Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL


TERHADAP MAHASISWA YANG BERORGANISASI DI
KEPERAWATAN POLTEKKES SEMARANG

ELVIRA KARTIKA

P1337420617055

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES SEMARANG

2020
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai


dirinya secara menyeluruh yang diperoleh dari perasaan individu mengenai
dirinya sendiri, keyakinan orang lain mengenai diri individu, serta ungkapan-
ungkapan individu tentang pribadi yang diinginkan sehingga dapat memengaruhi
cara berperilaku. Konsep diri tersebut diungkap melalui Skala Konsep Diri yang
disusun melalui aspek-aspek konsep diri yang dikemukakan oleh Staines (dalam
Burns, 1993, p. 81-82) yang meliputi diri dasar, diri sosial, dan diri ideal. Semakin
tinggi skor Skala Konsep DIri, maka semakin positif diri yang dimiliki subjek,
begitu pula sebaliknya.
(70536)
Dalam ungkapan lain, Chaplin (2001), menjelaskan konsep diri adalah
evalusai individu mengenai diri sendiri atau penafsiran mengenai diri sendiri oleh
individu yang bersangkutan. Penghargaan mengenai diri akan menentukan
bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila sesorang individu
berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebbut cenderung sukses, dan bila
individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan
diri untuk gagal. Sehingga dapat disimpulkan, jika konsep diri merupakan bagian
diri yang mempelajari setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan,
persepsi, dan tingkah laku individu (Calhoun & Acoccela, 2000).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep
diri adalah evaluasi mengenai diri baik secara psikologis maupun fisik. Dimana
konsep diri ini diperlukan bagi mahasiswa agar bisa berinteraksi sosial secara
sehat. Disini peran konsep diri adalah bagaimana diri dalam menghadapi kuatnya
pengaruh teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari.
(63077)
Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, diperlukan adanya komunikasi
yang baik tentunya. (Hargie, 2005, p. 1) Esensi dari komunikasi adalah
pembentukan dan ekspresi identitas, bahwa seseorang yang mempunyai
komunikasi yang baik dalam kehidupannya mempunyai level yang paling tinggi
dalam mengatasi stress, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, dan lebih kecil
kemungkinan untuk menderita depresi, kesepian atau kecemasan. Untuk itu setiap
individu dibekali dalam dirinya dengan komunikasi interpersonal yang dimiliki.
Komunikasi interpersonal adalah bentuk tingkah laku seseorang baik verbal
maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi interpersonal
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktivitas manusia. Yang mana
terjadi antara dua orang atau lebih yang dapat berlangsung secara tatap muka atau
dengan media dan pesan disampaikan lalu diterima secara spontan.
Selain itu dalam penelitian Miczo (Hargie, 2005, p. 2) seseorang yang
mempunyai komunikasi yang baik memiliki tingkat kepuasan dalam kaitannya
dengan hubungan intrpersonal mereka. Bentuk dari komunikasi yang efektif
adalah melalui komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan
bentuk komunikasi paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, persepsi, dan
perilakunya sendiri. komunikasi interpersonal terjadi ketika dua orang atau lebih
berinteraksi dengan cara yang melibatkan perilaku verbal dan nonverbal,
pertukaran interpersonal, dan penggunaan perilaku yang sesuai dengan tujuan
spesifik dari interaksi komunikatif. Hasil tersebut berupa perubahan dalam sikap,
perilaku, atau keyakinan terhadap lawan berinteraksi tersebut. (225021)
Melalui kegiatan organisasi kemahasiswaan, mahasiswa dapat belajar
untuk dapat saling bekerja sama sebagai tim untuk mewujudkan visi-misi
organisasi. Berorganisasi merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dan diikuti
oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Berorganisasi pada mahasiswa membantu
mengembangkan keterampilan kepemimpinan siswa

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sduah diuraikan di atas sehingga peneliti


dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana hubungan konsep diri dan
komunikasi interpersonal terhadap mahasiswa yang berorganisasi di Poltekkes
Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan konsep diri dan komunikasi


interpersonal terhadap mahasiswa yang berorganisasi di Poltekkes
Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi konsep diri pada mahasiswa berupa konsep diri positif


atau negative

b. Mengidentifikasi komunikasi interpersonal mahasiswa yang


berorganisasi di Poltekkes Semarang
c. Menganalisa hubungan konsep diri dan komunikasi interpersonal
terhadap mahasiswa yang berorganisasi di Poltekkes Semarang

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Mahasiswa


Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
mengenai hubungan konsep diri dan komunikasi interpersonal terhadap
mahasiswa yang berorganisasi.

Manfaat Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang mengenai
hubungan konsep diri dan komunikasi interpersonal terhadap mahasiswa
yang berorganisasi di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.

2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi perawat
maupun mahasiswa mengenai konsep diri dan komunikasi interpersonal
terhadap mahasiswa yang berorganisasi.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya mengenai hubungan konsep diri dan komunikasi interpersonal
terhadap mahasiswa yang berorganisasi.

E. Keaslian Penelitian

Nama, Rancangan
No Judul Variabel Hasil
Tahun penelitian
1. Ghita Mulya Hubungan Hipotesis yang Variabel Hasil analisis data,
(2018) Antara diajukan dalam independent: menunjukkan bahwa
Konsep Diri penelitian ini terdapat hubungan
Konsep diri
Dan adalah adanya yang signifikan
hubungan positif Variabel antara konsep diri
Komunikasi
dan komunikasi
Interpersonal antara konsep diri dependent:
dan komunikasi interpersonal pada
Pada Komunikasi mahasiswa yang
interpersonal
Mahasiswa interpersonal berorganisasi.
pada mahasiswa
Yang yang Analisis korelasi
Berorganisasi berorganisasi. menunjukkan r =
Responden dalam 0,731 dengan p =
penelitian ini 0,000 (p < 0,05).
berjumlah 101
orang dengan
menggunakan
teknik korelasi
product moment
dariSpearman’s
Rho.
2. Dwi Hubungan Penelitian ini Variabel Hasil penelitian ini
Susilawati Antara menggunakan tes independent: menunjukkan ada
(2016) Komunikasi tau-b kendall. hubungan negatif
Interpersonal perilaku
antara
Terhadap seksual
Perilaku Seks pranikah komunikasi
Pranikah Pada interpersonal dengan
Remaja Variabel
perilaku seksual
dependent:
pranikah pada remaja
komunikasi
dengan = - .255 dan
interpersonal
p = 0.001, terdapat
dan ketegasan
hubungan negatif
antara sikap asertif
dengan perilaku
seksual pranikah
pada remaja dengan
= -.269 dan p =
0.000.

3. Sepni Yanti Pengaruh Penelitian ini Variabel Hasil penelitian


(2016) Konsep Diri menggunakan data independent: diperoleh: (1)
Dan yang diperoleh Konsep Diri Terdapat pengaruh
Kemampuan melalui teknik tes Dan langsung variabel
Komunikasi serta dianalisis Kemampuan konsep diri dengan
Interpersonal menggunakan Komunikasi terhadap R R
analisis kuantitatif
Terhadap Interpersonal kemampuan
dengan teknik
Kemampuan komunikasi
analisis jalur. Variabel
Berpikir Kritis Dalam hal ini interpersonal dengan
dependent:
Matematika perhitungan nilai t hitung = 3,012.
Kemampuan
hipotesis Berpikir Kritis (2) Terdapat
menggunakan Matematika pengaruh R R
SPSS 20.0 langsung konsep diri
terhadap kemampuan
berfikir kritis
Matematika dengan
nilai thitung = 2,482.
(3) Terdapat
pengaruh langsung
negative kemampuan
komunikasi
interpersonal R R
terhadap kemampuan
berfikir kritis
matematika dengan
nilai t hitung =
-1,308 (4) Tidak
terdapat Pengaruh
Tidak Langsung
konsep diri (X1)
terhadap kemampuan
berfikir kritis (Y)
melalui kemampuan
komunikasi
interpersonal (X2)
dengan berdasarkan
nilai thitung = 0,148.
Implikasi dari
penelitian ini antara
lain: (1) Secara
praktis penelitian ini
dapat memberikan
masukan kepada
guru agar
mengarahkan konsep
diri dan komunikasi
interpersonal siswa
kea rah yang positif
agar siswa dapat
memiliki
kemamapuan berfikir
kritis matatika yang
baik (2) Secara
teoritis penelitian
dapat menambah
ilmu pengetahuan
dalam pendidikan
bagi institute maupun
akademis dan
mahasiswa.
4. Atiatul Fitri Korelasi Teknik Variabel Hasil r hitung yang
(2017) Antara Konsep pengumpulan data independen: diperoleh dalam
Diri Dengan yang digunakan Konsep diri penelitian ini 0,466
Kemampuan adalah metode dan sedangkan nilai t
Komunikasi angket sebagai komunikasi tabel dengan tarif
Interpersonal metode pokok, interpersonal signifikan 0,05
metode observasi, dengan besar N=58
Pada Anak
metode adalah 0,266.
Berkebutuhan dokumentasi Variabel Kenyataan ini
Khusus Di sebagai pelengkap. dependen: menunjukkan bahwa
Sekolah Luar Selanjutnya, Anak r hitung yang
Biasa Negeri metode analisis berkebutuhan diperoleh dalam
(Pembina) data yang khusus penelitian ini lebih
Mataram digunakan adalah besar dari r tabel
statistical package (0,466 > 0,266),
for social science karena r hitung lebih
(SPSS). Teknik besar dari r tabel,
penentuan sample maka penelitian ini
menggunakan dikatakan signifikan.
rumus Slovin Hal ini berarti bahwa
hipotesis Ho ditolah
dan hipotesis Ha
diterima, maka dapat
ditatik kesimpulan
bahwa: Ada korelasi
antara konsep diri
dengan kemampuan
komunikasi
interpersonal pada
anak berkebutuhan
khusus di sekolah
luar biasa negeri
(SLBN) Mataram.
5. A. Ismail Komunikasi Penelitian ini Variabel Hasil penelitian
Zaini (2016) Interpersonal menggunakan independen: RMSD terbaik di
Untuk program docking Komunikasi antara 10 posisi
Meningkatkan ligan fleksibel interpesonal penilaian teratas
Kinerja molekul kecil glide sebagai metrik,
dan pemrosesan Variabel tingkat keberhasilan
Pegawai Di Pt.
dengan Dependen: (RMSD ≤ 2.0 Å
Trimuda
perhitungan MM- untuk atom tulang
Nuansa Citra Meningkatkan
GBSA pelarut punggung
Sidoarjo implisit berbasis kinerja antarmuka)
fisika. pegawai meningkat dari 21%
dengan pengaturan
SP Glide default
menjadi 58% dengan
pengambilan sampel
peptida yang
ditingkatkan dan
protokol penilaian di
kasus redocking ke
struktur protein asli.
Ini mendekati akurasi
metode Rosetta
FlexPepDock yang
baru-baru ini
dikembangkan (63%
berhasil untuk 19
peptida ini) sekaligus
lebih dari 100 kali
lebih cepat. Cross-
docking dilakukan
untuk subset kasus di
mana struktur
reseptor tak terikat
tersedia, dan dalam
kasus tersebut, 40%
peptida berhasil
dipasang. Kami
menganalisis hasil
dan menemukan
bahwa protokol
polipeptida yang
dioptimalkan paling
akurat untuk peptida
diperpanjang dengan
ukuran terbatas dan
jumlah muatan
formal
Bab II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

William D. Brooks (Jalaluddin Rakhmat, 2007, p. 99) (dalam Han


& goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019) mendefinisikan
konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions
of ourselves that we have derived from experiences and our interaction
with others”. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita sendiri. Persepsi ini dapat bersifat psikologi, sosial, dan fisik. Persepsi
yang bersifat psikologi misalnya pandangan mengenai watak sendiri.
Persepsi yang bersifat sosial misalnya pandangan tentang bagaimana orang
lain menilai dirinya. Persepsi yang bersifat fisik misalnya pandangan
tentang penampilannya sendiri. Dalam definisi lain Hurlock (dalam M.
Nur Ghufron & Rini Risnawita S, 2010, pp. 13, 17) bahwa konsep diri
merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan
gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan
prestasi yang mereka capai.

Agustina (2009) (dalam J, 2007) menyatakan konsep diri


merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan. Konsep ini bukan merupakan factor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus. Dasar dari
konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak
menjadi dasar yang memengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.
Dimana konsep diri adalah aspek penting dalam diri, karena merupakan
kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan
lingkungan pendapat William H. Fitts (dalam Khotimah, 2014).
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas konsep diri
merupakan gambaran diri seseorang terhadap dirinya. Bagaimana cara
pandang seseorang dalam menilai dirinya sendiri. Dimana konsep diri
menjadi kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

b. Jenis-Jenis Konsep Diri

(Ludiwg Maximilians, 2018) menyebutkan jenis-jenis konsep diri dibagi


menjadi dua yaitu :

1. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri


dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya
dengan baik sekali. Individu yang memiliki konsep diri positif
bersifat stabil dan bervariasi, serta memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya
sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya menjadi positif. Orang
yang mempunyai konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu
:

a. yakin dengan kemampuan dalam mengatasi masalah

b. merasa setara dengan orang lain

c. menerima pujian tanpa rasa malu

d. menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai


perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat

e. mampu memperbaiki dirinya sendiri karena ia sanggup

f. mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak ia senangi


dan berusaha mengubahnya

2. Konsep Diri Negatif

Calhoun dan acocella (dalam Ludiwg Maximilians, 2018)


membagi konsep diri negative menjadi dua tipe, yaitu :
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak
teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri.

b. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan


dan kelemahan atau yang dihargai dalam kehidupannya.

c. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal


ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat
keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan
adanya penyimpangan dalam diri dan seperangkat hukum dalam
pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Orang dengan konsep diri negative ditandai dengan lima hal, yaitu :

a. Peka terhadap kritik, dalam artian orang tersebut tidak tahan


terhadap kritik yang diterimanya dan mudah marah.

b. Responsive terhadap pujian. Semua hal yang menunjang harga


diri menjadi pusat perhatiannya.

c. bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela, dan


meremehkan apapun dan siapapun. Tidak mampu memberi
penghargaan pada kelebihan orang lain.

d. merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain adalah


musuh.

e. bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing dan


merasa tidak berdaya jika berkompetisi dengan orang lain.

c. Dimensi-Dimensi Dalam Konsep Diri

Fitts, sebagaimana dikutip oleh Agustina (dalam Goleman et al., 2019),


membagi aspek-aspek konsep diri individu menjadi dua macam dimensi
besar, yaitu :

Dimensi Internal, terdiri atas tiga bagian :

1. Diri Identitas, yaitu label ataupun symbol yang dikenakan oleh


seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya.
Label-label ini akan terus bertambah seiring dengan berkembang
dan meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.

2. Diri Pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk


melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsangan internal
maupun eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak
pada lanjut tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan
apakah suatu perilaku akan disimbolkan dalam diri identitas.

3. Diri Penilai, lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,


pengkhayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Disamping
fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri
sebelumnya.

Dimensi Eksternal(terkait konsep diri positif dan negative), terdiri dari


lima bagian, yaitu :

1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang


dirinya dari sudut pandang fisik, Kesehatan penampilan luar, dan
gerak motoriknya. Konsep diri positif apabila memiliki pandangan
yang positif terhadap kondisi fisiknya, penampilannya,
kesehatannya, kulitnya, tampan dan cantiknya, serta dengan tubuh
yang ideal. Dianggap konsep diri negative apabila memandang
rendah kondisi yang melekat pada fisiknya.

2, Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang menilai kemampuan


yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya.
Konsep diri positif apabila memandang dirinya sebagai pribadi
yang penuh kebahagiaan, optimis, mampu mengontrol diri, dan
syarat akan potensi. Dianggap konsep diri negative apabila
memandang diri sebagai individu yang tidak pernah merasakan
kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang adanya
control diri, serta potensi diri yang tidak ditumbuh kembangkan
secara optimal.
3. Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi
seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada diri
sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan
dunia di luar dirinya. Dan juga adanya perasaan mampu serta
berharga dalam lingkup interaksi sosialnya. Konsep diri positif bila
merasa sebagai pribadi yang hangat, ramah, serta memiliki minat
dengan orang lain. Kemudian konsep diri negative bila merasa
acuh tak acuh, tidak memiliki empati, tidak ramah, dan kurang
peduli dengan perasaan orang lain.

4. Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran dan


perasaan, serta penilaian terhadap moralitas dirinya terkait dengan
relasi personalnya dengan Tuhan. Konsep diri positif bila mampu
berpegang teguh pada moral etik dalam kehidupan dikemudian
hari. Sebaliknya, konsep diri negative bila menyimpang dari nilai
moral etik dan nilai agama maupun sosial yang seharusnya.

5. Konsep diri keluarga, berkaitan dengan persepsi, perasaan,


pikiran, dan penilaian. Seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan
keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian dari sebuah keluarga.
Seseorang dianggap memiliki konsep diri yang positif bila
mencintai sekaligus dicintai oleh keluarganya, merasa Bahagia
ditengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga yang
dimilikinya. Dianggap negative bila merasa tidak dicintai dan
sebaliknya.

d. Pembentukan Konsep Diri

Elizabeth B. Hurlock (1978, pp. 59–60) (dalam Han & goleman,


daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019) menyatakan bahwa konsep diri
bersifat hierarki. Yakni, konsep diri primer yang pertama terbentuk atas
dasar pengalaman dari rumah. Konsep diri ini dibentuk dari berbagai
konsep terpisah, yang masing-masing merupakan hasil dari pengalaman
dengan anggota keluarga. Konsep diri primer mencakup gambaran diri,
baik itu fisik maupun psikologis. Dengan meningkatnya pergaulan dengan
orang diluar rumah, akan memperoleh konsep lain tentang diri mereka. Ini
membentuk konsep diri sekunder. Konsep diri ini berhubungan dengan
bagaimana melihat dirinya melalui mata orang lain. Konsep diri ini juga
akan membentuk gambaran diri.

Gambaran diri merupakan cara seseorang melihat dirinya dan


berpikir mengenai dirinya, merasakan, dan berperilaku. Gambaran diri
mulai muncul pada masa balita, dimana anak-anak mulai mengembangkan
kesadaran diri.

Setelah terbentuknya gambaran-gambaran diri akan terbentuk pula


penilaian terhadap harga diri. Jika melihat tinggi dirinya, maka akan
mendapat harga diri yang tinggi pula. Jika melihat dirinya rendah, maka
akan mendapat harga diri yang rendah pula. Perasaan harga diri
berkembang pada masa awal kanak-kanan dan terbentuk dari interaksi
anak dengan orang tua mereka.

Terdapat beberapa penggolongan mengenai pemebntukan konsep diri.

1. Pola pandang diri subjektif

Konsep diri terbentuk melalui pengenalan diri. Pengenalan


diri merupakan proses bagaimana orang melihat dirinya sendiri.
proses ini dapat terjadi saat orang melihat bayangannya sendiri di
cermin. Sesuatu yang dipikirkan seseorang pada proses pengenalan
diri ini dapat terdiri dari gambaran-gambaran diri, baik itu
potongan visual maupun persepsi diri. Potongan visual ini seperti
bentuk wajah dan tubuh yang dicermati ketika bercermin,
sedangkan persepsi diri biasanya diperoleh dari komunikasi
terhadap diri sendiri maupun pengalaman berinteraksi dengan
orang lain.

2. Bentuk dan bayangan tubuh

Selain melalui proses pengenalan diri, yang biasa dilakukan


dengan melihat bayangan diri di cermin ialah pembentukan konsep
diri melalui penghayatan diri terhadap bentuk fisiknya
.

3. Perbandingan ideal

Salah satu proses pengenalan diri adalah dengan


membandingkan diri dengan sosok ideal yang diharapkan. Dengan
melihat sosok ideal yang diharapkan, seseorang akan mengacu
pada sosok tersebut dalam proses pengenalan dirinya. Pada masa
anak-anak, lingkungan keluarga menjadi pusat pembentukan
konsep diri pada anak.

4. Pembentukan diri secara sosial

Proses ini merupakan proses dimana seseorang mencoba


untuk memahami persepsi orang lain terhadap dirinya. Penilaian
kelompok terhadap seseorang akan membentuk konsep diri pada
orang tersebut.

e. Perkembangan Konsep Diri

(Khotimah, 2014) menyebutkan perkembangan konsep diri


merupakan proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia.
Syimond mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul
pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan
munculnya kemampuan perspektif. Konsep diri bukanlah sesuatu yang
dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu.
Bahkan ketika lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki
pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apapun
terhadap diri kita sendiri.

Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar


yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman, dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang.

f. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Konsep Diri


Beberapa factor yang memengaruhi konsep diri (Ludiwg
Maximilians, 2018), yaitu :

1. Usia kematangan

Perkembangan usia kematangan dalam diri seseorang


apabila lebih awal, maka ia akan diperlakukan seperti orang yang
lebih dewasa dari usianya, mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Jika usia kematangan terlambat, makai a diperlakukan seperti usia
dibawahnya. Merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik,
sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

2. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda yang menambah daya Tarik


fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan dan
mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya Tarik fisik
dapat menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri
kepribadian dan menambah dukungan sosial.

3. Nama dan julukan

Individu peka dan merasa malu apabila teman-teman


sekelompok menilai Namanya buruk atau bila mereka memberi
nama julukan yang bernada cemoohan.

4. Hubungan keluarga

Individu yang memiliki hubungan baik dengan anggota


keluarganya akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan
ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.

5. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya sangat memengaruhi pola kepribadian


seorang individu dalam du acara. Yang pertama, konsep diri
individu merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep
teman-teman tentang dirinya. Lalu kedua. Ia berada dalam tekanan
untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompok.

6. Kreativitas

Individu didorong agar kreatif dalam bermain dan tugas-


tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan
identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.
Sebaliknya, individu sejak awal didorong untuk mengikuti pola
yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan
individualitas.

7. Cita-cita

Bila individu memiliki cita-cita yang tidak realistic, ia akan


mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak
mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang
lain atas kegagalan yang dialaminya. Individu yang realistic
tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan
daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan
kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang
lebih baik.

2. Komunikasi Inrerpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonali

Sarinah dan Aziz (2010) (dalam Setiawati, 2020) komunikasi


interpersonal merupakan proses penyampaian pesan, informasi, pikiran,
sikap tertentu antara dua orang dan diantara individu itu terjadi pergantian
pesan baik dengan komunikasi atau komunikator dengan tujuan untuk
mencapai saling pengertian, mengenai permasalahan yang akan
dibicarakan yang pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku
sehingga komunikasi ini menjadi penting.
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di
antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya, Muhammad
(2005) (dalam Utomo & Probandari, 2016).

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal ialah


bentuk komunikasi dua arah atau lebih yang didalamnya terdapat makna
dari pesan yang telah disampaikan antara pemberi dan penerima pesan.

b. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Aspek-aspek dalam komunikasi interpersonal yang dikemukakan


oleh DeVito (No Title, 1997) (dalam ghita mutya, 2018) ialah keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

1. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan penyampaian pesan antarpribadi yang


efektif dengan terbuka dan apa adanya kepada orang yang
diajaknya berinteraksi, dan individu juga memberikan informasi
yang sesuai dengan fakta yang ada.

2. Empati

Empati ialah merasakan sesuatu seperti yang sedang mengalaminya


dengan memahami apa yang sedang dirasakan orang lain. Hal
tersebut memengaruhi perasaan yang dirasakan selama melakukan
komunikasi dan sikap antara komunikator dan komunikan

3. Sikap mendukung

Komunikasi yang berjalan dengan memberikan sikap dan dalam


suasana yang mendukung pula. Adapun sikap mendukung yang
dimaksud ialah dengan bersikap deskripif, spontanitas, dan
provisionalisme.

4. Sikap positif
Orang yang dapat membina komunikasi interpersonal yang baik
ialah dengan memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Dengan begitu ia dapat merefleksikan perasaan positif juga kepada
orang lain. Sikap positif juga diperlihatkan dengan memberikan
dorongan dengan cara menghargai keberadaan dan pentingnya
orang lain yang sedang berkomunikasi dengan kita.

5. Kesetaraan

Kesetaraan ialah adanya pengakuan dua orang yang sedang


berinteraksi sama-sama bernilai dan berharga. Serta merasa bahwa
keduanya punya sesuatu yang penting untuk disumbangkan dan
saling berbagi.

c. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Komunikasi Interpersonal

Pada definisi Edi Harapan dan Syarwani Ahmad (2014) (dalam Ii,
2017), factor-faktor yang memengaruhi komunikasi interpersonal yaitu :

1. Konsep diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan


pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Sundeen, 1998). Termasuk pada persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-
nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya.

Konsep diri merupakan factor yang sangat penting dan


menentukan dalam komunikasi interpersonal. Konsep diri
memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan hidup eseorang. Konsep diri dapat memengaruhi
kemampuan berpikir seseorang. Apabila seseorang memiliki
konsep diri buruk, akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri. Ia
akan takut memcoba hal-hal baru, mencoba tantangan, merasa
tidak berharga, pesimis, dan lainnya.
Dan sebaliknya, apabila seseorang dengan konsep diri baik
akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani gagal,
percaya diri, dan berpikir positif. Untuk itu konsep diri menjadi
factor penting dalam menentukan bagaimana seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain.

2. Membuka diri

Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain tentang


perasaan terhadap sesuatu yang telah dikatakan terhadap hal-hal
yang baru saja di saksikannya. Semakin sering seseorang
berkomunikasi dengan membuka diri kepada orang lain, makai a
akan memahami kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Individu
tersebut akan belajar menutupi kekurangan yang dimilikinya dengan
meningkatkan keprcayaan diri dan saling menghargai.

3. Percaya diri

Percaya diri ialah salah satu factor yang memengaruhi dalam


komunikasi interpersonal. Seseorang yang kurang percaya diri,
cenderung akan menghindari suatu komunikasi. Ia takut apabila
diejek atau disalahkan ketika berbicara dan cenderung lebih diam
saat diajak berinteraksi. Hal tersebut akan menumbuhkan sikap
merasa gagal dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.

Membangun kepercayaan diri dapat dilakukan dengan


mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan
banyak orang. Yang bertujuan untuk menolong seseorang agra bisa
membangun kepercayaan diri dalam suatu hubungan interpersonal.

3. Konsep Beroganisasi

a. Pengertian Organisasi

Organisasi adalah suatu wadah yang digunakan sekelompok orang


untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi tersebut Mereka
dilatih untuk lebih bijak dalam menentukan keputusan dan mengatur
waktu. Dan juga dengan berorganisasi mereka dilatih untuk dapat
menyampaikan pendapat atau pikiran mereka dengan lebih baik dan jelas,
serta menghargai pendapat orang lain. Saat mahasiswa ikut berorganisasi,
mereka dituntut untuk dapat memanajemen diri sendiri dengan waktu yang
proporsional (Negeri & Kalimantan, 2016). Orgaanisasi kemahasiswaan
merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa kea rah
perluasan wawasan peningkatan illmu dan pengetahuan, serta integritas
kepribadian mahasiswa. Oraganisasi kemahasiswaan lebih menekankan
pada kehidupan mahasiswa yang berada disuatu linkungan perguruan
tinggi untuk beraktivitas dan berorganisasi. Organisasi kemahasiswaan
juga sebagai wadah pengembangan kegiatan ektrakulikuler mahasiswa di
perguruan tinggi yang meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat
dan bakat, serta kegemaran mahasiswa itu sendiri (Pembentukan et al.,
2019).

Pihak universitas sudah menyediakan sarana untuk mahasiswa agar


terbiasa untuk bekerja secara terorganisir dalam wadah organisasi
kemahasiswaan.sesuai yang tertera pada pasal 5 Kemendikbud No.
155/U/1998 bahwa fungsi organisasi kemahasiswaan merupakan sarana
pengembangan akademik dan pengembangan diri. Bahkan lebih lanjut
diharapkan sebagai wadah mahasiswa untuk melakukan usaha peprbaikan
untuk mengembangkan perilaku sosial dan kelompok. Dengan mengikuti
organisasi kemahasiswaan maka mahasiswa akan memiliki perubahan
yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-
ilmu sosialisasi, kepemimpinan serta manajemen kepemimpinan yang
notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normative perguruan tinggi.

Sehingga diperoleh kesimpulan, bahwa organisasi mahasiswa


sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengembangan soft skill dari
dalam diri mahasiswa. Membuka wawasan yang lebih signifikan dalam
berpikir. Manfaat lain berorganisasi yakni, mahasiswa menjadi lebih bisa
berpikir secara berkelompok, untuk mewujudkan tujuan organisasi yang
diikuti. Dengan begitu mahasiswa belajar cara menggunakan manajemen
waktu dengan sebaik-baiknya, karena harus membagi tugas-tugas kampus
dengan organisasi.

b. Aspek-aspek Minat Beroganisasi

Beberapa aspek-aspek yang memengaruhi minat berorganisasi


Crow and Crow (dalam Büyükçolpan & Tol, 2019) antara lain :

1. Motif sosial

Komponen yang mengandung kehendak, kecenderungan


untuk melakukan sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan
atau Hasrat untuk melakukan suatu aktivitas dalam memenuhi
perghargaan dari lingkungan.

2. Reaksi emosional

Unsur yang berkaitan dengan emosi (perasaan) karena


dalam pengalaman minat disertai dengan perasaan puas. Minat
berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang
melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber
untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan yang menjadikan
kegiatan sangat menyenangkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat tiga aspek minat


berorganisasi yaitu adanya dorongan dari dalam diri, motif sosial,
dan reaksi emosional. Dorongan dari dalam diri berkaitan dengan
pengetahuan informasi tentang objek yang dituju. Pada motif sosial
yang berkaitan dengan kecenderungan untuk melakukan sesatu
yang diwujudkan dalam bentuk kemauan. Lalu dalam reaksi
emosional berkaitan dengan unsur emosi karena dalam pengalaman
minat disertai dengan perasaan puas.

c. Faktor-faktor yang memengaruhi minat organisasi


Ada beberapa yang memengaruhi minat berorganisasi yang terdiri
dari factor internal dan factor eksternal, Rahmat (2008), (dalam
Büyükçolpan & Tol, 2019), yaitu :

1. Faktor internal

Factor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri dari factor
bawaan dan factor kepribadian.

a. Faktor genetic

Faktor genetic merupakan factor yang mendukung


perkembangan individu dalam minat dan bakat. dengan
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak,
dalam segala potensi fisik maupun psikis yang dimiliki.

b. Faktor kepribadian

Factor kepribadian yaitu keadaan psikologi perkembangan


potensi anak bergantung pada dirinya sendiri. Yang akan
membantu anak dalam pembentukan konsep, optimis, serta percaya
diri dalam mengembangkan minat dan bakatnya.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan factor yang berasal dari luar diri


individu. Berbagai hal uang mendukung pengembangan minat dan bakat.

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan awal tempat


individu belajar dan Latihan. Lingkungan keluarga juga merupakan
tempat individu memperoleh pengalaman kerena keluarga
merupakan lingkungan pertama yang paling penting paling
individu.

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan suatu lingkungan yang


berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan sosial,
individu akan mengaktualisasi minat dan bakatnya dalam
masyarakat

d. Manfaat Organisasi

Organisasi merupakan kegiatan atau pilihan yang penting untuk


diikuti oleh mahasiswa selama studinya sehingga melengkapi hasil belajar
secara utuh. Sukirman (dalam Ardi & Aryani, 2010) (dalam Hidayat,
2013), manfaat kegiatan organisasi kemahasiswaan adalah :

1. Melatih bekerja sama dalam bentuk tim kerja multi disiplin

2. Membina sikap mandiri, percaya diri, disiplin, dan bertanggung


jawab

3. Melatih berkomunikasi dan menyatakan pendapat didepan


umum

4. Membina dan mengembangkan minat dan bakat

5. Menambah wawasan

6. Meningkatkan rasa kepedulian dan kepekaan pada masyarakat


dan lingkungan mahasiswa

7. Membina kemampuan kritis, produktif, kreatif, inovatif


B. Kerangka Teori

Hubungan Konsep Diri Dengan


Komunikasi Interpersonal Mahasiswa

Kehidupan sosial pada mahasiswa sangat beragam. Beberapa diantaranya ada


yang kurang baik. Seperti sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, merasa
pesimis, gugup saat berbicara dan malu berhadapan dengan banyak orang,
mudah tersinggung, kurang sopan dalam berkomunikasi, merasa berbeda
dengan orang lain, serta ingin hidup lebih tenang.

Newcomb menyatakan bahwa factor


Adler mengatakan bahwa interaksi sosial
yang berpengaruh dalam hubungan antar
adalah salah satu cara individu untuk
pribadi yaitu dengan komunikasi
memelihara tingkah lakunya yang mana
interpersonal yang memungkinkan untuk
dipengaruhi oleh konsep diri individu
saling berinteraksi bersama-sama pada
tersebut.
suatu objek tertentu.

Sullivan mengemukakan bahwa individu Vance Packard mengemukakan apabila


dengan konsep diri positif akan merasa seseorang gagal dalam komunikasi
diterima oleh orang lain, dihormati, dan interpersonal maka yang akan terjadi
disenangi karena keadaan dirinya, maka adalah akan menjadi agresif, senang
seseorang tersebut akan cenderung berkhayal, memiliki sikap yang dingin,
bersikap menghormati dan menerima dan ingin melarikan diri dari
dirinya sehingga tidak lari dari lingkungannya (Rakhmat, 2011, p. 15).
lingkungannya (Rakhmat, 2011, p. 99). Komunikasi interpersonal efektif
Konsep diri terdiri dari tiga komponen ditandai dengan adanya : terbuka,
yaitu citra diri, harga diri, dan ideal diri. empati, dukungan, sikap positif, dan
kesetaraan.
Semakin baik konsep diri dan komunikasi interpersonal
maka interaksi sosial yang terjalin pun akan baik pula.
Namun begitu sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa
konsep diri dan komunikasi interpersonal berpengaruh
terhadap interaksi sosial mahasiswa.

Sumber : (Khasanah, 2016)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent : Variabel Dependent :


Konsep DIri Komunikasi Interpersonal

D. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh komunikasi interpersonal dalam konsep diri mahasiswa yang


mengikuti organisasi

Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi interpersonal dalam konsep diri mahasiswa


yang berorganisasi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode yang digunakan oleh peneliti untuk


melakukan penelitian yang akan memberikan arah pada jalannya penelitian
berdasarkan atas tujuan dan hipotesis penelitian (Dharma, 2011). Jenis pada
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang akan digunakan
peneliti adalah deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel dengan
menggunakan kuesioner yang dilakukan dalam satu kali pengukuran pada setiap
responden tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan ukuran.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari pebelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunya kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu
kesimpulan (Sugiyono, 2013). Populasi penelitian ini merupakan
mahasiswa Jurusan Keperawatan Semarang Angkatan 2017, Poltekkes
Kemenkes Semarang pada studi pendahuluan dilakukan pada 19
November 2020. Jumlah populasi mahasiswa sebanyak 77 mahasiswa.

2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan karakteristik pada
populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lansia yang bertempat tinggal di Rumah Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang yang memenuhi kriteria
inklusi maupun eksklusi peneliti. Adapun untuk menentukan jumlah
sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

N
n= 1+ Ne ²

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e : Tingkat kesalahan sampel (sampel error)

Dari jumlah sampel dengan tingkat kelonggaran ketidak telitian


sebesar 5%, makan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel :

No Nama Sampel Jumlah sampel yang diteliti


1 Mahasiswa Jurusan 77
n = 1+ 77(0.05) ² = 65
Keperawatan Semarang

Jumlah 65

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel


dalam penelitian ini sejumlah 65 responden. Peneliti pada saat
pengambilan data dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling adalah teknik dalam pengambilan atau
menentukan sampel dengan cara menentapkan ciri sesuai yang
dikehendaki oleh peneliti (Sugiyono, 2013). Berikut kriteria inklusi dan
ekslusi yang menjadi responden yang ditetapkan oleh peneliti yaitu :

Kriteria Inklusi :

a. Mahasiswa aktif Poltekkes Kemenkes Semarang

b. Mahasiswa kampus I

c. Mahasiswa semester 7

d. Mahasiswa jurusan Keperawatan kampus 1 tahun 2017

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu berupa nilai atau sifat dari
objek yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan peneliti sehingga
memperoleh informasi yang kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013). Pada
penelitian ini variabel bebas adalah konsep diri sedangankan variabel terikat
adalah komunikasi interpersonal.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengungkapan variabel dari skala ukur


variabel (Donsu, 2016) :

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua

orang secara langsung dan tatap muka dimana didalamnya terdapat pesan dan
maksud sendiri untuk disampaikan antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi interpersonal nantinya akan diukur dengan menggunakan skala
komunikasi interpersonal dengan aspek-aspek yang terdiri dari lima jenis aspek,
yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

Komunikasi interpersonal yang dimiliki responden akan terlihat melalui skor yang
diperoleh dari pengisian skala dari responden penelitian itu sendiri nantinya.
Semakin tinggi skor yang didapatkan dari hasil pengukuran, maka semakin tinggi
pula komunikasi interpersonal individu. Sebaliknya, semakin rendah skor yang
didapatkan, maka semakin rendah pula komunikasi interpersonal yang dimilikinya

2. Konsep Diri

Konsep diri merupakan keyakinan dan harapan kemampuan seorang individu


yang berasal dari refleksi interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Untuk
mengukur kemampuan dalam memahami konsep diri pada responden penelitian,
peneliti menggunakan skala konsep diri yang terdiri atas aspek-aspek : diri fisik
(physical self), diri sosial (social self), diri moral (moral self), dan diri psikis
(psychological self).

Tingkat konsep diri nantinya akan dilihat dari hasil skor yang diperoleh. Semakin
tinggi skor yang didapatkan dari hasil pengukuran skala, maka semakin tinggi
pula konsep diri yang dimiliki individu. Sebaliknya, semakin rendah skor yang
dihasilkan, maka semakin rendah pula konsep diri yang dimilikinya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk penelitian dan


untuk mengukur fenomena sosial dan alam (Sugiyono, 2016). Adapun dalam
penelitian ini menggunakan 2 kuesioner, yaitu :

1. Kuesioner Komunikasi Interpersonal

Skala yang digunakan oleh peneliti digunakan untuk mengukur


komunikasi interpersonal, skala ini mengacu dari teori aspek yang dikemukakan
oleh DeVito (1997). Aspek-aspek yang ada dalam skala ini ialah keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Skala komunikasi
interpersonal ini menggunakan skala pengukuran dari Rahmalia (2016). Jumlah
aitem dalam skala ini ialah sebanyak 18 aitem, diantaranya 10 aitem bersifat
favorable dan 8 aitem bersifat unfavorable. Skala tersebut memiliki koefisien
reliabilitas cronbach alpha skala sebesar 0.705. Pada penelitian ini, pengumpulan
data nantinya akan menggunakan kuesioner dengan beberapa pernyataan yang
telah tertulis sebelumnya. Kemudian subjek akan diminta untuk mengisi
pernyataan yang disediakan oleh peneliti dalam skala dengan memilih dari empat
pilihan yang diajukan, ialah sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju

Pemberian skor dalam tiap aitem bergerak dari angka 1 sampai 5. Pada
aitem yang bersifat favorable, skor tertinggi yang diberi ialah 5 untuk jawaban
sangat sesuai, 4 untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuai, 2 untuk
tidak sesuai, dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Sebaliknya, Pada aitem
yang bersifat unfavorable, skor terendah yang diberi ialah 1 untuk jawaban sangat
sesuai, 2 untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuai, dan 4 untuk tidak
sesuai, dan 5 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Semakin tinggi skor dari jawaban
yang diberi oleh subjek, maka semakin tinggi pula komunikasi interpersonal yang
dimilikinya.

2. Kuesioner Konsep Diri

Skala yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur konsep diri dibuat
dari aspek-aspek yang di kembangkan oleh Berzonsky (dalam Rahmaningsih &
Martani, 2014). Didalamnya terdapat empat jenis aspek- aspek konsep diri, yaitu
diri fisik (physical self), diri sosial (social self), diri moral (moral self), dan diri
psikis (psychological self). Skala konsep diri ini menggunakan skala pengukuran
dari Andriani (2015). Jumlah aitem dalam skala ini ialah sebanyak 18 aitem,
diantaranya 12 aitem bersifat favorable dan 6 aitem bersifat unfavorable. Skala
konsep diri memiliki koefisien reliabilitas cronbach alpha skala sebesar 0.899.
Pada penelitian ini subjek akan diminta untuk mengisi pernyataan yang telah
tertulis sebelumnya oleh peneliti, kemudian subjek memilih dari lima pilihan yang
telah disiapkan, diantaranya ialah sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat
sesuai, dan sangat amat sesuai. Pemberian skor dalam tiap aitem bergerak dari
angka 1 sampai 5.

Pada aitem favorable skor tertinggi yang diberi ialah 5 untuk jawaban
sangat sesuai, 4 untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuai, 2 untuk
jawaban tidak sesuai, dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Sebaliknya pada
aitem unfavorable, skor tertinggi yang diberi ialah 5 untuk jawaban sangat tidak
sesuai, 4 untuk jawaban tidak sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuai, 2 untuk
jawaban sesuai, dan 1 untuk jawaban sangat sesuai. Semakin tinggi skor dari
jawaban yang diberi oleh subjek, maka semakin tinggi pula tingkat konsep
dirinya. Sebaliknya, Semakin rendah skor dari jawaban yang diberi oleh subjek,
maka semakin rendah pula tingkat konsep dirinya.

F. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam


pengumpulan data penelitian. Peneliti menggunakan cara pengumpulan data
kuesioner yang merupakan cara pengumpulan data melalui angket dengan
beberapa pertanyaan kepada responden [ CITATION AAz17 \l 1033 ].

Pedoman yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah menggunakan


kuesioner checklist.

Prosedur pengumpulan data :

1. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari Poltekkes Kemenkes


Semarang
2. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian data
di Jurusan Keperawatan Seramang Poltekkes Kemenkes Semarang.
3. Penentuan populasi mahasiswa di Jurusan Keperawatan Semarang
pada tahun 2020.
4. Peneliti menggunakan sampel dengan menggunakan simple random
sampling dari populasi mahasiswa.
5. Menyebarkan kuesioner kepada responden.
6. Mendokumentasikan hasil.
G. Tahapan Penelitian

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa


tahapan persiapan dan tahap pelaksanaan (Anisa, 2009).

1. Survey literatur

Mengumpulkan bahan literatur dan informasi yang berkaitan dengan


penelitian

2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah apa yang akan dibahas dalam penelitian yang
berkaitan dengan informasi yang telah didapat

3. Studi pustaka

Mempelajari literatur yang digunakan dan digunakan untuk kajian teori

4. Hipotesis

Menuangkan pernyataan awal yaitu Pembelajaran daring di era Covid-19


mempengaruhi kecemasan dan perubahan perilaku pada sebagian besar
mahasiswa

5. Menentukan variabel dan sumber data

Menentukan variabel yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu


pembelajaran daring, kecemasan dan perilaku. Kemudian tentukan subjek
penelitian dan juga responden

6. Menentukan instrument penelitian

Menentukan instrument penelitian dengan menggunakan kuesioner.

7. Observasi

Melakukan pencarian data dan perijinan kepada pihak yang mengisi


kuesioner

8. Mengumpulkan data

Kuesioner disebarkan kepada responden yang dilakukan secara bersamaan


dengan observasi untuk menghemat biaya, tenaga, dan waktu.

9. Pengolahan data

Terdiri dari memberi kode variabel, tabulasi, menghuting dengan SPSS


dan dilakukan tabulasi yang kedua

10. Analisa data

Menganalisa data hasil dari penelitian dan teori yang sudah tertera.

11. Membuat kesimpulan


Kesimpulan akan diambil berdasarkan analisa data dan telah melalui
pemeriksaan apakah sudah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

H. Etika Penelitian

a. Anonymity (tanpa nama)


Pada penelitian ini, peneliti mencantumkan inisial nama responden.
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data hasil penelitian yang
akan disajikan (Hidayat, 2011).
b. Confidentially (kerahasiaan)
Menurut hidayat (2011; h, 182), masalah ini merupakan masalah
etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

I. Analisa Data

Analisis data Unirivat


Tujuan dari analisis data unirivat adalah utuk
menjelaskan/mendeskriptifkan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti [ CITATION Sus07 \l 1033 ]. Analisis unirivat pada penelitian ini yaitu
mendeskripsikan variable konsep diri dan komunikasi interpersonal.

J. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Agust Sept Nov Des Jan Feb Mar Apr

1. Penyusunan proposal
penelitian dan konsultasi
2. Seminar proposal

3. Pengurusan izin penelitian


4. Pengumpulan data
5. Tabulasi, analisis, dan
penyusunan laporan penelitian
6. Ujian sidang akhir

Daftar Pustaka

Ardi & Aryani. (2010). No Title.

Büyükçolpan. (2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健


康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 121–1 ,)‫ ث ققثق(ثق ثقثقثق‬,‫ثبثبثب‬.
https://www.bps.go.id/dynamictable/2018/05/18/1337/persentase-panjang-
jalan-tol-yang-beroperasi-menurut-operatornya-2014.html

ghita mutya. (2018). hubungan antara konsep diri dan komunikasi interpersonal
pada mahasiswa yang berorganisasi. 1–116.

Goleman et al., 2019. (2019). definisi konsep diri. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). konsep diri.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Hidayat, T. (2013). organisasi. 11–29. Ciri organisasj

Ii. (2017). No Title.

J, R. (2007). psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007,Hlm 99-


100 14, 1, 104.

Khasanah, T. N. (2016). Pengaruh Konsep Diri dan Komunikasi Interpersonal


terhadap Interaksi Sosial pada Siswa SMP Negeri se-Sub Rayon 1 Kota
Semarang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Khotimah, K. (2014). Korelasi Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar IPA
TERPADU Siswa Krlas VIII MTs. Riyadlotul Ulum Kunir Dempet-Demak
Tahun 2013/2014. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

Ludiwg Maximilians. (2018). self concept. E-Conversion - Proposal for a Cluster


of Excellence, 22–47.

Negeri, S. M. K., & Kalimantan, S. (2016). HUBUNGAN ANTARA


KOMUNIKASI INTERPERSONAL PRANIKAH PADA REMAJA. 4(4), 688–
701.

Pembentukan, P., Berorganisasi, K., & Mahasiswa, B. (2019).


CommunityEducation Engagement Journal. 1(1), 21–27.

S, M. N. G. & R. R. (2010). Teori-Teori Psikologi. 13,17.

Setiawati, A. (2020). Hubungan Komunikasi Interpersonal Dan Social Loafing


Pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang. 1–59.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Alfabeta.

Utomo, P. C., & Probandari, A. (2016). Hubungan Komunikasi Interpersonal


Mahasiswa Dengan Dosen Dan Antar Mahasiswa Dengan Motivasi Belajar.
Jurnal Keterapian Fisik, 1(2), 90–94. https://doi.org/10.37341/jkf.v1i2.87

Anda mungkin juga menyukai