Anda di halaman 1dari 51

PERAN PERUM BULOG DALAM DISTRIBUSI DAN STABILISASI BERAS

(Studi Kasus Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar)

MUH NUR SUBHAN


14.012.014.030

HALAMAN SAMPUL

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2018
PERAN PERUM BULOG DALAM DISTRIBUSI DAN STABILISASI BERAS
(Studi Kasus Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar)

OLEH :

MUH NUR SUBHAN

14.012.014.030

HALAMAN JUDUL

Hasil Penelitian
Sebagai Salah SatuSyarat
Untuk Memperolah Gelar Sarjana Pertanian

Pada

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2018

II
SKRIPSI
PERAN PERUM BULOG DALAM STABILISASI DAN DISTRIBUSI BERAS
(Studi Kasus Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar)

Yang Disusun dan Diajukan Oleh :

MUH. NUR SUBHAN


14.012.014.030
HALAMAN PENGESAHAN

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H. Amal Said,M.Si Dr.Syamsul Rahman S.TP.,M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

III
ABSTRAK
Muh. Nur Subhan, 14 012 014 030. Peran Perum Bulog dalam Distribusi
dan Stabilisasi Beras ( Studi Kasus Perum Bulog Sub Divisi Regional
Makassar), di bawah bimbingan Amal Said, dan Syamsul Rahman.
Perum Bulog sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) memegang peranan penting dalam mengelola stabilitas
ketahanan komoditas pangan strategis di indonesia, khususnya komoditas
beras. Untuk mengetahui bagaimana Perum Bulog Sub Divisi Regional
Makassar dalam mengatur alur distribusi beras dan untuk mengetahui
Peran Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar dalam menjaga
Stabilisasi Beras. Analisis kualitatif deskriptif yaitu menjabarkan variabel-
variabel yang ada dalam penelitian yakni variabel distribusi dan stabilisasi.
Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar bertanggung jawab penuh
dalam mendistribusikan beras sejahterah (RASTRA) dilima kabupaten
kota yaitu ; Makassar, Pangkep, Maros, Gowa dan Takalar. Perum Bulog
Sub Divisi Regional Makassar dalam hal menjaga stabilitas komoditi beras
baik itu dalam hal menyerap suplai dari petani ataupun mitra serta
menjaga stabilitas harga komoditi beras tetap berada dibawah Harga
Eceran Tertinggi (HET) dan tetap selalu memperhatikan Harga Dasar
Pembelian Pemerintah (HDPP).

IV
KATA PENGANTAR
‫ٱلر ۡح َٰم ِن ه‬
‫ٱلر ِح ِيم‬ ِ ‫بِ ۡس ِم ه‬
‫ٱَّلل ه‬

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Pertama marilah kita sampaikan rasa puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang tak henti – hentinya telah
memberikan hidayah dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan hasil penelitian ini. Dan tak lupa kita sanjungkan salawat
serta salam kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawah kita keluar dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang saat ini. semoga diberkati Allah dan diberikan
pengampunan atas segala kehilapannya, Amin.
Hasil penelitian ini berjudul “PERAN PERUM BULOG DALAM
STABILISASI DAN DISTRIBUSI BERAS (Studi Kasus Perum Bulog
Sub Divisi Regional Makassar)” diajukan guna memperoleh gelar
Sarjana Agribisnis pada Jurusan PertanianUniversitas Islam Makassar.
Dalam penyusunan hasil penelitian ini, mulai dari pemilihan judul,
pengumpulan data dan pengolahan data, penulis mengalami hambatan.
Namun berkat rahmat Allah SWT, bantuan, bimbingan dan arahan dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran serta petunjuk yang sangat berharga
dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan walau dalam bentuk yang sederhana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan moril maupun material sehingga hasil penelitian ini dapat
selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Rektor Universitas Islam Makassar Ibunda Dr. Ir. Hj. Majdah M. Zain,
M. Si. beserta para wakilnya.
2. Bapak Dr. Ir. La Sumange, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Dosen dan Staf Pertanian Universitas Islam Makassar.

V
3. Ibunda Dr. Ir. Andi Kasirang T.Baso,M.Si. Selaku Ketua Program
Studi Agribisnis.
4. Bapak Dr. Ir. H. Amal Said, M.Si Selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan memberikan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
5. Bapak Dr. Syamsul Rahman, S.TP.,M.Si Selaku Pembimbing II yang
telah memberikan arahan serta masukan dan saran dalam
menyelesaikan hasil penelitian ini.
6. Kedua Orang Tua saya, bapak dan ibu saya yang tak henti-hentinya
memberikan do’a serta restu dalam penyusunan hasil penelitian ini,
dan tak banyak kata yang dapat saya tuangkan untuk mengucapkan
rasa terimah kasih saya yang begitu sangat luar biasanya kecuali
hanya berbakti kepada beliau.
7. Saudara-saudari saya, yakni kakak-kakak dan adik saya selalu
memberikan motivasi yang begitu besar dalam penyusunan hasil
penelitian ini, sehingga saya dapat melaksanakan ujian akhir ini.
8. Teman-teman saya diagribisnis, Muhammad Bisma, Chaerul
Hendrawan, Asrul Asnam, Muh. Albar, Sultan, Taufik, Muh. Ridwan,
Al-Ihsan, Hasmita Ismail, Kastiana, Marwati Jupri, Nurul sahra dan
masih banyak lagi yang tak dapat saya sebutkan, yang telah sedikit
banyak membantu saya dalam penyusunan hasil penelitian ini baik
itu dalam bentuk materi maupun dalam hal berdiskusi serta motivasi
yang sangat besar yang diberikan kepada saya untuk dapat
menyelesaikan hasil penelitian ini dan melaksanakan ujian akhir.
9. Teman-teman saudara tak serahim saya, seangkatan 2014 terutama
kepada Ardiansyah Syafaat, Nurlinda Safitri, Nurul Fajriana dan
masih banyak lagi yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, saya
ucapkan terima kasih atas segala dorongan serta masukan selama
dalam proses penyusunan hasil penelitian saya sehingga dapat
terselesaikan.

VI
10. Tak lupa saya juga mengucapkan kepada Kepala Perum Bulog Sub
Divisi Regional Makassar beserta para jajarannya, Atas berkat izin
yang diberikan kepada penulis untuk dapat melakukan melakukan
wawancara kepada kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional
Makassar sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.
11. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada kertas-kertas yang
begitu ikhlasnya menerima coretan tinta pulpen yang telah banyak
membenarkan hasil penelitian ini, atas berkat ketelitian dan
keindahan goresan yang ditinggalkan tinta pulpen dalam tiap lembar
kertas kesalahan yang saya tulis untuk dapat diperbaiki selama
dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat tersusun
dengan baik dan indah.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
aspek teknis penulisan maupun substansi, karena keterbatasan dan
kendala yang dihadapi. Oleh karen itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat
menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Amin.
Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini memberi
manfaat kepada berbagai pihak, khususnya dalamilmu pengetahuan
Amin.

Wallahul Muawwaffiq Ilaa Aqwamith Tharieq


Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 4 September 2018

Penulis,

VII
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... II

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... III

ABSTRAK ................................................................................................. IV

DAFTAR ISI ............................................................................................ VIII

DAFTAR TABEL ........................................................................................ X

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... XI

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... XII

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

A. Profil Bulog dan Sejarah ............................................................... 4

B. Komoditi Beras ............................................................................. 8

C. Pengertian Persediaan ................................................................. 9

D. Distribusi Beras ........................................................................... 11

E. Stabilisasi dan ketahanan pangan .............................................. 12

F. Harga Acuan Pembelian di Petani dan Penjualan di Konsumen 15

G. Kerangka Pikir ............................................................................ 16

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 18

A. Tempat dan Waktu ..................................................................... 18

B. Populasi dan Sampel .................................................................. 18

C. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 18

VIII
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 19

E. Analisis Data ............................................................................... 19

F. Konsep Operasional ................................................................... 20

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ................................... 21

A. Profil Organisasi Subdivisi Regional Makassar Tipe B ............... 21

B. Tugas dan wewenang ................................................................. 21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 25

A. Distribusi ..................................................................................... 25

B. Stabilisasi.................................................................................... 27

C. Jenis Beras ................................................................................. 31

D. Perawatan beras ......................................................................... 32

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 34

A. Kesimpulan ................................................................................. 34

B. Saran .......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36

LAMPIRAN............................................................................................... 39

IX
DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1 Harga Acuan Pembelian dan Penjualan Beras Di Petani 16


& Konsumen
2 Distribusi Rastra oleh Perum Bulog Subdivisi Regional 27
Makassar

3 Daftar Harga Eceran Tertinggi (HET) beras berdasarkan 28


kategori dan zonasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan
(Permendag) No.57/2017

X
DAFTAR GAMBAR

No Uraian Halaman

1 Skema Kerangka Pikir Penelitian 17

2 Struktur organisasi Subdivisi Regional 22


Makassar Tipe B
3 Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras 28

XI
DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Halaman

1 Dokumentasi 38

XII
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dipandang dari aspek ekonomi, tenaga kerja,
lingkungan hidup, sosial, budaya dan politik. Masalah beras bukan hal
yang sederhana dan sangat sensitif sehingga penanganannya harus
dilakukan secara hati-hati. Kesalahan yang dilakukan dalam
kebijaksanaan perberasan akan be
rdampak tidak saja pada kondisi perberasan nasional tetapi juga
pada berbagai bidang lain yang terkait.
Oleh sebab itu dalam sejarah perberasan di Indonesia tidak pernah
lepas dari peranan pemerintah yang secara sengaja turut serta dalam
mengatur ekonomi perberasan nasional. Peranan beras yang sangat
khusus merupakan salah satu alasan penting campur tangan pemerintah
terhadap perberasan masih dilakukan. Kadar campur tangan pemerintah
dapat berubah setiap saat karena perubahan peranan unsur-unsur di atas.
Namun melepaskan sama sekali campur tangan pemerintah dalam
perberasan nasional belum pernah dilakukan karena resikonya sangat
besar. Campur tangan pemerintah dalam ekonomi perberasan antara lain
dilakukan melalui lembaga pangan yang bertugas melaksanakan
kebijakan pemerintah dibidang perberasan baik yang menyangkut aspek
pra produksi, proses produksi, serta pasca produksi. Salah satu lembaga
pangan yang diberi tugas pemerintah untuk menangani masalah pasca
produksi, khususnya dalam bidang harga, pemasaran dan distribusi
adalah Badan Urusan Logistik (Bulog).
Perum Bulog sebagai salah satu perusahaan BUMN memegang
peranan penting dalam mengelola stabilitas ketahanan komoditas pangan
strategis di indonesia, khususnya komoditas beras. Komoditas pangan
strategis adalah berbagai jenis komoditas atau produk yang dibutuhkan
seluruh kalangan masyarakat di Indonesia yang dianggap penting oleh
Pemerintah Indonesia. Sehingga stabilitas keberadaannya serta
pendistribusiannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia.
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog
adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga
beras. Bulog dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan keputusan
Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967. Sejak tahun 2003, status Bulog
menjadi BUMN.
Fungsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 40, bulog menyelenggarakan fungsi :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
manajemen logistik, pengadaan, pengelolaan persedian, dan
distribusi beras, serta pengendalian harga beras.
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Bulog.
3. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah
dibidang manajemen logistik pengadaan, pengelolaan persediaan,
dan distribusi beras serta pengendalian harga beras.
Kebutuhan akan sandang pangan khususnya beras merupakan
bagian terpenting di dalam kehidupan, untuk hal itu manusia berusaha
agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Namun untuk mendapatkan hal
tersebut manusia harus bersusah payah mendapatkan penghasilan.
Masyarakat di Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok
mereka, nasi merupakan olahan beras yaitu makanan pokok yang sudah
menjadi kebutuhan primer sehari-hari. Perum Bulog adalah BUMN
perusahaan pengelola penjualan beras yang memasok beras setiap
harinya sesuai dengan permintaan pasar.
Stabilisasi menurut kamus besar bahasa indonesia kata stabilisasi
berasal dari kata stabil yaitu tetap maka Stabilisasi yaitu usaha atau upaya
untuk menjaga dan memelihara agar tetap stabil, Kemudian Pangan
khususnya beras itu sendiri Menurut undang-undang RI nomor 18 tahun

2
2012 ialah Kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia.
Jadi Kebijakan Stabilisasi Pangan khususnya beras ialah menjaga
dan memelihara keadaan dimana suatu negara sudah mandiri atas
pangan dan leluasa untuk menentukan kebijakan pangannya sendiri, hak-
hak rakyatnya juga sudah terpenuhi dengan kualitas yang baik dan layak
agar tetap stabil.
Distribusi atau penyaluran pangan khususnya beras adalah suatu
pengaturan atau tindakan khusus dalam rangka mengarahkan pola
distribusi kepada konsumen. Untuk stabilisasi ketersediaan beras dan
harga beras dipasaran, maka perum Bulogmenyalurkan/mendistribusikan
beras persediaannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil sebuah topik “
Peran Perum BULOG dalam Stabilisasi dan Distribusi Beras (Studi Kasus
pada Sub Divisi Regional Makassar).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar dalam
mengatur pola distribusi Beras ?
2. Bagaimana Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar dalam
menjaga Stabilisasi Beras ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Perum Bulog Sub Divisi Regional
Makassar dalam mengatur alur distribusi beras.
2. Untuk mengetahui Peran Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar
dalam menjaga Stabilisasi Beras.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Bulog dan Sejarah


Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak
dibidang logistik pangan, survei dan pemberantasan hama. Penyediaan
karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha
eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengembang tugas publik dari
pemerintah, bulog tetap melakukan kegiatan menjaga harga pokok,
menyalurkan beras dan mengelolah stok pangan.
Bulog dimulai pada saat dibentuknya Bulog pada tanggal 10 Mei
1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet No. 114/U/Kep/5/1967,
tentang dengan tujuan pokok untuk mengamankan penyediaan pangan
dalam rangka menegakkan eksistensi pemerintah baru.Bulog Menurut
Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 2003 tentang pendirian Perum Bulog
adalah perusahaan umum Bulog yang selanjutnya disebut perusahaan
adalah badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam undang-
28undang nomor 9 tahun 1969, dimana seluruh modalnya dimiliki negara
berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas sistem.
Jika telusuri, sejarah Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga
pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai
pemerintahan sekarang ini.
Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk
menyediakan pangan bagi masyarakat pada harga yang terjangkau
diseluruh daerah serta mengendalikan harga pangan di tingkat produsen
dan konsumen. Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah
sesuai kondisi yang berkembang.
Stabilisasi harga bahan pangan terutama yang dikelola BULOG
masih tetap menjadi tugas utama di era 1980-an. Orientasi bufferstock
bahkan ditunjang dengan dibangunnya gudang-gudang yang tersebar di
wilayah Indonesia. Struktur organisasi BULOG diubah sesuai Keppres No.
39/1978 tanggal 6 Nopember 1978 dengan tugas membantu persediaan
dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan petani maupun
konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.Penyempurnaan
organisasi terus dilakukan.
Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres No.
29/2000 tanggal 26 Februari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui
pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha
jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000
keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya melaksanakan
tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akhirnya, Keppres No.
103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi
BULOG.
Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen
logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan
kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden. Selama lebih dari 30 tahun
Bulog telah melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani
bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka memperkuat
ketahanan pangan nasional.
Manajemen Bulog tidak banyak berubah dari waktu ke waktu,
meskipun ada perbedaan tugas dan fungsi dalam berbagai periode.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum Bulog
adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978. Namun, sejak krisis ekonomi
yang melanda Indonesia pada tahun 1997 timbul tekanan yang sangat
kuat agar peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua
kepentingan nasional termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya
kepada mekanisme pasar.

5
Tekanan tersebut terutama muncul dari negara-negara maju pemberi
pinjaman khususnya AS dan lembaga keuangan internasional seperti IMF
dan World Bank. Konsekuensi logis yang harus diterima dari tekanan
tersebut adalah Bulog harus berubah secara total. Dorongan untuk
melakukan perubahan datangnya \tidak hanya dari luar negeri, namun
juga dari dalam negeri. Pertama , perubahan 33 kebijakan pangan
pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi Bulog sehingga hanya
diperbolehkan menangani komoditas beras, penghapusan monopoli impor
seperti yang tertuang dalam beberapa Keppres dan SK Menperindag
sejak tahun 1998.
Keppres RI terakhir tentang Bulog, yakni Keppres RI No. 103 tahun
2001 menegaskan bahwa Bulog harus beralih status menjadi BUMN
selambat-lambatnya Mei 2003. Kedua , berlakunya beberapa UU baru,
khususnya UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli, dan
UU No. 22 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah yang membatasi
kewenangan Pemerintah Pusat dan dihapusnya instansi vertikal. Ketiga ,
masyarakat luas menghendaki agar Bulog terbebas dari unsur-unsur yang
bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas dari KKN dan bebas dari
pengaruh partai politik tertentu, sehingga Bulog mampu menjadi lembaga
yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik
secara memuaskan.
Keempat, perubahan ekonomi global yang mengarah pada
liberalisasi pasar, khususnya dengan adanya WTO yang mengharuskan
penghapusan non-tariff barrier seperti monopoli menjadi tariff barrier serta
pembukaan pasar dalam negeri. Dalam LoI yang ditandatangani oleh
pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1998, secara khusus
ditekankan perlunya perubahan status hukum Bulog agar menjadi
lembaga yang lebih efisien, transparan dan akuntabel. Sehubungan
dengan adanya tuntutan untuk melakukan perubahan, Bulog telah
melakukan berbagai kajian-kajian baik oleh intern Bulog maupun pihak
ekstern.

6
Pertama, tim intern Bulog pada tahun 1998 telah mengkaji ulang
peran Bulog sekarang dan perubahan lembaganya di masa mendatang.
Hal ini 34 dilanjutkan dengan kegiatan sarasehan pada bulan Januari
2000 yang melibatkan Bulog dan Dolog selindo dalam rangka menetapkan
arahan untuk penyesuaian tugas dan fungsi yang kemudian disebut
sebagai "Paradigma Baru Bulog".
Kedua, kajian ahli dari Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1999
yang menganalisa berbagai bentuk badan hukum yang dapat dipilih oleh
Bulog, yakni LPND seperti sekarang, atau berubah menjadi Persero,
Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Perjan atau Perum. Hasil kajian
tersebut menyarankan agar Bulog memilih Perum sebagai bentuk badan
hukum untuk menjalankan dua fungsi bersamaan, yaitu fungsi publik dan
komersial.
Ketiga, kajian auditor internasional Arthur Andersen pada tahun 1999
yang telah mengaudit tingkat efisiensi operasional Bulog. Secara khusus,
Bulog disarankan agar menyempurnakan struktur organisasi, dan
memperbaiki kebijakan internal, sistim, proses dan pengawasan sehingga
dapat memperbaiki efisiensi dan memperkecil terjadinya KKN di masa
mendatang.
Keempat, kajian bersama dengan Bernas Malaysia pada tahun 2000
untuk melihat berbagai perubahan yang dilakukan oleh Malaysia dan
merancang kemungkinan penerapannya di Indonesia.
Kelima, kajian konsultan internasional Price Waterhouse Coopers
(PWC) pada tahun 2001 yang telah menyusun perencanaan korporasi
termasuk perumusan visi dan misi serta strategi Bulog, menganalisa core
business dan tahapan transformasi lembaga Bulog untuk berubah menjadi
lembaga Perum.
Keenam, dukungan politik yang cukup kuat dari anggota DPR RI,
khususnya Komisi III dalam berbagai hearing antara Bulog dengan Komisi
III DPR RI selama periode 2000-2002.

7
B. Komoditi Beras
Menurut Nursiyono (2014) konsumsi beras masyarakat Indonesia
yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika tidak mengimpor,
maka akan terjadi kenaikan harga beras dalam negeri yang tinggi karena
jumlah permintaan lebih tinggi dari jumlah persediaan beras dalam negeri.
Di lain pihak, impor akan menghancurkan harga beras di tingkat petani
karena harga mereka berpotensi dipermainkan oleh para tengkulak.
Nurjayanti (2011) menyatakan bahwa, dalam pengertian sehari-hari
yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang
dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Nurjayanti (2011)
menjelaskan bahwa pola konsumsi masyarakat pada masing-masing
daerah berbeda-beda, tergantung dari potensi daerah dan struktur budaya
masyarakat. Pola konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh
padi-padian, khususnya beras yang diindikasikan oleh tingginya starchy
staple ratio. Nurjayanti (2011) mencatat bahwa beras merupakan
komoditas yang penting karena merupakan kebutuhan pangan pokok
yang setiap saat harus dapat dipenuhi.
Bustaman (2003) melakukan analisis mengenai integrasi pasar beras
di Indonesia. Bustaman (2003) mengungkapkan bahwa pasar beras antar
propinsi di Indonesia saling terintegrasi satu sama lain, artinya perubahan
yang terjadi pada suatu pasar propinsi tertentu akan ditrasnmisikan ke
pasar beras di propinsi lainnya. Dalam penelitian tersebut juga
diungkapkan bahwa kinerja pemasaran komoditi beras domestik secara
keseluruhan efisien.
Selain menganalisis integrasi pasar secara horizontal, Bustaman
(2003) juga melakukan analisis integrasi pasar secara vertikal pada
masing- masing pasar beras tersebut. Hasilnya adalah bahwa dalam
jangka panjang, pasar produsen dan pasar konsumen seluruhnya
terintegrasi dengan baik sedangkan dalam jangka pendek hanya pasar

8
beras di propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat serta
Provinsi Sulawesi Selatan yang tidak terintegrasi dengan baik.
Dalam penelitian tersebut, Bustaman (2003) menemukan bahwa
besaran transmisi perubahan harga di produsen terhadap harga
konsumen lebih tinggi dibandingkan sebaliknya. Petani cenderung kurang
memiliki informasi sehingga posisi tawar petani rendah.
Bustaman (2003) juga menganalisis mengenai integrasi pasar beras
domestik terhadap pasar beras internasional. Dia mengungkapkan bahwa
setelah tahun 1998, pasar beras domestik terintegrasi dengan pasar beras
internasional.
Menurut Simbolon (2005) yang menganalisis integrasi pasar
domestik beras dengan pasar beras dunia dan adanya pengaruh tarif
impor, tarif impor akan meningkatkan harga beras domestik, tetapi
peningkatan harga tersebut tidak mampu menurunkan volume impor
beras yang masuk ke Indonesia. Tidak adanya tarif impor akan
berpengaruh terhadap pembentukan harga beras dimana hal tersebut
akan menurunkan harga beras domestik.

C. Pengertian Persediaan
Setiap Perusahaan memerlukan persediaan untuk keperluan
kegiatan perusahaan. Berikut ini terdapat beberapa pengertian persediaan
yaitu:
1. Pengertian persediaan (inventory), menurut Yustianti, Haming &
Nurjanamuddin (2007), adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu
diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi,
meliputi barang baku (raw material), produk jadi (finish product),
komponen rakitan (component), bahan pembantu (substance
material), dan barang sedang dalam proses pengerjaan (working in
process inventory);
2. Pengawasan dan pemeliharaan persediaan adalah masalah biasa
dalam semua organisasi di setiap sektor ekonomi.

9
Masalah persediaan tidak hanya terbatas pada perusahaan pencari
keuntungan saja tetapi juga dialami oleh organisasi sosial maupun
perusahaan non profit oriented (Yamit, 2005). Persediaan adalah
sejumlah sember daya yang diperlukan oleh perusahaan baik barang
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi yang siap digunakan
oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar yang disimpan dan
dirawat oleh perusahaan sebelum barang sampai kepada konsumen.
Perusahaan kadang memiliki kesediaan bahan baku dalam jumlah
yang melebihi kebutuhan, mengakibatkan di gudang terjadi penumpukkan
bahan baku. Persediaan bahan baku yang terlalu kecil menghambat
operasional perusahaan berupa tidak tersedian barang pada saat
dibutuhkan.
Jumlah bahan baku yang kurang dan berlebihan tersebut, berakibat
sering terjadi over stock dan slow moving stock,sehingga perusahaan
memerlukan suatu sistem perencanaan dan pengendalian persediaan
yang efektif agar mampu memenuhi semua permintaan konsumen (Alicia,
2011).
Menurut Martani (2012, h.245) Persediaaan merupakan salah satu
aset yang penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritelmanufaktur,
jasa, maupun entitas lainnya. Sedangkan menurut Harjanto (2008, h.237)
dalam bukunya menyatakan sistem pengendalian persediaan dapat
didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pemesanan
untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan yang
harus diadakan.
Menurut Gitosudarmo dan Basri (1999), persedian merupakan
bagian utama dari modal kerja aktivita yang setiap saat dapat mengalami
perubahan. Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan produk sampai kekonsumen atau berbagai
aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan
konsumen. Saluran distribusi penting, karena barang yang telah dibuat

10
dan harganya sangat sudah ditetapkan masih menghadapi masalah, yakni
harus disampaikan kepada konsumen (Fuad dkk. 2006).

D. Distribusi Beras
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam
telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam
bidang ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan
keadilan dalam pendistribusian harta, baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun individu. Dalam 13 perekonomian modern saat ini,
distribusi merupakan sektor yang terpenting dalam aktifitas perekonomian,
baik distribusi pendapatan maupun distribusi kekayaan melalui kegiatan-
kegiatanekonomi maupun kegiatan sosial (Idris, 2015:127).
Menurut Alma (2007) Distribusi merupakan sekumpulan lembaga
yang saling terhubung antara satu dengan lainnya untuk melakukan
kegiatan penyaluran barang atau jasa sehingga tersedia untuk
dipergunakan oleh para konsumen (pembeli). Sedangkan menurut
Tjiptono (2008) Distribusi merupakan suatu proses kegiatan pemasaran
yang bertujuan untuk kegiatan penyaluran barang atau jasa dari pihak
produsen ke pihak konsumen.
Menurut Daniel (2001) Distribusi merupakan suatu kegiatan dari
sebuah organisasi yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan
penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.Masih banyak
sekali pengertian tentang distribusi ini yang di buat oleh para ahli, namun
disini penulis hanya mencantumkan beberapa pendapat tentang distribusi
oleh para ahlinya dan dari semua pengertian distribusi tersebut diatas
dapat di ambil suatu kesimpulan tentang distribusi yang hampir mirip yang
diutaran oleh semua para ahli yaitu “distribusi merupakan suatu kegiatan
atau suatu proses penyaluran barang dari satu atau kumpulan organisasi
produsen kepada konsumen”.

11
E. Stabilisasi dan ketahanan pangan
Tani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber
pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian. Selain itu, beras
juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis sehingga produksi
beras dalam negeri menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi
Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan
pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi
dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan (terutama beras) dengan
harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan
pembangunan pertanian. Kekurangan pangan bias menyebabkan
kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan
stabilitas nasional. (Suryana, 2002)
Machmud (2005) menjelaskan bahwa harga beras memiliki keunikan
dalam proses penentuannya sehingga perlu kehati-hatian dalam
menentukan harganya. Keunikan tersebut antara lain beras sebagai
makanan pokok masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan
petani perlu adanya kenaikan harga beras, namun jika harga beras tinggi
penduduk miskin akan meningkat.
Keunikan yang lain meskipun pemerintah telah menaikkan harga
dasar penjualan padi tetap saja petani akan miskin. Kajian lain yang
dilakukan Bank Dunia (2004) menyimpulkan bahwa kenaikan harga beras
hingga 33% telah menyebabkan kenaikan angka kemiskinan sebanyak
3,1 juta orang. Kesimpulan ini berarti setiap kali ada 3 kenaikan harga
beras akan terjadi pertambahan penduduk miskin. Sebaliknya, penurunan
harga beras akan menurunkan angka kemiskinan, tetapi akan
meningkatkan kemiskinan pada kelompok pertanian.
Kajian lain yang dikeluarkan Ketua Divisi Ilmu Sosial International
Rice Reserach Institute (IRRI), Mahbub Hosain (2006), menyimpulkan
bahwa petani dan para pekerja lainnya di usaha pertanian kususnya padi
akan terdorong untuk berusaha lebih giat ketika harga beras membaik
sehingga proteksi pasar domestik akan memberikan jaminan perbaikan

12
pada harga beras. Akibatnya, ekonomi desa akan bergerak begitu harga
komoditas di desa mengalami perbaikan. Hosain mencontohkan, usaha
tani padi di China mulai kurang menarik setelah harga beras selalu
rendah.
Sihono (2007) menyimpulkan dalam penelitiannya tentang
Deferensiasi Harga Beras di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi,
menyebutkan bahwa persediaan beras di tingkat pengepul (penebas)
sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah, sedangkan
musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika
musim kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim
penghujan. Namun, faktor yang paling berpengaruh terhadap harga beras
adalah kebijakan impor beras oleh pemerintah. Dengan melihat fenomena
yang terjadi di atas, maka penentuan harga beras di Indonesia harus hati-
hati sehingga dalam mengamati dampak kebijakan penentuan harga
beras harus melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Akan makin jernih permasalahan tentang harga beras jika kita
menangkap keluhan dari masyarakat dengan kita bertemu langsung
dengan mereka. Untuk menjaga ketersediaan beras di Indonesia, perlu
ditingkatkan peran dari masyarakat dan pemerintah daerah guna menjaga
ketersediaan beras di tingkat nasional. Salah satu cara untuk
meningkatkan peran masyarakat guna menjaga ketersediaan beras pada
tingkat daerah dan pedesaan adalah dengan tetap menanam padi dan
meningkatkan hasil produksinya. Sedangkan peran pemerintah adalah
menjaga ketersediaan bahan-bahan pendukung guna melakukan produksi
beras. Ketersediaan beras akan mempengaruhi harga beras, selain itu
harga beras juga dipengaruhi oleh harga barang lain serta kebijakan dari
pemerintah (Agus, 2006).
1. Harga gabah/beras ditentukan oleh adanya permintaan dan
penawaran, namyn harga ini tidak mencerminkan harga yang
sesungguhnya. Petani tidak dapat memaksimalkan keuntungan dari
produksi padinya karena tergantung siklus alam. Permintaan

13
cenderung tinggi apabila kondisi alam mendukung untuk itu. Pada
saat penawaran tinggi,sedangkan penawaran sedangkan permintaan
tetap maka harga akan mengalami penurunan. Harga seringkali lebih
banyak ditentukan oleh pedagang, dan petani tidak mempunyai daya
tawar. Apabila pemerintah tidak melakukan kebijakan publik, maka
kesejahteraan petani sebagai produsen tidakakan terjamin.
2. Kebijakan publik diperlukan untuk mengatasi harga gabah/beras
akibat terjadinya kegagalan pasar. Kebijakan harga gabah/beras di
tingkat produsen relevan untuk dilakukan pemerintah, karena:
3. Beras memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan
sosial yang tinggi.
4. Tingkat harga yang terjadi di pasar tidak menggambarkan efisiensi.
Informasi harga tidak dapat segera direspon oleh petani karena padi
hanya dapat diproduksi bila sesuai dengan iklim, musim serta jenis
tanah.
5. Komsumsi penduduk indonesia sebagian besar adalah beras, namun
padi hanya dapat diproduksi di wilayah-wilayah tertentu.
6. Padi diproduksi oleh petani yang rata-rata hanya mempunyai
kepemilikan lahan yang kurang dari 0,5 ha.
7. Ketahan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari:
- Tersediannyapangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun
mutunya;
- Amanbebas dari pencemaran;
- Merata, tersedia setiap saat dan merata di seluruh indonesia;
- terjangkau, mudah diperoleh dengan harga terjangkau (Badan
Bimas Ketahanan Pangan,2004;4).
Hermanto (2002 dalam Rahman dkk, 2005:76) menunjuk bahwa
gejolak harga pangan (beras) berdampak negatif terhadap daya beli
konsumen dan menghambat rumah tangga untuk akses terhadap pangan
yang dibutuhkan. Turunnya harga gabah juga berdampak pada

14
pendapatan petani, yang berarti pula penurunan daya beli petani. Dengan
demikian ketidakstabilan harga berdampak terhadap daya beli dan akses
terhadap pangan pada petani (khususnya petani net-consumen). Oleh
karena itu kebijakan stabilisasi harga gabah/beras merupakan salah satu
faktor penentu tercapainya ketahanan pangan.
Mubyarto (2002, dalam Sawit, M.H., et al.) menyatakan: Kebijakan
harga beras di indonesia selalu beriorentasi kepada konsumen yang
bertujan menjamin persediaan beras cukup dengan harga rendah yang
terbelih oleh konsumen . untuk menjamin ketersediaan dan menjaga
stabilisasi harga di pasar.
Terdapat terdapat dua kebijakan harga yaitu:
1. kebijakan harga dasar dan;
2. Kebijakan tertinggi kebijakan harga pasar dasar pada umumnya
sebagai bentuk jaminan harga yang akan diterima petani padi pada
saat panen dengan harga dasar gabah (HDG). Untuk menjamin
harga dasar yang efektif, pada saat panenpemerintah melalui bulog
melakukan operasi pembelian gabah petani, terutama apabila harga
gabah di tingkat petani terekan dibawah harga gabah petani.
Persediaan dan distribusi pangan sebagai salah satu aspek yang
mencerminkan ketersedian atau produksi pangan sekaligus
permintaan atau komsumsi pangan.

F. Harga Acuan Pembelian di Petani dan Penjualan di Konsumen


Harga Acuan Pembelian di Petani adalah harga pembelian di tingkat
petani yang ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan struktur
biaya yang wajar mencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi,
keuntungan, dan/atau biaya lain.
Harga Acuan Penjualan di Konsumen adalah harga penjualan di
tingkat konsumen yang ditetapkan oleh Menteri dengan
mempertimbangkan struktur biaya yang wajar mencakup antara lain biaya
produksi, biaya distribusi, keuntungan, dan/atau biaya lain.

15
Tabel 1. Harga Acuan Pembelian dan Penjualan Beras Di Petani &
Konsumen
Harga Acuan
Harga Acuan
No Komoditi Penjualan
Pembelian di Petani
di Konsumen
Beras:
- Gabah Kering Panen Rp3.700/kg -
1.
- Gabah Kering Giling Rp4.600/kg -
- Beras Rp7.300/kg Rp 9.500/kg
Sumber : PERMENDAGRI Tahun 2017.

G. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan penggambaran antar variabel-variabel
yang saling berkaitan dalam menjalankan atau mengatur pola distribusi
beras yang dilakukan oleh Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar
dengan menggunakan beberapa tahap seperti pengadaan atau
penyerapan komoditi pangan beras, ketersediaan komoditi pangan beras,
sehingga persediaan stok beras dapat terpenuhi dan dapat menjaga
stabilitasi harga komoditi pangan beras dan menjaga stok persediaan
beras, serta mengatur alur pola distribusi komoditi pangan beras yang
telah diserap oleh perum bulog subdivisi ragional makassar sehingga
dapat tersalurkan sampai kepada pedagang ataupun konsumen. Seperti
uraian diatas dapat kita lihat pada gambar bagang berikut ini :

16
KEBIJAKAN STABILISASI
BERAS

Produksi Gabah
Petani

Pedagang
Bulog Pergudangan
Gabah/Beras
gan
Stabilisas
i
Analisis kualitatif
deskriptif

Kesimpulan

Gambar 1.Bagan kerangka pikir penelitian

17
III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Penelitian akan dilaksanakan pada Peusahaan umum BULOG Sub
Divisi Regional Makassar di Jl.Urip Sumohardjo Makassar. Waktu
dilaksanakannya penelitian ini pada bulan Mei-Agustus. Pemilihan tempat
di lakukan secara sengaja terkait mengenai peran BULOG dalam
stabilisasi dan distribusi beras di Makassar.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kabupaten di
Sulawesi Selatan yang menjadi serapan komoditi pangan beras yang
dilakukan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah ada empat
kabupaten yang menjadi serapan utama yang dilakukan oleh Perum Bulog
Subdivisi Regional Makassar yaitu; Kabupaten Pangkep, Maros, Gowa
dan Takalar.

C. Jenis dan Sumber Data


Data yang di gunakan pada penelitian ini ada dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang
diperoleh secara langsung dari perum bulog sub Divisi Regional VII
Makassar, melalui pengamatan dan wawancara secara langsung dari
pihak yang berwenang. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
studi pustaka dan lembaga atau instansi yang berkaitan dengana pokok
penelitian (referensi-referensi, buku-buku teks, internet, hasil penelitian
yang relevan dan sebagainya).

D. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan dengan mempelajari
teori dasar yang mendukung penelitian, pencarian dan pengumpulan data-
data yang dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka
penulis memakai teknik :
1. Pengamatan Langsung (Observation) yaitu Melakukan pengamatan
secara langsung ke tempat objek penelitian yaitu Perum Bulog Sub
Divisi Regional Makassar untuk memperoleh data-data penelitian.
2. Wawancara (Interview)Teknik ini secara langsung bertatap muka
dengan ahlinya untuk mendapatkan penjelasan dari masalah-
masalah objek penelitian yang sebelumnya kurang jelas yaitu
tentang mekanisme sistem yang digunakan pada perusahaan dan
juga untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh dikumpulkan
benar-benar akurat.
3. Dokumentasi merupakan pengambilan suatu gambar pada objek
penelitian dalam hal ini Perum Bulog Sub Divisi Regional Makassar.

E. Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis
deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif
deskriptifdimana penulis menjabarkan atau menggambarkan objek
penelitian tentang keberadaan variabel satu dengan variabel lain, dalam
penelitian iniyaitu variabel distribusi dan variabel stabilisasi pada Perum
Bulog Sub Divisi Regional Makassar.

19
F. Konsep Operasional
1. Peran merupakan segala tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
menjalankan amanah serta kewajiban ataupun wewenang yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan
2. Perum Bulog merupakan satu instansi negara yang bertugas dalam
menjaga ketahan pangan negara tentu memiliki peran yang sangat
berat di dalam memenuhi kebutuhan pokok, apalagi dijaman
sekarang saat ini dimana pertumbuhan penduduk dari tahun ke
tahun makin meningkat. Tentu ini menjadi perhatian khusus dalam
memenuhi persediaan pangan dalam hal ini kebutuhan pokok yaitu
beras, bagaiaman perum bulog dapat menjaga persediaan beras.
3. Persediaan merupakan suatu kerja menyuplai komoditi beras dalam
menjaga stabilisasi komoditi beras.
4. Stabilisasi merupakan ketersediaan dalam hal ini yaitu beras
terhadap konsumen mampu terpenuhi dan terjangkau kepada
konsumen.
5. Distribusi merupakan penyaluran persediaan bahan pangan dalam
hal ini yaitu beras, dimana persediaan beras mampu tersalurkan
dengan baik melalui produsen sampai kepada konsumen.
6. Pedagang adalah orang melakukan hubungan perdagangan, dimana
terjadi hubungan jual beli barang untuk memperoleh suatu
keuntungan.
7. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang
tersedia dalam masyarakat.

20
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Profil Organisasi Subdivisi Regional Makassar Tipe B

KEPALA
WAKIL
Kepala
KEPALA

Seksi
Seksi Komersial
Seksi Gasar Operasional Seksi Seksi Akuntansi,
dan
dan dan Administrasi manajemen Risiko
Pengembangan
Pengadaan Pelayanan dan Keuangan dan Kepatuhan
Bisnis
Publik

Pusat Unit
Gudang
Distribusi Pengelolaan

Gambar 2. Struktur organisasi subdivisi regional Makassar Tipe B

B. Tugas dan wewenang


(1) Wakil kepala subdivisi regional, yang selanjutnya dalam peraturan ini
disebut wakasubdivreg, adalah unsur pimpinan yang bertanggung
jawab langsung kepada kasubdivreg.
(2) Wakasubdivreg mempunyai tugas pokok:
a. Membantu kasubdivreg dalam menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsinya;
b. Mengelola fungsi administrasi dan keuangan, akuntansi serta
manajemen risiko dan kepatuhan;
c. Mewakili kasubdivreg apabila berhalangan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
Wakasubdivre mempunyai fungsi membantu Kasubdivre dalam
merencanakan. mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi
pelaksanaan:
a. Analisis harga dan pasar;
b. Pengadaan gabah, beras dan pangan pokok lain;
c. Operasional dan tugas pelayanan publik;
d. Usaha bisnis komersial dan pengembangan bisnis;
e. Pengelolaan keuangan;
f. Pengelolaan SDM dan umum.
Seksi-seksi :
(1) Kepala Seksi Gasar dan Pengadaan mempunyai tugas pokok
melakukan pokok melakukan pengamatan dan pengumpulan data
harga gabah, beras, dan pangan pokok lain serta melakukan market
intelligence; penyiapan data permintaan dan pasokan komoditas,
perencanaan penyaluran; penyediaan data statistik, seleksi dan
evaluasi mitra kerja pengadaan gabah/beras dan pangan pokok lain,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan gabah/beras
PSO dan komersial serta pangan pokok lain meliputi serealia (jagung
dan kedelai), hasil industri (gula, minyak goreng, dan tepung terigu),
dan hortikulturadan pangan lain (bawang, cabe, daging sapi, daging
ayam, telur ayam dan lainnya); penghitungan kebutuhan yang
meliputi bahan pendukung (karung pembungkus, benang kuralon
dan lain-lain), L/C pengadaan, biaya eksploitasi; penyiapan
administrasi pengadaan; serta memantau, mengevaluasi, dan
melaporkan kegiatan pengadaan gabah, beras dan pangan pokok
lain.
(2) kepala seksi operasional dan pelayanan publik mempunyai tugas
pokok melakukan pengelolaan pergudangan; penyiapan sarana dan
prasarana pengelolaan gabah, beras, dan pangan pokok lainnya;
administrasi dan operasional persediaan, perawatan, pengendalian

22
mutu dan angkutan; administrasi dan operasional penyaluran beras
kepda kelompok masyarakat berpendapatan rendah, kelembagaan
pemerintah, CPP; serta memantau, mengevaluasi, dan melaporkan
kegiatan operasional dan pelayanan publik.
(3) Kepala Seksi Komersial dan Pengembangan Bisnis mempunyai
tugas pokok melakukan perencanaan dan pengendalian, operasi
penjualan distributor, penjualan langsung, pengiriman dan
pengendalian produk di/dari pusat distribusi (distribution center) serta
pengendalian distribusi produk kepada pelanggan penjualan industri
dan wholesale, pelanggan penjualan Langsung dan outlet binaan,
pengembangan bisnis dan industri hulu (on farm dan pengolahan),
pengembangan bisnis dan industri hilir (Rumah Pangan dan produk
jual), administrasi biaya operasional dan basil penjualan produk serta
memantau, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan komersial dan
pengembangan bisnis.
(4) Kepala Seksi Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas pokok
melakukan pengelolaan data SDM; admlnistrasl dan veriflkasi
seluruh proses penerimaan dan pengeluaran transaksl keuangan
baik untuk keglatan operasional maupun komersial; pengelolaan
surat menyurat, arsip, dan peljalanan dinas; pengelolaan
kerumahtanggaan; pemeliharaan sarana dan prasarana (bangunan.
kendaraan, dan sarana lalnnya); pengajuan usulan pengadaan
sarana penyimpanan, sarana kantor, sarana Iainnya, dan
Replacement and Rehab (RR); lnventarlsasl dan administrasi aset
tetap; serta memantau, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan
administrasi dan keuangan.
(5) Kepala Seksi Akuntansi, Manajemen Risiko dan Kepatuhan
mempunyai tugas pokok melakukan pencatatan, pengecekan.
pengoreksian, dan pengarsipan seluruh transaksi keuangan dan
buku tambahan terhadap akun/kodering uang muka, piutang, aset
tetap, hutang dan Iainnya; pengecekan, penghitungan, pemungutan,

23
penyetoran, pelaporan dan penyimpanan dokumen PPN. PPh, dan
pajak Iainnya; penyusunan laporan keuangan Subdivre; penerapan
manajemen risiko dan kepatuhan di Subdivre; serta memantau,
mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan akuntansi, manajemen
risiko dan kepatuhan.
Adapun yang berperan penting pada kinerja seksi-seksi yang berada
di perum bulog subdivisi regional makaassar yaitu seksi gasar dan
pengadaan, seksi operasional dan pelayanan publik.
1. Seksi operasional dan publik yaitu bertanggung jawab penuh dalam
penyaluran atau mendistribusikan beras kepada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah.
2. Seksi gasar dan pengadaan yaitu bertanggung jawab dalam hal
pengamatan dan pengumpulan data harga gabah, beras, dan pokok
pangan lain bertujuan untuk menjaga stabilisasi stok persediaan
maupun stabilisasi harga beras, baik itu harga/beras ditingkat
produsen maupun ditingkat konsumen.

24
V.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Distribusi
Distribusi merupakan serangkaian kegiatan penyaluran barang dan
jasa yang dilakukan oleh produsen sampai ke kepada konsumen.
Distribusi komoditi beras yang diserap atau disuplai oleh perum
bulog subdivisi regional makassar ada empat kabupaten kota yang utama
yaitu : pangkep, maros, gowa, takalar komoditi pangan beras dari
keempat kabupaten kota ini yang dapat diserap atau disuplai oleh perum
bulog subdivisi regional makassar berjumlah 56,8 ton. Perum bulog
subdivisi makassar juga menyerap komoditi beras dari beberapa
kabupaten seperti ; sidrap, pinrang, enrekang, dan bone jika tidak
memenuhi standar stok persediaan komoditi pangan beras yang telah di
tetapkan oleh Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar.
Distribusi komoditi beras dari petani dilakukan dengan cara petani
mengajukan permohon kerja sama kepada perum bulog subdivisi regional
makassar untuk di setujui komoditi pangan beras dapat diserap atau
disuplai oleh perum bulog subdivisi regional makassar. Dengan catatan
petani (mitra) harus memiliki mobil pengangkut komoditi pangan beras
untuk dapat bermitra dengan perum bulog subdivisi regional makassar.
Distribusi Beras Sejahterah (Rastra) yang dilakukan oleh Perum
Bulog Subdivisi Regional Makassar ada 5 kabupaten kota yaitu ;
Makassar, Pangkep, maros, gowa, dan takalar. Distribusi komoditi beras
jenis Beras Sejahterah (RASTRA) yang dilakukan oleh Perum Bulog Sub
Divisi Regional Makkassar kepada 5 kabupaten menjadi tanggung jawab
penuh kerena merupakan sektoral kerja Perum Bulog Subdivisi Regional
Makassar yang membawahi Perum Bulog yang berada diempat
kabupaten meskipun Perum Bulog memiliki gudang ataupun kantor ditiap
kabupaten seperti Pangkep, Maros, Gowa, dan Takalar. Distribusi
komoditi pangan rastra (beras sejahtera) didistribusikan mulai dari
Gudang Bulog subdivisi regional makassar melalui kendaraan pengankut
komoditi Beras jenis Beras Sejahterah (RASTRA) sampai pada ketempat
titik distribusi dalam hal ini (desa ataupun kelurahan) yang menjadi target
distribusi beras sejahterah. Distribusi komoditi beras jenis Rastra yang
dilakukan oleh Perum Buslog Subdivisi Regional Makassar terhadap 5
kabupaten ini merupakan tugas dan tanggung jawab penuh meskipun di 5
kabupaten ini, Perum Bulog mempunyai gudangnya masing-masing tetapi
yang bertugas dan bertanggung untuk mendistriribusikan komoditi beras
jenis Rastra yaitu Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar.

Tabel 2. Distribusi Rastra oleh Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar


No Kabupaten Jumlah (Kg)
1 Pangkep 235.900
2 Maros 200.260
3 Gowa 321.950
4 Takalar 160.590
Sumber : Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar.
Khusus kota Makassar yaitu BPNT (bantuan pangan non tunai) yang
diberikan dari pemerintah kepada KPM (keluarga penerima manfaat) yang
bertujuan mengurangi beban pengeluaran serta memberikan nutrisi yang
lebih seimbang kepada KPM secara tepat sasaran dan tepat. Adapun
dokumen pendistribusian beras oleh perum bulog subdivreg Makassar :
1. SPP (surat perintah penyaluran).
2. SPPB (surat perintah penyaluran barang) atau DO (delivery order).
3. Dokumen GD1 k yaitu laporan pengeluaran gudang.
4. Dokumen BAST (berita acara serah terima barang).
5. Rekapitulasi penyaluran atau NBHI.
Hasil penelitian ini perkuat oleh (Wahyu dan iwan setiawan, 2017,
BUMN Pangan) Kinerja distribusi bahan pangan dapat dilihat dari status
kapabilitas wilayah dalam penyediaan bahan pangan (diukur setara
kebutuhan energi perkapita) dan dinamika harga bahan pangan. Status
kapabilitas wilayah dalam penyediaan bahan pangan dijadikan proksi
(pendekatan) dalam menilai kinerja distribusi bahan pangan karena
didalamnya mengandung aspek lalu lintas distribusi (perdagangan) bahan
pangan, dari daerah surplus kedaerah minus.

26
Adapun distribusi komoditi beras jenis medium dan premium yang
dilakukan oleh Perum Bulog Regional Makassar yaitu Perum Bulog
Regional Makassar tidak mendistribusikan beras jenis medium dan
premium karena di sulawesi selatan khususnya di kota makkassar tidak
ada satu daerah ataupun pasar yang mengalami inflasi akan
kertersediaan stok komoditi beras dan harga komoditi beras dibawah HET
(Harga Eceran Tertinggi).

B. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan keadaan suatu keseimbangan yang tak
mudah dipengaruhi oleh sistem lain. Stabilisasi komoditi beras yang
dilakukan oleh Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar yaitu :
Pengadaan komoditi pangan beras yang dilakukan oleh Perum Bulog
Subdivisi Regional Makassar yaitu dengan cara menyerap atau menyuplai
hasil panen komoditi pangan beras dari beberapa kabupaten di sulawesi
selatan seperti ; Pangkep, Maros, Gowa dan Takalar dengan harga
masing-masing tiap daerah Rp. 8.000,00. Keempat kabupaten ini menjadi
utama penyerapan komoditi pangan beras oleh Perum Bulog subdivisi
regional Makassar untuk memenuhi persediaan stok beras yang dilakukan
Perum Bulog subdivisi regional Makassar yang telah ditentukan. Tetapi
Perum Bulog subdivisi regional Makassar terkadang menyerap atau
meyuplai komoditi pangan beras dari kabupaten Sidrap, Pinrang,
enrekang dan Bone untuk pemenuhan standar stok persediaan komoditi
pangan beras Perum Bulog subdivisi regional Makassar.
Operator Stok dalam hal ini Peran Perum Bulog subdivisi Regional
Makassar selaku operator stok komoditi pangan beras yaitu penyedia stok
komoditi pangan beras untuk menjaga stabilitas komoditi pangan beras
dan bertanggung jawab penuh terhadap kedaulatan pangan kesenjangan
sosial sesuia dengan visi perum Bulog Menjadi Perusahaan pangan yang
unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan
pangan.

27
Harga komoditi pangan beras yang dilakukan oleh Perum Bulog
Subdivi Regional Makassar yaitu menjaga stabiliasasi harga beras
dibawah HET(Harga Eceran Tertinggi). Harga Komoditi beras saat ini
berkisar Rp. 8.500-9.300,00 untuk beras medium di sulawesi selatan,
Sedangkan HET (harga Eceran Tertinggi) pada jenis komoditi beras
medium yaitu Rp. 9.500,00. Sedangkan untuk beras premium berkisar RP.
11.800-12.300,00 suntuk HET (Harga Eceran Tertinggi) pada jenis
komoditi beras premium yaitu Rp. 12.500,00. Harga komoditi beras yang
berada di sulawesi selatan tergolong masih stabil karena masih dibawah
HET (Harga Eceran Tertinggi). Apabila melampaui HET (Harga Eceran
Tertinggi) peran Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar melakukan
operasi pasar (OP).
Penyebab inflasi komoditi beras disuatu daerah ataupun pasar yaitu
kurangnya persediaan ataupun stok komoditi beras didaerah ataupun
dipasar tersebut dikarenakan adanya mafia ataupun pedagang yang
menimbun berasnya yang ingin mendapat untung lebih banyak. Untuk
mengantisipasi sebelum terjadinya kejadian tersebut maka Perum Bulog
Subdivisi Regional Makassar melakukan operasi pasar (OP) yaitu ;
Penetrasi pasar yang bertujuan untuk mengantisipasi harga komoditi
pangan beras sejak dini sebelum terjadi kenaikan harga pada komoditi
pangan beras yang biasa dilakukan oleh penimbun stok komoditi pangan
beras.
Penggelontoran stok komoditi beras yang ada di gudang Perum
Bulog Subdivisi Regional Makassar dengan cara menjual beras dibawah
harga HET (Harg Eceran Tertinggi) sesuai dengan titik-titik yang terkena
inflasi untuk komoditi pangan beras. Sampai pada saat harga sudah
kembali stabil Perum Bulog subdivisi regional makassar menghentikan
Operasi pasar.

28
Tabel 3. Daftar Harga Eceran Tertinggi (HET) beras berdasarkan kategori
dan zonasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.57/2017.
harga beras per kg
No Provinsi
Medium Premium
1. Jawa, Lampung, Sumatera Selatan Rp9.450 Rp12.800

2. Sumatera lainnya Rp9.950 Rp13.800


3. Bali dan NTB Rp9.450 Rp12.800
4. NTT Rp. 9450 Rp.13.300
5. Sulawesi Rp. 9.450 Rp.12.800
6. Kalimantan Rp. 9.950 Rp.13.300
7. Maluku dan papua Rp. 10.250 Rp.13.300
Sumber Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS).

29
HET (Harga Eceran Tertinggi)
Rp16,000

Rp14,000 HARGA BERAS


(Rp/Kg)
Rp12,000 MEDIUM
HARGA BERAS
Rp10,000 (Rp/Kg)
PREMIUM
Rp8,000
1 2 3 4 5 6 7

Gambar 3. Grafik Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras.


Keterangan :
1. Jawa, Lampung, Sumatera Selatan.
2. Sumatera lainnya
3. Bali dan NTB.
4. NTT.
5. Sulawesi.
6. Kalimantan.
7. Maluku dan papua.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)


Nasional pada 24 Mei 2018, harga tertinggi Rp13.700 per kg berada di
Kalimantan Tengah, disusul Kepulauan Riau Rp13.450. Harga terendah
Rp9.200 per kg di Nusa Tenggara Barat (NTB), disusul Sulawesi Barat
Rp9.800 per kg.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh Handewi P,S, dkk, 2005, dalam
tulisannya yaitu manajemen ketahanan panganera otonomi daerah dan
perum bulog.
A. Analisis data faktual menunjukkan bahwa HDG (Harga Dasar
Gabah) atau HDPP (Harga Dasar Pembelian Pemerintah)sebagai
instrumen pokok kebijakan stabilisasi harga masih efektif dalam
menopang stabilisasi harga jual gabah produsen. Namun demikian
derajat efektivitas instrumen kebijakan tersebut semakin menurun
dengan melemahnya kontrol pemerintah terhadap pasar beras.
Analisis menunjukkan, pada periode 1995-1997 saat pasar terisolasi
efektivitas HDG lebih tinggi dibandingkan pada periode 1998-1999
(pasar bebas), maupun 2000-2003 (pasar terkendali). Berdasarkan
hal itu, tujuan memberikan insentif petani untuk tetap berproduksi

30
dapat dikatakan tercapai, karena rasio harga gabah terhadap harga
dasar secara agregat masih lebih dari satu.
B. Dalam perspektif yang lebih luas, yaitu tujuan untuk meningkatkan
dan kesejahteraan petani sesuai maksud pengembangan program
ketahanan pangan, instrumen kebijakan HDG atau HDPP tersebut
efektif. Besarnya tekanan faktor eksternal penurunan harga beras
dipasar dunia dan depresiasi rupiah, serta kondisi kurang
memadainya infrastruktur produksi maupun pemasaran
mengakibatkan posisi harga gabah secara relatif terhadap harga
beras makin lemah sehingga disparitas harga meningkat. Disparitas
ini mencerminkan rendahnya bagian marjin pemasaran yang diterima
petani sehinga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
menjadi sulit diupayakan.

C. Jenis Beras
a. Tipe komoditi pangan beras yang tersedia pada perum bulog
subdivisi regional Makassar
1. Komodit Beras Rastra.
2. Medium 20% (Broken) lebih kepada penugasan pemerintah.
3. Premium 10%, dibawah 15% (Broken) lebih kepada masyarakat
umum/menengah keatas.
Adapun persentase antara jenis komoditi Beras Rastra, Medium, dan
Premium yang diserap oleh Perum Bulog Subdivisi Regional
Makassar dari jumlah 56,800 ton yaitu ;
1) Komoditi Beras Rastra : 36,92 ton
2) Komoditi Beras Medium : 11,36 ton
3) Komoditi Beras Premium : 8,52 ton

31
b. Karakteistik Komoditi Pangan Beras
1. Rastra Berwarna agak kekuning-kuningan, memiliki rasa yang tawar
dan bulir beras yang tidak utuh lagi adalah ciri-ciri beras rastra.
2. Medium & Premium
1. Pertama, segi warna beras medium memiliki warna yang lebih semu
(buram) dibandingkan dengan beras premium."Secara kasat mata,
memang tidak terlalu terlihat. Tapi kalau diperhatikan yang medium
(warnanya) lebih semu, dibandingkan yang premium, premium lebih
terang.
2. Kedua, dari sisi butiran yang patah (broken). Beras medium memiliki
tingkat kepatahan lebih tinggi yakni di atas 10%. Sedangkan beras
premium yang tingkat kepatahannya hanya 0-10%.
"Dari tingkat broken (patahan bulir), kalau beras medium lebih
banyak yang patah, daripada beras premium.
3. Ketiga, kerap kali ditemukan pada beras medium bulir beras yang
bercampur dengan kotoran, seperti batu atau gabah. Sebaliknya,
kotoran-kotoran semacam itu tidak ditemukan di beras premium.
4. Keempat, dari kualitas nasi yang dihasilkan, beras premium memiliki
tampilan nasi yang lebih pulen dan rasa yang lebih nikmat dari beras
medium.

D. Perawatan beras
Perawatan beras yang dilakukan oleh perum bulog subdivreg
makassar yang telah diserap atau disuplai tidak semuanya langsung
didistribusikan tetapi perum bulog memasukkan dan merawatan
kebersihan dan menjaga mutu gizi komoditi pangan beras. Adapun
perawatan yang dilakukan oleh perum bulog subdivisi regional makassar
dalam menjaga kebersihan dan mutu komoditi pangan beras yaitu :

32
1. Setiap 2 minggu melakukan spreying atau penyemprotankan ke
dinding-dinding pada gudang bertujuan untuk menjaga kebersihan
dan mutu komoditi pangan beras dari hama kutu beras.
2. Setiap 3 bulan sekali melakukan fumigasi. Fumigasi merupakan
sebuah metode pengendalian hama menggunakan pestisida. Dalam
proses ini, sebuah area akan secara menyeluruh dipenuhi oleh gas
atau asap, membunuh semua hama didalamnya.

33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan oleh peneliti yaitu :
1. Peran Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar dalam
pendistribusian dan penyerapan komoditi pangan beras terhadap
empat kabupaten disulawesi selatan yaitu : Pangkep, Maros, Gowa,
dan Takalar. Kemudian Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar
bertugas mendistribusikan Rastra (beras sejahtera) ke lima
kabupaten kota yaitu ; Makassar, Pangkep, maros, gowa, dan
takalar. Distribusi komoditi pangan rastra (beras sejahtera)
didistribusikan mulai dari Gudang Bulog subdivisi regional makassar
melalui kendaraan pengankut komoditi pangan rastra (beras
sejahtera) sampai pada ketempat titik distribusi dalam hal ini (desa
ataupun kelurahan).
2. Peran Perum Bulog Subdivisi Regional Makassar dalam stabilisasi
komoditi pangan beras sebagai operator stok komoditi pangan beras
yaitu penyedia atau menyerapstok komoditi pangan beras yang telah
diserap demi untuk menjaga stabilitasi harga dan pesrsediaan stok
komoditi pangan beras. Untuk menjaga harga komoditi pangan beras
tetap dibawah harga eceran tertinggi (HET) dan menjaga
keberlangsungan stok persediaan komoditi pangan beras tetap
terpenuhi dan terkendali.

B. Saran
1. Perum bulog subdivisi regional makassar perlu memberikan
perhatian khusus ketika ada suatu daerah ataupun tempat yang
mengalami inflasi komoditi beras Perum Bulog Subdivisi Regional
Makassar harus cepat tanggap dan sigap dalam mengantisipasi hal
tersebut. Karena ditakutkan pada daerah yang mengalami inflasi
komoditi pangan beras dapat mengakibatkan ketidakstabilan harga.

34
2. Perum Bulog Regional Makassar perlu memperhatikan HDG (Harga
Dasar Gabah) atau HDPP (Harga Dasar Pembelian Pemerintah) dan
HET (Harga Eceran Tertinggi). Baik ditingkat produsen (petani)
supaya dapat menikmati hasil tanamnya dan meningkatkan
kesejahteraan hidup petani, dan kosumen dapat menikmati ataupun
menjangkau harga komoditi pangan beras dibawah harga eceran
tertinggi. Sehingga dalam menjaga stabilisasi komoditi pangan beras
dapat tetap terjaga.

35
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Suryana. 2014.”Dinamika Kebijakan Harga Gabah Dan Beras


Dalam Mendukung Ketahan Pangan Nasiona”. Pusat Sosial ekonomi
Dan Kebijakan Pertanian. Jakarta.

Agus, Saifullah. 2011.”Peran bulog Dalam Kebijakan Perberasan


Nasional”. Jakarta: www.bulog.com

Alma. 2005. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”. Cetakan


keenam (Edisi Revisi). Alfabeta: Bandung.

Ananda, Romano. 2016.”Analisi Pengendalian Dan Distribusi Pangan


Beras Oleh Bulog Sub Divisi Regional Aceh”. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian Unsyiah. Aceh.

Bustaman, A. D. 2003. “Analisis Integrasi Pasar Beras di Indonesia”.


Skripsi. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Chairani. 2014.”Analisis Patok Duga Manajemen Stok Beras Di Indonesia


Terhadap jepang”. Jurnal Sekolah Pascasarjana ITB. Bandung.

Gitosudarmo, I. dan Basri. 1999 “Manajemen Keuangan. Edisi 3.


Yogyakarta: BPFE (Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi)”.

Handewi p.s, Rachman, a.purwoto, dan g.s. Hardono (2005). “Manajemen


Ketahanan Pangan Era Otonomi Daerah dan Perum Bulog”. Bogor :
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Harjanto, Eddy. 2008, “Manajemen Operasi, Edisi ke-3, Grasindo”,


Jakarta.

Hermanto. 2002. “Perspektif implementasi kebijakan stabilisasi harga


gabah/beras pasca intruksi presiden RI (Berbagi tahun), tentang
kebijakan perberasan”. Jakarta.

Imam, Ghozali. 2016.”Rantai Pasok Beras Pada Bulog Neural Network”.


Jurnal Simetris Universitas Muria Kudus. Kudus.

36
Isnaeny, Supardi, Hapid. 2011.”Analisis Distribusi Beras Terhadap Harga
pada Perum Bulog Sub Divisi Regional VII Makassar”. Jurnal
Euilibrium. Makassar.

Lim, sanny. 2010. “Analisis produksi beras di indonesia. Jurnal ilmiah


mahasiswa universitas bina nusantara”.jakarta barat.

Mubyarto. 2002. “Harga Beras dan Kebijakan Produksi di Indonesia.


Dalam Sawit, M.H., Pranolo, T., Saifullah, A.,Djanuardi, B., dan
Sapuan. 2002. Bulog: Pergulatan Dalam Pemantapan Peranan dan
Penyesuaian Kelembagaan”. Kumpulan Naskah Dalam Rangka
Menyambut 35 Tahun Bulog. IPB Press, Bogor, Indonesia.

Natalia. 2015.”Analisis Optimasi Distribusi Beras bulog di Provinsi Jawa


Barat”. Jurnal OE Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Peraturan menteri perdagangan republik Indonesia nomor 27/m-


dag/per/5/2017.

Peraturan menteri perdagangan (permendag) no.57/2017.

Safitri, savenpri, haryadi. 2011.”Analisi beras nasioanal dalam memenuhi


kebutuhan beras nasional pada perusahaan bulog umum bulog”.
Jurnal ilmah mahasiswa universitas bina nusantara. Jakarta barat.

Siska, lilis. 2011.”Analisis sistem pengendalian persediaan barang


dagang”. Jurnal ilmiah universitas STIE MDP. Palembang.

Sihono, Joko. (2007). “Diferensiasi Harga Beras di Indonesia Pasca Krisis


Ekonomi”. Skripsi, Fakultas Pertanian UPN Yogyakarta.

Simbolon, J. S. C.2005. “Analisis Integrasi Pasar Beras Domestik dengan


Pasar Beras Dunia dan Pengaruh Adanya Tarif Impor”. Skripsi.
Jurusan Ilmu-ilmu S osial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

Tjiptono, Fandy, 2008, “Strategi Pemasaran”, Edisi 3, ANDI: Yogyakarta.


Alma, Buchari, 2007, “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
Jasa”, Edisi Revisi, Alfabeta: Bandung. Kotler, Philip dan Keller,
Kevin L., 2007, Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Indeks: Jakarta.

37
Wahyu, iwan setiawan (2017). “BUMN Pangan Evolusi Menuju
Kedaulatan Pangan”. Jakarta : Penebar swadaya.

Yustianti, F., Haming, M., & Nurjanamuddin, M. (2007). “Manajemen


produksi modern, operasi manufaktur dan jasa”. Jakarta: Bumi
Aksara.

38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi

Foto bersama kepala seksi operasional dan pelayan publik Perum Bulog
Subdivisi Regional Makassar.

39

Anda mungkin juga menyukai