PROPOSAL SKRIPSI
P1337420617051
POLTEKKES SEMARANG
2020
3
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
terjadi antara dua orang atau lebih yang dapat berlangsung secara tatap muka atau
dengan media dan pesan disampaikan lalu diterima secara spontan.
Selain itu dalam penelitian Miczo (Hargie, 2005, p. 2)seseorang yang
mempunyai komunikasi yang baik memiliki tingkat kepuasan dalam kaitannya
3
beradaptasi secara langsung, tidak mampu untuk menyatakan tidak, sulit membuat
permintaan
3
maaf serta kurang biasa mengekspresikan perasaan secara penuh kepada orang
lain. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Supratiknya (1995, p. 52) yang
mengatakan bahwa salah satu factor yang menjadi penghambat dalam hubungan
antar pribadi yang intim adalah kesulitan mengkomunikasikan perasaan secara
efektif.
Akibat yang timbul apabila perasaan tidak dikomunikasikan secara
konstruktif antara lain dapat menciptakan masalah dalam hubungan pribadi, dapat
menyulitkan dalam memahami dan mangatasi aneka masalah yang timbul dalam
hubungan antar pribadi, apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja akan
berpengaruh terhadap hubungan sosial mahasiswa serta dapat memengaruhi
prestasi akademik maupun non akademik mahasiswa.
Dalam prestasi akademik maupun non akademik pun, komunikasi
interpersonal sangatlah diperlukan mahasiswa. Esensi dari komunikasi
interpersonal ialah pembentukan ekspresi dan identitas bahwa seseorang yang
mempunyai komunikasi yang baik dalam kehidupannya mempunyai level yang
paling tinggi dalam mengatasi stress, dapat beradaptasi dengan lingkungannya,
dan lebih kecil kemungkinan untuk menderita depresi, kecemasan ataupun
kesepian. Dalam diri mahasiswa, tentunya harus memiliki evaluasi terhadap diri
dengan baik. Baik secara psikologis maupun fisik, dimana konsep diri ini
diperlukan bagi mahasiswa agar bisa berinteraksi sosial secara sehat. Peran
konsep diri adalah dengan bagaimana diri dalam menghadapi kuatnya pengaruh
teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Saat didalam kelas berinteraksi
dengan teman dan dosen, saat didalam organisasi dimana mahasiswa membawa
dirinya untuk bekerja sama dengan banyak orang dan banyak kemampuan
komunikasi interpersonal yang berbeda-beda. Komunikasi interpersonal dianggap
menjadi dasar interkasi dasar yang sangat penting untuk mahasiswa, dalam
memasuki jenjang kehidupan yang lebih tinggi, serta dalam kelompok komunikasi
yang lebih besar. Beberapa diantaranya yaitu komunikasi organisasi, komunikasi
public dan komunikasi massa. Untuk menuju kearah tersebut, tentunya
dibutuhkan komunikasi dasar yaitu komunikasi interpersonal yang baik. Dasar
dari semua interaksi dengan lawan bicara ialah dengan komunikasi interpersonal
diri, bagaimana seseorang bisa dengan baik membawa dirinya kedalam suatu
lingkungan baru dan beradaptasi didalamnya. Tentu saja tidak hanya dengan
kepercayaan diri saja, namun dibekali dengan dasar komunikasi untuk
menyampaikan sesuatu yang ingin diutarakan tanpa memendam ungkapan itu.
Maka dari itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana
komunikasi interpersonal pada mahasiswa yang mengikuti organisasi ini
diperlukan dengan cara melakukan survey dengan menggunakan kuesioner.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
Nama, Rancangan
No Judul Variabel Hasil
Tahun penelitian
1. Ghita Mulya Hubungan Hipotesis yang Variabel Hasil analisis data,
(2018) Antara diajukan dalam independent: menunjukkan bahwa
Konsep Diri penelitian ini terdapat hubungan
Konsep diri
Dan adalah adanya yang signifikan
hubungan positif Variabel antara konsep diri
Komunikasi
dan komunikasi
Interpersonal antara konsep diri dependent:
dan komunikasi interpersonal pada
Pada Komunikasi mahasiswa yang
interpersonal
Mahasiswa interpersonal berorganisasi.
pada mahasiswa
Yang yang Analisis korelasi
Berorganisasi berorganisasi. menunjukkan r =
Responden dalam 0,731 dengan p =
penelitian ini 0,000 (p < 0,05).
berjumlah 101
orang dengan
menggunakan
teknik korelasi
product moment
dariSpearman’s
Rho.
2. Dwi Hubungan Penelitian ini Variabel Hasil penelitian ini
Susilawati Antara menggunakan tes independent: menunjukkan ada
(2016) Komunikasi tau-b kendall. hubungan negatif
Interpersonal perilaku
antara
Terhadap seksual
Perilaku Seks pranikah komunikasi
Pranikah Pada interpersonal dengan
Remaja Variabel
perilaku seksual
dependent:
pranikah pada remaja
komunikasi
dengan = - .255 dan
interpersonal
p = 0.001, terdapat
dan ketegasan
hubungan negatif
antara sikap asertif
dengan perilaku
seksual pranikah
pada remaja dengan
= -.269 dan p =
0.000.
3
Bab II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Diri
William D. Brooks (Jalaluddin Rakhmat, 2007, p. 99) (dalam Han & goleman,
daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019) mendefinisikan konsep diri sebagai “those
physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived
from experiences and our interaction with others”. Konsep diri adalah pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita sendiri. Persepsi ini dapat bersifat psikologi, sosial, dan
fisik. Persepsi yang bersifat psikologi misalnya pandangan mengenai watak sendiri.
Persepsi yang bersifat sosial misalnya pandangan tentang bagaimana orang lain
menilai dirinya. Persepsi yang bersifat fisik misalnya pandangan tentang
penampilannya sendiri. Dalam definisi lain Hurlock (dalam M. Nur Ghufron & Rini
Risnawita S, 2010, pp. 13, 17) bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang
mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis,
sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.
(Ludiwg Maximilians, 2018) menyebutkan jenis-jenis konsep diri dibagi menjadi dua
yaitu :
c. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa
terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga
menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dalam
3
diri dan seperangkat hukum dalam pikirannya merupakan cara hidup yang
tepat.
Orang dengan konsep diri negative ditandai dengan lima hal, yaitu :
a. Peka terhadap kritik, dalam artian orang tersebut tidak tahan terhadap kritik
yang diterimanya dan mudah marah.
b. Responsive terhadap pujian. Semua hal yang menunjang harga diri menjadi
pusat perhatiannya.
d. Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain adalah musuh.
Fitts, sebagaimana dikutip oleh Agustina (dalam Goleman et al., 2019), membagi
aspek-aspek konsep diri individu menjadi dua macam dimensi besar, yaitu :
1. Diri Identitas, yaitu label ataupun symbol yang dikenakan oleh seseorang
untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Label-label ini akan
terus bertambah seiring dengan berkembang dan meluasnya kemampuan
seseorang dalam segala bidang.
2. Diri Pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan dorongan rangsangan internal maupun eksternal.
Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut tidaknya perilaku
tersebut, sekaligus akan menentukan apakah suatu perilaku akan disimbolkan
dalam diri identitas.
Dimensi Eksternal(terkait konsep diri positif dan negative), terdiri dari lima bagian,
yaitu :
1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari sudut
pandang fisik, Kesehatan penampilan luar, dan gerak motoriknya. Konsep diri
positif apabila memiliki pandangan yang positif terhadap kondisi fisiknya,
penampilannya, kesehatannya, kulitnya, tampan dan cantiknya, serta dengan
tubuh yang ideal. Dianggap konsep diri negative apabila memandang rendah
kondisi yang melekat pada fisiknya.
2, Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang menilai kemampuan yang ada
pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya. Konsep diri positif apabila
memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, optimis, mampu
mengontrol diri, dan syarat akan potensi. Dianggap konsep diri negative
apabila memandang diri sebagai individu yang tidak pernah merasakan
kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang adanya control diri,
serta potensi diri yang tidak ditumbuh kembangkan secara optimal.
3. Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi seseorang
terhadap kecenderungan sosial yang ada pada diri sendiri, berkaitan dengan
kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Dan juga
adanya perasaan mampu serta berharga dalam lingkup interaksi sosialnya.
Konsep diri positif bila merasa sebagai pribadi yang hangat, ramah, serta
memiliki minat dengan orang lain. Kemudian konsep diri negative bila merasa
acuh tak acuh, tidak memiliki empati, tidak ramah, dan kurang peduli dengan
perasaan orang lain.
4. Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran dan perasaan,
serta penilaian terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya
dengan Tuhan. Konsep diri positif bila mampu berpegang teguh pada moral
etik dalam kehidupan dikemudian hari. Sebaliknya, konsep diri negative bila
menyimpang dari nilai moral etik dan nilai agama maupun sosial yang
seharusnya.
konsep diri yang positif bila mencintai sekaligus dicintai oleh keluarganya,
merasa Bahagia ditengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga
yang dimilikinya. Dianggap negative bila merasa tidak dicintai dan
sebaliknya.
Elizabeth B. Hurlock (1978, pp. 59–60) (dalam Han & goleman, daniel;
boyatzis, Richard; Mckee, 2019) menyatakan bahwa konsep diri bersifat hierarki.
Yakni, konsep diri primer yang pertama terbentuk atas dasar pengalaman dari rumah.
Konsep diri ini dibentuk dari berbagai konsep terpisah, yang masing-masing
merupakan hasil dari pengalaman dengan anggota keluarga. Konsep diri primer
mencakup gambaran diri, baik itu fisik maupun psikologis. Dengan meningkatnya
pergaulan dengan orang diluar rumah, akan memperoleh konsep lain tentang diri
mereka. Ini membentuk konsep diri sekunder. Konsep diri ini berhubungan dengan
bagaimana melihat dirinya melalui mata orang lain. Konsep diri ini juga akan
membentuk gambaran diri.
3. Perbandingan ideal
pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan konsep diri seseorang.
1. Usia kematangan
2. Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda yang menambah daya Tarik fisik. Tiap
cacat fisik merupakan sumber yang memalukan dan mengakibatkan perasaan
rendah diri. Sebaliknya, daya Tarik fisik dapat menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
4. Hubungan keluarga
5. Teman-teman sebaya
6. Kreativitas
7. Cita-cita
2. Komunikasi Inrerpersonal
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sikap mendukung
Komunikasi yang berjalan dengan memberikan sikap dan dalam suasana yang
mendukung pula. Adapun sikap mendukung yang dimaksud ialah dengan
bersikap deskripif, spontanitas, dan provisionalisme.
4. Sikap positif
Orang yang dapat membina komunikasi interpersonal yang baik ialah dengan
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Dengan begitu ia dapat
merefleksikan perasaan positif juga kepada orang lain. Sikap positif juga
diperlihatkan dengan memberikan dorongan dengan cara menghargai
keberadaan dan pentingnya orang lain yang sedang berkomunikasi dengan
kita.
5. Kesetaraan
3
Kesetaraan ialah adanya pengakuan dua orang yang sedang berinteraksi sama-
sama bernilai dan berharga. Serta merasa bahwa keduanya punya sesuatu yang
penting untuk disumbangkan dan saling berbagi.
Pada definisi Edi Harapan dan Syarwani Ahmad (2014) (dalam Ii, 2017),
factor-faktor yang memengaruhi komunikasi interpersonal yaitu :
1. Konsep diri
Dan sebaliknya, apabila seseorang dengan konsep diri baik akan selalu
optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani gagal, percaya diri, dan berpikir
positif. Untuk itu konsep diri menjadi factor penting dalam menentukan
bagaimana seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Membuka diri
3. Percaya diri
3. Konsep Beroganisasi
a. Pengertian Organisasi
1. Motif sosial
2. Reaksi emosional
Ada beberapa yang memengaruhi minat berorganisasi yang terdiri dari factor
internal dan factor eksternal, Rahmat (2008), (dalam Büyükçolpan & Tol, 2019), yaitu
:
1. Faktor internal
Factor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri dari factor bawaan
dan factor kepribadian.
a. Faktor genetic
b. Faktor kepribadian
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan factor yang berasal dari luar diri individu.
Berbagai hal uang mendukung pengembangan minat dan bakat.
a. Lingkungan keluarga
3
b. Lingkungan sosial
d. Manfaat Organisasi
Organisasi merupakan kegiatan atau pilihan yang penting untuk diikuti oleh
mahasiswa selama studinya sehingga melengkapi hasil belajar secara utuh. Sukirman
(dalam Ardi & Aryani, 2010) (dalam Hidayat, 2013), manfaat kegiatan organisasi
kemahasiswaan adalah :
5. Menambah wawasan
B. Kerangka Teori
Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Konsep Diri
1. Usia kematangan
2. Penampilan diri
3. Nama dan julukan
4. Hubungan keluarga
5. Teman-teman sebaya
6. Kreativitas
Semakin tinggi konsep diri
7. Cita-cita
yang dimiliki mahasiswa,
maka akan semakin tinggi
pula komunikasi
Faktor-Faktor Yang interpersonalnya.
Memengaruhi
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sikap mendukung
4. Sikap positif
5. Kesetaraan
3
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh komunikasi interpersonal dalam konsep diri mahasiswa yang mengikuti
organisasi
Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi interpersonal dalam konsep diri mahasiswa yang
berorganisasi.
3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah metode yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan
penelitian yang akan memberikan arah pada jalannya penelitian berdasarkan atas tujuan dan
hipotesis penelitian (Dharma, 2011). Jenis pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Desain penelitian yang akan digunakan peneliti adalah deskriptif analitik. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran
variabel dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan dalam satu kali pengukuran pada
setiap responden tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan ukuran.
1. Populasi
Populasi dari pebelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunya kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Dharma, 2011). Populasi penelitian
ini merupakan mahasiswa Jurusan Keperawatan Semarang Angkatan 2017, Poltekkes
Kemenkes Semarang pada studi pendahuluan dilakukan pada 19 November 2020.
Jumlah populasi mahasiswa sebanyak 77 mahasiswa.
2. Sampel
N
n= 1+ Ne ²
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
Dari jumlah sampel dengan tingkat kelonggaran ketidak telitian sebesar 5%,
makan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel :
Jumlah 65
Kriteria Inklusi :
b. Mahasiswa kampus I
c. Mahasiswa semester 7
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu berupa nilai atau sifat dari objek yang
memiliki variasi tertentu yang ditetapkan peneliti sehingga memperoleh informasi yang
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini variabel bebas adalah
konsep diri sedangankan variabel terikat adalah komunikasi interpersonal.
D. Definisi Operasional
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk penelitian dan untuk
mengukur fenomena sosial dan alam (Mudjiyanto, 2016). Adapun dalam penelitian ini
menggunakan 2 kuesioner, yaitu :
Pemberian skor dalam tiap aitem bergerak dari angka 1 sampai 5. Pada aitem yang
bersifat favorable, skor tertinggi yang diberi ialah 5 untuk jawaban sangat sesuai, 4 untuk
3
jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuai, 2 untuk tidak sesuai, dan 1 untuk jawaban
sangat tidak sesuai. Sebaliknya, Pada aitem yang bersifat unfavorable, skor terendah yang
diberi ialah 1 untuk jawaban sangat sesuai, 2 untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang
sesuai, dan 4 untuk tidak sesuai, dan 5 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Semakin tinggi
skor dari jawaban yang diberi oleh subjek, maka semakin tinggi pula komunikasi
interpersonal yang dimilikinya.
Skala yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur konsep diri dibuat dari aspek-
aspek yang di kembangkan oleh Berzonsky (dalam Rahmaningsih & Martani, 2014).
Didalamnya terdapat empat jenis aspek- aspek konsep diri, yaitu diri fisik (physical self), diri
sosial (social self), diri moral (moral self), dan diri psikis (psychological self). Skala konsep
diri ini menggunakan skala pengukuran dari Andriani (2015). Jumlah aitem dalam skala ini
ialah sebanyak 18 aitem, diantaranya 12 aitem bersifat favorable dan 6 aitem bersifat
unfavorable. Skala konsep diri memiliki koefisien reliabilitas cronbach alpha skala sebesar
0.899. Pada penelitian ini subjek akan diminta untuk mengisi pernyataan yang telah tertulis
sebelumnya oleh peneliti, kemudian subjek memilih dari lima pilihan yang telah disiapkan,
diantaranya ialah sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai, dan sangat amat
sesuai. Pemberian skor dalam tiap aitem bergerak dari angka 1 sampai 5.
Pada aitem favorable skor tertinggi yang diberi ialah 5 untuk jawaban sangat sesuai, 4
untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban kurang sesuai, 2 untuk jawaban tidak sesuai, dan 1
untuk jawaban sangat tidak sesuai. Sebaliknya pada aitem unfavorable, skor tertinggi yang
diberi ialah 5 untuk jawaban sangat tidak sesuai, 4 untuk jawaban tidak sesuai, 3 untuk
jawaban kurang sesuai, 2 untuk jawaban sesuai, dan 1 untuk jawaban sangat sesuai. Semakin
tinggi skor dari jawaban yang diberi oleh subjek, maka semakin tinggi pula tingkat konsep
dirinya. Sebaliknya, Semakin rendah skor dari jawaban yang diberi oleh subjek, maka
semakin rendah pula tingkat konsep dirinya.
1. Uji Validitas
Pada penelitian ini menggunakan instrument penelitian yaitu konsep diri dan
komunikasi interpersonal yang mengadopsi pada peneliti sebelumnya, sehingga
3
peneliti tidak melakukan uji validasi lagi terhadap instrument penelitian yang akan
digunakan. Validitas isi dari Azwar (2001) ialah validitas yang diestimasi pada
pengujian isi tes melalui analisis rasional. Adapun koefisien validitas yang di tetapkan
oleh peneliti pada penelitian ini ialah sebesar >2,25. Pengujian validitas dalam
penelitian ini menggunakan SPSS 22 for windows.
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah tingkat konsisten dari suatu pengukuran. Reabilitas menunjukkan
apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan
kembali secara berulang. Reabilitas juga diartikan sebagai suatu pengukuran yang
konsisten (Dharma, 2011). Pada penelitia ini instrument mengadop dari peneliti
sebelumnya. Hasil uji reabilitas yang sudah dilakukan yaitu:
Reabilitas nantinya akan dinyatakan oleh koefisien reabilitas apabila angkanya berada
pada rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reabilitas
yaitu mendekati angka 1,00, berate semakin tinggi pula reabilitas alat ukur tersebut
(Azwar, 2012). Adapun reabilitas yang ditetapkan oleh peneliti ialah sebesar 0,7.
Pengujian reabilitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 22 for windows.
Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam pengumpulan data
penelitian. Peneliti menggunakan cara pengumpulan data kuesioner yang merupakan cara
pengumpulan data melalui angket dengan beberapa pertanyaan kepada responden [ CITATION
AAz17 \l 1033 ].
Pedoman yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner
checklist.
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan
persiapan dan tahap pelaksanaan (Saldanha, 2017) :
1. Survey literatur
2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah apa yang akan dibahas dalam penelitian yang berkaitan dengan
informasi yang telah didapat
3. Studi pustaka
4. Hipotesis
7. Observasi
Melakukan pencarian data dan perijinan kepada pihak yang mengisi kuesioner
8. Mengumpulkan data
9. Pengolahan data
Terdiri dari memberi kode variabel, tabulasi, menghuting dengan SPSS dan dilakukan
tabulasi yang kedua
Menganalisa data hasil dari penelitian dan teori yang sudah tertera.
Kesimpulan akan diambil berdasarkan analisa data dan telah melalui pemeriksaan
apakah sudah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
H. Etika Penelitian
I. Analisa Data
J. Jadwal Penelitian
1. Penyusunan proposal
penelitian dan konsultasi
2. Seminar proposal