Anda di halaman 1dari 30

REPRODUKSI PADA MANUSIA

(Kapita Selekta IPA 3)

Disusun oleh:

1. M. Uyang (1623025016)

2. Suharti (1623025014)

3. Welly Mentari (1623025012)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk Mata Kuliah Kapita Selekta
IPA 3 yang berjudul Reproduksi Pada Manusia. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan ilmu bagi
pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam


makalah yang telah kami susun ini. Oleh karena itu kami dengan tangan terbuka
menerima kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami dapat
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 22 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

II. PEMBAHASAN
2.1 Organ Reproduksi Pria............... ...................................................... .. ..... 3

2.2 Organ Reproduksi Wanita ............................. ................................. ......... 9

2.3 Proses Reproduksi Pada Manusia............................................................ 18

2.4 Penyakit Menular dan Gangguan Sistem Reproduksi.............. ....... ......... 24

2.5 Cara Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi.................................. ......... 25

III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu ciri makhluk hidup khususnya manusia adalah berkembang biak.
Manusia berkembang biak untuk melestarikan jenisnya dengan cara
melahirkan anak. Untuk berkembang biak manusia menggunakan organ
reproduksi. Organ reproduksi pada manusia terdiri dari beberapa bagian yang
disebut sistem reproduksi. Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan
interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk
berkembang biak. Sistem reproduksi manusia dibedakan menjadi sistem
reproduksi pria dan sistem reproduksi wanita.

Sistem reproduksi melibatkan alat-alat reproduksi. Organ reproduksi manusia


mulai berfungsi setelah seseorang mengalami masa puber. Pada masa itu,
organ reproduksi pria sudah dapat menghasilkan sperma dan organ
reproduksi wanita sudah dapat menghasilan ovum (sel telur). Ketika sel
sperma memasuki sel telur maka akan terjadi sebuah proses yang dinamakan
fertilisasi atau pembuahan dari zigot menjadi janin yang terjadi di dalam
rahim. Janin akan melewati beberapa minggu untuk berkembang sampai tiba
saatnya dilahirkan. Banyak cara yang dilakukan seorang ibu agar janin yang
akan dilahirkan nanti tidak memiliki gangguan saat dilahirkan.

Gangguan dan penyakit menular seksual dapat terjadi baik pada janin maupun
orang tuanya. Untuk menghindari gangguan tersebut ada beberapa cara dalam
menjaga kesehatan alat reproduksi sehingga dapat meminimalisir penularan
penyakit dan gangguan pada organ reproduksi. Makalah ini dibuat untuk
mengetahui organ-organ reproduksi yang dimiliki pria dan wanita, proses
reproduksi manusia, penyakit menular dan gangguan pada organ reproduksi
manusia dan cara menjaga kesehatan organ organ reproduksi.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa saja organ reproduksi pada pria ?
2. Apa saja organ reproduksi pada wanita ?
3. Bagaimana proses reproduksi pada manusia?
4. Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia?
5. Bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yait untuk mengetahui:
1. Organ-organ reproduksi pada pria.
2. Organ-organ reproduksi pada wanita.
3. Proses reproduksi pada manusia.
4. Gangguan yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
5. Cara menjaga kesehatan organ reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Organ Reproduksi Pria


Organ reproduksi pria terdiri dari organ reproduksi bagian luar dan organ
reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar terdiri dari penis dan
skrotum. Sedangkan organ reproduksi bagian dalam terdiri dari testis, saluran
kelamin dan kelenjar kelamin.

Sumber gambar: http://www.softilmu.com/2015/05/Alat-Organ-Reproduksi-


Pria-dan-Fungsi-Adalah.html

A. Organ Reproduksi Bagian Dalam


1. Penis (zakar) dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala
penis. Batang utama penis ditutupi oleh kulit yang relatif tebal,
sedangkan kepala zakar atau glans penis mempunyai penutup yang
jauh lebih tipis sehingga menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan
(Campbell, 2004). Glans penis manusia ditutupi oleh lipatan kulit
yang disebut preputium yang dapat dibuang pada saat khitan atau
sunat. Penis berfungsi sebagai saluran pengeluaran sperma dan urine
serta berperan dalam proses kopulasi. Kopulasi merupakan hubungan
antara kelamin pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan
sperma ke dalam rahim wanita.
2. Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung pelindung testis. Antara
skrotum kanan dan skrotum kiri terdapat jaringan ikat dan otot polos.
Otot polos tersebut dapat menyebabkan skrotum mengerut dan
mengendur. Dalam skrotum terdapat otot lurik yang berfungsi
mengatur suhu di sekitar testis agar selalu stabil (pembentukan sperma
memerlukan suhu sedikit di bawah suhu tubuh).

B. Organ Reproduksi Bagian Dalam


1. Testis berjumlah sepasang, berbentuk bulat telur dan terletak di dalam
skrotum. Testis banyak mengandung tubulus seminiferus. Tubulus
seminiferus tersebut terdiri atas deretan sel epitel yang akan
mengadakan pembelahan mitosis dan meiosis sehingga menjadi
sperma. Sel-sel yang terdapat di antara tubulus seminiferus disebut
sel-sel Leydig. Sel-sel ini menghasilkan hormon seks pria yang
disebut testosteron (Junqueira, 2007). Jadi dapat dikatakan bahwa
testis berfungsi dalam memproduksi sperma dan testosteron.
2. Saluran kelamin
Sperma dari testis ke luar tubuh melalui saluran kelamin. Saluran
kelamin meliputi epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan
uretra.
a) Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok dalam skrotum yang
keluar dari testis. Jumlah epididimis sepasang dan terdapat pada
testis kiri dan testis kanan. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma sementara. Sperma yang telah matang
disalurkan menuju vas deferens (Omegawati & Kusumawati,
2009).
b) Vas deferens merupakan saluran yang menghubungkan epididimis
dan uretra. Pada bagian ujungnya, vas deferens dikelilingi oleh
suatu pembesaran kelenjar-kelenjar yang disebut ampula. Sebelum
masuk ke uretra, vas deferens bergabung terlebih dahulu dengan
saluran ekskresi vesika seminalis membentuk duktus ejakulatorius.
Pada saat ejakulasi, sperma dari epididimis diangkut melalui vas
deferens dengan suatu seri kontraksi yang dikontrol oleh saraf
(Sheerwood, 2011).Vas deferens berfungsi sebagai saluran yang
dilalui sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis (kantong
sperma).
c) Saluran ejakulasi merupakan saluran penghubung vesikula
seminalis dengan uretra. Fungsi saluran ejakulasi untuk
mengeluarkan sperma menuju uretra.
d) Uretra merupakan saluran reproduksi terakhir. Fungsi uretra
sebagai saluran kelamin dari vesikula seminalis dan saluran urine
dari kantong kemih.
3. Kelenjar kelamin
Di dalam saluran kelamin, sperma mengalami penambahan cairan-
cairan kelamin. Cairan kelamin berguna untuk mempertahankan
hidup gerak sperma. Cairan-cairan kelamin dihasilkan oleh vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper/kelenjar
bulbouretralis.
a) Vesikula seminalis (seminal vesicle) menghasilakan cairan yang
berfungsi sebagi sumber energi dan untuk memudahkan gerakan
sperma. Sepasang vesikula seminalis menyumbangkan sekitar
60% total volume semen (cairan yang diejakulasikan). Cairan
dari vesikulas seminalis mengandung mukus, gula fruktosa,
enzim pengkoagulasi, asam askorbat dan prostaglandin
(Campbell, 2004).
b) Kelenjar prostat (prostate gland) adalah kelenjar pensekresi semen
terbesar dan menghasilkan cairan yang memberi suasana basa
pada cairan sperma. Cairan tersebut mengandung kolesterol,
garam, dan fosfolipid. Kelenjar ini mensekresikan produknya
secara langsung ke dalam uretra melalui beberapa saluran kecil
(Campbell, 2004).
c) Kelenjar cowper/kelenjar bulbouretralis merupakan sepasang
kelenjar kecil yang terletak di sepanjang uretra, di bawah prostat.
Sebelum ejakulasi, kelenjar tersebut mensekresikan mukus
bening yang menetralkan setiap urin asam yang masih tersisa
dalam uretra (Campbell, 2004).

C. Proses Pembentukan Sperma (Spermatogenesis)


Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus. Didalam tubulus
seminiferus terdapat beberapa bagian sebagai berikut:
a) Spermatogonium (sel induk spermatozoa) sebagai penghasil sperma.
b) Sel sertoli sebagai pemberi nutrisi spermatozoa.
c) Sel Leydig sebagai penghasil hormon testosteron. Hormon ini berperan
dalam pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan


kelanjar hipofisis. Beberapa hormon yang mempengaruhi sebagai berikut:
a) Hormon Gonadotropin
Dihasilkan oleh hipotalamus (di bagian dasar dari otak) yang
merangsang kelenjar hipofisis sebagian depan (anterior) agar
mengeluarkan hormon FSH dan LH.
b) FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH
berfungsi untuk merangsang perkembangan tubulus seminiferus
dan sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein)
atau protein pengikat androgen yang akan memacu pembentukan
sperma.
c) LH (Luteinizing Hormone)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH
adalah merangsang sel-sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron.
d) Hormon Testosteron
Testosteron merupakan hormon yang berfungsi merangsang
perkembangan organ seks primer pada saat embrio belum lahir,
mempengaruhi perkembangan organ reproduksi dan ciri kelamin
sekunder pria seperti jambang, kumis, jakun, suara membesar,
pertambahan massa otot, dan perubahan suara.

Proses spermatogenesis dimulai dengan sel-sel kecambah (germinal)


primordial testes embrio berdiferensiasi menjadi spermatogonium.
Terletak di dekat dinding bagian luar tubulus seminiferus,
spermatogonium mengalami pembelahan mitosis berulang-ulang yang
menghasilkan sperma potensial dalam jumlah besar. Spermatogonium
tumbuh dan berkembang membentuk spermatosit primer (diploid).
Selanjutnya spermatosit primer membelah pada meiosis pertama
membentuk dua spermatosit sekunder (haploid). Pada pembelahan meiosis
kedua, spermatosit sekunder kemudian membelah membentuk empat buah
spermatid (haploid) masing-masing dengan dua kromosom tunggal. Setiap
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa dewasa atau sel
sperma (haploid). Proses pematangan spermatid menjadi sperma disebut
spermiasi. Proses pematangan sperma dipengaruhi oleh hormon
testosteron. Sel sertoli berperan dalam memindahkan nutrien ke spermatid.
Selama spermatogenesis, sperma yang sedang berkembang secara
perlahan-lahan didorong ke arah tengah tubulus seminiferus dan menuju
epididimis, tempat sperma mendapatkan motilitasnya atau kemampuan
bergerak. Proses dari pembentukan spermatogonium hingga ke sperma
yang motil memerlukan waktu 65 sampai 75 hari pada pria (Campbell,
2004).

Sumber gambar: http://www.majordifferences.com/2013/06/difference-


between-spermatogenesis-and.html

Sperma terdiri atas kepala dan ekor. Pada membran yang melindungi
ujung keapala sperma terdapat selubung yang disebut akrosom. Akrosom
mengandung enzim hialuronidase dan proteinase. Kedua enzim itu
berfungsi menembus lapisan pelindung ovum. Bagian ekor berfungsi
sebagai alat gerak sperma. Pada pangkal ekor terdapat badan sperma yang
mengandung mitokondria. Mitokondria itu berfungsi sebagai penghasil
energi untuk pergerakan sperma (Omegawati dan Kusumawati, 2009).

Sumber gambar: http://www.sridianti.com/struktur-sperma.html

2.2. Organ Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi bagian luar dan
organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar berupa vulva,
labium dan vestibula. Organ reproduksi bagian dalam berupa vagina,
uterus, tuba fallopi dan ovarium.
Sumber gambar: https://dosenbiologi.com/manusia/alat-reproduksi-wanita

Sumber gambar: http://murid.info/alat-reproduksi-wanita/

A. Organ Reproduksi Bagian Luar


1. Vulva merupakan celah paling luar dari organ reproduksi wanita. Pada
bgaian vulva terdapat saluran urin dan saluran reproduksi. Pada daerah
dekat ujung saluran kelamin terdapat himen/selaput dara. Himen
mengandung banyak pembuluh darah dan menutupi sebagian lubang
vagina manusia mulai saat kelahiran dan umumnya saat hubungan
kelamin atau aktivitas fisik yang berat merobeknya.
2. Labium merupakan bagian yang membatasi vulva. Ada dua macam
labium, yaitu labium mayora (terletak di sebelah luar) berupa satu
pasang tonjolan berlemak dan tebal, dan labium minora (terletak di
sebelah dalam) berupa sepasang lipatan kulit tipis. Antara labium
mayora dan labium minora bagian atas terbentuk tonjolan kecil yang
disebut klitoris. Pada klitoris mengandung korpus kavernosa yang
terdapat banyak pembuluh darah dan ujung saraf perasa.
3. Vestibula merupakan daerah yang didalamnya terdapat lubang vagina
dan lubang uretra yang terpisah. Vestibula dibatasi oleh labium mayora
dan labium minora. Kelenjar vestibula mayor (Kelenjar Bartholin)
terletak tepat di belakang labium mayora di setiap sisi. Kelenjar ini
mengeluarkan lendir dan salurannya keluar antara himen dan labium
minora. Selama proses rangsangan seksual, kelenjar bartholin
mensekresikan mukus ke dalam vestibula, yang menjaganya tetap
terlumasi dan memudahkan hubungan kelamin (Campbell, 2004).

B. Organ Reproduksi Bagian Dalam


1. Vagina merupakan saluran akhir alat reproduksi wanita. Vagina
bermuara di vulva. Vagina mengandung banyak lendir yang dihasilkan
kelenjar bartholin. Lendir ini berguna pada saat koitus (hubungan
seksual) dan mempermudah kelahiran bayi. Vagina juga merupakan
tempat singgah bagi sperma selama kopulasi.
2. Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal dan berotot yang dapat
mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot
4 kg. Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi
sebelah di dalamnya disebut endometrium yang dialiri oleh sangat
banyak pembuluh darah. Dinding endometrium akan menebal ketika
terjadi kehamilan. Uterus terbagi atas tiga bagian, yaitu:
a) Bagian cembung di atas muara tuba uterina,
b) Badan uterus melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan
uterus dan servix terdapat ithmus (segmen bawah rahim)
c) Servix (leher rahim) yang membuka ke dalam vagina.
Selanjutnya, rahim memiliki lubang rahim yang terdiri atas lubang
bagian luar yang disebut orificium uteri externa (OUE) dan lubang
bagian dalam yang disebut orificium uteri interna (OUI). Fungsi uterus
yaitu sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan zigot setelah
terjadi fertilisasi.
3. Tuba Fallopi (Oviduk/Saluran telur) merupakan sepasang saluran yang
ujungnya berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada
infundibulum terdapat fimbriae (rumbai-rumbai) untuk menangkap
ovum. Tuba fallopi berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi.
4. Ovarium (indung telur) terletak di kanan dan kiri uterus, berada didalam
rongga abdomen, menggantung,dan bertaut melalui mesenterium ke
uterus. Ovarium memiliki 3 fungsi yaitu sebagai tempat pematangan
sel-sel germinal dan produksi hormon, produksi estrogen dan produksi
progesteron Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul
pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel (Campbell,
2004).

Sumber gambar :
http://raraannisacahaya.blogspot.co.id/2013/10/struktur-dan-fungsi-organ
reproduksi.html

Folikel terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih
lapisan sel-sel folikel, yang memberikan makanan dan melindungi sel telur
yang sedang berkembang. Keseluruhan dari 400.000 yang dimiliki oleh
seorang perempuan sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Dari jumlah
tersebut, hanya beberapa ratus folikel yang akan membebaskan sel telur
selama tahun-tahun reproduksi seorang perempuan. Mulai pada masa
pubertas dan terus berlangsung sampai menopause, umumnya sebuah
folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus
menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormon seks utama
perempuan, yaitu estrogen. Jaringan folikel kemudian tumbuh di dalam
ovarium untuk membentuk massa padat yang disebut korpus luteum
(corpus luteum). Korpus luteum mensekresikan tambahan estrogen dan
progesteron, yaitu hormon yang mempertahankan dinding uterus selama
kehamilan (Campbell, 2004).

C. Proses Pembentukan Ovum (Oogenesis)

Sumber gambar:
http://bio1100.nicerweb.com/Locked/media/ch06/oogenesis

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum yang terjadi didalam


ovarium. Pada ovarium janin, sudah terkandung oogonium atau sel induk
telur yang bersifat diploid. Oogonium mengalami pembelahan mitosis
membentuk oosit primer (diploid). Oosit primer berada dalam keadaan
dorman (istirahat) sampai anak perempuan mengalami masa puber.

Produksi ovum atau sel telur dimulai dengan mitosis sel germinal
primordial dalam embrio, yang menghasilkan oogonia diploid. Masing-
masing oogonium berkembang menjadi oosit primer, yang juga diploid.
Mulai pada saat pubertas, sebuah oosit primer umumnya menyelesaikan
meiosis I setiap bulan. Pembelahan meiosis pada oogenesis melibatkan
sitokinesis yang tidak sama. Pembelahan meiosis pertama menghasilkan
sebuah sel besar, yaitu oosit sekunder dan sebuah badan polar (polar body)
yang lebih kecil. Pembelahan meisos kedua, yang menghasilkan ovum dan
badan polar kecil lainnya, hanya terjadi jika sel sperma menembus oosit
sekunder. Setelah meiosis selesai dan badan polar kedua memisah dari
ovum, nukelus haploid sperma dan ovum matang menyatu dalam proses
fertilisasi sesungguhnya (Campbell, 2004).

Sumber gambar: http://e-biogene.blogspot.co.id/p/bahan-ajar-iii.html

Gambar diatas menunjukkan tahapan perkembangan folikel ovarium yang


menyertai oogenesis. (1) masing-masing oosit primer berkembang di
dalam sebuah folikel. (2) sebagai respons terhadap FSH, beberapa folikel
tumbuh, tetapi (3) hanya satu yang matang. (4) dalam proses yang dikenal
sebagai ovulasi, folikel pecah, yang membebaskan sebuah oosit sekunder.
(5) jaringan folikuler sisanya berkembang menjadi korpus luteum, yang (6)
mengalami disintegrasi ketika fertilisasi tidak terjadi (Campbell, 2004).

D. Proses Menstruasi dan Kehamilan


Wanita melepaskan satu sel telur matang dari salah satu ovariumnya setiap
bulan. Apabila tidak terjadi fertilisasi, maka akan terjadi perdarahan yang
disertai luruhnya sel telur dan lapisan endometrium. Pendarahan ini
disebut menstruasi. Menstruasi terjadi secara periodik sehingga disebut
siklus menstruasi. Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Menstruasi
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang diatur oleh otak, alat-alat
kandungan, kelenjar tiroid, dan beberapa kelenjar lainnya. Berikut
hormon-hormon tersebut:
a) FSH (follicle stimulating hormone) merupakan hormon yang
merangsang pertumbuhan folikel yang dikeluarkan oleh otak.
b) LH ( luteinizing hormone) yang dihasilkan otak.
c) Estrogen yang dihasilkan kandung telur.
d) Progesteron yang dihasilkan kandung telur.
e) Hormon Gonadotropin (GnRH) yang disekresikan oleh hipotalamus.

Ada empat fase yang terjadi dalam siklus menstruasi, yaitu fase
menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, dan fase pasca-ovulasi.
Sumber gambar: http://info-biologiku.blogspot.co.id/2013/10/siklus-
menstruasi.html

1) Fase Menstruasi
Fase ini terjadi apabila ovum tidak dibuahi sperma. Dalam keadaan
tersebut korpus luteum menghentikan produksi estrogen dan
progesteron. Akibatnya, ovum meluruh bersama-sama dengan
endometrium. Kondisi ini ditandai dengan adanya pendarahan melalui
vagina.
2) Fase pra-ovulasi (fase proliferasi)
Pada fase pra-ovulasi, hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin
yang merangsang pembentukan FSH, FSH merangsang pembentukan
folikel yang mengelilingi oosit primer hingga matang. Ovum matang
yang diselubungi folikel disebut folikel de Graaf. Folikel de Graaf
kemudian menghasilkan estrogen yang merangsang pembentukan
endometrium. Estrogen juga mempengaruhi serviks untuk
mengeluarkan lendir bersifat basa. Lendir ini akan menetralkan sifat
asam dalam serviks sehingga sperma mampu hidup di dalamnya.
3) Fase Ovulasi
Peningkatan kadar estrogen menghambat pembentukan FSH dan
memerintahkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang terjadinya
ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi pada hari ke-14 dihitung dari hari
pertama menstruasi. Pada saat ovulasi, oosit sekunder terlepas dari
folikel.
4) Fase pasca-ovulasi (fase luteal/fase sekresi)
LH selanjutnya merangsang folikel yang telah kosong menjadi korpus
luteum (badan kuning). Korpus luteum tetap menghasilkan estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sama dengan estrogen memacu
pembentukan endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir
pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Hal ini
berguna untuk persiapan penanaman zigot dalam uterus setelah
pembuahan. Tahap pasca-ovulasi ini dimulai dari hari ke-1. Korpus
luteum akan bertahan sampai hari ke-26, namun jika tidak terjadi
fertilisasi, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang
mempunyai kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang sangat
rendah sehingga keadaan endometrium tidak dapat dipertahankan.
Apabila sampai akhir fase ini tidak terjadi pembuahan, maka akan
kembali ke fase menstruasi lagi (Omegawati dan Kusumawati, 2009).

Saat seorang remaja wanita pertama kali mengalami menstruasi disebut


menarki. Siklus menstruasi ini berlangsung bertahun-tahun hingga masa
dewasa. Pada usia 42-52 tahun, banyak oosit primer dalam ovarium yang
mengalami degenerasi. Akibatnya ovulasi menstruasi menjadi tidak teratur
dan akhirnya berhenti. Berhentinya siklus menstruasi ini yang disebut
sebagai menopause (Omegawati dan Kusumawati, 2009)
2.3. Proses Reproduksi pada Manusia
Sel telur yang telah matang siap dibuahi sperma. Pada saat terjadinya
ovulasi, ovum (oosit sekunder) akan bergerak menuju uterus melalui oviduk
(tuba fallopi). Sperma yang berhasil memasuki oviduk akan melalakukan
penetrasi pada membran oosit sekunder yang tersusun atas dua struktur
yaitu korona radiata dan zona pelusida.

Sumber gambar: https://mejakerusi.wordpress.com/2011/03/24/proses-


kejadian-bayi-dari-minggu-ke-minggu/

Sumber gambar: http://e-biogene.blogspot.co.id/p/bahan-ajar-iii.html


Gambar diatas menunjukkan bagaimana sel sperma dapat menembus sel telur.
(1) Sperma bermigrasi melalui lapisan pembungkus sel folikel dan berikatan
dengan molekul reseptor pada zona pelusida sel telur. (2) Pengikatan tersebut
menginduksi reaksi akrosomal, dimana sperma membebaskan enzim-enzim
pencernaan ke dalam zona pelusida. (3) dengan bantuan enzim hidrolitik ini,
sperma mencapai membran plasma sel telur, dan protein membran plasma
berikatan dengan reseptor pada membran sel telur. (4) Membran plasma
menyatu , yang memungkinkan isi sel sperma memasuki sel telur. (5) Enzim
yang dibebaskan selama reaksi kortikal sel telur mengeraskan zona pelusida,
yang sekarang berfungsi sebagai penghambat terjadinya polispermia yaitu
masuknya lebih dari satu sel sperma ke dalam ovum (Campbell, 2004).

Pada umumnya fertilisasi terjadi di oviduk. Bagian sperma yang berfungsi


melakukan penetrasi ini adalah bagian ujung sperma
(akrosom). Akrosom akan mengeluarkan enzim-enzim sebagai berikut:
1) Hialuronidase : melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata
2) Akrosin : menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida
3) Antifertilizin : membantu pelekatan sperma pada oosit sekunder
(antigen terhadap oosit sekunder)
Sedangkan oosit sekunder akan mengeluarkan enzim fertilizin yang berfungsi
menarik sperma secara kemotaksis positif serta mengumpulkan sperma di
sekeliling oosit sekunder. Pada saat sperma menembus oosit sekunder, terjadi
proses depolarisasi membran oleh ion Na+ serta demobilisai Ca2+ kearah
membran oosit sekunder sehingga proses penetrasi oleh sperma lain tidak
memungkinkan/dicegah. Penetrasi sperma akan merangsang penyelesaian
metafase II meiosis II oosit sekunder, sehingga pronukleus jantan dari sperma
(n = haploid) dan pronkleus betina dari ovum (n = haploid) melakukan fusi
dan terbentuk zigot yang mengandung 23 pasang kromosom (46 kromosom =
diploid = 2n)

Zigot yang terbentuk di oviduk akan membelah secara mitosis dari 2 sel, 4
sel, 8 sel, 16 sel, morula dan blastula. Pada saat blastula akhir, zigot pada
umumnya telah sampai ke uterus ( 6 hari setelah fertilisasi), proses
implantasi pun terjadi. Proses implantasi ini dibantu oleh sel-
sel trofoblas yang terdapat pada blastosit (sel luar blastula). Pada saat ini,
embrio akan menghasilkan Human Chorionic Hormone (HCG). Fungsi HCG
sama dengan LH, yaitu memberi sinyal kepada korpus luteum untuk
melanjutkan sekresi estrogen dan progesteron. Tetapi setelah plasenta
terbentuk, sekresi hormon estrogen dan progesteron akan digantikan oleh
plasenta.

Adapun tahapan perkembangan embrio setelah perkembangan 16 sel adalah


sebagai berikut:
1) Morula (zigot yang merupakan kumpulan sel-sel yang masih berukuran
sama tanpa rongga)
2) Blastula (tahapan pembelahan zigot dengan terbentuknya rongga yang
disebut blastocoel). Pada saat blastula akhir, zigot pada umumnya telah
sampai ke uterus ( 6 hari setelah fertilisasi), proses implantasi pun
terjadi. Proses implantasi ini dibantu oleh sel-sel trofoblas (sel luar
blastula) yang terdapat pada blastosit (sel blastula).
3) Setelah proses blastula, pembelahan di endometrium akan dilanjutkan
yaitu proses gastrula. Gastrulasi akan menghasilkan 3 lapisan lembaga
(calon organ) yaitu ektoderm, endoderm dan mesoderm.
a) Ektoderm : membentuk saraf, mata, kulit, dan hidung
b) Endoderm : organ visceral (dalam) seperti tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, limfa, dan kelenjar kelamin
c) Mesoderm : organ pencernaan dan pernafasan dan pembentuk coelom
(rongga tubuh)
4) Neurula yaitu tahapan pembelahan zigot dalam membentuk bumbung
saraf (tulang belakang).
5) Organogenesis yaitu tahapan pembentukan organ pada embrio yang
berlangsung dari minggu ke-3 sampai minggu ke-8 kehamilan. Minggu
ke-9 sampai sebelum kelahiran terjadi penyempurnaan organ sehingga
disebut dengan masa janin atau fetus.
Macam-macam membran kehamilan sebagai berikut:
1) Sakus vitelinus atau kantong telur merupakan pelebaran endodermis.
Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel darah dan pembuluh
darah embrio. Sakus vitelinus dengan tropoblas berinteraksi membentuk
korion.
2) Korion merupakan membran terluar pada embrio. Korion membentuk vili
korion yang berisi pembuluh darah. Korion dengan jaringan
endometrium uterus ibu membentuk plasenta. Plasenta berperan dalam
pertukaran gas, makanan, dan zat sisa antara janin dan ibu. Namun, darah
ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin karena dibatasi oleh
jaringan ikat, hanya beberapa partikel kecil dalam darah saja yang dapat
melewati jaringan ikat tersebut, contohnya virus dan bakteri.
3) Amnion merupakan kantong berisi cairan tempat embrio berada. Amnion
berguna melindungi janin dari tekanan, benturan, atau perubahan suhu
yang drastis.
4) Alantois merupakan membran pembentukan tali pusar (ari-ari). Tali
pusar menghubungkan janin dengan plasenta pada endometrium uterus
ibu. Tali pusar berguna menyalurkan zat makanan dan oksigen dari ibu
serta mengeluarkan zat sisa yang dihasilkan janin untuk dibuang
(Omegawati dan Kusumawati, 2009).

Sumber gambar : http://e-biogene.blogspot.co.id/p/bahan-ajar-iii.html

Pada proses persalinan, uterus berkontraksi secara berkala hingga bayi


dilahirkan. Faktor yang mempengaruhi kelahiran yaitu faktor hormonal dan
faktor mekanis. Pada faktor hormonal, hormon yang mempengaruhi kontraksi
uterus pada saat persalinan yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin, dan
relaksin. Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang berfungsi sebagai kontraksi
uterus pada saat persalinan. Oksitosin juga berfungsi merangsang kontraksi
uterus yang dihasilkan oleh hipofisis ibu. Prostaglandin dihasilkan oleh
membran janin yang berfungsi meningkatkan kontraksi uterus,
sedangkan relaksin dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, berfungsi
melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul.
Sumber gambar: http://e-biogene.blogspot.co.id/p/bahan-ajar-iii.html

Pada faktor mekanis, yang mempegaruhi kontraksi uterus adalah peregangan


atau relaksasi otot uterus dan serviks. Adanya peregangan otot polos uterus
dan peregangan serviks menyebabkan peningkatan kontraksi otot polos
sekitar uterus. Hal ini akan menyebabkan pecahnya amnion (ketuban)
sehingga kepala bayi dapat meregangkan serviks dan terjadi kontraksi lebih
lanjut.

Setelah bayi lahir, ASI biasanya sudah diproduksi dalam kelenjar mammae
atau payudara yang tersusun dari jaringan ikat dan jaringan lemak. Payudara
memiliki daerah yang menonjol yang disebut puting susu. Sepanjang siklus
menstruasi, payudara mengalami perubahan sesuai siklus hormon yang terjadi
sehingga pada fase tertentu dari siklus menstruasi, payudara dapat terasa
penuh, berat, dan nyeri. Kejadian ini sangatlah alamiah. Pertumbuhan awal
kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon mammotropin. Hormon ini
dihasilkan oleh hipofisis ibu dan plasenta janin. Hormon estrogen dan
progesteron mempengaruhi perkembangan fisik kelenjar payudara. Hormon
prolaktin berfungsi meningkatkan sekresi ASI pada minggu kelima kehamilan
sampai kelahiran bayi. ASI yang dikeluarkan pertama kali disebut kolostrum.
Kolostrum berwarna kekuningan dan mengandung zat antibodi dan
kandungan protein yang tinggi (Omegawati dan Kusumawati, 2009).
2.4. Penyakit Menular Seksual dan Gangguan Pada Sistem Reproduksi
Manusia
Penyakit pada sistem reproduksi akibat infeksi mikroorganisme dapat
menular melalui hubungan seksual. Penyakit ini sering disebut PMS
(Penyakit Menular Seksual). Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh
cairan darah pada jarum suntik/transfusi. Ibu hamil juga dapat menularkan
PMS kepada bayinya. Beberapa PMS sebagai berikut:
1. Keputihan adalah keluarnya cairan vagina yang berlebihan. Keputihan
dikarenakan infeksi Chlamydia trachomatis disebut klamidia.
Keputihan karena infeksi Candida albicans disebut kandidiasis
2. Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks, dan
ovarium. Kanker vagina dapat disebabkan iritasi virus.
3. Uretritis adalah peradangan uretra oleh Chlamydia trachomatis dan
Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
4. Prostatitis adalah peradangan prostat yang disebabkan Escherichia
coli.
5. Gonorhoe adalah infeksi pada alat kelamin pria atau wanita oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae.
6. Sifilis (raja singa) adalah infeksi pada alat kelamin oleh bakteri
Treponema pallidum. Penularan dapat terjadi melalui jaringan kulit
yang terluka dengan cairan tubuh penderita (air mani, darah, cairan
vagina) atau melalui transfusi darah.
7. Herpes genitalis adalah infeksi pada alat kelamin oleh virus Herpes
simplex. Gejala yang terjadi pada penderita berupa bintik-bintik yang
muncul di sekitar alat kelamin, dubur dan mulut.
8. AIDS disebabkan Human Immuno Virus (HIV). HIV menyerang sel
darah putih manusia yang menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh. Virus HIV dapat hidup dalam cairan darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu.
Adapun gangguan pada sistem reproduksi sebagai berikut:
1. Endometriosis adalah timbulnya jaringan endometrium di luar uterus,
misalnya pada ovarium atau oviduk. Endometriosis dapat
menyebabkan sakit pinggang, nyeri perut, dan nyeri pada saat
menstruasi. Endometriosis dapat menghambat proses kehamilan.
2. Kriptorkidisme adalah gagalnya satu atau kedua testis untuk turun dari
rongga abdomen ke dalam skrotum. Peristiwa ini terjadi saat bayi.
3. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi pada wanita
sampai usia 17 tahun.
4. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi wanita yang
sebelumnya telah mengalami menstruasi.
5. Penyumbatan pada saluran reproduksi.

2.5. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi


Kesehatan organ reproduksi berhubungan dengan fungsi dan proses yang
terjadi di dalam sistem reproduksi. Beberapa cara menjaga kesehatan
organ reproduksi:
1. Membersihkan alat kelamin bagian luar menggunakan air bersih
setelah buang air. Saat membersihkan alat kelamin sebaiknya dari arah
depan ke belakang.
2. Menjaga alat kelamin luar agar selalu kering, misalnya dilap
menggunakan tisu setelah terkena air. Tempat lembap merupakan
tempat yang cocok untuk kehidupan bakteri dan jamur.
3. Menggunakan celana dalam dari bahan yang menyerap keringat dan
tidak terlalu ketat.
4. Menahan kebiasaan menahan buang air. Menahan buang air dapat
menyebabkan urine menetes. Tetesan urine tersebut dapat mengotori
celana dalam dan dapat menyebabkan timbulnya kuman penyakit.
5. Mengurangi kebiasaan mandi menggunakan air panas. Suhu yang
panas dapat mengganggu spermatogenesis (Omegawati dan
Kusumwati, 2009).
BAB III
KESIMPULAN

1. Organ reproduksi bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Sedangkan
organ reproduksi bagian dalam terdiri dari testis, epididimis, vas deferens,
prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.
2. Organ reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi bagian luar dan
organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar berupa
vulva dan labium. Organ reproduksi bagian dalam berupa ovarium dan
saluran kelamin.
3. Proses reproduksi manusia diawali dengan (1) Sperma bermigrasi melalui
lapisan pembungkus sel folikel dan berikatan dengan molekul reseptor
pada zona pelusida sel telur. (2) Pengikatan tersebut menginduksi reaksi
akrosomal, dimana sperma membebaskan enzim-enzim pencernaan ke
dalam zona pelusida. (3) dengan bantuan enzim hidrolitik ini, sperma
mencapai membran plasma sel telur, dan protein membran plasma
berikatan dengan reseptor pada membran sel telur. (4) Membran plasma
menyatu , yang memungkinkan isi sel sperma memasuki sel telur. (5)
Enzim yang dibebaskan selama reaksi kortikal sel telur mengeraskan
zona pelusida, yang sekarang berfungsi sebagai penghambat terjadinya
poilspermia, sampai akhirnya terbentuk janin dan dilahirkan.
4. Penyakit Menular Seksual pada manusia contohnya keputihan, sifilis dan
AIDS, sedangkan gangguan apada sistem reproduksi manusia contohnya
endometriosis, amenore primer dan amenore sekunder.
5. Ada berbagai cara dalam menjaga kesehatan alat reproduksi manusia
diantaranya membersihkan alat kelamin bagian luar menggunakan air
bersih setelah buang air, menjaga alat kelamin luar agar selalu kering dan
menggunakan celana dalam dari bahan yang menyerap keringat dan tidak
terlalu ketat
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Junqueira, L.C dan J. Carneiro. 2007. Histologi Dasar : Teks dan Atlas.
Jakarta: EGC

Omegawati, W.H dan K. Rohana. 2009. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI


Semester 2. Klaten: Intan Pariwara

Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai