Anda di halaman 1dari 26

PEREKONOMIAN

INDONESIA
Kelompok
III

Nama Kelompok III :


Siti Nurlini

B1B113150

Ramadan Wahid Toro

B1B113151

Sumarlin

B1B113152

Andi Fadel Muh

B1B113153

Rivandi

B1B113157

Reno Sandi Yuda

B1B113155

Fajar Rahmawan Z

B1B113159

Erlin Aprilia

B1B113162

Sumiati

B1B113160

Bagian 4
REfORMASI IKLIM
INVESTASI
BAB 13
Reformasi BAB
Iklim13
Investasi
Reformasi Iklim Investasi

BAB 15
15 Krisis
Habis BBM,BAB
Terbitlah
Habis BBM,
Terbitlah Krisis
Listrik
Listrik

BAB 14
BABInvestasi
14
Akhir Paceklik
?
Akhir Paceklik Investasi ?

BAB 16
BAB 16
Masalah Ketenagakerjaan
Masalah
Ketenagakerjaan
Dan
Qou Vadis
Revisi RUU
DanKetenagakerjaan
Qou Vadis Revisi RUU
Ketenagakerjaan

BAB 13
REFORMASI IKLIM INVESTASI

A. Buruknya iklim investasi


Iklim investasi adalah semua kebijakan,
kelembagaan, dan lingkungan, baik yang
sedang berlangsung terjadi dimasa
mendatang, yang bisa mempengaruhi tingkat
pengembalian resiko suatu investasi.
Berbagai survei membuktikan faktor utama
yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah
tenaga kerja, perekonomian daerah,
infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan
institusi.

Alasan utama mengapa investor masih


khawatir untuk melakukan bisnis di
Indonesia adalah ketidakstabilan ekonomi
makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi,
perizinan usaha dan regulasi pasar tenaga
kerja.

B. Reformasi Mendasar
Lemahnya perencanaan dan koordinasi
peraturan perundangan, baik tingkat
vertikal ( antara pemerintah pusat-provinsikabupaten/kota) dan pada tingkat horizontal
( antara kementrian dan badan lainnya)
terus terjadi.
Oleh karena itu diperlukan reformasi
mendasar berkaitan dengan perbaikan iklim
bisnis dan investasi di Indonesia.

C. Paket Perbaikan Iklim


Investasi di Era SBY.
Paket kebijakan investasi dalam Inpres No. 3 Tahun 2006.
Paket kebijakan ini berisi serangkaian program dan tindakan
dengan tujuan untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
2. Paket perbaikan iklim investasi dalam Inpres No. 3 Tahun 2007.
Paket ini berisi kebijakan pembangunan sektor ril dan
pembangunan UMKM.
3. Paket fokus pembangunan ekonomi 2008-2009 dalam Inpres No.
5 Tahun 2008.
Kebijakan ini berisi langkah-langkah yang diperlukan dalam
rangka pelaksanaan dan fokus program ekonomi guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian
sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas
lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen
masyarakat ekonomi ASEAN.
1.

D. Evaluasi Implementasi Paket


Kebijakan

1. Evaluasi Inpres No. 3 Tahun 2006


Inpres No. 3 Tahun 2006 sematanya agaknya tidak
cukup untuk menghasilkan peningkatan investasi
dan pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang
telah ditargetkan meningkatkan paket kebijakanini
setidaknya mengundang tiga keterbatasan.
2.Belum mencantumkan penetapan skala prioritas
sektoral maupun spasial.
3.Paket kebijakan tidak menggunakan pendekatan
yang mengacu pada masalah utama yang
menghadang gerak maju perekonomian,kecuali
persoalan investasi.

E.Evaluasi inpers No.6 thn 2007


Sampai dengan maret 2008,pelaksanaan Inpers
no.6 tahun 2007,dari 140 tindakan yang harus
diselesaikan hanya 101 tindakan dinyatakan
selesai atau 72,1% dari total tindakan.Meskipun
tindakan belum dapat diselesaikan secara tepat
waktu,sejumlah tindakan diantaranya telah
mencapai kemajuan yang berarti.Namun
sejumlah tindakan lainya memerlukan perhatian
yang lebih sungguh-sungguh untuk
menyelesaikannya.

F.Evaluasi Inpers No.5 Thn 2008


pencapain dalam inpers No.5 tahun 2008
adalah(1)telah diselesaikan peraturan pendukung
U-U NO.25 THN 2007 Tentang penanaman
modal,diantaranyan draf per pres untuk pelayanan
terpadu satu pintu.(2)telah diselesaikanya berbagai
thn 2007modal,diantaranya
fasilitas bagi No.6
penanam
perubahan PP 1/2007 menjadi PP 62/2008 tentang
pemberian fasilitas perpajakan bagi bidang tertentu
dan daerah tertentu.(3)disampaikan draf RUU
Kawasan Ekonomi khusus kepada DPR,
(4)diterbitkan berbagai peraturan untuk
memudahkan iklim berusaha di indonesia.

BAB 14 AKHIR PACEKLIK


INVESTASI
A. TREND INVESTASI INDONESIA
Berbagai studi menunjukkan bahwa iklim
investasi indonesia masih lebih buruk
dibanding china, thailand, vietnam dan
negara-negara ASEAN lainnya. Iklim investasi
dapat didefinisikan sebagai semua
kebijakan,kelembagaan,dan lingkungan,baik
yang sedang berlangsung maupun yang
diharapkan terjadi dimasa mendatang, yang
bisa mempengaruhi tingkat pengembalian
dan risiko suatu investasi.

B. ARUS MODAL ASING KE ASEAN


Tingginya pertumbuhan ekonomi ASEAN
tidak terlepas dari derasnya arus PMA ke
negara-negara kawasan ini. ASEAN sukses
menarik PMA dan menjadikan perusahaanperusahaan transnasional (TNC) sebagai
bagian dari strategi pembangunan nasional.

C. REALISASI PMA DAN PMDN DI INDONESIA


Ada beberapa hal yang menyebabkan
iklim investasi indonesia sering disoroti
yaitu waktu untuk mengurus ijin investasi
masih dikeluhkan terlalu lama ( 97 hari
untuk memulai bisnis baru), prosedur
ekspor yang lambat dan kompleks sehingga
membuat biaya logistik dan transpor
menjadi tidak kompetitif, ditambah korupsi
yang masih berlanjut di bea cukai dan
pelabuhan.

BAB 15 HABIS BBM, TERBITLAH


KRISIS LISTRIK
A. PENGHEMATAN LISTRIK
Sumber daya alam yang merupakan energi
primernya, seperti minyak dan panas bumi,
batubara, dan potensi air, memiliki jumlah
yang terbatas. Jika kita berpola hidup tidak
cermat dalam penggunaan energi primer
yang tak terbarukan ini, perlahan tetapi pasti
energi primer tersebut akan habis dan
berdampak negatif terhadap kehidupan
mahluk hidup. Perilaku hemat listrik akan
membantu mengurangi pemadaman bergilir.

ADA 2 KEBIJAKAN
PENGHEMATAN LISTRIK
1.

KEBIJAKAN TARIF SUBSIDI


Tarif subsidi listrik dikurangi secara bertahap
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
mengurangi beban negara.Namun, bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah, subsidi akan tetap
diberikan dan diutamakan dalam bentuk subsidi
langsung.

2.

KEBIJAKAN TARIF NONSUBSIDI


Kebijakan tarif nonsubsidi didasari oleh pemikiran
bahwa pemerintah hanya memberikan subsidi
pemakaian listrik sampai dengan batas pemakaian
tertentu.

B. DAMPAK KENAIKAN TARIF LISTRIK BAGI


SEKTOR INDUSTRI
Penurunan pertumbuhan industri ini
diperkirakan akan makin diperparah dengan
kebijakan pengalihan jam kerja tersebut.
Padahal jika kita cermati, jumlah pelanggan
listrik nonsubsidi tertinggi adalah sektor bisnis
yang mencapai 226,8 ribu pelanggan
ditambah lagi dengan usulan untuk
menaikkan tarif listrik untuk industri. Tentu hal
ini akan menambah beban bagi dunia industri.

c. INDUSTRI KETENAGALISTRIKAN
Jejaring organisasi industri ketenagalistrikan
nasional dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pemerintah dan nonpemerintah. Dalam struktur
jejaring pemerintah, industri ketenagalistrikan
berada dibawah koordiansi menteri ESDM.
Sedangkan dalam struktur jejaring
nonpemerintah, terdapat beberapa hierarki yang
menghubungkan antara Masyarakat Energi
Indonesia (MEI), Masyarakat Ketenagalistrikan
Indonesia (MKI), dan masyarakat dibidang energi
primer.

D. KONDISI SUPLAI LISTRIK NASIONAL


Salah satu variabel yang mempengaruhi
krisis listrik adalah kapsitas suplai listrik
nasional. Kapasitas suplai listrik nasional
tergantung pada banyaknya pembangkit
listrik yang dimiliki oleh PLN.Pembangkit listrik
PLN terdiri dari beberapa jenis berdasarkan
sumber tenaganya. Sumber tenaga yang
dimanfaatkan sebagai pembangkit adalah
diesel,air,uap,gas,kombinasinya,dan
geothermal.

BAB 16
MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN QUO
VADIS REVISI RUU KETENAGAKERJAAN

A. Masalah Mendasar Ketenagakerjaan


Di pasar tenaga kerja, ada tiga masalah mendasar yang
muncul.
Tingkat pengangguran meningkat pesat pasca krisis
ekonomi.
Permasalahan regulasi ketenagakerjaan dan penetapan
kontrak adalah masalah terpenting yang berkaitan dengan
iklim investasi.
Pemutusan hubungan kerja di sektor riil, khususnya
industri padat karya ,terus berlangsung

B. PROBURUH ATAU PROPENGUSAHA?

Para pengusaha dan investor merasa bahwa


salah satu permasalahan yang paling
dikeluhkan adalah masalah regulasi pasar
tenaga kerja, keterampilan dan produktivitas
buruh yang rendah, upah buruh yang tidak lagi
kompetitif
dibandingkan
dengan
china/vietnam, pesangon dan kesejahteraan
buruh,
meningkatnya
kasus
sengketa
hubungan industrial, dan semakin militannya
buruh indonesia.

Berbagai sumber menyebutkan ada tiga


bidang
utama
yang
mengundang
kontroversi.
Aturan main yang berkaitan dengan
perekrutan,
khususnya
tentang
outsourcing dan penggunaan pekerja
kontrak.
Aturan main tentang upah minimum.
Aturan main tentang PHK dan pesangon.

C.
PENENTUAN
MINIMUM

UPAH

Jumlah upah yang diberikan


perusahaan kepada buruhnya didasarkan
pada standar upah minimum yang disebut
upah minimum kota (UMK). UMK
didasarkan pada perhitungan nilai
kebutuhan hidup layak (KHL) yang
paling rendah (minimum).

D. QUO VADIS ?

Permasalahan regulasi
ketenagakerjaan seringkali mencuat ke
permukaan.
Revisi
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
2003
tentang
ketenagakerjaan
memunculkan
kontroversi di kalangan buruh. Mereka
menolak draf revisi UU tersebut karena
dikhawatirkan pasal-pasal yang memihak
buruh akan dihilangkan.Revisi UU No.
13/2001 ini sepertinya didasari atas
pertimbangan kepentingan pengusaha,
karena pada UU No. 13/2003 tersebut
terdapat
pasal-pasal
yang
kurang

Perbaikan UU ketenagakerjaan bukan


untuk merugikan buruh akan tetapi perlu
dimengerti nahwa dengan biaya buruh
yang kompetitif akan mengundang
investor masuk. Hal ini akan mambantu
negara dan masyarakat dalam penyerapan
tenaga kerja di tengah banyaknya
pengangguran yang semakin meningkat
sebagai imbas krisis finansial global.

Ada Pertanyaan ???

HOME

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai