Anda di halaman 1dari 22

HIDROSFER

(Kebumian dan Keantariksaan)

Disusun oleh:

1. M. Uyang (1623025016)

2. Welly Mentari (1623025012)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk Mata Kuliah Kebumian dan
Keantariksaan yang berjudul Hidrosfer. Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan ilmu bagi pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam


makalah yang telah kami susun ini. Oleh karena itu kami dengan tangan terbuka
menerima kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami dapat
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 01 Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1

1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidrosfer............... ...................................................... .. ........ 3

2.2 Siklus Hidrologi ............................. ................................................ ......... 3

2.3 Tahapan Proses Siklus Hidrologi............................................................ .. 6

2.4 Jenis-Jenis Perairan........................................................... .............. .........10

2.5 Dampak Adanya Perairan Bagi Kehidupan ................................... ......... 15

III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permukaan bumi terdiri dari sekitar 30% daratan dan 70% sebaran air,
sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar permukaan bumi tertutup
oleh air. Lapisan air yang banyak itu disebut juga hidrosfer. Banyak perairan
yang terbentuk baik secara alami seperti laut dan sungai, maupun buatan
seperti waduk yang dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam
keperluan.

Air juga memiliki standar 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
beracun, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan air bersih
untuk berbagai macam keperluan seperti untuk minum, memasak, mencuci
dan keperluan lain. Hal tersebut merupakan dampak positif adanya air, namun
ada pula dampak negatif dari air, yaitu apabila terjadi banjir. Banjir
menyebabkan berbagai masalah yang menyebabkan berbagai kegiatan
manusia dapat terhambat. Untuk mengetahui lebih detail mengenai lapisan air
(hidrosfer), siklus air, tahapan dalam proses siklus hidrologi, jenis-jenis
perairan dan dampak adanya perairan bagi kehidupan, untuk itulah makalah
ini dibuat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat diangkat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian hidrosfer ?
2. Apa saja siklus hidrologi ?
3. Bagaimana tahapan dalam proses siklus hidrologi ?
4. Apa saja jenis-jenis perairan ?
5. Bagaimana dampak adanya perairan bagi kehidupan ?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk mengetahui :
1. Pengertian hidrosfer.
2. Siklus hidrologi.
3. Tahapan dalam proses siklus hidrologi.
4. Jenis-jenis perairan.
5. Dampak adanya perairan bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hidrosfer


Hidrosfer merupakan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang
bulat. Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphere yang
berarti daerah atau bulatan. Daerah perairan ini meliputi samudra, laut,
danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer.
Hidrosfer menempati sebagian besar muka bumi karena sekitar 70% muka
bumi tertutup oleh air. Jumlah air yang tetap dan selalu bergerak dalam satu
lingkaran peredaran membentuk suatu siklus yang dinamakan siklus
hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi.

Penguapan air yang terjadi di permukaan bumi terutama samudra dan laut
disebabkan oleh panas matahari. Uap air yang terbentuk akan bergerak naik
ke udara yang segera diikuti penurunan suhu. Setelah sampai pada ketinggian
tertentu, uap air yang mengalami kondensasi (pengembunan) dan berubahlah
menjadi embun atau awan, dan akhirnya embun berubah menjadi hujan atau
salju.

2.2. Siklus Hidrologi


Siklus hidrosfer disebut juga siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan
suatu kumpulan dari hubungan kompleks yang menggambarkan sirkulasi dan
transformasi air di alam pada bagian-bagian yag berbeda. Pada seluruh sistem
di alam secara umum ada 3 bagian yang berbeda yaitu atmosfer, hidrosfer dan
litosfere (Chow, V.T., 1964). Adapun definisi daur hidrologi menurut
Mulyana (2004) adalah suatu proses yang berjalan terus menerus (kontinyu)
yang merupakan suatu siklus dari perjalanan air yang dimulai dari laut
diangkat ke atmosfir turun ke bumi dan kembali lagi ke laut. Siklus hidrologi
berhubungan dengan pergerakan air dari air permukaan, air tanah dan
tumbuhan ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi dalam bentuk hujan (Iberda,
2007). Ada tiga macam siklus hidrologi, yaitu:
1. Siklus Kecil
Karena pemanasan matahari, terjadi penguapan air laut yang berkumpul
menjadi awan. Pada ketinggian tertentu karena kondensasi terjadi titik-titik
air yang berkumpul semakin lama semakin besar volumnya, kemudian
jatuh sebagai hujan. Selanjutnya air kembali ke laut.

Sumber : https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/hidro_geo1_3.pdf
2. Siklus Sedang
Mula-mula terjadi penguapan air laut sehingga terbentuk awan. Awan
terbawa oleh angin ke daratan dan terjadi kondensasi. Karena kondensasi
akhirnya awan jatuh sebagai hujan. Sebelum kembali ke laut, air hujan
tersebut masuk ke dalam tanah, selokan-selokan, terus mengalir ke sungai
sungai, dan kembali ke laut.

Sumber : https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/hidro_geo1_3.pdf
3. Siklus Panjang/Siklus Besar
Prosesnya sama dengan siklus sedang. Hanya setelah terjadi kondensasi,
titik-titik air terbawa angin ke tempat yang lebih tinggi sehingga menjadi
kristal-kristal es. Kristal-kristal es tersebut masih terbawa angin ke puncak
gunung kemudian jatuh sebagai salju, terjadi gletser, mengalir ke sungai,
dan akhirnya kembali ke laut.

Sumber : https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/hidro_geo1_3.pdf

Perbedaan Antara Siklus Kecil, Siklus Sedang dan Siklus Panjang/Besar


No. Siklus Kecil Siklus Sedang Siklus Panjang/Siklus
Besar
1. Air laut menguap Air laut menguap Air laut menguap
menjadi uap gas karena menjadi uap gas karena menjadi uap gas
panas matahari panas matahari karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan Terjadi kondensasi Uap air mengalami
pembentukan awan sublimasi
3. Turun hujan di Uap bergerak oleh Pembentukan awan
permukaan laut tiupan angin ke darat yang mengandung
kristal es
4. Pembentukan awan Awan bergerak oleh
tiupan angin ke darat
5. Turun hujan di Pembentukan awan
permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai Turun salju
menuju laut kembali
7. Pembentukan gletser
8 Gletser mencair
membentuk aliran
sungai
9. Air mengalir di sungai
menuju darat dan
kemudian ke laut

2.3. Tahapan dalam Proses Siklus Hidrologi


Dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan
gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain
evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi,
presipitasi, run off, dan infiltrasi.
1. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di
permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau,
sungai, laut, sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air
karena adanya panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air
yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan
istilah evaporasi.

2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan
tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup,
seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan
istilah transpirasi. Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air
yang berwujud cair dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan
membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang
menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses
evaporasi.

3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh
permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada
jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara
evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini
sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan
atmosfer.

4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi,
maupun evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas
atmosfer bumi juga dipengaruhi oleh proses sublimasi. Sublimasi adalah
proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa
melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap
berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer
bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui
proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.

5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik
ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel
es berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap
air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat
rendah di titik ketinggian tersebut.
6. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami
adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik
lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.
Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer
lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi
tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

7. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses
presipitasi. Proses presipitasi adalah proses mencairnya awan akibat
pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-
butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi. Apabila suhu udara di
sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius, presipitasi
memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air
akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat
kita temui di daerah beriklim sub tropis.

8. Run off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi,
proses run off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses
pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di
permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui saluran-
saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra.
Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali
menuju lapisan hidrosfer.

9. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan
mengalir di permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di
antaranya akan bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan
terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah
ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa
air tanah kembali ke laut.Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi,
air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali
berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur-angsur akan kembali
mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses
evaporasi.

Proses Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang
dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang
memungkinkan, uap tersebut terkondensasi membentuk awan, pada
akhirnya dapat menghasilkan presipitasi. Presipitasi jatuh ke bumi
menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian
besar dari presipitasi tersebut sementara tertahan pada tanah di dekat
tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh evaporasi
dan transpirasi oleh tanaman. Sebagian air mencari jalannya sendiri
melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai, sementara
lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah menjadi bagian dari
air tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air
permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke
tempat yang lebih rendah yang dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah
besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh
penguapan dan pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut (Linsley,
1996).

Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah
yang rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah
lebih rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut.
Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah karena bergerak di atas muka
tanah. Aliran ini biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau daerah
aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau ataupun waduk.
Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran
permukaan (surface run off). Aliran permukaan sebagian akan meresap ke
dalam tanah menjadi aliran bawah permukaan melalui proses infiltrasi
(infiltration), dan perkolasi (percolation), selebihnya terkumpul di dalam
jaringan alur sungai (river flow). Apabila kondisi tanah memungkinkan
sebagian air infiltrasi akan mengalir kembali ke dalam sungai (river), atau
genangan lainya seperti waduk, danau sebagai interflow. Sebagian dari air
dalam tanah dapat muncul lagi ke permukaan tanah sebagai air eksfiltrasi
(exfiltration) dan dapat terkumpul lagi dalam alur sungai atau langsung
menuju ke laut/lautan (Soewarno, 2000).

2.4. Jenis-Jenis Perairan


1. Sungai
Sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada
arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan, dan atau air permukaan yang
akhirnya bermuara ke laut atau perairan terbuka yang luas. Sungai mati,
perairan lebak, kanal dan saluran irigasi yang dibuat manusia termasuk ke
dalam kategori sungai. Berdasarkan arah aliran airnya sungai dibedakan
menjadi :
a) Sungai konsekuen (arah alirannya sesuai dengan struktur geologisnya)
Contohnya adalah sungai Progo di Jawa Tengah.
b) Sungai subsekuen (arah aliran tegak lurus dengan sungai konsekuen).
Contohnya adala sungai Opak di Yogyakarta.
c) Sungai obsekuen (arah alirannya berlawanan dengan sungai konsekuen
dan menuju sungai subsekuen)
d) Sungai resekuen (arah alirannya sesuai dengan sungai konsekuen)
e) Sungai insekuen (sungai yang arah alirannya tidak teratur)

2. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Adalah daerah yang mengalirkan air ke sungai sewaktu hujan. Pola aliran
sungai dibedakan menjadi:
a) Dendritik, DASnya luas dan bentuknya bercabang dari sungai induk
seperti ranting- ranting (tidak teratur).
b) Trellis, DAS anak sungai tegak lurus dengan sungai induk, mencirikan
daerah pegunungan lipatan.

c) Rektanguler, DAS sungai induk berkelok 90o dan anak sungainya


berpotongan tegak lurus dengan induknya, mencirikan daerah
pegunungan patahan.

d) Paralel, DASnya hampir sejajar dengan sungai induk.

e) Annular, DASnya berpola melingkar namun bukan meander.


f) Pinnate, DAS anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai
induk, mencirikan perbukitan terjal.

g) Radial sentrifugal, DASnya menyebar keluar menuruni lereng menuju


laut.

3. Danau
Danau adalah genangan air yang luas dengan tinggi dan luas permukaan
air berfluktuasi kecil, yang kedalamannya dangkal atau sangat dalam,
mempunyai atau tidak mempuyai sungai yang mengalir ke dalam atau ke
luar perairan dan terbentuk secara alami. Suplai air danau berasal dari
curah hujan, sungai-sungai, serta mata air dan air tanah. Danau bersifat
permanen atau tetap berair sepanjang tahun. Berdasarkan sumber air,
danau terdiri dari:
a) Danau Tawar, yaitu danau yang berupa air dengan pembuangan
(outlet) di daerah yang basah (curah hujan tinggi), sehingga kadar
garam rendah. Contoh: danau pada umumnya
b) Danau Asin, yaitu danau yang berupa air yang terkepung dan
penguapannya tinggi, sehingga kadar garam tinggi. Contoh: Great Salt
Lake (Laut Mati).
Berdasarkan proses terjadinya, danau dapat dibedakan menjadi:
a) Danau Tektonik, terjadi karena kegiatan tektonisme. Contoh: Danau
Tondano, Danau Singkarak, Danau Tempe, Danau Towuti, Danau Poso,
Danau Maninjau, Danau Takengon.
b) Danau Vulkanik, terjadi karena kegiatan vulkanisme. Contoh: Danau
Kelimutu, Danau Batur, Danau Bratan, Danau Kelud, Danau Kerinci,
Danau Sarangan.
c) Danau Tektonovulkanik, terjadi karena kegiatan tektonisme dan
vulkanisme. Contoh: Danau Toba (tipe Ferret)
d) Danau Dolina/Karst, terjadi di daerah karst/kapur. Contoh: danau-
danau di Pegunungan Sewu, Danau Lais da Rims di Swiss.
e) Danau Glasial, terjadi karena mencairnya gletser. Contoh: Danau
Finger, Danau Michigan, Danau Superior, The Great Lake.
f) Danau Laguna, ini terjadi akibat kombinasi antara angin dan ombak
yang membentuk tanggul-tanggul pasir di sepanjang pantai. Contoh:
Laguna Glenrock (Australia), Danau San Juan (Nikaragua), Danau
Tolire Jaha (Ternate).
g) Danau Oxbow/Tapal Kuda/Aliran, terjadi akibat terputusnya
meander pada sungai akibat sedimentasi. Contoh: danau di sekitar
sungai di Kalimantan.
h) Waduk/Bendungan, merupakan danau yang terbentuk karena aliran air
yang terbendung, baik secara alami maupun buatan. Contoh:
Bendungan Katulampa, Wadung Karangkates, Waduk Gajahmungkur.

4. Rawa
Rawa merupakan tanah basah yang tergenang air karena memiliki
ketinggian yang rendah dari daerah sekitarnya. Berdasarkan letaknya, rawa
terdiri dari:
a) Rawa tepi pantai, umumnya landai dan airnya tidak terlalu asam, dan
mengalami pasang-surut.
b) Rawa teluk, yaitu rawa tepi pantai karena pengendapan pasir di dasar
teluk.
c) Rawa pinggir sungai, yaitu terletak di dataran banjir di pinggiran
sungai, dan umumnya subur.
d) Rawa abadi, yaitu rawa yang selamanya tergenang air, warnanya
kemerah-merahan dan airnya sangat asam.

5. Delta
Delta adalah endapan dari sedimen yang terbawa arus air ke hilir, yang
membentuk dataran banjir. Syarat pembentukan delta:
a. Banyak membawa pasir dan lumpur.
b. Bermuara di laut dangkal, tenang dan terbuka.
c. Perbedaan pasang-surut laut tidak terlalu besar
Adapun macam-macam delta yaitu:
a) Delta kaki burung, contoh: delta Sungai Mississippi

Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/

b) Delta arcuate/kipas/tumpul, contoh: delta Sungai Mahakam.

Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/

c) Delta lobate (cuping), contoh: delta Sungai Selenga.

Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/

d) Delta cuspate (huruf V), contoh: delta Sungai Nil

Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/
e) Delta corong/estuarium, contoh: delta Sungai Seine

Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/

6. Meander
Meander adalah hasil dari pembelokan sungai yang tajam dan berbelok-
belok yang membentuk huruf S dan leher.
Meander

Leher
r
Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/

7. Oxbow Lake
Oxbow Lake adalah danau tapal kuda (sungai mati) yang terbentuk
akibat terputusnya meander pada sungai akibat sedimentasi.

Sedimentasi
Oxbow
Lake

Sungai
Sumber:
www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/

8. Air Tanah
Air tanah adalah air hujan yang masuk melalui pori-pori tanah (infiltrasi
air). Berdasarkan asal air tanah, air tanah dapat dibedakan menjadi:
a) Meteoric water, yaitu airnya berasal dari atmosfer.
b) Juvenile water, yaitu airnya berasal dari cairan magma.
c) Turbile/connate water, yaitu airnya berasal dari batuan sedimen.

2.5. Dampak Adanya Perairan bagi Kehidupan


Adanya perairan memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan.
Dampak positifnya tentu saja memberikan beberapa manfaat bagi manusia,
sedangkan dampak negatif membuat kerugian tersendiri bagi kehidupan,
seperti sungai yang memiliki manfaat, namun juga memberikan kerugian
yang dapat diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri.
Manfaat Sungai:
a) Sumber air bagi pertanian atau irigasi dan usaha perikanan darat
b) Tempat pengembangbiakan dan penangkapan ikan guna memenuhi
kebutuhan manusia akan protein hewani.
c) Sumber tenaga untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
d) Tempat rekreasi, misalnya melihat keindahan air terjun dan bendungan.
e) Untuk kehidupan sehari-hari bagi penduduk yang tinggal di tepi sungai,
seperti mencuci, mandi, dan membersihkan perabot rumah tangga
f) Tempat berolahraga seperti arung jeram dan dayung.

Dampak negatif adanya sungai:

a) Sebagai media penyebaran bibit penyakit, seperti kolera, disentri, dan lain-
lain. Bibit penyakit disebarkan melalui air apabila air sungai digunakan
untuk keperluan hidup sehari-hari.
b) Dapat menyebabkan polusi air, terutama sungai-sungai yang penuh dengan
sampah.
c) Dapat menimbulkan banjir dan mendatangkan kerugian yang cukup besar
bagi manusia.

Permasalahan utama (air permukaan)


a) Penurunan kualitas diakibatkan pencemaran pertambangan, pembuangan
sampah, penimbunan senyawa berbahaya/radioaktif
b) Penurunan kuantitas diakibatkan oerusakan daerah resapan, pengambilan
air berlebihan yang dapat mengakibatkan turunnya muka air.
c) Pengeringan atau gangguan terhadap kondisi alami misalnya dampak dari
pembuatan waduk, irigasi, pengeringan lahan basah).

Pencegahan atau Penanggulangan yang dapat dilakukan:

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi


dampak negatif dari penggunaan air diantaranya menghemat air, menjaga
keberadaan dan kondisi daerah resapan/pengisian air, mengembangkan
teknologi seperti teknologi dalam pengolahan air minum dan air limbah,
mencegah/mengurangi pencemaran, bekerjasama dalam kelompok untuk
memberikan penerangan kepada masyarakat dan/atau sekolah-sekolah.

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan
pencemar antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah
sakit, sampah/limbah industri secara sembarangan ke dalam air sungai, danau
ataupun ke dalam selokan. Sampah-sampah tersebut tentu saja berpotensi
menimbulkan banjir. Selain itu, tidak menggunakan pupuk dan pestisida
secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air di
lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena
senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok
yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
BAB III
KESIMPULAN

1. Hidrosfer merupakan lapisan air atau semua bentuk air yang ada di bumi yang.
Lapisan ini meliputi smaudra, laut, sungai, rawa, danau, gletser, dan air tanah.
2. Siklus air atau siklus hidrologi terdiri dari 3 jenis yaitu siklus kecil, siklus
sedang, dan siklus panjang/besar.
3. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi,
transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run
off, dan infiltrasi.
4. Jenis-jenis perairan terdiri dari sungai, daerah aliran sungai, danau, rawa, delta,
dan meander.
5. Dampak adanya perairan bagi kehidupan yaitu memberikan manfaat
diantaranya digunakan sebagai keperluan sehari-hari seperti mencuci dan
mandi, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat mengakibatkan banjir.
6. Salah satu pencegahan agar tidak terjadi banjir adalah tidak membuang sampah
rumah tangga, sampah rumah sakit ata sampah/limbah industri secara
sembarangan ke dalam air sungai. Untuk menjaag kuantitas air yaitu dengan
cara menghemat air, menjaga keberadaan dan kondisi daerah resapan/pengisian
air,
DAFTAR PUSTAKA

Chow, V.T., 1964. Handbook of Applied Hydrology. New York: McGraw-Hill


Book Company.

Iberda, Erwin. 2007. Analisis Curah Hujan Efektif pada Sawah Tadah Hujan di
Kabupaten Aceh Barat Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Tesis. Institut
Teknologi Bandung.

Linsley, R.K., Franzini, J.B., 1996. Teknik Sumberdaya Air Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional Jilid 1. Bandung: PT. Aditya Bakti.

Wangsadipura, Mulyana. 2004. Diktat Kuliah Hidrologi Terapan. Bandung: ITB

https://www.coursehero.com/file/19791517/hidro-geo1-3pdf/. diakses pada 01


Mei 2017. Pukul 21.21 WIB

Anda mungkin juga menyukai