertama adalah Tn. F dengan diagnose medis post pemasangan
WSD. Pasien masih mengeluh nyeri di bagian bekas pemasangan slang dan
terasa pada saat bernafas. Perawat sudah memberikan obat analgetik.
Pasien total care yang selanjutnya adalah Tn. Ku dengan diagnosa medis pre
pemasangan WSD. Pasien merasa sesak pada bagian dada dan terkadang
terdengar bunyi dari bagian dada. Perawat sudah menjelaskan mengenai
tindakan yang akan dilakukan.
Selanjutnya pasien partial care pertama adalah Ny. A dengan diagnosa medis
persiapan operasi apendiktomi. Pasien merasa cemas. Dari perawat sudah
melakukan relaksasi untuk mengurangi kecemasan pasien. Perawat belum
menjelaskan secara detail ke pasien dan keluarga terkait tindakan yang akan
dilakukan.
Pasien partial care yang kedua adalah Tn. M dengan diagnosa medis
persiapan apendiktomi. Pasien merasa cemas dan nyeri di bagian abdomen
bagian kanan bawah tapi sudah dilakukan injeksi obat untuk mengurangi rasa
nyerinya.

14
Pasien dengan tingkat ketergantungan self care yang pertama adalah Tn. F
dengan diagnosa apendiktomi hari ketiga.
Demikian yang dapat kami sampaikan tentang keadaan pasien.
KARU : Terimakasih untuk perawat pelaksana malam yang telah menyampaikan kondisi dari
semua pasien saat ini, mungkin ada yang perlu ditambahkan dari Katim
KATIM 1 : untuk perawat pelaksana yang dinas pagi, disiapkan alat-alat yang diperlukan,
nanti pasien yang mau pulang berkas-berkasnya dilengkapi
PP 1 (pagi) : baik bu, akan kami persiapkan
KATIM 2 : untuk perawat pelaksana yang dinas pagi disiapkan apa yang perlu dicatat
mengenai kondisi pasien saat nanti kita akan melakukan validasi terhadap
pasien
PP 2 (pagi) : ya pak
KARU : apakah dari anggota tim yang dinas pagi ada yang perlu ditanyakan?
PP 1 (pagi) : sudah cukup bu.
PP 2 (pagi) : cukup bu.
KARU : baiklah kalau begitu, operan pada pagi hari ini cukup sekian, yang shift malam
diberikan keselamatan sampai rumah, yang shift pagi diberikan kelancaran dalam
merawat pasien.
Baik, sebelum kita memulai aktivitas kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan
masing-masing. Berdoa mulai…
Mari kita melihat kondisi pasien.

BAB III
PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Timbang terima
bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien secara menyeluruh
sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
3.2 Saran
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat kiranya lebih mematuhi
SOP yang ditetapkan, menerapkan kerjasama dengan tim kesehatan dalam pemberian
pelayanan kesehatan, menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarga
serta tenaga kesehatan lainnya, peka dalam menyelesaikan masalah terhadap kejadian
tidak diharapkan, mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga. Pada laporan timbang terima hendaknya
dilengkapi dengan tanda tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

16
Alvarado, K., Lee, R., Christoffersen, E., Fram., Boblin,S., Poole, N., Lucas, J., & Forsyth, S.
(2006). Transfer of accountability : Transforming shift handover to enhance patient
safety. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17087173
Am Zebua. 2015. Penerapan Timbang Terima Pasien. Diakses di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59049/4/Chapter%20II.pdf. Pada
tanggal 03 Maret 2020.
Anita. 2016. Timbang Terima Pasien. Diakses di
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/145/jtptunimus-gdl-anitanuurl-7231-3-babii.pdf
Pada tanggal 03 Maret 2020.

17

Anda mungkin juga menyukai