MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Akuntansi Manajerial yang diampu oleh Sahmin Noholo,SE,MM S.pd
OLEH
KELOMPOK 6
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perhitunga Rasio
Likuiditas ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sahmin Noholo,SE,MM,S.pd selaku
Dosen pengajar Analisis Laporan Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis Keputusan Berdasarkan Data Pada Laporan Keuangan
2.2 Analisis Cross-Sectional
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta berlangsung secara sederhana begitu, sebab
sebuah keputusan itu selalu saja lahir berdasarkan dari proses yang memakan waktu,
tenaga dan pikiran hingga akhirnya terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah keputusan
tersebut. Dalam usaha menciptakan suatu perencanaan yang baik maka artinya manajer
keuangan berusaha menempatkan kajian dari sudut efisiensi dan efektivitas. Setiap
manajer keuangan berusaha menciptakan tingkat pertumbuhan yang eksplisit, terutama
secara jangka panjang.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan konsep keputusan
2) Apa saja keputusan dalam perencanaan keuangan
3) Apa saja keputusan pada piutang dan Bad Debt
4) Bagaimana cara pengerjaan untuk analisis keputusan berdasarkan data pada
laporan keuangan
5) Apa metode Cross-Sectional dan Time-series
6) Apa definisi Analisis Cross-Sectional
7) Apa saja permasalahan yang timbul dalam Analisis secara Cross-Sectional
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan konsep keputusan
2) Menjelaskan keputusan dalam perencanaan keuangan
3) Menjelaskan keputusan pada piutang dan Bad Debt
4) Memberikan contoh soal pengerjaan untuk analisis keputusan berdasarkan data
pada laporan keuangan
5) Menjelaskan metode Cross-Sectional dan Time-series
6) Menjelaskan definisi Analisis Cross-Sectional
7) Menjelaskan permasalahan yang timbul dalam Analisis secara Cross-Sectional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISIS KEPUTUSAN BERDASARKAN DATA PADA LAPORAN KEUANGAN
1. Konsep Keputusan
Saat pengambilan keputusan adalah saat dimana kita sepenuhnya memilih kendali dalam
bertindak sedangkan saat kejadian tak pasti adalah saat dimana sesuatu diluar diri kitalah
yang menentukkan apa yang akan terjadi artinya kendali diluar kemampuan kita. Selanjutnya
yang dianggap penting adalah pertanggung jawaban dari keputusan itu sendiri kepada pihak
yang berkepentingan.
2. Keputusan Dalam Perencanaan Keuangan
Dalam merenanakan keuangan secara umum ada 3(tiga) bentuk kategori waktu perencanaan
keuangan, yaitu :
a. Perencanaan keuangan jangka pendek
b. Perencanaan keuangan jangka menengah
c. Perencanaan keuangan jangka panjang
Dalam usaha menciptakaan suatu perencanaan yang baik maka artinya manajer keuangan
berusaha menempatkan kajian dari sudut efisiensi dan efektivitas. Dengan menjadikan kedua
kajian ini sebagai base thingking diharapkan manajer keuangan mampu menciptakan suatu
rencana yang eksplisit.
Menurut Stephen A. Ross, Dkk, “untuk mengembangkan suatu rencana keuangan yang
eksplisit, manajer harus menentukkan beberapa unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan
perusahaan :
1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru
2. Tingkat pengungkitan keuangan yang dipilih untuk dipergunakan di perusahaan
3. Jumlah kkas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham
4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi sehari-
hari.
Inveestasi pada sejumlah asset dengan nilai yang besar menyebabkan perusahaan
memikirkan kapan terjadinya Breakevent Point(titik peluang pokok) akan tercapai. Dan
bahkan jika Breakevent point (BEP) tidak tercapai sesuai dengan standar waktu yang
direncanakan maka artinya perencanaan perusahaan tidak berkualitas.
Menurut Stephen A.Ross, dkk. Bahwa “masing-masing model dapat memiliki
kompleksitas yang bervariasi, tetapi hampir semuanya akan memiliki unsure-unsur yang
akan kita bahas dibawah ini.
Ramalan Penjualan. Hampir semua rencana keuangan meminta adanya ramalan
penjualan yang diberikan secara eksternal.
Laporan Pro Forma. Sebuah rencana keuangan akan memiliki ramalan neraca, laporan
laba rugi, dan laporan arus kas.
Persyaratan Aset. Suatu rencana keuangan akan menguraikan proyeksi belanja modal.
Persyaratan keuangan. Suatu rencana keuangan akan memuat suatu bagian tentang
ketentuan pendanaan yang dibutuhkan.
Penyeimbang(Plug). Setelah perusahaan memiliki ramalan penjualan dan estimasi
mengenai belanja asset yang dibutuhkan, seringkali akan dibutuhkan sejumlah pendanaan
baru
Asumsi-Asumsi Perekonomian. Rencana tersebut akan harus menyatakan secara
eksplisit lingkungan perekonomian dimana perusahaan berharap akan berada sepanjang
umur rencana.
3. Keputusan Pada Piutang Dan Bad Debt
Penjualan produk secara kredit atau piutang dagang dilakukan dengan maksud untuk
menggenjot penjualan agar tercapai sesuai dengan target yang diinginkan. Namun persoalan
sering terjadi pada saat angka penjualan kredit diperbesar menjadi seiring dengan
meningkatnya piutang ragu-ragu(badt debt), dan semakin besar piutang ragu-ragu maka
semakin besar permasalahan yang harus di tanggung olrh perusahaan dikemudian hari, dan
ini lebih jauh berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang akan diterima.
Terdapat dua hal yang sering di khawatirkan berkenaan dengan piutang, yaitu:
1) Peningkatan piutang yang pesat, lebih pesat dari peningkatan penjualan
2) Cadangan piutang tak tertagih yang relative tidak berubah.
Suatu piutang yang bersifat Bad Debt timbul disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain :
a. Perusahaan ingin mengejar target penjualan, sehingga angka penjualan dinaikkan.
b. Perusahaan dalam memperbesar penjualan dengan menaikkan penjualan produk boleh
dibeli secara tunai dan non tunai.
c. Penjualan produk yang bersifat non tunai dilakukan secara tidak hati-hati.
d. Perusahaan memiliki tagihan atau kewajiban dalam bentuk kredit kepada suatu
perbankan.
Untuk menciptakan suatu tata kelola manajemen keuanganyang baik, maka manajer
keuangan berkewajiban untuk membuat catatan yang lebih realistis tentang pengkategorian
piutang. Pengelompokkan ini tentu saja dengan pertimbangan bagian mana dari piutang
tersebut yang segera dapat dikonversikan menjadi uang. Dengan pengelompokkan demikian,
sebenarnya pembaca laporan keuangan telah dibantu untuk memilah berkenaan dengan
kualitas piutang.
Oleh karena itu, ada beberapa acuan yang harus diterapkan oleh suatu perusahaan untuk
memperkecil risiko timbulnya bad debt,yaitu :
1) Menghindari keputusan penjualan produk pada saat pasar dalam kondisi fluktuatif atau
akan berada dalam kondisi menuju krisis moneter
2) Membatalkan penjualan produk pada konsumen yang memiliki reputasi buruk dalam
dunia bisnis
3) Menghindari produksi dan penerimaan order pada saat pasar tidak menentu
4) Melakukan dan menerapkan tindakan prudiental principle (prinsip kehati-hatian) pada
saat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, dan inovasi produk perusahaan berlangsung
secara lambat
5) Ada ukuran presentase yang tidak layak diterapkan untuk besaran piutang, misalnya 30-
40% dari total penjualan, atau pada kondisi ekonomi sangat stabil perusahaan boleh
memperbesar hingga 45%.
Maka secara sederhana dapat di jelaskan sebagai berikut. Bahwa Bad Debt sering disebut
juga dengan kredit macet atau piutang ragu-ragu. Kondisi dan kasus Bad Debt terjadi pada
saat angka penjualan kredit perusahaan di perbesar. Tujuan di perbesarkannya angka
penjualan kredit juga untuk meningkatkan perolehan keuntungan penjualan.
4. Contoh Soal Keputusan Keuangan Pendekatan Penjualan Aset Perusahaan,
Penambahan Hutang Atau Penjualan Right Issue
Ketiga bentuk sumber dana tersebut menjadi kajian serius untuk dilihat dampak
positif dan negatifnya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada neraca ringkas
dibawah ini.
Ada tiga kondisi dan situasi ekonomi yang harus dianalisis, yaitu :
a. Kondisi ekonomi menurun dengan estimasi(perkiraan) current asset adalah 42% dari
penjualan
b. Kondisi ekonomi stabil dengan estimasi(perkiraan) current asset adalah 35%
c. Kondisi ekonomi berkembang dengan estimasi(perkiraan) current asset adalah 32% dari
penjualan
Berdasarkan data tersebut maka hitunglah berapa nilai ROE yang dianggap layak(feasible)untuk
diterima.
Jawaban
Maka berdasarkan data diatas kita dapat menghitungnya sebagai berikut.
Uraian Kondisi Ekonomi (dalam rupiah)
Menurun (42%) Stabil (35%) Berkembang(32%)
Fixed asset 4.100.000.000,- 4.100.000.000,- 4.100.000.000,-
Current asset 4.195.000.000,- 3.412.500.000,- 3.120.000.000,-
Total asset 8.195.000.000,- 7.512.500.000,- 4.220.000.000,-
Rasio utang 3.114.100.000,- 2.854.750.000,- 1.603.600.000,-
(38%)
Shareholders 5.080.900.000,- 4.657.750.000,- 2.616.400.000,-
equity
EBIT(8,5%) 828.750.000,- 828.750.000,- 828.750.000,-
Interest cost 286.497.200,- 262.637.000,- 147.531.200,-
(9,2%)
EBT 542.252.800,- 566.113.000,- 681.218.800,-
Tax(15%) 81.337.920,- 84.916.950,- 102.182.820,-
EAT 460.914.880,- 481.196.050,- 579.035.980,-
Berdasarkan dari perhitungan diatas maka selanjutnya dapat dihitung Return on Equity(ROE)
untuk kegita ketiga kondisi ekonomi tersebut, yaitu :
Earning After Tax (EAT)
ROE =
Shareholders Equity
Maka :
a. ROE kondisi ekonomi menurun
460.914.880,-
ROE =
5.080.900.000,-
ROE = 0,090715 atau 9,0715%
b. ROE kondisi ekonomi stabil
481.196.050,-
ROE =
4.657.750.000,-
ROE = 0,010331 atau 10,331%
579.035.980,-
ROE =
2.616.400.000,-
ROE = 0,221310 atau 22,1310%
Rekomendasi Keputusan
Berdasarkan hasil hitungan diatas maka yang dipilih adalah kondisi ekonomi stabil dimana
ROE yang diperoleh adalah 10,331% atau yang paling tinggi diantara yang lain, dan otomatis
kemampuan memberikan return juga yang tertinggi.
Penjelasan cara menghitung
Current asset dihitung dengan cara penjualan yang diestimasikan dekali dengan
presentase setiap kondisi ekonomi. Contoh Rp.9.750.000.000,-. x 42%(kondisi
ekonomi menurun)= Rp. 4.195.000.000,-
Total aktiva diperoleh dari aktiva tetap ditambah dengan aktiva lancar. Contoh Rp
4.100.000.000,- + Rp 4.195.000.000,- = Rp 8.195.000.000,-
Rasio utang dihitung dengan total aktiva dikali dengan presentase rasio hutang.
Contoh Rp.8.195.000.000,- x 38% = Rp.3.114.100.000,-.
Shareholders equity dihitung dengan cara total asset dikurangi rasio hutang. Contoh
Rp.8.195.000.000 – Rp.3.114.100.000 =Rp 5.080.900.000,-
EBIT dihitung dengan cara penjualan yang diestimasikan dikali dengan komposisi
ebit. Contoh Rp.9.750.000.000 x 8,5% = Rp.828.750.000,-
Biaya bunga (inters cost) dihitung dengan cara jumlah hasil rasio hutang dikali
komposisi interscost. Contoh Rp.3.114.100.000 x 9,2% = Rp.286.497.200,-
EBT dihitung dengan cara Ebit dikurangi interst cost. Contoh Rp.828.750.000 –
Rp.286.497.200 = Rp.542.252.800,-
Tax dihitung dengan cara Ebt dikali presentase pajak
Eat dihitung dengan cara Ebt dikurangi Tax. Contoh Rp.542.252.800 – 81.337.920 =
Rp.460.914.880
6. Contoh soal kedua untuk keputusan keuangan pendekatan ROE (Return On Equity)
Pada awal bulan maret 2018 manajer keuangan PT Ratu alam tasktile sedang melakukan
kajian untuk melihat return on equity(ROE) perusahaan. Informasi dari manajer pemasaran
menyebutkan bahwa penjualan diestimasikan akan terjadi penaikan sebesar RP.8 miliyar.
Dengan asumsi perusahaan akan melakukan ekspanasi pembukaan kantor pemasaran ke
Sumatera dan Sulawesi serta ke Negara Malaysia. Adapun beberapa informasi lainnya
adalah,
a. Posisi rasio hutang adalah 46%
b. Nilai aktiva tetap sebesar Rp.3,5 miliyar
c. Komposisi earming before interst and Tax(Ebit) adalah 9,5%
d. Komposisi interst cost(biaya bunga)adalah 10%
e. Komposisi tax adalah 35%
Ada tiga kondisi dan situasi ekonomi yang harus di analisis, yaitu :
a. Kondisi ekonomi penurunan dengan estamasi(perkiraan)current asset adalah 53% dari
penjualan
b. Kondisi ekonomi stabil dengan estimasi (perkiraan)current asset 48% dari penjualan
c. Kondisi ekonomi berkembang dengan estimasi(perkiraan) current asset adalah 30% dari
penjualan
Manajer keuangan meminta kepada anda untuk menghitung berapakah ROE yang paling
layak untuk diterima .
Jawaban :
Maka berdasarkan data diatas kita dapat menghitungnya sebagaai berikut :
Maka berdasarkan hasil hitungan diatas kita dapat menghitung Return on Equity dari ketiga kondisi
ekonomi tersebut dengan mempergunakan formula sebagai berikut.
Earning After Tax (EAT)
ROE =
Shareholders Equity
Maka :
a. ROE kondisi ekonomi menurun
262.574.000,-
ROE =
4.179.600.000,-
ROE = 0,0628 atau 6,28%
b. ROE kondisi ekonomi stabil
274.534.000,-
ROE =
3.963.600.000,-
ROE = 0,0692 atau 6,92%
c. ROE kondisi ekonomi berkembang
317.590.000,-
ROE =
3.186.000.000,-
ROE = 0,0997 atau 9,97%
Lebih jauh diinfokan bahwa dari jumlah tersebut Rp 52.000.000 adalah aktiva likuid. Sehingga
berdasarkan data diatas diminta untuk,
a. Menghitung perputaran aktiva perusahaan, dengan mempergunakan rumus dibawah ini
TA= FA + CA
Keterangan :
TA = Total aset
FA= Fixed Aset atau non current asset
CA= current Asset (aset lancer)
TA= FA+CA
TA = 1.250.000.000 + 520.000.000
TA= 1.770.000.000
Selanjutnya dapat dihitung perputaran aktiva perusahaan dengan mempergunakan rumus
dibawah ini
P jl
PA=
TA
Dimana :
PA = 1,37 x
b. . Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki, adapun rumusnya adalah
P jl
TK ba= X 100 %
2TA
Dimana :
Tkba = Tingkat Keuntungan berdasarkan aktiva
P jl
Tk ba= X 100 %
TA
2.430 .000.000
Tk ba= X 100 %
1.770 .000.000
8. Contoh Soal Analisis Kebutuhan dana dari Sumber Current Asset atau Current
Liabilities
PT semesta otomotif adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif sedang
memikirkan untuk melakukan ekspansi bisnis dan membutuhkan dana sehingga mengharuskan
perusahaan melakukan strategi karena menyangkut dengan penambahan hutang dalam bentuk
dollar Amerika. Dan manajer keuangan ditugaskan untuk menganalisis dan memberikan
rekomendasinya. Adapun komposisi ringkas neraca pada akhir tahun 2018 adalah,
Balancesheet
31th Dec 2018
Debit credit
Current Assets $ 9.700.000 Current liabilities $ 7.640.000
fixed Assets $ 20. 500.000 Long Term debt $ 22.560.000
Total Assets $ 30.200.000 Total liabilities $ 30.200.000
Perusahaan ABC
Laporan Rugi laba dalam presentase
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 1988
Penjualan $ 100,000 100%
Dikurangi : harga pokok penjualan $ 20,000 20%
Laba kotor $ 80,000 80%
Beban Bersih $ 30.000 30%
Laba Bersih $ 50.000 50%
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan bukan hanya sekedar informasi yang menggambarkan kondisi
keuangan sebuah perusahaan namun lebih dari itu dapat dijadikan sebagai pengukur
keputusan yang akan diambil. Ukuran keputusan sering dihubungkan dengan pendekatan
angka dan rumus yang dipergunakan. Dan keakuratan keputusan ketika dilihat keandalan
data serta model perangkat analisis yang dipakai memiliki nilai realistis dan sesuai
dengan keinginan yang diharapkan.