Anda di halaman 1dari 118

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN

MANAJERIAL, KEBIJAKAN DEVIDEN, FINANCIAL


DISTRESS DAN PERGANTIAN MANAJEMEN
TERHADAP PERGANTIAN KAP
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia Tahun 2017-2021)

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Stara Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Pekalongan

Disusun Oleh :

Nama : Nelly Safitri


NPM : 0517021721

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan sebagai suatu entitas mencakup berbagai kepentingan

yang memerlukan manajemen yang baik dalam pengoperasian dan penyediaan

informasi. Informasi merupakan faktor penting bagi semua pihak yang

berkepentingan karena memberikan informasi, catatan atau gambaran tentang

kondisi perusahaan di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Laporan keuangan merupakan alat utama untuk menginformasikan

informasi keuangan perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah, kejadian,

maupun peristiwa dalam perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.

Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu

penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu

entitas (IAI, 2009). Laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah pemakai

dalam pengambilan keputusan dan sebagai pertanggungjawaban manajemen

atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya oleh para pemegang saham.

Kepercayaan antara pihak pemegang saham dengan pihak manajemen

bertujuan agar tidak terjadi konflik antara kedua pemangku kepentingan.

Pihak manajemen suatu perusahaan berkewajiban untuk menyajikan

laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi dari kinerja mereka.

1
2

Laporan keuangan digunakan oleh beberapa pihak seperti: manajemen, calon

investor, investor, kreditor, dan pemerintah. Laporan ini berpotensi

dipengaruhi kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal

selaku pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan

laporan keuangan yang dapat dipercaya, memberikan informasi sesuai fakta,

dan menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya untuk dijadikan

dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini peran akuntan publik

diperlukan sebagai pihak independen yang bertindak sebagai perantara antara

kedua pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda (agen/manajer dan

prinsipal/pemilik), yaitu dengan memberikan penilaian dan pendapat atas

kewajaran semua hal penting, keuangan dan kondisi keuangan. Untuk itu

dalam menghasilkan laporan keuangan yang valid, maka perusahaan klien

diwajibkan untuk melakukan rotasi auditor. Rotasi auditor adalah pergantian

atau perputaran auditor yang harus dilakukan oleh perusahaan, dengan tujuan

untuk menghasilkan kualitas dan menegakkan independensi (Nabila 2011).

Timbulnya kajian mengenai masalah pergantian auditor ini berawal

dari terbongkarnya kasus Enron ke ranah publik pada Desember 2001, di

mana auditor yang merupakan salah satu dari anggota KAP big five saat itu

yakni Arthur Andersen gagal mempertahankan independensinya dalam

mengaudit kliennya, Enron. Akibat dari kasus ini, lahirlah The Sarbanes-

Oxley Act (SOX) tahun 2002 sebagai solusi dari skandal perusahaan besar

yang terjadi di Amerika. Di Indonesia, PT. Kimia Farma Tbk. sempat tidak

mendapatkan kepercayaan dari para pemegang sahamnya sendiri yang


3

disebabkan penyajian penjualan yang overstated yang tidak mampu dideteksi

oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa.

Menindaklanjuti pelanggaran kode etik tersebut, pemerintah Indonesia

sudah menetapkan peraturan mengenai rotasi wajib auditor. Pergantian auditor

atau biasa disebut Auditor Switching merupakan pergantian auditor maupun

KAP yang melakukan penugasan audit pada suatu perusahaan. Pada awalnya

kewajiban rotasi auditor diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 pasal 6 yang menyatakan bahwa

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat

dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan

oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-

turut.

Selanjutnya peraturan tersebut diperbaharui dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa

Akuntan Publik yang memiliki dua perubahan. Perubahan pertama dalam

pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa sebuah KAP hanya boleh mengaudit suatu

perusahaan paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh Akuntan

Publik (AP) dalam KAP tersebut diperbolehkan mengaudit paling lama 3

(tiga) tahun buku berturut-turut.

Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang

mengatur pergantian auditor, yaitu PP No. 20/2015 tentang Praktik Akuntan

Publik. Dalam PP No. 20/2015 pasal 11 ayat (1) dijelaskan bahwa KAP tidak

lagi dibatasi dalam melakukan audit atas suatu perusahaan. Pembatasan hanya
4

berlaku bagi akuntan publik, yaitu selama 5 (lima) tahun buku berturut-turut.

Setelah memberikan jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu

perusahaan selama 5 (lima) tahun buku berturut-turut akuntan publik

diwajibkan melakukan cooling-off selama 2 (dua) tahun berturut-turut. Setelah

periode cooling-off selesai, maka akuntan publik dapat kembali memberikan

jasa audit pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang dimaksud dalam PP No.

20/2015 adalah industri di sektor pasar modal, bank umum, dana pensiun

perusahaan asuransi/reasuransi, atau BUMN, sebagaimana dijelaskan pada

pasal 11 ayat (2). Untuk memperketat pengawasan terhadap akuntan publik

yang melakukan audit terhadap perusahaan penyelenggara jasa keuangan, OJK

mengeluarkan POJK Nomor 13 Tahun 2017 tentang Penggunaan Jasa

Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan.

Dalam peraturan tersebut, diatur bahwa institusi jasa keuangan wajib

membatasi penggunaan jasa audit dari AP paling lama 3 (tiga) tahun buku

berturut-turut. Sedangkan pembatasan penggunaan jasa dari KAP tergantung

pada hasil evaluasi Komite Audit. Selain itu, institusi jasa keuangan harus

menggunakan akuntan publik dan kantor akuntan publik (KAP) yang terdaftar

di OJK.

Adanya peraturan tersebut, Indonesia menjadi negara yang

mewajibkan adanya pergantian auditor yang bersifat mandatory (wajib).

Namun, jika perusahaan mengganti KAP secara voluntary (di luar peraturan

pemerintah), maka hal tersebut akan menimbulkan pertanyaan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhinya. Banyak faktor yang diduga dapat


5

mempengaruhi pergantian KAP seperti kesulitan keuangan, pergantian

manajemen, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham

manajemen dan jumlah dewan komisaris (Desra, 2018).

Kepemilikan manajerial diduga memiliki pengaruh terhadap

pergantian KAP dikarenakan auditor yang terdahulu tidak sejalan dengan

kepentingan manajemen perusahaan. Manajemen ingin mencari auditor yang

dapat memenuhi kepentingan perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham

oleh manajemen maka semakin besar peluang terjadinya pergantian auditor.

Sumarwoto (2006) menyatakan bahwa pergantian auditor secara voluntary,

disebabkan karena auditor yang terdahulu tidak sejalan dengan kepentingan

manajemen perusahaan, oleh karena itu manajemen ingin mencari auditor

yang dapat memenuhi kepentingan perusahaan.

Kemudian faktor selanjutnya kebijakan deviden diduga memiliki

pengaruh terhadap pergantian KAP dikarenakan deviden dipandang sebagai

subtitusi dari hutang dalam mengurangi agency cost. Bagi investor

pembayaran deviden yang stabil merupakan indikator perusahaan yang stabil

pula, dividen yang stabil mengungkapkan pandangan pihak manajemen atas

masa depan perusahaan yang lebih baik. Jika dividen tidak dibagikan secara

teratur akan menimbulkan pertanyaan untuk para pemegang saham (Horne

dan Wachowicz, 2010). Salah satu penyebab dividen tidak dibagikan yaitu

dibutuhkannya dana tambahan untuk kebutuhan investasi perusahaan. Oleh

karena penggunaan dana tambahan maka dibutuhkan pengawasan tinggi,

sehingga investor akan lebih percaya pada manajemen perusahaan. Bentuk


6

pengawasan tinggi yaitu permintaan kualitas audit yang baik, sehingga hal ini

akan mendorong manajemen untuk melakukan pergantian KAP (Loughram,

1997).

Faktor selanjutnya yang diduga dapat mempengaruhi pergantian KAP

adalah financial distress karena financial distress merupakan gambaran

kondisi keuangan perusahaan, kondisi keuangan dapat menjadi salah satu hal

yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan

pergantian KAP. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan-perusahaan

yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan

kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Kesulitan keuangan

yang dialami oleh perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan tersebut untuk

mengganti auditor dengan alasan keuangan. Ketidakpastian dalam bisnis pada

perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan)

menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Schwartz

dan Menon (1985) menyatakan kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi

perusahaan terancam bangkrut untuk berpindah KAP. Hal ini didukung oleh

penelitian Schwartz dan dan Soo (1995) yang menyatakan bahwa perusahaan

yang bangkrut lebih sering berpindah KAP dari pada perusahaan yang tidak

bangkrut. Pergantian KAP dapat disebabkan karena perusahaan tidak dapat

memenuhi fee audit yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya karena

kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami penurunan (Sulistiarini dan

Sudarno 2012).
7

Faktor terakhir yang diduga mempengaruhi pergantian KAP adalah

pergantian manajemen. Pergantian manajemen diduga dapat mempengaruhi

pergantian KAP karena jika suatu perusahaan tidak mendapatkan hasil audit

yang sejalan dengan yang diharapkan perusahaan, maka hal tersebut dianggap

kesalahan dari pemimpin direksi dan akan melakukan pergantian. Dengan

dilakukannya pergantian manajemen baru, diharapakan akan dapat

menjalankan tugasnya dengan lebih baik dalam melakukan peningkatan

kualitas perusahaan klien, dan akan lebih memilih untuk melakukan

pergantian auditor yang lebih berkompeten (Manto & Manda, 2018).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Kebijakan Deviden, Finansial Distress dan Pergantian

Manajemen Terhadap Pergantian KAP Pada Perusahaan Manufaktur Di

Indonesia”.

1.2 Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Laporan keuangan merupakan alat utama untuk menginformasikan

informasi keuangan perusahaan. Untuk menghasilkan laporan keuangan

yang handal, maka perusahaan klien diwajibkan untuk melakukan rotasi

auditor. Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan peraturan yang

mengatur pergantian auditor, yaitu PP No. 20/2015 tentang Praktik

Akuntan Publik. Dalam PP No. 20/2015 pasal 11 ayat (1) dijelaskan

bahwa KAP tidak lagi dibatasi dalam melakukan audit atas suatu
8

perusahaan. Pembatasan hanya berlaku bagi AP, yaitu selama 5 (lima)

tahun buku berturut-turut. Adanya peraturan tersebut, Indonesia menjadi

negara yang mewajibkan adanya pergantian auditor yang bersifat

mandatory (wajib). Namun, jika perusahaan mengganti KAP secara

voluntary (di luar peraturan pemerintah), maka hal tersebut akan

menimbulkan pertanyaan. Berkaitan dengan pergantian KAP secara

voluntary (di luar peraturan pemerintah) ini terdapat banyak faktor yang

diduga dapat mempengaruhi pergantian KAP seperti kesulitan keuangan,

pergantian manajemen, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan,

kepemilikan saham manajemen dan pergantian manajemen.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Analisis laporan keuangan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas seperti halnya faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi

pergantian KAP seperti kesulitan keuangan (financial distress), pergantian

manajemen, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan

saham manajemen, jumlah dewan komisaris dan masih banyak faktor lagi,

dan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan di atas, maka penulis

hanya akan membahas tentang analisis pergantian KAP dengan

menggunakan faktor yang mempengaruhi yaitu kepemilikan manajerial,

kebijakan deviden, financial distress (kesulitan keuangan) dan pergantian

manajemen dengan objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada bursa efek indonesia tahun 2017-2021.


9

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial memiliki terhadap

Pergantian KAP?

2. Bagaimana pengaruh kebijakan deviden memiliki terhadap Pergantian

KAP?

3. Bagaimana pengaruh financial distress memiliki terhadap Pergantian

KAP?

4. Bagaimana pengaruh pergantian manajemen memiliki terhadap

Pergantian KAP?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh kepemilikan

manajerial terhadap Pergantian KAP

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh kebijakan

deviden terhadap Pergantian KAP

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh finansial

distress terhadap Pergantian KAP

4. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh pergantian

manajemen terhadap Pergantian KAP


10

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaaat antara

lain:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan tentang hal-hal

yang berhubungan dengan pergantian KAP, serta sebagai referensi dalam

penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna untuk

segala informasi yang berhubungan dengan pergantian KAP.

2. Agar bermanfaat untuk digunakan sebagai referensi dalam penelitian

selanjutnya tentang hal-hal mengenai pergantian KAP.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi (agency theory) yaitu teori mengenai hubungan

antara 2 pihak yang pertama pemilik (principal) dan yang kedua

manajemen (agent) (Jensen dan Meckling, 1976). Teori agensi

menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai

prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka

akan muncul permasalahan agensi karena masing masing pihak tersebut

akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya (Astria

2011). Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa konflik

kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen

tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga

memicu biaya keagenan (agency cost). Perbedaan kepentingan itulah

timbul konflik yang biasanya disebut agency conflict. Untuk menjamin

agar para manajer melakukan hal yang terbaik bagi pemegang saham

secara maksimal, perusahaan harus menanggung biaya keagenan, berupa :

1. Pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen,

2. Pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan

timbulnya prilaku manajemen yang tidak dikehendaki semakin kecil,

11
12

3. Biaya kesempatan karena hilangnya kesempatan memperoleh laba

sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak

dapat mengambil keputusan secara tepat waktu, yang seharusnya dapat

dilakukan jika manajer menjadi pemilik perusahaan atau disebut

managerial ownership.

Konflik kepentingan di atas menjadi pemicu pergantian

manajemen, dengan pergantian manajemen ini, umumnya manajemen

pengganti menerapkan metode akuntansi yang baru sehingga manajemen

yang baru berharap lebih dapat bekerjasama dengan KAP yang baru pula

dan berharap nantinya mendapatkan opini yang sesuai dengan keinginan

manajemen sehingga mendorong manajemen dalam RUPS untuk

mengganti KAP (Sinarwati, 2010).

Auditor dalam teori agensi berperan sebagai penengah kedua belah

pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan. Audit independen

juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku

mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Tingkat biaya tersebut

bervariasi pada organisasi, tergantung pada variabel seperti ukuran

perusahaan, dan kepemilikan saham manajemen. Dalam informasi

ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai

sinyal kejujuran manajemen (Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch dan

Simunic, 1982 dalam Nasser, et al., (2006)).


13

2.1.2 Pergantian KAP

Pergantian KAP merupakan pergantian auditor yang dilakukan

oleh perusahaan. Pergantian auditor dibagi menjadi dua, yaitu secara wajib

dan secara sukarela, keduanya dapat dibedakan dari fokus perhatian pada

isu tersebut (Sinarwati 2010). Jika pergantian auditor sukarela maka

perhatian utama adalah pada sisi klien. Begitu sebaliknya, jika pergantian

auditor terjadi secara wajib maka perhatian utama beralih kepada auditor

(Sinarwati 2010).

Pergantian auditor dibagi menjadi dua, yaitu secara wajib dan

secara sukarela, dimana keduanya dapat dibedakan dari fokus perhatian

pada isu tersebut. Jika pergantian auditor sukarela maka perhatian utama

adalah pada sisi klien. Begitu sebaliknya, jika pergantian auditor terjadi

secara wajib maka perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto,

2009). Adanya rotasi auditor mengakibatkan masa perikatan audit (audit

tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan pergantian

auditor. Alasan pergantian auditor terjadi karena pembatasan perikatan

audit seperti yang terjadi di Indonesia. Selain itu pergantian auditor terjadi

karena adanya ketidaksepakatan praktik akuntansi tertentu sehingga klien

akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.

2.1.3 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang juga

berarti sebagai pemilik di dalam perusahaan dari manajemen yang

aktif dalam memberikan keputusan di perusahaan yang bersangkutan


14

(Downes & Goodman 1999). Kepemilikan manajerial adalah situasi di

mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer

tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Sanjaya, 2009).

Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya

persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini

merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka

informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan

dengan agency theory.

Hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam kerangka

agency theory, digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal.

Agent diberi mandat oleh principal untuk menjalankan bisnis demi

kepentingan principal. Manajer sebagai agent dan pemegang saham

sebagai principal.

Keputusan bisnis yang diambil manajer adalah keputusan untuk

mamaksimalkan sumber daya (utilitas) perusahaan. Suatu ancaman bagi

pemegang saham jika manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri,

bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dalam konteks ini masing-

masing pihak memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi

masalah dasar dalam agency theory yaitu adanya konflik kepentingan.

Pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan untuk

mamaksimalkan tujuannya. Masing-masing pihak memiliki risiko terkait

dengan fungsinya, manajer memiliki resiko untuk tidak ditunjuk lagi


15

sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara pemegang

saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih manajer.

Kondisi ini merupakan konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan

dengan fungsi kepemilikan. Situasi tersebut di atas tentunya akan berbeda

jika kondisinya manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham atau

pemegang saham juga sekaligus manajer atau disebut juga kondisi

perusahaan dengan kepemilikan manajerial.

Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan kepemilikan

manajerial tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan

manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang saham dalam perusahaan

dengan kepemilikan manajerial tentunya akan menyamakan

kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai

pemegang saham.

2.1.4 Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiyaan investasi di

masa datang, pada hakekatnya kebijakan dividen merupakan penentuan

sejumlah laba yang diperoleh perusahaan yang akan dibayarkan dalam

bentuk dividen kepada investor dan seberapa besar laba yang ditahan

untuk pembelanjaan intern perusahaan (Harjito dan Martono, 2012).

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen,

maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi


16

total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika

perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka

kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

Begitu pentingnya peranan dividen, maka perusahaan enggan

melakukan pemotongan terhadap dividen. Perusahaan yang melakukan

pemotongan dividen memberikan signal yang buruk bagi investor yang

menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan kurang bagus sehingga

permintaan pasar terhadap saham perusahaan tersebut akan turun yang

artinya para investor enggan untuk menanamkan sahamnya di perusahaan

tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika perusahaan menaikan dividen,

memberikan signal kepada para investor bahwa kondisi keuangan

perusahaan sedang bagus. Dengan adanya efek signaling tersebut maka

perusahaan harus menjamin dividen terhadap investor.

2.1.5 Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang

mengalami kesulitan dalam keuangannya (Platt dan Platt, 2002). Financial

distress memiliki hubungan yang erat dengan kebangkrutan pada suatu

perusahaan, karena financial distress adalah tahap dimana kondisi

keuangan perusahaan mengalami penurunan sebelum terjadinya

kebangkrutan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan menurut

Damodaran (1997), antara lain :


17

1. Kesulitan arus kas

Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil

operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi bebab-beban usaha

yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Kesulitan arus kas juga

disebabkan adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas

perusahan untuk pembayaran aktivitas perusahaan yang memperburuk

kondisi keuangan perusahaan.

2. Besarnya jumlah utang

Kebijakan pengambilan utang perusahaan untuk menutupi

biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan

kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan utang di masa

depan. Ketika tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai

cukup dana untuk membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka

kemungkinan yang dilakukan kreditur adalah mengadakan penyitaan

harta perusahaan untuk menutupi kekurangan pembayaran tagihan

tersebut.

3. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa

tahun

Kerugian operasional perusahaan menimbulkan arus kas

negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban

operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima perusahaan.


18

2.1.6 Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen adalah pergantian direksi karena adanya

keputusan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau direksi

mengundurkan diri. Pergantian manajemen merupakan keadaan dimana

terjadi pergantian direksi oleh pihak yang berwewenang dalam suatu

perusahaan, dan berdasarkan dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) atau dapat juga atas dasar keinginan pribadi (Halim et al, 2021).

Direksi yang dimaksud adalah direktur utama yang memegang kedudukan

tertinggi dalam suatu perusahaan, dan memiliki tanggung jawab yang

besar dalam memimpin perusahaan tersebut untuk dapat berkembang

(Lesmana, & Kurnia, 2016). Ketika pergantian manajemen terjadi, akan

diikuti juga dengan adanya pergantian dalam keuangan, akuntansi, dan

auditor yang akan digunakan, yang dianggap sejalan dengan ketentuan

berlaku dalam perusahaan (Susanto 2018).

Kebijakan baru biasanya dibuat oleh manajemen perusahaan yang

baru, biasanya kebijakan baru ini diharapkkan dapat standar mutu

perusahaan dan meningkatkan kualitas di masa kepemimpinan manajemen

baru tersebut. Sehingga akan terpilih auditor baru yang mampu diajak

bekerjasama, lebih berkualitas, dan searah dengan kebijakan perusahaan

oleh manajemen baru dalam perusahaan (Sinarwati 2010).

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut tabel dari beberapa penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai referensi dari penelitian ini :


19

Penelitian yang dilakukan oleh Nelyumna, Murni, & Arta (2021)

dengan judul “Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite

Audit, Financial Distress Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Auditor

Switching (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di

BEI Periode Tahun 2014-2019)” menemukan hasil bahwa Dewan komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Komite audit

berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Financial distress tidak

berpengaruh terhadap auditor switching. Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap auditor switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2018) dengan judul “Auditor

Switching: Management Turnover, Qualified Opinion, Audit Delay, Financial

Distress” menemukan hasil bahwa pergantian manajemen, audit delay, dan

financial distress tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Sedangkan

opini wajar dengan pengecualian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pergantian auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Manto, & Manda (2018) dengan judul

“Pengaruh Financial Distress, Pergantian Manajemen Dan Ukuran Kap

Terhadap Auditor Switching” menemukan hasil bahwa financial distress dan

ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan berpengaruh pada switching

auditor dengan arah koefisien negatif, sedangkan manajemen perubahan

berpengaruh signifikan terhadap auditor switching dengan koefisien positif

arah. Sedangkan secara simultan variabel financial distress, pergantian


20

manajemen dan ukuran KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap

auditor switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Winata dan Anisykurlillah (2017)

dengan judul “Analysis of Factors Affecting Manufacturing Companies in

Indonesia Performing a Switching Auditor” menemukan hasil bahwa Ukuran

Kantor Akuntan Publik dan Perputaran Manajemen berpengaruh signifikan

terhadap pergantian auditor, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

pergantian auditor. Financial distress dan opini audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap auditor switching. Nilai Nagelkerke R Square adalah

0,283. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ukuran Kantor Akuntan Publik

dan Perputaran Manajemen berpengaruh signifikan terhadap pergantian

auditor, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2019) dengan judul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching Pada Perusahaan Non

Keuangan” menemukan hasil bahwa opini audit berpengaruh terhadap

pergantian KAP secara sukarela. Sedangkan pergantian manajemen,

kesulitan keuangan, presentase profitabilitas, kepemilikan institusional dan

Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP secara

sukarela.

Penelitian yang dilakukan oleh Janah, Zulpahmi, & Heriansyah (2021)

dengan judul “Determinan Pergantian Auditor Pada Perusahaan Manufaktur

Subsektor Makanan Dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-

2018” menemukan hasil bahwa Kepemilikan Institusional, Leverage,


21

Kesulitan Keuangan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan

Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap Pergantian

Auditor dengan nilai signifikan kurang dari 0,05. Sedangkan Ukuran KAP

memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 dinyatakan tidak adanya

pengaruh signifikan terhadap Pergantian Auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi, Hasan, & Oktari (2020) dengan

judul “Determinan Auditor Switching Pada Perusahaan Finance Yang

Terdaftar Di BEI” menemukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan, audit

keterlambatan, ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress

berpengaruh terhadap beralih Auditor sementara opini audit, ukuran KAP dan

manajerial kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Muliartha R M (2019)

dengan judul “Pengaruh Financial Distress, Ukuran Perusahaan, dan Audit

Delay Terhadap Pergantian Auditor” menemukan hasil bahwa financial

distress tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor, ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap pergantian auditor, dan audit delay tidak

berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Fenny, dkk., (2020) dengan judul

“Pengaruh Financial Distress, Opini Auditor Dan Pergantian Manajemen

Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Di

Bursa Efek Indonesia” menemukan hasil bahwa secara simultan menunjukkan

Financial Distress, Opini Auditor dan Pergantian Manajemen berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Auditor Switching. Secara parsial, Financial


22

Distress berpengaruh positif dan signifikan terhadap Auditor Switching

sedangkan Opini Auditor dan Pergantian Manajemen berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap Auditor Switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Natalia, & Purnomo (2020) dengan

judul “The Effect Of Audit Opinion, Kap Size & Financial Distress On Auditor

Switching” menemukan hasil bahwa Opini Audit dan ukuran KAP

berpengaruh signifikan dengan pergantian auditor. Sedangkan keuangan

distress tidak berpengaruh signifikan dengan auditor switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Lin a & Liu (2010) dengan judul “The

determinants of auditor switching from the perspective of corporate

governance in China” menemukan hasil bahwa perusahaan dengan pemilik

pengendali yang lebih besar atau di mana CBOD dan CEO dipegang oleh

orang yang sama lebih cenderung beralih ke auditor yang lebih kecil daripada

yang lebih besar. Namun pengaruh variabel SB tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pergantian auditor. Secara umum, temuan penelitian

menunjukkan bahwa perusahaan dengan mekanisme tata kelola perusahaan

internal yang lemah cenderung beralih ke auditor yang lebih kecil atau lebih

lentur untuk mempertahankan keuntungan ketidakjelasan yang berasal dari

tata kelola perusahaan yang lemah. Di sisi lain, dengan peningkatan tata kelola

perusahaan, perusahaan harus lebih cenderung memilih auditor besar

(berkualitas tinggi) dalam membuat keputusan pergantian auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Bagherpoura, Monroeb, dan Shaile

(2014) dengan judul “Government and managerial influence on auditor


23

switching under partial privatization” menemukan hasil bahwa 1) Variabel

kepentingan utama kami, pengaruh pemerintah, adalah negatif dan signifikan,

menunjukkan bahwa keberadaan pengaruh pemerintah yang signifikan

mengurangi kemungkinan pergantian auditor, mendukung, 2) Misaligned

bernilai positif dan sangat signifikan, yang berarti perusahaan yang

dikendalikan sektor swasta dengan auditor pemerintah lebih mungkin untuk

beralih auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Schneider (2017) dengan judul “Is

Commercial Lending Affected by Knowledge of Auditor Switches from Big 4

Firms to Regional Firms?” menemukan hasil bahwa 1) Variabel kepentingan

utama kami, pengaruh pemerintah, adalah negatif dan signifikan,

menunjukkan bahwa tidak ada dampak perbedaan pada pinjaman komersial

antara pengungkapan alasan pergantian auditor versus tidak adanya

pengungkapan alasan pergantian.

Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian terdahulu yang digunakan

dalam penelitian ini maka dapat dilihat tabel berikut:


24

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
1. Nelyumna, Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Objek : Hasil uji hipotesis membuktikan
Yetty Murni, Independen, Komite Audit, Financial Perusahaan Pertambangan yang bahwa Dewan komisaris independen
& Baskara Distress Dan Ukuran Perusahaan Terdaftar di BEI Periode Tahun tidak berpengaruh terhadap auditor
Putratama Terhadap Auditor Switching (Studi 2014-2019 switching. Komite audit berpengaruh
Arta (2021) Empiris pada Perusahaan Pertambangan signifikan terhadap auditor
yang Terdaftar di BEI Periode Tahun Variabel Independen : switching. Financial distress tidak
2014-2019) Proporsi Dewan Komisaris berpengaruh terhadap auditor
Independen, Komite Audit, switching. Ukuran perusahaan tidak
RELEVAN Vol 1 (2) Financial Distress Dan Ukuran berpengaruh terhadap auditor
Perusahaan switching.
Terindeks Sinta 3
Variabel Dependen :
http://journal.univpancasila.ac.id/ Auditor Switching
index.php/RELEVAN/article/view/2266
Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistic
2. Yulius Kurnia Auditor Switching: Management Objek : The result of the research is the
Susanto Turnover, Qualified Opinion, Audit The non-financial companies management turnover, audit delay,
(2018) Delay, Financial Distress listed on the Indonesia Stock and financial distress have no effect
Exchange period 2011-2015 on auditor switching. While,
International Journal of Business, qualified opinion have a significant
Economics and Law, Vol. 15, Issue 5 Variabel Independen : influence on auditor switching.
Management Turnover,
https://www.ijbel.com/wp-content/ Qualified Opinion, Audit Delay,
uploads/2018/06/ijbel-247.pdf
25

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
Financial Distress

Variabel Dependen :
Auditor Switching

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistic
3. Juli Is Manto, Pengaruh Financial Distress, Pergantian Objek : Hasil penelitian menunjukkan bahwa
& Dewi Manajemen Dan Ukuran KAP Terhadap Perusahaan jasa sub sektor real financial distress dan ukuran KAP
Lesmana Auditor Switching estate dan property yang memiliki pengaruh yang signifikan
Manda (2018) terdaftar secara berturut-turut berpengaruh pada switching auditor
Media Riset Akuntansi, Auditing & di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan arah koefisien negatif,
Informasi Vol. 18 No.2 selama tahun 2011 sampai 2016 sedangkan manajemen perubahan
dan telah terdaftar di BEI sejak berpengaruh signifikan terhadap
Terindeks Sinta 2 2017 auditor switching dengan koefisien
positif arah. Sedangkan secara
https:// Variabel Independen : simultan variabel financial distress,
www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/ Financial Distress, Pergantian pergantian manajemen dan ukuran
mraai/article/view/3212 Manajemen Dan Ukuran Kap KAP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap auditor switching
Variabel Dependen :
Auditor Switching

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistik

4. Atika Sukma Analysis of Factors Affecting Objek : Results of this study shows that the
26

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
Winata, Indah Manufacturing Companies in Indonesia manufacturing companies listed Public Accountant Firms Size and
Anisykurlillah Performing a Switching Auditor on the Indonesia Stock Exchange Management Turnover have
(2017) during the period 2011-2015 significant impact toward auditor
Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 9, No. switching, size of company have
1 Variabel Independen : influence auditor switching.
KAP Size, Firm Size, Financial Financial distress and audit opinion
Terindeks Sinta 2 Distress, Audit Opinion, did not effect auditor switching
Management Turnover significantly. The value of
https://journal.unnes.ac.id/nju/ Nagelkerke R Square is 0.283.
index.php/jda/article/view/11998 Variabel Dependen : conclusions of this study is the Public
Switching Auditor Accountant Firms Size and
Management Turnover have
Alat Analisis : significant impact toward auditor
Analisis Regresi Logistic switching, size of company have
influence auditor switching.
5. Diana (2019) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Objek : Hasil penelitian ini menunjukan
Auditor Switching Pada Perusahaan Perusahaan non keuangan yang bahwa opini audit berpengaruh
Non Keuangan terdaftar di Bursa Efek terhadap pergantian KAP secara
Indonesia periode 2014-2016 sukarela. Sedangkan pergantian
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi manajemen, kesulitan keuangan,
Vol. 20, No. 2 Variabel Independen : presentase profitabilitas,
opini audit, pergantian kepemilikan institusional dan
Terindeks Sinta 3 manajemen, kesulitan Pertumbuhan perusahaan tidak
https://jurnaltsm.id/index.php/JBA/ keuangan, presentase berpengaruh terhadap pergantian
article/view/420 profitabilitas, kepemilikan KAP secara sukarela
institusional dan pertumbuhan
27

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
perusahaan

Variabel Dependen :
Pergantian KAP

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistik
6. Ferra Nur Determinan Pergantian Auditor Pada Objek : Kepemilikan Institusional, Leverage,
Janah, Perusahaan Manufaktur Subsektor Perusahaan manufaktur Kesulitan Keuangan Perusahaan,
Zulpahmi, & Makanan Dan Minuman Di Bursa Efek subsektor makanan dan Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Daram Indonesia Tahun 2014-2018 minuman sebanyak 13 dan Ukuran Dewan Komisaris
Heriansyah perusahaan berpengaruh secara parsial
(2021) Diponegoro Journal Of Economics terhadap Pergantian Auditor dengan
Volume 10, Nomor 2 Variabel Independen : nilai signifikan kurang dari 0,05.
Kepemilikan Institusional, Sedangkan Ukuran KAP memiliki
Terindeks is Garuda Sinta 3 Leverage, Kesulitan Keuangan nilai signifikan lebih besar dari
Perusahaan, Profitabilitas, 0,05 dinyatakan tidak adanya
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ Ukuran Perusahaan, Ukuran pengaruh signifikan terhadap
jme/article/view/31604 KAP dan Ukuran Dewan Pergantian Auditor.
Komisaris

Variabel Dependen :
Pergantian Auditor

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistik
28

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
7. Muhammad Determinan Auditor Switching Pada Objek : Hasilnya menunjukkan pertumbuhan
Fauzi, Amir Perusahaan Finance Yang Terdaftar Di Perusahaan Finance Yang perusahaan, audit keterlambatan,
Hasan, & Vera BEI Terdaftar Di BEI tahun 2013- ukuran perusahaan, pergantian
Oktari (2020) 2017 manajemen, financial distress
CURRENT : Jurnal Kajian Akuntansi berpengaruh terhadap beralih
dan Bisnis Terkini Vol .1, No 1 Variabel Independen : Auditor sementara opini audit,
Pertumbuhan Perusahaan, Audit ukuran KAP dan manajerial
Terindeks is Garuda Sinta 2 Delay, Ukuran Perusahaan, kepemilikan tidak berpengaruh
Kepemilikan Manajerial, terhadap pergantian auditor.
https://current.ejournal.unri.ac.id/ Pergantian Manajemen,
index.php/jc/article/view/15 Financial Distress, Ukuran
KAP, dan Opini Audit

Variabel Dependen :
Auditor Switching

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistik
8. I Dewa Ayu Pengaruh Financial Distress, Ukuran Objek : Hasil dari penelitian ini
Adelia Pratiwi Perusahaan, dan Audit Delay Terhadap Perusahaan manufaktur yang menunjukkan bahwa financial
& Ketut Pergantian Auditor terdaftar di Bursa distress tidak berpengaruh terhadap
Muliartha R M Efek Indonesia tahun 2015- pergantian auditor, ukuran
(2019) E-Jurnal Akuntansi Universitas 2017 perusahaan berpengaruh positif
Udayana Vol. 26 (2) terhadap pergantian auditor, dan
Terindeks Sinta 3 Variabel Independen : audit delay tidak berpengaruh
Financial Distress, Ukuran terhadap pergantian auditor.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/
29

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
Akuntansi/article/view/46048 Perusahaan, dan Audit Delay

Variabel Dependen :
Pergantian Auditor

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistik
9. Fenny, Isieny Pengaruh Financial Distress, Opini Objek : Penelitian ini secara simultan
Wendy, Auditor Dan Pergantian Manajemen Perusahaan industri dasar dan menunjukkan Financial Distress,
Stevanny & Terhadap Auditor Switching Pada kimia di Bursa Efek Indonesia Opini Auditor dan Pergantian
Tetty Tiurma Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Manajemen berpengaruh positif dan
Uli Sipahutar Di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen : signifikan terhadap Auditor
(2020) Financial Distress, Opini Switching. Secara parsial,
Profita: Komunikasi Ilmiah Akuntansi Auditor Dan Pergantian Financial Distress berpengaruh
dan Perpajakan Volume 13 Nomor 1 Manajemen positif dan signifikan terhadap
Auditor Switching sedangkan Opini
Terindeks Sinta 3 Variabel Dependen : Auditor dan Pergantian Manajemen
Auditor Switching berpengaruh negatif dan signifikan
https://publikasi.mercubuana.ac.id/ terhadap Auditor Switching
index.php/profita/article/view/ Alat Analisis :
profita.v13.01.006 Analisis Regresi Logistik
10. Desi Natalia, The Effect Of Audit Opinion, Kap Size Objek : Result of this research is Audit
& Listiya Ike & Financial Distress On Auditor Maufacturing companies which Opinion and CPA firm size have
Purnomo Switching are listed in Indonesian Stock significant effect with auditor
(2020) Economics and Accounting Journal Exchange in the years 2013- switching. Meanwhile, financial
Vol. 3, No. 1 2017 distress does not have signifiicant
30

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
Terindeks Sinta 5 Variabel Independen : effect with auditor switching
Audit Opinion, Kap Size &
http://openjournal.unpam.ac.id/ Financial Distress
index.php/EAJ/article/view/4670
Variabel Dependen :
Auditor Switching

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistic
11. Z. Jun Lin a, The determinants of auditor switching Objek : The empirical results demonstrate
Ming Liu from the perspective of corporate Chinese firms that conducted that firms with larger controlling
(2010) governance in China auditor switching in 2001 to owners or in which CBoD and CEO
2004. are held by the same person are
Advances in Accounting, incorporating more likely to switch to a smaller
Advances in International Accounting Variabel Independen : auditor rather than to a larger one.
26 (2010) 117–127 managerial and institutional However, the effect of the SB
ownership variable does not have a significant
https://www.sciencedirect.com/ impact on auditor switching
science/article/abs/pii/ Variabel Dependen : decisions. In general, the study
S0882611010000131?via%3Dihub Auditor Switching findings suggest that firms with weak
internal corporate governance
Alat Analisis : mechanism tend to switch to smaller
Regression or more pliable auditors in order to
sustain the opaqueness gains derived
from weak corporate governance. On
the other hand, with the improvement
31

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
of corporate government, firms
should be more likely to choose large
(high-quality) auditors in making
auditor switching decisions
12. Mohammad Government and managerial influence Objek : 1. Our main variable of interest,
A. on auditor switching under partial all companies listed on the TSE Government influence, is
Bagherpoura, privatization during 1999–2003, which is two negative and significant,
Gary S. years preceding and two years indicating thatthe existence of
Monroeb, Journal of Accounting and Public following the establishment of significant government influence
Greg Shaile Policy Volume 33, Issue 4, July–August the IACPA in 2001 reduces the likelihood of an
(2014) 2014, Pages 372-390 auditor switch,supporting
Variabel Independen : 2. Misaligned is positive and highly
https://www.sciencedirect.com/ managerial and institutional significant, which means private
science/article/abs/pii/ ownership sector controlled companies with
S0278425414000362?via%3Dihub a government auditor are more
Variabel Dependen : likely to switch auditors
Auditor Switching

Alat Analisis :
Analisis Regresi Logistic
13. Arnold Is Commercial Lending Affected by Objek : There is no differential impact on
Schneider Knowledge of Auditor Switches from Commercial bank in United commercial lending between the
(2017) Big 4 Firms to Regional Firms State disclosure of a reason for an auditor
? Variabel Independen : switch versus no disclosure of a
Commercial Lending Affected by reason for the switch
Accounting Research Journal, Vol. 30 Knowledge
32

Nama
No Judul Penelitian / Sumber Objek / Variabel /Alat Analisis Hasil Penelitian
(Tahun)
Issue: 2, doi: 10.1108/ARJ-12-2014-
0110 Variabel Dependen :
Auditor Switches
https://www.emerald.com/insight/
content/doi/10.1108/ARJ-12-2014- Alat Analisis :
0110/full/html Anova
33

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka penelitian yang

dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan

oleh Juli Is Manto, & Dewi Lesmana Manda (2018) dengan judul Pengaruh

Financial Distress, Pergantian Manajemen dan Ukuran Kap Terhadap Auditor

Switching, persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti ialah sama-sama menggunakan variabel Financial Distress dan

Pergantian Manajemen sebagai variabel yang dapat mempengaruhi Auditor

Switching, sedangkan perbedaannya ialah penelitian ini menggunakan Ukuran

Kap sedangkan penelitian yang akan diteliti tidak menggunakan variabel ini,

namun peneliti akan menambahkan variabel kepemilikan manajerial dan

kebijakan deviden sebagai variabel yang dapat mempengaruhi Auditor

Switching. Alasan peneliti menggunakan variabel tersebut adalah karena

variabel-variabel tersebut terbukti dapat mempengaruhi pergantian KAP.

Hal ini didukung oleh beberapa hasil dari penelitian terdahulu yang

menyatakan variabel tersebut berpengaruh, seperti penelitian yang dilakukan

oleh Lin a & Liu (2010) dan Bagherpoura, Monroeb, dan Shaile (2014)

menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pergantian

KAP. Penelitian Manto, & Manda (2018), Fauzi, Hasan, & Oktari (2020), dan

Fenny, dkk., (2020) menemukan Financial distress berpengaruh terhadap

pergantian KAP. Penelitian dari Manto, & Manda (2018), Fauzi, Hasan, &

Oktari (2020), Fenny, dkk., (2020) menemukan pergantian manajemen

berpengaruh terhadap pergantian KAP.


34

Selain ketiga variabel tersebut peneliti juga bermaksud untuk

menambahkan variabel kebijakan deviden sebagai variabel yang dapat

mempengaruhi pergantian KAP, hal ini dikarenakan dividen yang stabil

mengungkapkan pandangan pihak manajemen atas masa depan perusahaan

yang lebih baik. Jika dividen tidak dibagikan secara teratur akan menimbulkan

pertanyaan untuk para pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2010). Salah

satu penyebab ividen tidak dibagikan yaitu dibutuhkannya dana tambahan

untuk kebutuhan investasi perusahaan. Oleh karena penggunaan dana

tambahan maka dibutuhkan pengawasan tinggi, sehingga investor akan lebih

percaya pada manajemen perusahaan. Bentuk pengawasan tinggi yaitu

permintaan kualitas audit yang baik, sehingga hal ini akan mendorong

manajemen untuk melakukan pergantian KAP (Loughram, 1997). Meskipun

belum banyak penelitian terdahulu yang menambahkan variabel tersebut,

mengingat alasan di atas maka hal ini juga perlu untuk digali lagi.

Penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada bursa efek Indonesia tahun 2017-2021, tahun tersebut

merupakan tahun sebelum terjadinya pandemi sehingga akan berbeda keadaan

perusahaan secara umum. Pada tahun penelitian tersebut, perusahaan masih

bisa berjalan secara normal karena kondisi perekonomian masih stabil, hal ini

verbeda dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu pada tahun

2017-2021, kondisi pada tahun-tahun ini merupakan kondisi sebelum dan

selama pandemi. Begitu juga objek penelitian yang berbeda karakternya.

Penelitian terdahulu mengambil objek penelitian perusahaan property dengan


35

karakter yang sangat membutuhkan opini auditor untuk mendongkrak harga

sahamnya karena nilai-nilai transaksi yang besar membutuhkan kepercayaan

yang tinggi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan, menggunakan objek

penelitian perusahaan manufaktur dengan karakter yang lebih stabil. Dalam

kondisi yang berbeda seperti itu, akan sangat menarik untuk diteliti.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perusahaan dengan biaya keagenan nol adalah perusahaan yang

manajernya memiliki seluruh saham perusahaan, sehingga tidak ada

pemisahaan kepemilikan. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan

Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya

perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara manajemen (agent)

dengan shareholder (principle). Perbedaan tersebut menimbulkan konflik

kepentingan: (1) antara shareholders dan manajer, (2) antara shareholders dan

debtholders, dan (3) antara manajer, shareholders, dan debtholders. Ada

beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah agensi

yaitu melalui kebijakan deviden, kebijakan utang, dan kepemilikan oleh

institusi. Jensen dan Meckling (1976) juga berpendapat bahwa konflik

kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak

selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya

keagenan (agency cost), konflik tersebut menjadi pemicu pergantian

manjemen. Manajemen pengganti umumnya menerapkan metode akuntansi

yang baru dengan pergantian manajemen ini, umumnya manajemen pengganti

menerapkan metode akuntansi yang baru sehingga manajemen yang baru


36

berharap lebih dapat bekerjasama dengan KAP yang baru pula dan berharap

nantinya mendapatkan opini yang sesuai dengan keinginan manajemen

sehingga mendorong manajemen dalam RUPS untuk mengganti KAP

(Sinarwati, 2010). Pergantian KAP ini selain dipengaruhi oleh adanya konflik

agensi, namun diduga juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti

kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, financial distress dan pergantian

manajemen. Oleh karena itu penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh

kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, financial distress dan pergantian

manajemen terhadap pergantian KAP, berikut kerangka teori dari penelitian

ini:

Kepemilikan
Manajerial
H1
Kebijakan
Deviden H2
Pergantian
H3 KAP
Finansial
Distress H4

Pergantian
Manajemen
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Pergantian KAP

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang juga

berarti sebagai pemilik di dalam perusahaan dari manajemen yang

aktif dalam memberikan keputusan di perusahaan yang bersangkutan


37

(Downes & Goodman 1999). Kepemilikan manajerial dapat

mempengaruhi pergantian KAP dikarenakan saat kepemilikan saham oleh

manajemen dalam suatu perusahaan semakin meningkat sampai pada suatu

titik tertentu yang mampu membuat manajemen terbebas dari tekanan

pasar dan bebas mencapai tujuannya sendiri, kinerja manajemen untuk

meningkatkan nilai perusahaan justru mengalami penurunan (Maharani

dan Purnomosidhi, 2012). Pengawasan yang tinggi menjadi hal yang perlu

saat kepemilikan manajemen semakin meningkat. Mekanisme pengawasan

tersebut dapat dilakukan dengan memilih kualitas auditor yang lebih tinggi

(Maharani dan Purnomosidhi, 2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lin a & Liu (2010)

dan Bagherpoura, Monroeb, dan Shaile (2014) menemukan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap pergantian KAP.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H1 : Kepemilikan Manajerial Memiliki Pengaruh Yang Positif Terhadap

Pergantian KAP

2.4.2 Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Pergantian KAP

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiyaan investasi di

masa datang, pada hakekatnya kebijakan dividen merupakan penentuan

sejumlah laba yang diperoleh perusahaan yang akan dibayarkan dalam


38

bentuk dividen kepada investor dan seberapa besar laba yang ditahan

untuk pembelanjaan intern perusahaan (Harjito dan Martono, 2012).

Kebijakan deviden diduga memiliki pengaruh terhadap pergantian

KAP dikarenakan dividen yang stabil mengungkapkan pandangan pihak

manajemen atas masa depan perusahaan yang lebih baik. Jika dividen

tidak dibagikan secara teratur akan menimbulkan pertanyaan untuk para

pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2010). Salah satu penyebab

kemungkinan dividen tidak dibagikan yaitu dibutuhkannya dana tambahan

untuk kebutuhan investasi perusahaan. Oleh karena penggunaan dana

tambahan maka dibutuhkan pengawasan tinggi, sehingga investor akan

lebih percaya pada manajemen perusahaan. Bentuk pengawasan tinggi

yaitu permintaan kualitas audit yang baik, sehingga hal ini akan

mendorong manajemen untuk melakukan pergantian KAP (Loughram,

1997).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pinkasari (2015)

menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap

pergantian KAP. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Kebijakan Deviden Memiliki Pengaruh Yang Positif Terhadap

Pergantian KAP

2.4.3 Pengaruh Financial Distress Terhadap Pergantian KAP

Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang

mengalami kesulitan dalam keuangannya (Platt dan Platt, 2002). Financial


39

distress memiliki hubungan yang erat dengan kebangkrutan pada suatu

perusahaan, karena financial distress adalah tahap dimana kondisi

keuangan perusahaan mengalami penurunan sebelum terjadinya

kebangkrutan.

Financial distress diduga dapat mempengaruhi pergantian KAP

karena financial distress merupakan gambaran kondisi keuangan

perusahaan, kondisi keuangan dapat menjadi salah satu hal yang

diperhitungkan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan

pergantian KAP. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan yang

terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi

yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Schwartz dan Menon (1985)

menyatakan kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan

terancam bangkrut untuk berpindah KAP. Hal ini didukung oleh penelitian

Schwartz dan Soo (1995) yang menyatakan bahwa perusahaan yang

bangkrut lebih sering berpindah KAP dari pada perusahaan yang tidak

bangkrut. Pergantian KAP dapat disebabkan karena perusahaan tidak

dapat memenuhi fee audit yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya

karena kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami penurunan

(Sulistiarini dan Sudarno 2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Manto, & Manda

(2018), Fauzi, Hasan, & Oktari (2020), dan Fenny, dkk., (2020)

menemukan Financial distress memiliki pengaruh yang positif terhadap


40

pergantian KAP. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Financial distress Memiliki Pengaruh Yang Positif Terhadap

Pergantian KAP

2.4.4 Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Pergantian KAP

Pergantian manajemen merupakan keadaan dimana terjadi

pergantian direksi oleh pihak yang berwewenang dalam suatu perusahaan,

dan berdasarkan dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau

dapat juga atas dasar keinginan pribadi (Halim, et all., 2021).

Dilakukannya pergantian manajemen merupakan suatu keputusan dalam

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jika suatu perusahaan tidak

mendapatkan hasil audit yang sejalan dengan yang diharapkan perusahaan,

maka hal tersebut dianggap adalah kesalahan dari pemimpin direksi dan

akan melakukan pergantian.

Setiap manajemen memiliki orang dengan tujuan dan cara berpikir

yang berbeda sekaligus memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, maka

dengan adanya pergantian manajemen sekaligus mengubah kebijakan yang

ada mengikuti kebijakan manajemen yang baru. Hal tersebut juga dapat

mempengaruhi pergantian auditor karena dengan adanya pergantian

manajemen serta kebijakan, manajemen yang baru menginginkan auditor

yang sesuai dengan kriteria untuk kebijakan baru mereka. Salah satu

kebijakan baru biasanya berkaitan dengan adanya perubahan standar

akuntansi. Dengan dilakukannya pergantian manajemen baru, diharapakan


41

akan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dalam melakukan

peningkatan kualitas perusahaan klien, dan akan lebih memilih untuk

melakukan pergantian auditor yang lebih berkompeten (Manto & Manda,

2018). Oleh karena itu pergantian manajemen dapat mempengaruhi

pergantian KAP.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Manto, & Manda (2018)

dan Fauzi, Hasan, dan Oktari (2020) menemukan bahwa pergantian

manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Berdasarkan

uraian diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Pergantian Manajemen Memiliki Pengaruh Yang Positif Terhadap

Pergantian KAP
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, ditinjau dari

tingkat eksplanasi penelitian ini merupakan bentuk hubungan kausal. Menurut

Sugiyono (2012:59) hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab

akibat. Jadi, pada penelitian ini ada variabel independen (mempengaruhi) dan

variabel dependen (dipengaruhi). Hal ini berarti penelitian berfokus pada

pengaruh penggunaan media gambar sebagai variabel independen terhadap

hasil belajar sebagai variabel dependen.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah pergantian KAP.

Pergantian KAP merupakan pergantian auditor yang dilakukan

oleh perusahaan. Pergantian tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang

berasal dari klien ataupun dari audior. Pergantian auditor atau pergantian

KAP dapat dirumuskan menggunakan variabel dummy, nilai 1 bagi

perusahaan yang mengganti KAP, dan nilai 0 bagi perusahaan yang

dijadikan sampel tidak mengganti KAP (Chadegani, 2011).

42
43

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variable yang mempengaruhi variable

dependen baik secara positif maupun negatif. Kata mempengaruhi dalam

konteks ini mempunyai arti bahwa jika variable independen ada maka

variable juga ada, dan jika nilai variable independen berubah (Sinulingga,

2015). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang juga

berarti sebagai pemilik di dalam perusahaan dari manajemen yang

aktif dalam memberikan keputusan di perusahaan yang

bersangkutan (Downes & Goodman 1999). Kepemilikan manajerial

dapat diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada

akhir tahun dan dinyatakan dalam persentase (Sintyawati, 2018).

Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka

manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang

saham yang notabene adalah mereka sendiri. Proksi kepemilikan

manajerial adalah dengan menggunakan persentase kepemilikan

manajer, komisaris, dan direktur terhadap total saham yang beredar

(Sintyawati, 2018). Kepemilikan manajerial dihitung dengan rumus :

Total Saham yang dimiliki oleh Manajemen


KM = x 100%
Jumlah saham yang beredar
44

2. Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang

diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna

pembiyaan investasi di masa datang, pada hakekatnya kebijakan

dividen merupakan penentuan sejumlah laba yang diperoleh

perusahaan yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen kepada

investor dan seberapa besar laba yang ditahan untuk pembelanjaan

intern perusahaan (Harjito dan Martono, 2012). Kebijakan deviden

dapat dihitung dengan menggunakan dividen payout ratio, dividen

payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen diukur dengan cara

membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per

lembar saham, yang secara matematis dapat dinyatakan dengan rumus

berikut: (Barlin 2010)

Deviden per lembar saham


Dividend Payout Ratio =
Laba bersih per lembar saham

3. Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang

mengalami kesulitan dalam keuangannya (Platt dan Platt, 2002).

Financial Distress dapat dihitung menggunakan Model Altman Z-

score, berikut rumus Z-score : (Edward I dalam Mastuti, Saifi, &

Azizah, 2020)

Z-Score = 1,2X₁ + 1,4X₂ + 3,3X₃ + 0,6X₄ + 1,0X₅

Keterangan:
45

X₁ = modal kerja / total aset

X₂ = laba ditahan / total aset

X₃ = penghasilan sebelum bunga dan pajak / total aset

X₄ = nilai pasar ekuitas / total kewajiban

X₅ = penjualan / total asset

Hasil analisa ditentukan dengan nilai sebagai berikut:

Z < 1,81 = Tidak Sehat / bangkrut

1,81 < Z < 2,99 = Zona Abu Abu

Z > 2,99 = Zona aman / tidak bangkrut

4. Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen merupakan keadaan dimana terjadi

pergantian direksi oleh pihak yang berwewenang dalam suatu

perusahaan, dan berdasarkan dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) atau dapat juga atas dasar keinginan pribadi (Halim, et all.,

2021). Pergantian manajemen dapat dirumuskan menggunakan

variabel dummy, nilai 1 bagi perusahaan yang melakukan pergantian

manajemen, dan nilai 0 bagi perusahaan yang dijadikan sampel tidak

melakukan pergantian manajemen (Deliana, et all., 2021).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian


46

ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Indonesia tahun

2017-2021.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2015), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian

ini berasal perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek

indonesia tahun 2017-2021. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling. Menurut Notoatmodjo

(2010), purposive sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan

atas pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun kriteria yang

sudah diketahui sebelumnya. Adapun kriteria yang digunakan dalam

pemilihan sampel pada penelitian ini adalah :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada periode 2017-2021.

2. Perusahaan yang mempublikasikan atau menerbitkan laporan

keuangan tahunan lengkap sesuai data yang diperlukan dalam variabel

penelitian ini.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi yang merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian. Menurut Deriyaso (2014) metode


47

dokumentasi adalah mencari, mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, dokumen, transkip, buku,

surat kabar, majalah, jurnal, website dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan

untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab

persoalaan penelitian dan memperkaya literatur untuk menunjang data

kuantitatif yang diperoleh.

Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mencatat

atau mengumpulkan data-data sekunder yang bersangkutan dengan variabel

yang terdapat pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data laporan

keuangan dan annual report periode 2017 – 2021. Data diperoleh dari media

internet dengan mengunduh melalui situs www.idx.co.id.

3.5 Teknik Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

logistik. Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

Microsoft Excel dan program pengolahan data Statistical Package for the

Social Science (SPSS). Alasan menggunakan regresi logistic didalam

penelitian ini yaitu variable dependen yang digunakan didalam penelitian ini

adalah menggunakan variable dummy dan bersifat dikotomi artinya hanya

terdapat 2 data (apabila melakukan pergantian KAP dan apabila tidak

melakukan pergantian KAP). Asumsi normal distribution antara variable

continue (matrik) dan kategorial (non metrik).


48

3.1.1 Uji Kelayakan Model

Model fit digunakan berdasarkan pada uji hosmer dan uji lomeshow

digunakan untuk mengetahui apakah data empiris sesuai dengan model

(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit). Apabila nilai sama dengan atau kurang dari 0,05, maka H0

ditolak yang artinya ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya, sehingga uji hosmer ini tidak baik karena tidak dapat

memprediksi nilai observasinya, begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2013).

Berikut ini adalah kriteria uji hosmer dan lemeshow :

1. H0 ditolak, jika nilai signifikan ≤ 0,05 tidak dapat memprediksi

2. H0 diterima, jika nilai signifikan ≥ 0,05 dapat memprediksi

3.1.2 Regresi Logistik

Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas

terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel

indpendennya (Ghozali, 2013). Analisis regresi logistik ini digunakan

untuk membuktikan pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

KAP = 0 + 1X1 + 2X2+ 3X3+ 4X4 (Ghozali, 2013).

Keterangan :

KAP : Pergantian KAP

X1 : Kepemilikan Manajerial

X2 : Kebijakan Deviden

X3 : Financial Distress
49

X4 : Pergantian Manajemen

3.1.3 Uji Hipotesis t

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan

α=5%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing –

masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013). Kriteria dalam melakukan uji hipotesis adalah sebagai

berikut:

1. Apabila nilai signifikan α< 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima

2. Apabila nilai signifikan α> 5% maka Ho diterima dan Ha ditolak

3.1.4 Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefiesien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar variabilitas variabel-variabel independen mampu menjelaskan

variabilitas dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat

dilihat pada nilai Nagelkerke R Square, Nagelkerke R Square dapat

diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali,

2013).
BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

4.1.1 Profil Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia atau dahulu dikenal dengan Bursa Efek Jakarta

adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan

sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi

Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan

pemodal lokal yang besar dan solid untuk mencapai pasar modal Indonesia

yang stabil. Jika dikaji lebih lanjut pasar modal di Indonesia bukan

merupakan hal baru. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah

dimulai sejak Pemerintahan Hindia Belanda mendirikan bursa efek di Batavia

pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereneging Voor

de Effectenhandel. Dengan berkembangnya bursa efek di Batavia, pada

tanggal 11 Januari 1925 Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan

pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena

pecahnya Perang Dunia II, maka pemerintah Hindia Belanda menutup bursa

efek di Batavia pada tanggal 10 Mei 1940.

Pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), bursa efek diaktifkan

kembali. Diawali dengan diterbitkannyaObligasi Pemerintah Republik

Indonesia tahun 1950, kemudian disusul dengan diterbitkannya Undang-

Undang Darurat tentang bursa Nomor 13 tanggal 01 September 1951.

50
51

Undang-Undang Darurat itu kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang

nomor 15 tahun 1952. Pada saat itu penyelenggaraan bursa diserahkan pada

Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek- efek (PPUE) dan Bank Indonesia

(BI) ditunjuk sebagai penasihat. Kegiatan bursa kembali terhenti ketika

pemerintah Belanda meluncurkan program nasionalisasi perusahaan-

perusahaan milik pemerintah Belanda pada tahun 1956. Program

nasionalisasi ini disebabkan adanya sengketa antara pemerintah Indonesia

dengan Belanda mengenai Irian Barat, dan sekarang bernama Papua, yang

mengakibatkan modal usaha lainnya ke luar negeri.

Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Suharto secara resmi

membuka pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan Go Publik-nya

PT. Semen Cibinong. Pada tahun itu juga pemerintah memperkenalkan

Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai usaha untuk

menghidupkan pasar modal. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar

saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial

dan sektor swasta yang mencapai puncak perkembangan pada tahun 1990.

Pada tanggal 13 Juli 1991 bursa saham diswastanisasi menjadi PT.

Bursa Efek Jakarta yang selanjutnya disebut dengan nama BEJ dengan

menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa

saham menjadi BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM

menjadi badan Pengawas Pasar Modal.

Tahun 1995 adalah tahun dimana BEJ memasuki babak baru. Pada 22

Mei 1995 BEJ meluncurkan Jakarta Automatic Trading System (JATS),


52

sebuah sistem perdagangan manual otomatis yang menggantikan sistem

perdagangan manual. Dalam sistem perdagangan manual di lantai bursa

terlihat dua (2) deret antrian, yang satu untuk antrian beli dan yang satu untuk

antrian jual, yang cukup panjang masing-masing sekuritas dan kegiatan

transaksi dicatat di papan tulis. Oleh karena itu, setelah otomatis ini yang

sekarang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer-komputer yang

digunakan palang atau broker dalam bertransaksi.

Saham yang dicatatkan di BEJ adalah saham yang berasal dari berbagai

jenis perusahaan yang go public, antara lain dapat berupa saham yang berasal

dari perusahaan manufaktur, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa dan

lain-lain. Perusahaan jasa keuangan adalah perusahaan yang bergerak dalam

bidang jasa keuangan. Perusahaan ini terdiri dari dua kategori yaitu

perbankan dan perusahaan jasa keuangan non bank.

4.1.2 Lokasi Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia berlokasi di Gedung Bursa Efek Indonesia,

Tower 1 Lantai 6, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan 12190,

Indonesia. Call Center : 150515, WhatsApp : +6281 181150515, E-mail :

contactcenter@idx.co.id.

4.2 Perusahaan Yang Dijadikan Sampel Penelitian

1. PT. Astra International Tbk

PT Astra International Tbk didirikan di Jakarta pada tahun 1957

sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama Astra

International Inc. Pada tahun 1990, telah dilakukan perubahan nama


53

menjadi PT Astra International Tbk, dalam rangka penawaran umum

perdana saham Perseroan kepada masyarakat, yang dilanjutkan dengan

pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia dengan

menggunakan ticker ASII. Nilai kapitalisasi pasar Astra pada akhir tahun

2021 adalah sebesar Rp231 triliun.

Sesuai anggaran dasar Perseroan, kegiatan usaha yang dapat

dijalankan oleh Perusahaan mencakup perdagangan umum, perindustrian,

pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan

konsultasi. Hingga tahun 2022, Astra telah mengembangkan bisnisnya

dengan menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi

pada tujuh segmen usaha, terdiri dari Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat,

Pertambangan, Konstruksi & Energi, Agribisnis, Infrastruktur dan

Logistik, Teknologi Informasi, Properti.

Dengan bisnis yang beragam, Astra telah menyentuh berbagai

aspek kehidupan bangsa melalui produk dan layanan yang dihasilkan.

Dalam keseharian hidup, masyarakat Indonesia menggunakan sepeda

motor dan mobil, jalan tol, printer, hingga layanan pembiayaan, perbankan

dan asuransi milik Astra. Pelaku bisnis bermitra dengan Astra

memanfaatkan berbagai kendaraan komersial, alat berat, layanan logistik,

sistem teknologi informasi dan jasa pertambangan dari Astra. Berbagai

produk yang dihasilkan, antara lain minyak kelapa sawit, batu bara dan

kendaraan bermotor, senantiasa diekspor sehingga Astra dapat

berkontribusi dalam menyumbangkan devisa bagi negara.


54

Saat ini, kegiatan operasional bisnis yang tersebar di seluruh

Indonesia dikelola melalui 240 anak perusahaan, ventura bersama dan

entitas asosiasi, dengan didukung oleh 188.788 karyawan. Sebagai salah

satu grup usaha terbesar nasional saat ini, Astra telah membangun reputasi

yang kuat melalui penawaran rangkaian produk dan layanan berkualitas,

dengan memperhatikan pelaksanaan tata kelola perusahaan dan tata kelola

lingkungan yang baik.

Astra senantiasa beraspirasi untuk menjadi perusahaan kebanggaan

bangsa yang berperan serta dalam upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan bisnis Astra

berupaya menerapkan perpaduan yang berimbang pada aspek komersial

bisnis dan sumbangsih non-bisnis melalui program tanggung jawab sosial

yang berkelanjutan di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan,

kewirausahaan serta teknologi.


55

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Astra International Tbk


56

2. PT. Indal Aluminium Industry Tbk

Pada tanggal 5 Desember 1994, Perseroan melakukan penawaran

saham perdana kepada masyarakat sebesar 13.200.000 saham yang

dicatatkan di Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa

Efek Indonesia / BEI). Pada hari yang sama juga dicatatkan 30.800.000

saham pendiri dengan nilai nominal Rp.1.000,- setiap saham. Berikutnya

pada tanggal 29 Januari 1996, dilakukan pemecahan saham 1:2 dari total

44.000.000 saham menjadi 88.000.000 saham yang dicatatkan di Bursa

Efek Indonesia. Dari yang awalnya Rp.1.000,- per saham dibagi dua

menjadi Rp.500.-. Dilanjutkan pembagian saham bonus pada tanggal 26

Februari 1996 sejumlah 70.400.000 saham sehingga total saham yang

tercatat di BEI berjumlah sampai dengan akhir tahun 2013 adalah

158.400.000 saham. Pada tahun 2014, Perseroan melakukan aksi korporasi

berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari awalnya Rp.500,-

per saham dibagi dua menjadi Rp.250,- per saham, maka terhitung efektif

sejak tanggal 12 Pebruari 2014 jumlah saham Perseroan adalah

316.800.000 saham yang juga dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Yang

paling akhir adalah pemecahan nilai nominal saham Perseroan (stock split)

yang mulai efektif di bursa efek pada tanggal 26 Oktober 2017 dengan

rasio 1:2 , sehingga nilai nominal saham yang saat ini Rp.250,- per saham

menjadi Rp.125,-per saham, dan jumlah saham Perseroan 316.800.000

berubah menjadi 633.600.000.


57

Lembaga dan/atau Profesi Penunjang Pasar Modal

Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Retno, Palilingan & Rekan

sebagai Auditor Independen Laporan Keuangan INAI, dengan jumlah fee

sekitar Rp.210.600.000,- untuk penugasan Audit Umum Laporan

Keuangan per 31 Desember 2021. PT Adimitra Jasa Korpora sebagai biro

administrasi efek pendukung INAI dengan jumlah fee sekitar

Rp.22.000.000,- untuk periode penugasan 1Januari-31 Desember 2021.

Penghargaan / Reputasi yang diperoleh PT Indal Aluminium Industry

Tbk tahun 2021

a. Mendapatkan Sertifikasi Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional

untuk Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi periode 27

Februari 2019 – 26 Februari 2023.

b. Menerima Certificate of Approval ISO 9001:2015 dari PT Lloyd’s

Register Indonesia untuk masa berlaku hingga 23 Januari 2023.

c. Mendapatkan PROPER peringkat BIRU dalam program penilaian

kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

d. Mendapatkan Sertifikasi Produk berstandar Internasional untuk

Standing Step Ladders Aluminium dari TUV SUD Product Service

GmbH.
58

Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Indal Aluminium Industry Tbk

3. PT. Impack Pratama Industri Tbk

Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) didirikan tanggal 26 Januari

1981 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1982. Kantor pusat

IMPC berlokasi di Altira Office Tower Lantai 38, Altira Business Park, JL

Yos Sudarso No. 85, Jakarta Utara14350 – Indonesia . Sedangkan pabrik-

pabriknya berlokasi di Jl. Inti Raya Blok C-4 Kav. 2-3 Hyundai – Lippo

Cikarang 17550 (Bekasi), Jl. Trembesi Blok F 17-1 Delta Silicon II –

Lippo Cikarang 17550 (Bekasi), Dusun Sukamulya, Desa Anggadita Kec.

Klari, Kab. Karawang 41371 dan Workshop No. 17 & 18, Road 6, Long

Thanh Industrial Zone, Tam An Village, Long Thanh District Dong Nai

Province, Vietnam.
59

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Impack

Pratama Industri Tbk, antara lain: PT Harimas Tunggal Perkasa

(pengendali) (33,69%), PT Tunggal Jaya Investama (pengendali)

(33,69%), Heyokha Major (11,01%) dan Lion Trust (Singapore) Limited

(10,03%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan IMPC adalah bergerak produsen dan distribusi bahan bangunan

dan plastik. Saat ini, kegiatan usaha IMPC adalah bergerak dalam bidang

produksi plastik polikarbonat yang digunakan untuk atap rumah, mall dan

industri. Selain itu, IMPC juga memproduksi façade untuk exterior dan

interior gedung. Pada tanggal 08 Desember 2014, IMPC memperoleh

pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham IMPC (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 150.050.000 yang terdiri dari 48.350.000 saham baru dan

101.700.000 divestasi saham pendiri dengan nilai nominal Rp100,- per

saham dengan harga penawaran Rp3.800,- per saham. Saham-saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17

Desember 2014.
60

Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT. Impack Pratama Industri Tbk

4. PT. Selamat Sempurna Tbk

PT Selamat Sempurna Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia

pada tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta Notaris Ridwan Suselo,

S.H., No. 207. Akta Pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/96/5 tanggal 22 Maret

1976. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali

perubahan, terakhir dengan akta Notaris Kamelina, S.H., No. 22 tanggal

25 Februari 2021. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah mendapat

Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-

AH.01.03-0143407 dan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data

Perseroan No. AHU-AH.01.03-0143409, keduanya tanggal 5 Maret 2021.

Perusahaan memproduksi filter, radiator, oil coolers, condensers, brake


61

pipe, fuel pipes, fuel tanks, exhaust systems, and press parts.. Merek

dagang Sakura Filter telah terdaftar di lebih dari 100 negara di dunia.

SMSM telah terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1996, dan

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan berkedudukan di Jakarta

Utara, dengan kantor pusat di Wisma ADR, Jalan Pluit Raya I No. 1,

Jakarta Utara, sedangkan pabriknya berlokasi di Jakarta dan Tangerang.

Perusahaan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak tahun 1980. PT

Adrindo Intiperkasa adalah entitas induk dan juga entitas induk terakhir

dari Perusahaan.

Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Selamat Sempurna Tbk

5. PT. Wijaya Karya Beton Tbk

PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WIKA Beton) didirikan sebagai

salah satu anak perusahaan BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. pada

tahun 1997 dengan visi Menjadi Perusahaan Terkemuka Dalam Bidang


62

Engineering, Production, Installation (EPI) Industri Beton di Asia

Tenggara. Saat ini WIKA Beton merupakan produsen beton pracetak

terbesar di seluruh Indonesia bahkan Asia Tenggara. WIKA Beton telah

memiliki 14 (empat belas) pabrik, 1 (satu) mobile plant, dan 7 (tujuh)

wilayah penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang

memiliki pertumbuhan industri konstruksi yang tinggi. WIKA Beton juga

memiliki 3 (tiga) Crushing Plant di Cigudeg Bogor, Lampung Selatan dan

Donggala Palu. WIKA Beton menerapkan pola Precast Engineering-

Production-Installation (EPI). Selain itu, WIKA Beton juga memiliki 3

(tiga) jetty yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia untuk

mendukung layanan distribusi produk kepada para pelanggan. Hingga saat

ini, WIKA Beton telah memiliki 4 (empat) anak usaha yakni PT Wijaya

Karya Komponen Beton, PT Wijaya Karya Krakatau Beton, PT Wijaya

Karya Citra Lautan Teduh dan PT Wijaya Karya Pracetak Gedung.

PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WIKA Beton) didirikan sebagai

salah satu anak perusahaan BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. pada

tahun 1997 dengan visi Menjadi Perusahaan Terkemuka Dalam Bidang

Engineering, Production, Installation (EPI) Industri Beton di Asia

Tenggara. Tahun 2008, WIKA Beton telah memiliki 7 pabrik di seluruh

Nusantara dengan produksi produk beton kualitas tinggi. Dalam tiga tahun

berikutnya, perusahaan ini terus berkembang; dari mendirikan pabrik baru,

dan inovasi seperti tiang pancang berdiameter 1 meter dan box girder.

Maka WIKA Beton pun dipilih menjadi perusahaan referensi dalam studi
63

kasus Economics Benefits of Standars oleh International Organization for

Standardization, Geneva Tahun 2013, WIKA Beton mendirikan anak

perusahaan WIKA Krakatau Beton dan berinovasi melahirkan berbagai

produk beton pracetak dan lini bisnis baru, yakni Quarry. Setahun

kemudian, WIKA Beton mengambil sebuah langkah monumental:

Melakukan pelistingan di Bursa Efek Idonesia, tepatnya pada 8 April

2014. Masih di tahun yang sama, perusahaan mengakuisisi PT Citra

Lautan Teduh dan meluncurkan unit Inner Boring. Tahun 2016, WIKA

Beton mendirikan anak perusahaan WIKA Pracetak Gedung dan kembali

berinovasi dalam produk PC Wall yang bisa mencapai panjang 24,6 meter.

Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton Tbk

6. PT. Tempo Scan Pacific Tbk

PT Tempo Scan Pacific Tbk adalah organisasi dinamis yang terdiri

dari para profesional handal dan berkomitmen di bawah kepemimpinan


64

yang kuat dengan tujuan utama menjadi pemimpin pasar farmasi, produk

konsumen dan kosmetik dengan kompetensi di bidang manufaktur,

pemasaran dan distribusi. Ekuitas merek kami menawarkan produk

berkualitas dan inovasi yang berkesinambungan disertai penawaran harga

yang kompetitif dan dipasarkan melalui sistem penjualan multi-channel

yang efektif dan mata rantai pengiriman yang handal. Dipandu oleh tata

kelola perusahaan yang baik dengan tujuan menciptakan kondisi keuangan

yang sehat dan menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan

serta penghargaan dari masyarakat.

PT Tempo Scan Pacific Tbk (“Perseroan”) dan entitas anaknya

merupakan bagian dari Tempo Grup yang memulai kegiatan usahanya

melalui pendirian PT PD Tempo pada tanggal 3 Nopember 1953 yang

bergerak di bidang perdagangan produk farmasi. Perseroan dibentuk

melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula Perseroan

bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan

produksi komersial produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan

perjalanan waktu, Perseroan melalui entitas anaknya juga telah

memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak tahun 1977.

Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan

saham-sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek

Indonesia/BEI (dahulu Bursa Efek Jakarta/BEJ). Pada tahun 1995 jumlah

saham tersebut telah meningkat menjadi 150.000.000 lembar saham

dengan dirubahnya nilai nominal masing-masing saham Perseroan dari Rp


65

1.000 menjadi Rp 500 per lembar saham (pemecahan saham). Selanjutnya

pada tahun 1998, BEI telah menyetujui pencatatan saham Perseroan

sebanyak 300.000.000 lembar saham yang berasal dari Penawaran Umum

Terbatas yang Pertama, sehingga jumlah saham tercatat Perseroan

seluruhnya berjumlah 450.000.000 lembar saham. Pada tahun 1999,

meskipun terimbas krisis ekonomi Asia, Perseroan membayar lebih awal

USD 105 juta pinjaman sindikasi luar negeri dan sejak itu Perseroan

memiliki posisi kas bersih yang surplus.

Pada tahun 2003 Perseroan telah mengimplementasikan SAP untuk

mendukung kegiatan operasional Perseroan secara lebih efisien dan

efektif. Saat ini SAP telah diimplementasikan pada 16 entitas anak

Perseroan. Dengan keyakinan bahwa perekonomian Indonesia akan terus

membaik, Perseroan membangun pabrik Farmasi baru di Cikarang dengan

luas area total 76.105 m2 yang diresmikan pada tahun 2006. Pada tahun

2006 jumlah saham tercatat meningkat menjadi 4.500.000.000 lembar

saham dengan dirubahnya nilai nominal masing-masing saham Perseroan

dari Rp 500 menjadi Rp 50 per lembar saham (pemecahan saham). Pada

tahun 2007 Perseroan memperluas bisnis internasional ke Thailand serta

mendirikan Tempo Scan Pacific Philippines di tahun 2010 dan Tempo

Scan Pacific Malaysia di tahun 2012. Seiring dengan terus berkembangnya

Perseroan, kantor pusat Tempo Scan pindah ke Tempo Scan Tower di Jl.

HR Rasuna Said Kav. 3-4, Kuningan, Jakarta Selatan, Indonesia, yang


66

terdiri dari 30 lantai dan 4 basement seluas total 70.000 m2 dan

diresmikan pada bulan Maret 2012.

Pada tahun 2017 Perseroan mulai membangun pabrik baru CPCMG

yang berlokasi di Mojokerto, Propinsi Jawa Timur, dan telah beroperasi

sejak Februari 2019. Perseroan mengoperasikan 17 fasilitas produksi,

dimana satu fasilitas produksi masih dalam tahap pembangunan.

Gambar 4.6 Struktur Organisasi PT. Tempo Scan Pacific Tbk


67

7. PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co Tbk

Pada awalnya PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk

merupakan perusahaan keluarga yang memproduksi susu yang

dipasteurisasi. Seiring dengan perkembangan perusahaan pemilik

perusahaan kemudian membenahi perusahaannnya dengan mengubah

status dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum

(persekutuan komanditer). Pada tanggal 22 Oktober 1968 perusahaan

resmi bernama CV Djaja Murni Trading and Industry Company.

Pada tahun 1971, memasuki tahap pertumbuhan dan berubah

menjadi perseroan yaitu PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company

(PT UltraJaya Industry Susu & persekutuan Dagang). Yaitu Perusahaan

yang juga mempelopori pengembangan minuman suci hama/aseptik untuk

memenuhi banyaknya permintaan untuk minuman refrigeration-free di

Indonesia.

PT Ultrajaya memiliki lokasi yang strategis yaitu terletak dipusat

daerah pedalaman Bandung yang subur akan hasil agrikulturnya serta

menyediakan suatu sumber bermutu yang dapat dipercaya dan berlimpah,

bahan-bahan segar, dari susu sampai I dan buah-buahan tropis. Kesegaran

bahan-bahan diproses melalui proses temperatur teramat sangat

tinggi/Ultra High Temperature (UHT) dan terakhir menggunakan

teknologi kemasan aseptik/suci hama. Suatu alasan utama untuk menjadi

perusahaan yang sukses besar dipasar Indonesia adalah kemampuan untuk

mengantisipasi perusahaan pasar dan permintaan dari suatu populasi yang


68

makmur lebih dari 200 juta orang dan kemampuan untuk memberikan

reaksi atau tanggapan terhadap permintaan dengan keterampilan

perkembangan produk dan strategi pemasarannya. Ini tercermin oleh

pertumbuhan Ultrajaya dari Perusahaan produk tunggal menjadi suatu

distributor diseluruh negara lebih dari 60 minuman dan produk makanan.

Ini meliputi susu UHT, jus buah, sari jus buah, I minuman kesehatan, keju,

mentega, susu bubuk full cream dan susu kental manis. Sekarang ini, 90

persen total volume produksi perusahaan dijual di dalam negeri diseluruh

Indonesia, sisanya diekspor untuk negara-negara terbatas seperti Asia,

Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika Serikat.

PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company (“Perseroan”)

didirikan berdasarkan Akta No.8 tanggal 2 November 1971, juncto Akta

Perubahan No.71 tanggal 29 Desember 1971, yang dibuat dihadapkan

Komar Andasasmita, S.H, Notaris di Bandung. Kedua akta tersebut telah

memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia

dengan Keputusan No. Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973 dan telah

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.34 tanggal 27

April 1973, Tambahan No.313. Perseroan melakukan Initial Public

Offering (IPO) pada tahun 1990 dengan menawarkan 6.000.000 sahamnya

kepada masyarakat. Tahun 1994 melakukan penawaran umum terbatas ke-

1 (right issue I) sebanyak 66.020.160 saham. Tahun 1995 membagi

132.040.320 saham bonus yang berasal dari agio saham. Tahun 1999

melakukan penawaran umum terbatas ke-2 (right issue II) sebanyak


69

165.050.400 saham, dan pada tahun 2004 Perseroan telah melakukan

penawaran umum terbatas ke-3 (right issue III) sebanyak 962.794.000

saham. Seluruh saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor

penuh telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan

Bursa Efek Surabaya.

Gambar 4.7 Struktur Organisasi PT. Ultrajaya Milk Industry &


Trading Co Tbk

8. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Merupakan produsen berbagai

jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Sudono Salim
70

dengan nama PT Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari

1994 menjadi Indofood Sukses Makmur. Perusahaan ini mengekspor

bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) adalah produsen,

pemasar dan distributor produk makanan. Perusahaan FMCG ini bergerak

dalam berbagai sektor, termasuk produsen mie, susu, tepung, pasta, bumbu

makanan, nutrisi dan makanan khusus, serta makanan ringan. Indofood

memasarkan produknya dengan berbagai nama brand seperti Indomie,

Supermi, Indomilk, Enaak, Tiga Sapi Happy, Freiss, Govit, Promina,

Chitato Lite, Maxicorn, Fruitamin, Orchid Butter, Club, Milkuat, Segitiga

Biru, dan lain-lain. Perusahaan ini juga menyediakan minuman non-

alkohol seperti air kemasan, minuman rasa buah, dan the kemasan siap

minum. Kegiatan bisnis lainnya meliputi pengemasan, pembibitan benih

kelapa sawit, budidaya, branding dan pemasaran minyak goreng, margarin

dan shortening. Perusahaan Indofood beroperasi di Indonesia, Asia, Timur

Tengah dan Afrika. Indofood berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.

Menariknya, Indofood juga pernah berafiliasi dengan PepsiCo Inc dan ikut

memasarkan produk minuman bersoda Pepsi, Lays, Cheetos, dan Doritos.

Namun, kerjasama tersebut telah berakhir sehingga Indofood tidak lagi

memiliki lisensi merek dan tidak dapat lagi menjual produk-produk

tersebut di Indonesia. Melansir dari laman resminya, Indofood merupakan

sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang

mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan. Indofood dikenal


71

sebagai perusahaan besar dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya.

Dalam menjalankan bisnisnya, Indofood mendapat manfaat dari skala

ekonomis serta ketangguhan model bisnisnya.

Gambar 4.8 Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses


Makmur Tbk

9. PT. Mayora Indah Tbk

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977

dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang dengan target market


72

wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah mampu memenuhi pasar

Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi

perusahaan publik pada tahun 1990 dengan target market; konsumen

Asean. Kemudian melebarkan pangsa pasarnya ke negara negara di Asia.

Saat ini produk Perseroan telah tersebar di 5 benua di dunia. 

Sebagai salah satu Fast Moving Consumer Goods Companies, PT.

Mayora Indah Tbk telah membuktikan dirinya sebagai salah satu produsen

makanan berkualitas tinggi dan telah mendapatkan banyak penghargaan,

diantaranya adalah “Top Five Best Managed Companies in Indonesia” dari

Asia Money, “Top 100 Exporter Companies in Indonesia” dari majalah

Swa, “Top 100 public listed companies” dari majalah Investor Indonesia,

“Best Manufacturer of Halal Products” dari Majelis Ulama Indonesia, Best

Listed Company dari Berita Satu, “Indonesia’s Corporate Secretary

Award, Top 5 Good Corporate Governance Issues in Consumer Goods

Sector, dari Warta Ekonomi dan banyak lagi penghargaan lainnya.


73

Gambar 4.9 Struktur Organisasi PT. Mayora Indah Tbk


74

10. PT. Sekar Laut Tbk

PT Sekar Laut Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri, pertanian, perdagangan dan pembangunan, khususnya dalam

industri di sektor manufaktur, untuk sub sektor makanan dan minuman.

Produk-produk yang dihasilkan adalah: kerupuk, saos, sambal, bumbu

masak dan roti. Perusahaan memulai industri rumah tangga di bidang

perdagangan dan produk kelautan sejak tahun 1966, di Kota Sidoarjo,

Jawa Timur. Kemudian, usaha berkembang menjadi pabrik kerupuk

udang. Hal inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya PT Sekar Laut Tbk.

Dengan kegigihan, usaha yang dirintis berkembang pesat. Para pendiri

mampu mengembangkan industri rumah tangga menjadi perusahaan

penghasil kerupuk. PT Sekar Laut Tbk, akhirnya resmi didirikan pada 19

Juli 1976 dalam bentuk perseroan terbatas. Proses pembuatan kerupuk

telah dikembangkan dengan teknologi modern, yang mengutamakan

kualitas dan kebersihan. Produk perusahaan saat ini tidak hanya

dipasarkan di tingkat lokal, namun juga merambah ke pasar ekspor (luar

negeri). Perusahaan berkembang dan memproduksi kerupuk, saos tomat,

sambal, bumbu masak roti dan makanan ringan lainnya produk-produk

perusahaan dipasarkan dengan merk “FINNA”.

Produk diproduksi dari bahan alami dan diproses secara higienis,

sehingga merupakan makanan sehat, aman dikonsumsi dan dinikmati oleh

masyarakat Indonesia dan seluruh dunia. Perusahaan juga bekerja sama

dengan perusahaan-perusahaan makanan lainnya untuk menyuplai produk


75

makanan sesuai kebutuhannya masing-masing. Sampai saat ini,

Perusahaan terus melakukan inovasi produk dan meningkatkan kualitas

produk melalui pemenuhan standar produk baik nasional maupun

internasional. Perseroan terus berupaya mengintegrasikan bagian

pengendalian mutu, produksi, dan pengembangan produk agar dapat

bekerja untuk menghasilkan produk berkualitas yang diinginkan oleh

masyarakat. Distributor Perusahaan yang merupakan anak usahanya

sendiri, yaitu PT Pangan Lestari yang memiliki gudang distribusi yang

tersebar di delapan wilayah, yaitu Sidoarjo, Bali, Jakarta, Malang,

Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Makassar. Hingga tahun 2020, PT

Sekar Laut Tbk memiliki 2.093 karyawan. Pada tanggal 8 September

1993, PT Sekar Laut Tbk mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek

Jakarta dan Surabaya, sehingga PT Sekar Laut Tbk menjadi perusahaan

publik yang sahamnya dapat diperdagangkan oleh masyarakat, dan

investor bisa melihat keterbukaan informasi perusahaan secara objektif.


76

Gambar 4.10 Struktur Organisasi PT. Sekar Laut Tbk


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif Data Penelitian

5.1.1 Deskripsi Objek Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2017-

2021. Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah purposive Sampling dengan menggunakan kriteria yang memenuhi

syarat sebagai sampel penelitian ini, dari kriteria tersebut tersebut

didapatkan sampel sebanyak 10 perusahaan. Dari jumlah tersebut Untuk

lebih jelasnya mengenai sampel penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 5.1 Populasi dan Sampel Penelitian

No. Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah


1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
158 168 180 195 213 914
Indonesia selama periode
2017-2021
2. Perusahaan baru IPO (0) (10) (25) (47) (66) (148)
3. Perusahaan yang gulung tikar
atau tidak terdaftar lagi pada (11) (11) (8) (1) (0) (31)
tahun berikutnya
4. Perusahaan yang tidak
mempublikasikan laporan (51) (51) (51) (51) (51) (255)
keuangan
5. Perusahaan yang tidak
menggunakan mata uang (26) (26) (26) (26) (26) (130)
rupiah
6. Perusahaan yang tidak
membagikan kebijakan (42) (42) (42) (42) (42) (210)
deviden

77
78

No. Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah


6. Perusahaan yang tidak
memiliki kepemilikan (18) (18) (18) (18) (18) (90)
manajerial
Jumlah Sampel 10 10 10 10 10 50

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian sebanyak 10

perusahaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian

Kode
No Nama Perusahaan
Saham
1. ASII PT. Astra International Tbk
2. INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk
3. IMPC PT. Impack Pratama Industri Tbk
4. SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk
5. WTON PT. Wijaya Karya Beton Tbk
6. TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk
7. ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co Tbk
8. INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
9. MYOR PT. Mayora Indah Tbk
10. SKLT PT. Sekar Laut Tbk

5.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Variabel yang diteliti ada 2 macam yaitu pergantian KAP sebagai

variabel Y, serta kepemilikan manajerial, kebiajakan deviden, financial

distress, dan pergantian manajemen sebagai variabel X. Berikut ini hasil

deskriptif semua variabel yaitu :

1. Pergantian KAP

Pergantian KAP merupakan pergantian auditor yang dilakukan

oleh perusahaan. Pergantian auditor dibagi menjadi dua, yaitu secara

wajib dan secara sukarela, keduanya dapat dibedakan dari fokus

perhatian pada isu tersebut (Sinarwati 2010). Pergantian auditor atau

pergantian KAP dapat dirumuskan menggunakan variabel dummy,


79

nilai 1 bagi perusahaan yang mengganti KAP, dan nilai 0 bagi

perusahaan yang dijadikan sampel tidak mengganti KAP (Chadegani,

2011).

Adapun data pergantian KAP perusahaan manufaktur yang telah

terdaftar di BEI selama 2017-2021 yang menjadi sampel dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 5.3 Tabulasi Data Pergantian KAP

Pergantian KAP
No Kode
2017 2018 2019 2020 2021
1. ASII 0 0 0 0 0
2. INAI 0 0 0 1 0
3. IMPC 0 0 0 1 0
4. SMSM 0 0 1 0 0
5. WTON 0 0 0 0 0
6. TSPC 0 0 0 0 0
7. ULTJ 0 0 0 0 1
8. INDF 0 0 0 1 0
9. MYOR 0 0 0 0 0
10. SKLT 1 0 0 0 0
Sumber : Data diolah peneliti (2022)

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa perusahaan yang telah

melakukan pergantian KAP dari tahun 2017 sampai dengan tahun

2021 hanyalah 6 perusahaan yaitu PT. Indal Aluminium Industry Tbk

pada tahun 2020, PT. Impack Pratama Industri Tbk tahun 2020, PT.

Selamat Sempurna Tbk tahun 2019, PT. Ultrajaya Milk Industry &

Trading Co Tbk tahun 2021, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tahun

2020, dan PT. Sekar Laut Tbk tahun 2017.


80

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang juga

berarti sebagai pemilik di dalam perusahaan dari manajemen yang

aktif dalam memberikan keputusan di perusahaan yang

bersangkutan (Downes & Goodman 1999). Kepemilikan manajerial

dihitung dengan rumus :

Total Saham yang dimiliki oleh Manajemen


KM = x 100%
Jumlah saham yang beredar

Contoh perhitungan kepemilikan manajerial PT. Astra

International Tbk dengan kode saham ASII pada tahun 2017 sebagai

berikut:

Total Saham yang dimiliki oleh Manajemen


KM = x 100%
Jumlah saham yang beredar

14.916.275
KM = x 100%
40.483.553.140

KM = 0,0368

Adapun data kepemilikan manajerial perusahaan manufaktur

yang telah terdaftar di BEI selama 2017-2021 yang menjadi sampel

dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 5.4 Tabulasi Data Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial
No Kode
2017 2018 2019 2020 2021
1. ASII 0,0368 0,0497 0,0606 0,0581 0,0314
2. INAI 0,8831 0,9333 0,9947 1,0241 1,0499
3. IMPC 1,7002 1,7141 1,7183 1,8988 1,7961
4. SMSM 7,9962 7,9849 7,9805 7,9805 7,9805
5. WTON 0,1808 0,1896 0,0378 0,8557 0,7251
6. TSPC 0,0451 0,0451 0,0459 0,0319 0,0729
7. ULTJ 33,8437 34,344 36,0142 48,1726 48,4611
81

Kepemilikan Manajerial
No Kode
2017 2018 2019 2020 2021
8. INDF 0,0157 0,0166 0,0157 0,0157 0,0157
25,2199 25,219 25,2199 25,2199 25,242
9.
MYOR 9
10. SKLT 0,6664 0,8233 0,8233 0,8233 0,8421
Sumber : Data diolah peneliti (2022)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dari

tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 memiliki nilai kepemilikan

manajerial yang fluktuatif, namun tidak ada yang memiliki nilai di

bawah 0, yang artinya bahwa semua perusahaan tersebut memiliki

kepemilikan saham dari manajemen.

3. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang

diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna

pembiyaan investasi di masa datang, pada hakekatnya kebijakan

dividen merupakan penentuan sejumlah laba yang diperoleh

perusahaan yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen kepada

investor dan seberapa besar laba yang ditahan untuk pembelanjaan

intern perusahaan (Harjito dan Martono, 2012). Kebijakan deviden

dapat dihitung dengan menggunakan dividen payout ratio, dividen

payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen diukur dengan cara

membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per

lembar saham, yang secara matematis dapat dinyatakan dengan rumus

berikut: (Barlin 2010)


82

Deviden per lembar saham


Dividend Payout Ratio =
Laba bersih per lembar saham

Contoh perhitungan kebijakan deviden PT. Astra International

Tbk dengan kode saham ASII pada tahun 2017 sebagai berikut:

Deviden per lembar saham


Dividend Payout Ratio =
Laba bersih per lembar saham

185
Dividend Payout Ratio =
466

Dividend Payout Ratio = 0,3970

Adapun data kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang

telah terdaftar di BEI selama 2017-2021 yang menjadi sampel dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 5.5 Tabulasi Data Kebiajakan Dividen

Kebiajakan Dividen
No Kode
2017 2018 2019 2020 2021
1. ASII 0,3970 0,4000 0,3993 0,2857 0,4790
2. INAI 0,9016 0,4688 0,5660 3,9683 0,0000
3. IMPC 0,4432 0,5593 0,0000 0,2319 0,5063
4. SMSM 0,1149 0,1546 0,1800 0,2235 0,0870
5. WTON 0,2534 0,2174 0,2977 1,0456 0,3091
6. TSPC 0,3306 0,3509 0,4065 0,3429 0,1093
7. ULTJ 0,1639 0,2000 0,1348 0,8500 0,2049
8. INDF 0,5011 0,4979 0,4973 0,3782 0,3195
9. MYOR 0,3803 0,3766 0,3371 0,5652 0,3962
10. SKLT 0,2059 0,1915 0,2308 0,2419 0,3902
Sumber : Data diolah peneliti (2022)

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa kebijakan deviden dari tahun

2017 sampai dengan tahun 2021 memiliki nilai yang fluktuatif, namun

tidak ada yang memiliki nilai di bawah 0 atau bernilai negatif, yang

artinya bahwa semua perusahaan tersebut memiliki kebijakan dividen

yang baik.
83

4. Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang

mengalami kesulitan dalam keuangannya (Platt dan Platt, 2002).

Financial Distress dapat dihitung menggunakan Model Altman Z-

score, berikut rumus Z-score : (Edward I dalam Mastuti, Saifi, &

Azizah, 2020)

Z-Score = 1,2X₁ + 1,4X₂ + 3,3X₃ + 0,6X₄ + 1,0X₅

Keterangan:

X₁ = modal kerja / total aset

X₂ = laba ditahan / total aset

X₃ = penghasilan sebelum bunga dan pajak / total aset

X₄ = nilai pasar ekuitas / total kewajiban

X₅ = penjualan / total asset

Contoh perhitungan financial distress PT. Astra International

Tbk dengan kode saham ASII pada tahun 2017 sebagai berikut:

Z-Score = 1,2X₁ + 1,4X₂ + 3,3X₃ + 0,6X₄ + 1,0X₅

Z-Score = 1,2.(modal kerja / total aset) + 1,4.(laba ditahan / total aset)

+ 3,3.(penghasilan sebelum bunga dan pajak / total aset )+

0,6.(nilai pasar ekuitas / total kewajiban) + 1,0.(penjualan /

total asset)

Z-Score= 1,2 X (156.505.000.000.000 / 295.830.000.000.000) + 1,4

X (8.354.319.587.359 / 295.830.000.000.000) + 3,3 X

(29.196.000.000.000 / 295.830.000.000.000) + 0,6 X


84

(325.892.602.777.000 / 139.325.000.000.000) + 1,0 X

(206.057.000.000.000 / 295.830.000.000.000)

Z-Score = 3,1001

Adapun data financial distress perusahaan manufaktur yang

telah terdaftar di BEI selama 2017-2021 yang menjadi sampel dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 5.6 Tabulasi Data Financial Distress

Financial Distress
No Kode
2017 2018 2019 2020 2021
3,1001 2,8550 2,6999 2,502 2,5874
1.
ASII 4
1,3983 1,3816 2,1561 1,211 1,4011
2.
INAI 3
4,5744 4,2582 4,2949 4,679 8,0458
3.
IMPC 2
10,394 10,8257 10,9291 9,214 7,7262
4.
SMSM 1 2
2,0494 1,8052 1,6698 1,534 1,2219
5.
WTON 0
4,5030 3,9557 3,9161 3,817 3,8623
6.
TSPC 3
11,914 14,7058 15,0679 4,701 7,4027
7.
ULTJ 5 2
2,7225 2,5075 2,8025 1,798 1,7994
8.
INDF 5
6,1511 6,3697 5,5033 6,709 5,5980
9.
MYOR 5
3,5818 3,6914 4,1233 4,315 5,5498
10.
SKLT 9
Sumber : Data diolah peneliti (2022)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai financial distress dari tahun

2017 sampai dengan tahun 2021 memiliki nilai yang fluktuatif, namun

tidak ada yang memiliki nilai di bawah 0 atau bernilai negatif, yang
85

artinya bahwa semua perusahaan tersebut tidak memiliki kesulitan

keuangan.

5. Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen merupakan keadaan dimana terjadi

pergantian direksi oleh pihak yang berwewenang dalam suatu

perusahaan, dan berdasarkan dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) atau dapat juga atas dasar keinginan pribadi (Halim et al.,

2021). Pergantian manajemen dapat dirumuskan menggunakan

variabel dummy, nilai 1 bagi perusahaan yang melakukan pergantian

manajemen, dan nilai 0 bagi perusahaan yang dijadikan sampel tidak

melakukan pergantian manajemen (Deliana et al., 2021).

Adapun data pergantian manajemen perusahaan manufaktur

yang telah terdaftar di BEI selama 2017-2021 yang menjadi sampel

dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 5.7 Tabulasi Data Pergantian Manajemen

Pergantian Manajemen
No Kode
2017 2018 2019 2020 2021
1. ASII 0 0 1 0 0
2. INAI 0 1 0 0 0
3. IMPC 0 1 0 1 0
4. SMSM 1 0 1 0 1
5. WTON 0 0 0 1 0
6. TSPC 1 0 0 0 0
7. ULTJ 1 0 0 0 1
8. INDF 0 0 0 1 0
9. MYOR 0 1 0 1 0
10. SKLT 1 0 0 0 0
Sumber : Data diolah peneliti (2022)
86

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa perusahaan yang telah

melakukan pergantian manajemen dari tahun 2017 sampai dengan

tahun 2021 yaitu PT. Indal Aluminium Industry Tbk pada tahun 2019,

PT. Impack Pratama Industri Tbk tahun 2018, PT. Impack Pratama

Industri Tbk tahun 2018 dan 2020, PT. Selamat Sempurna Tbk tahun

2017, 2019 dan 2021, PT. Wijaya Karya Beton Tbk tahun 2020, PT.

Tempo Scan Pacific Tbk tahun 2017, PT. Ultrajaya Milk Industry &

Trading Co Tbk tahun 2017 dan 2021, PT. Indofood Sukses Makmur

Tbk tahun 2020, PT. Mayora Indah Tbk tahun 2018 dan 2020, serta

PT. Sekar Laut Tbk tahun 2017.

5.2 Analisis Hasil Penelitian

5.2.1 Uji Kelayakan Model

Pengujian kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai

chi square. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji

hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak

ada perbedaan signifikan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit) (Ghozali, 2013). Jika uji Hosmer dan Lemeshow

menunjukkan nilai probabilitas (P-value) ≤ 0,05 (nilai signifikan) berarti

ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga

model tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai observasinya. Jika

uji Hosmer dan Lemeshow menunjukkan nilai probabilitas (P-value) ≥

0,05 (nilai signifikan) berarti bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
87

model dengan data atau bisa dikatakan model dapat digunakan untuk

memprediksi nilai observasinya. Berikut data hasil uji kelayakan :

Tabel 5.8 Hasil Uji Kelayakan Model

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 9,656 8 ,290

Berdasarkan tabel 5.8 yang diperoleh dari hasil analisis regresi

menunjukkan bahwa hasil uji Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit

Test diperoleh nilai chi-square sebesar 9,656 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,290. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai probabilitas (P-value) ≥

0,05 (nilai signifikan) yaitu 0,290 ≥ 0,05, maka hal ini mengindikasikan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan data sehingga

model regresi dalam penelitian ini layak dan mampu untuk memprediksi

nilai observasinya.

5.2.2 Regresi Logistik

Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas

terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel

indpendennya (Ghozali, 2013). Berikut data hasil uji regresi logistik :

Tabel 5.9 Hasil Analisis Regresi Logistik

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Kepemilikan Manajerial ,007 ,044 ,024 1 ,878 1,007 ,924 1,098
Kebijakan Dividen(DPR) 1,757 ,891 3,891 1 ,049 5,792 1,011 33,179
Financial Distress ,033 ,208 ,024 1 ,876 1,033 ,687 1,553
Pergantian Manajemen 4,248 2,110 4,052 1 ,044 69,946 1,119 4373,941
Constant -5,840 2,559 5,207 1 ,022 ,003
a. Variable(s) entered on step 1: Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen(DPR), Financial Distress,
Pergantian Manajemen.
88

Ln = -5,840 + 0,007.X1 + 1,757.X2+ 0,033.X3+ 4,248.X4

Dari persamaan regresi tersebut dijelaskan sebagai berikut :

0 = -5,840 artinya apabila nilai variabel independen yaitu kepemilikan

manajerial, kebijakan dividen, financial distress, dan pergantian

manajemen dianggap tetap atau konstan, maka tingkat pergantian

KAP cenderung negatif dengan nilai sebesar 5,840.

β 1= koefisien regresi kepemilikan manajerial dengan nilai sebesar 0,007

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan kepemilikan manajerial

dengan asumsi variabel lain konstan, maka akan menyebabkan

kenaikan pergantian KAP sebesar 0,007 satuan.

β 2= koefisien regresi kebijakan dividen dengan nilai sebesar 1,757

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan kebijakan dividen

dengan asumsi variabel lain konstan, maka akan menyebabkan

kenaikan pergantian KAP sebesar 1,757 satuan.

β 3= koefisien regresi financial distress dengan nilai sebesar 0,033

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan financial distress

dengan asumsi variabel lain konstan, maka akan menyebabkan

kenaikan pergantian KAP sebesar 0,033 satuan.

β 4= koefisien regresi pergantian manajemen dengan nilai sebesar 4,248

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan pergantian manajemen

dengan asumsi variabel lain konstan, maka akan menyebabkan

kenaikan pergantian KAP sebesar 4,248 satuan.


89

5.2.3 Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan

α=5%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing –

masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013). Adapun hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 5.9 di

atas, dan berdasarkan tabel tersebut dapat diinterpretasikan hasil sebagai

berikut :

1. Hipotesis 1

Hipotesis 1 mengatakan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh yang positif terhadap pergantian KAP, adapun

berdasarkan hasil uji hipotesis di dapatkan bahwa kepemilikan

manajerial memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan

terhadap pergantian KAP, hal ini dapat dilihat dari nilai konstanta 

yang bernilai positif dan nilai signifikansi kepemilikan manajerial

sebesar 0,878 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak.

2. Hipotesis 2

Hipotesis 2 mengatakan bahwa kebijakan dividen memiliki

pengaruh yang positif terhadap pergantian KAP, adapun berdasarkan

hasil uji hipotesis di dapatkan bahwa kebijakan dividen memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pergantian KAP, hal ini

dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan nilai

signifikansi kebijakan dividen sebesar 0,049 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H2 diterima.


90

3. Hipotesis 3

Hipotesis 3 mengatakan bahwa financial distress memiliki

pengaruh yang positif terhadap pergantian KAP, adapun berdasarkan

hasil uji hipotesis di dapatkan bahwa financial distress memiliki

pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pergantian KAP,

hal ini dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan nilai

signifikansi financial distress sebesar 0,876 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H3 ditolak.

4. Hipotesis 4

Hipotesis 4 mengatakan bahwa pergantian manajemen memiliki

pengaruh yang positif terhadap pergantian KAP, adapun berdasarkan

hasil uji hipotesis di dapatkan bahwa pergantian manajemen memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pergantian KAP, hal ini

dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan nilai

signifikansi pergantian manajemen sebesar 0,044 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H4 diterima.

5.2.4 Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefiesien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar variabilitas variabel-variabel independen mampu menjelaskan

variabilitas dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat

dilihat pada nilai Nagelkerke R Square, Nagelkerke R Square dapat

diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali,

2013). Berikut adalah tabel penyajian untuk koefisien determinasi :


91

Tabel 5.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 22,509a ,247 ,475
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter
estimates changed by less than ,001.

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik

ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square

adalah sebesar 0,475 yang berarti variabilitas variabel dependen yang

dapat dijelaskan adalah sebesar 47,5% sedangkan sisanya sebesar 52,5 %

dijelaskan oleh variabel-variable lain di luar model penelitian. Hal tersebut

berarti bahwa secara bersama variabel kepemilikan manajerial, kebijakan

dividen, financial distress, dan pergantian manajemen hanya dapat

menjelaskan variasi variabel pergantian KAP sebesar 47,5%.

5.3 Pembahasan

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Pergantian KAP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pergantian

KAP, hal ini dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan

nilai signifikansi kepemilikan manajerial sebesar 0,878 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H1 ditolak.


92

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak dapat mempengaruhi

pergantian KAP, hal ini dikarenakan manajer yang sekaligus seorang

pemegang saham akan memiliki kebijakan yang berbeda dengan manajer

tanpa kepemilikan saham perusahaan. Manajer yang sama-sama memiliki

saham perusahaan tetapi dengan jumlah saham yang berbeda, misalnya

satu manajer memiliki saham yang besar dan manajer yang lainnya dengan

saham yang kecil, akan memiliki kebijakan yang berbeda pula.

Kepemilikan manajemen tidak akan mendorong perusahaan untuk

berpindah ke KAP yang berkualitas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Muhammad Fauzi, Amir Hasan, & Vera Oktari (2020)

yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap pergantian KAP, namun penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Z. Jun Lin a, Ming Liu

(2010) dan Mohammad A. Bagherpoura, Gary S. Monroeb, Greg Shaile

(2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

positif signifikan terhadap pergantian KAP.

2. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Pergantian KAP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pergantian KAP, hal ini

dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan nilai
93

signifikansi kebijakan dividen sebesar 0,049 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H2 diterima.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap pergantian KAP

dikarenakan dividen yang stabil mengungkapkan pandangan pihak

manajemen atas masa depan perusahaan yang lebih baik. Jika dividen

tidak dibagikan secara teratur akan menimbulkan pertanyaan untuk para

pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2010). Salah satu penyebab

kemungkinan dividen tidak dibagikan yaitu dibutuhkannya dana tambahan

untuk kebutuhan investasi perusahaan. Oleh karena penggunaan dana

tambahan maka dibutuhkan pengawasan tinggi, sehingga investor akan

lebih percaya pada manajemen perusahaan. Bentuk pengawasan tinggi

yaitu permintaan kualitas audit yang baik, sehingga hal ini akan

mendorong manajemen untuk melakukan pergantian KAP (Loughram,

1997).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Pinkasari (2015) yang menemukan bahwa kebijakan

dividen berpengaruh positif terhadap pergantian KAP.

3. Pengaruh Financial Distress Terhadap Pergantian KAP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial distress memiliki

pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pergantian KAP, hal

ini dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan nilai
94

signifikansi financial distress sebesar 0,876 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H3 ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa financial distress memiliki pengaruh yang positif dan tidak

signifikan terhadap pergantian KAP, hal ini mengindikasikan bahwa disaat

perusahaan sedang mengalami financial distress akan cenderung untuk

tidak melakukan pergantian auditor terlalu sering, yang akan menimbulkan

persepsi negatif. Sedangkan jika perusahaan memiliki good financial akan

cenderung untuk tidak melakukan pergantian auditor, dikarenakan akan

memerlukan waktu untuk auditor mengerti tentang keadaan perusahaan.

Namun jika perusahaan memang sudah saatnya melakukan pergantian

auditor secara wajib, baik perusahaan yang memiliki kondisi keuangan

baik atau perusahaan yang memiliki kondisi kesulitan keuangan akan tetap

dan harus untuk melakukan kewajiban rotasi audit sesuai dengan PP No.

20 Tahun 2015.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Nelyumna, Yetty Murni, & Baskara Putratama Arta (2021),

Yulius Kurnia Susanto (2018), Atika Sukma Winata, Indah Anisykurlillah

(2017), I Dewa Ayu Adelia Pratiwi & Ketut Muliartha R M (2019),dan

Desi Natalia, & Listiya Ike Purnomo (2020) yang menyatakan bahwa

financial distress tidak memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap

pergantian KAP, namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Z. Jun Lin a, Ming Liu (2010) dan
95

Mohammad A. Bagherpoura, Gary S. Monroeb, Greg Shaile (2014)

menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap

pergantian KAP. Penelitian Juli Is Manto, & Dewi Lesmana Manda

(2018), Muhammad Fauzi, Amir Hasan, & Vera Oktari (2020), dan Fenny,

Isieny Wendy, Stevanny & Tetty Tiurma Uli Sipahutar (2020) menemukan

Financial distress memiliki pengaruh yang positif terhadap pergantian

KAP.

4. Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Pergantian KAP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian manajemen

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pergantian KAP,

hal ini dapat dilihat dari nilai konstanta  yang bernilai positif dan nilai

signifikansi pergantian manajemen sebesar 0,044 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H4 diterima.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa pergantian manajemen memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap pergantian KAP, hal ini dikarenakan jika suatu

perusahaan tidak mendapatkan hasil audit yang sejalan dengan yang

diharapkan perusahaan, maka hal tersebut dianggap adalah kesalahan dari

pemimpin direksi dan akan melakukan pergantian. Setiap manajemen

memiliki orang dengan tujuan dan cara berpikir yang berbeda sekaligus

memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, maka dengan adanya

pergantian manajemen sekaligus mengubah kebijakan yang ada mengikuti

kebijakan manajemen yang baru. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi


96

pergantian auditor karena dengan adanya pergantian manajemen serta

kebijakan, manajemen yang baru menginginkan auditor yang sesuai

dengan kriteria untuk kebijakan baru mereka. Salah satu kebijakan baru

biasanya berkaitan dengan adanya perubahan standar akuntansi. Dengan

dilakukannya pergantian manajemen baru, diharapakan akan dapat

menjalankan tugasnya dengan lebih baik dalam melakukan peningkatan

kualitas perusahaan klien, dan akan lebih memilih untuk melakukan

pergantian auditor yang lebih berkompeten (Manto & Lesmana Wanda,

2018). Oleh karena itu pergantian manajemen dapat mempengaruhi

pergantian KAP.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Juli Is Manto, & Dewi Lesmana Manda (2018), Fauzi,

Amir Hasan, & Vera Oktari (2020), menemukan bahwa pergantian

manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap pergantian KAP,

namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Fenny, Isieny Wendy, Stevanny & Tetty Tiurma Uli Sipahutar (2020)

yang menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh negatif

signifikan terhadap pergantian KAP serta penelitian yang dilakukan oleh

Yulius Kurnia Susanto (2018) yang menyatakan bahwa pergantian

manajemen tidak memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap

pergantian KAP.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat di ambil kesimpulan bahwa :

1. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang positif dan tidak

signifikan terhadap pergantian KAP.

2. Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

pergantian KAP.

3. Financial distress memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan

terhadap pergantian KAP.

4. Pergantian manajemen memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap pergantian KAP.

6.2 Keterbatasan Masalah

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Adanya keterbatasan ini

penulis mengharapkan adanya perbaikan untuk penelitian yang akan datang

diantara keterbatasan tersebut ialah :

1. Penelitian ini hanya terbatas pada periode waktu 5 tahun anggaran dan

terbatas pada perusahaan manufakur di Bursa Efek Indonesia yang

memenuhi kriteria penelitian sehingga jumlahnya yang menjadi sampel

penelitian yaitu 10 perusahaan, oleh karena itu hasil penelitian kurang

akurat jika digunakan pada populasi yang lebih luas.

97
98

2. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel kepemilikan manajerial,

kebijakan dividen, financial distress, dan pergantian manajemen saja,

mengingat masih banyak faktor lain yang juga memengaruhi pergantian

KAP.

6.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan yang telah dijelaskan di atas,

maka dapat diberikan saran untuk peneliti selanjutnya agar penelitiannya lebih

baik. Adapun saran-saran yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas data

perusahaan agar menjangkau lebih luas lagi seperti perusahaan di yang

terdaftar di BEI yang lain seperti perusahaan di sektor pertanian, sektor

pertambangan, sektor finansial, dan sektor lainnya.

2. Penelitian ini dapat diperluas dengan mengganti atau bahkan

menambahkan beberapa variabel lain yang diduga berpengaruh seperti

opini audit, tingkat pertumbuhan, kepemilikan institusinoal, ukuran KAP.


DAFTAR PUSTAKA

(IAI), Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas


Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Astria, Tia. 2011. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate
Governance, Dan Ukuran KAP Terhadap Integritas Laporan Keuangan.”
Tesis. Universitas Diponegoro.
Bagherpoura, Mohammad A., Gary S. Monroeb, & Greg Shaile. 2014.
“Government and Managerial Influence on Auditor Switching under Partial
Privatization.” Journal of Accounting and Public Policy 33 (4): 372–90.
Barlin, Sundjaja Ridwan & Inge. 2010. Manajemen Keuangan. Ke-6. Jakarta:
Litera Lintas Media.
Chadegani, A.A, et al. 2011. “The Determinant Factors of Auditor Switch Among
Companies Listed on Tehran Stock Exchange.” International Research
Journal of Finance and Economics Issue 80.
Damodaran, A. 1997. Corporate Finance Theory and Practice. New York: John
Willey & Sons, Inc.
Deliana, D., Rahman, A., & Monica, L. 2021. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Auditor Switching.” Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia 5
(1): 1–12.
Deriyaso, I. 2014. “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”.
Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Desra, Sri Rahayu. 2018. “Analisis Keputusan Perusahaan Dalam Melakukan
Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Perusahaan Real
Estate Dan Property Yang Terdaftar Di BEI Periode 2015-2017)”. Skripsi.
Universitas Andalas.
Diana. 2019. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching Pada
Perusahaan Non Keuangan.” Jurnal Bisnis Dan Akuntansi 20 (2).
Fauzi, Muhammad Amir Hasan, & Vera Oktari. 2020. “Determinan Auditor
Switching Pada Perusahaan Finance Yang Terdaftar Di BEI.” CURRENT
Jurnal Kajian Akuntansi Dan Bisnis Terkini 1 (1).
Febrianto, R. 2009. “Pergantian Auditor Dan Kantor Akuntan Publik.” Rahmat on
Accounting. 2009. http://rfebrianto.blogspot.com/2009/05/pergantian-
auditor-dan-kantor-akuntan.html. diakses pada 15 April 2022
Fenny, Isieny Wendy, Stevanny, & Tetty Tiurma Uli Sipahutar. 2020. “Pengaruh
Financial Distress, Opini Auditor Dan Pergantian Manajemen Terhadap
Auditor Switching Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek
Indonesia.” Profita: Komunikasi Ilmiah Akuntansi Dan Perpajakan 13 (1).
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Fitria. et all. 2021. Manajemen Pemasaran Jasa. Sumatra Utara: Yayasan
Kita Menulis.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, JR. 2010. Fundamental of
Financial Management. 1tyh editi. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia, Ikatan Akuntansi. 2019. PSAK No. 1 Tentang Laporan Keuangan.
Revisi. PT. Raja Grafindo.
Janah, Ferra Nur Zulpahmi, & Daram Heriansyah. 2021. “Determinan Pergantian
Auditor Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan Dan Minuman Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018.” Diponegoro Journal Of Economics
20 (2).
Jensen, M., C., dan W. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Finance
Economic 3: 305–60. http://www.nhh.no/for/courses/spring/eco420/jensen-
meckling-76.pdf.
John Downes, Jordan Elliot Goodman. 1999. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Lesmana, K., & Kurnia, R. 2016. “Analisis Pengaruh Pergantian Manajemen,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Financial 37 Distress, Ukuran KAP, Dan
Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Voluntary Auditor Switching.”
Ultimaccounting : Jurnal Ilmu Akuntansi 8 (1): 37–52.
Lin a, Z. Jun & Ming Liu. 2010. “The Determinants of Auditor Switching from
the Perspective of Corporate Governance in China.” Advances in Accounting,
Incorporating Advances in International Accounting 26: 117–127.
Loughram, T. & Ritter, J. R. 1997. “The Operating Performance of Firms
Conducting Seasoned Equity Offerings.” Journal of Finance LII (5).
Maharani, Bunga dan Bambang Purnomosidhi. 2012. “Pergantian Auditor:
Pengujian Teori Yang Menghubungkan Biaya Agensi Dengan Diferensiasi
Kualitas Auditor (Studi Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia)”. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Manto, Juli Is & Dewi Lesmana Manda. 2018. “Pengaruh Financial Distress,
Pergantian Manajemen Dan Ukuran Kap Terhadap Auditor Switching.”
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi 18 (2).
Martono, Agus Harjito dan. 2012. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta:
Ekonisia.
Mastuti, Firda, Muhammad Saifi, and Devi Farah Azizah. 2020. “Altman Z-Score
Sebagai Salah Satu Metode Dalam Menganalisis Estimasi Kebangkrutan
Perusahaan.” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 6 (1): 1–10.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/
viewFile/268/461.
Nabila. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.” Universitas
Diponegoro Semarang.
Nasser, Et.al. 2006. “Auditor-Client Relationship: The Case of Audit Tenure and
Auditor Switching in Malaysia.” Managerial Auditing Journal 21 (7): 724–
37.
Natalia, Desi & Listiya Ike Purnomo. 2020. “The Effect Of Audit Opinion, Kap
Size & Financial Distress On Auditor Switching.” Economics and
Accounting Journal 3 (1).
Nelyumna, Dkk. 2021. “Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit, Financial Distress Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Auditor
Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di
BEI Periode Tahun 2014-2019).” RELEVAN 1 (2).
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pinkasari, Yulya. 2015. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching
(Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia 2007-2012).” Jkki 2 (2): 36–44.
https://media.neliti.com/media/publications/34071-ID-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-auditor-switching-studi-empiris-pada-perusahaan.pdf.
Platt, H., dan M. B. Platt. 2002. “Predicting Financial Distres.” Journal of
Financial Service Professionals 56: 12–15.
Pratiwi, I Dewa Ayu Adelia & Ketut Muliartha R M. 2019. “Pengaruh Financial
Distress, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Delay Terhadap Pergantian
Auditor.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 26 (2).
Sanjaya, Ridwan dan Tarigan Josua. 2009. Creative Digital Marketing. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
Schneider, Arnold. 2017. “Is Commercial Lending Affected by Knowledge of
Auditor Switches from Big 4 Firms to Regional Firms?” Accounting
Research Journal 30 (2).
Schwartz, K.B. dan Menon, K. 1985. “Auditor Switches by Failing Firms.” The
Accounting Review LX (2).
Schwartz, K.B. dan B.S. Soo. 1995. “An Analysis of Firm 8-K Disclousure of
Auditor Changes by Firms Approaching Bankruptcy.” Auditing: A Journal of
Practice & Theory 14 (1).
Sinarwati, N.K. 2010. “Mengapa Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?” Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto 2010.
Sintyawati, Ni Luh Ary, Made Rusmala Dewi S. 2018. “Ni Luh Ary Sintyawati
Made Rusmala Dewi S PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN LEVERAGE TERHADAP
BIAYA KEAGENAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR.” E-Jurnal
Manajemen Unud 7 (2): 993–1020.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
———. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sukaria Sinulingga. 2015. Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sulistiarini, Endina dan Sudarno. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Pergantian
Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010).” Diponegoro Journal of
Accounting 1 (2).
Sumarwoto. 2006. “Pengaruh Kebijakan Rotasi KAP Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan.” Universitas Diponegoro.
Susanto, Y. K. 2018. “Auditor Switching: Management Turnover, Qualified
Opinion, Audit Delay, Financial Distress.” International Journal of Business,
Economics and Law 15 (5): 125–32.
Susanto, Yulius Kurnia. 2018. “Auditor Switching: Management Turnover,
Qualified Opinion, Audit Delay, Financial Distress.” International Journal of
Business, Economics and Law 15 (5).
Winata, Atika Sukma & Indah Anisykurlillah. 2017. “Analysis of Factors
Affecting Manufacturing Companies in Indonesia Performing a Switching
Auditor.” Jurnal Dinamika Akuntansi 9 (1).
Lampiran

Tabulasi Data Penelitian


Dividen
Total Saham
Kode Tahu Pergantia Jumlah Per
No Yg Dimiliki
Saham n n KAP Saham (Lmbr) Lembar
Manajemen
Saham
1 ASII 2017 0 40.483.553.140 14.916.275 185
2 2018 0 40.483.553.140 20.111.900 214
3 2019 0 40.483.553.140 24.524.900 214
4 2020 0 40.483.553.140 23.523.900 114
5 2021 0 40.483.553.140 12.695.600 239
6 INAI 2017 0 633.600.000 5.595.100 55
7 2018 0 633.600.000 5.913.100 30
8 2019 0 633.600.000 6.302.700 30
9 2020 1 633.600.000 6.488.500 25
10 2021 0 633.600.000 6.652.000 0
11 IMPC 2017 0 4.833.500.000 82.178.000 8
12 2018 0 4.833.500.000 82.853.000 10
13 2019 0 4.833.500.000 83.053.000 0
14 2020 1 4.833.500.000 91.778.000 6
15 2021 0 4.833.500.000 86.813.000 22
16 SMSM 2017 0 5.758.675.440 460.477.812 10
17 2018 0 5.758.675.440 459.823.552 15
18 2019 1 5.758.675.440 459.569.652 18
19 2020 0 5.758.675.440 459.569.652 19
20 2021 0 5.758.675.440 459.569.652 10
21 WTON 2017 0 8.715.466.600 15.757.100 10
22 2018 0 8.715.466.600 16.527.100 12
23 2019 0 8.715.466.600 3.298.000 18
24 2020 0 8.715.466.600 74.578.000 15
25 2021 0 8.715.466.600 63.197.600 3
26 TSPC 2017 0 4.500.000.000 2.029.000 40
27 2018 0 4.500.000.000 2.029.000 40
28 2019 0 4.500.000.000 2.064.000 50
29 2020 0 4.500.000.000 1.434.000 60
30 2021 0 4.509.864.300 3.288.500 20
31 ULTJ 2017 0 11.553.528.000 3.910.143.100 10
32 2018 0 11.553.528.000 3.967.948.900 12
33 2019 0 11.553.528.000 4.160.913.460 12
34 2020 0 11.553.528.000 5.565.634.360 85
Dividen
Total Saham
Kode Tahu Pergantia Jumlah Per
No Yg Dimiliki
Saham n n KAP Saham (Lmbr) Lembar
Manajemen
Saham
35 2021 1 11.553.528.000 5.598.964.960 25
36 INDF 2017 0 8.780.426.500 1.380.020 237
37 2018 0 8.780.426.500 1.461.020 236
38 2019 0 8.780.426.500 1.380.020 278
39 2020 1 8.780.426.500 1.380.020 278
40 2021 0 8.780.426.500 1.380.020 278
41 MYOR 2017 0 22.358.699.725 5.638.834.400 27
42 2018 0 22.358.699.725 5.638.834.400 29
43 2019 0 22.358.699.725 5.638.834.400 30
44 2020 0 22.358.699.725 5.638.834.400 52
45 2021 0 22.358.699.725 5.643.777.700 21
46 SKLT 2017 1 690.740.500 4.603.391 7
47 2018 0 690.740.500 5.687.044 9
48 2019 0 690.740.500 5.687.044 15
49 2020 0 690.740.500 5.687.044 15
50 2021 0 690.740.500 5.817.044 48
Laba Per
Kode Tahu
No Lembar Modal Laba di tahan
Saham n
Saham
1 ASII 2017 466 156.505.000.000.000 8.354.319.587.359
2 2018 535 174.363.000.000.000 11.391.766.690.114
3 2019 536 186.763.000.000.000 13.004.156.071.841
4 2020 399 195.454.000.000.000 13.043.132.402.093
5 2021 499 215.615.000.000.000 11.548.897.554.150
6 INAI 2017 61 277.404.670.750 18.128.975.244
7 2018 64 303.884.000.000 19.643.704.520
8 2019 53 819.266.000.000 21.455.141.352
9 2020 6 321.404.000.000 17.718.115.185
10 2021 7 386.644.000.000 3.991.581.552
11 IMPC 2017 18 1.289.021.000.000 125.930.052.614
12 2018 18 1.372.223.000.000 134.775.795.418
13 2019 21 1.408.288.000.000 103.701.431.423
14 2020 26 1.465.908.000.000 47.664.000.000
15 2021 43 1.676.548.000.000 10.370.000.000
16 SMSM 2017 87 1.828.184.000.000 186.546.438.578
17 2018 97 2.150.277.000.000 186.546.438.578
18 2019 100 2.442.303.000.000 222.901.124.766
19 2020 85 2.648.510.000.000 237.759.854.349
20 2021 115 2.911.633.000.000 142.222.077.175
21 WTON 2017 39 2.747.935.334.085 116.430.612.407
22 2018 56 3.136.812.010.205 182.511.006.309
23 2019 59 3.508.445.940.007 243.162.044.986
24 2020 15 3.390.572.999.124 281.800.955.691
25 2021 10 3.447.884.344.237 74.257.472.131
26 TSPC 2017 121 5.082.008.409.145 2.250.000.000
27 2018 114 5.432.848.070.494 2.250.000.000
28 2019 123 5.791.035.969.893 2.250.000.000
29 2020 175 6.377.235.707.755 2.250.000.000
30 2021 183 6.875.303.997.165 2.250.000.000
31 ULTJ 2017 61 4.197.711.000.000 596.200.000.000
32 2018 60 4.774.956.000.000 562.960.000.000
33 2019 89 5.655.139.000.000 911.080.000.000
34 2020 100 4.781.737.000.000 225.820.000.000
35 2021 122 5.138.126.000.000 1.020.000.000.000
36 INDF 2017 473 47.102.800.000.000 2.082.514.919.500
37 2018 474 49.916.800.000.000 2.088.920.346.000
38 2019 559 54.202.500.000.000 2.462.213.433.000
39 2020 735 79.138.000.000.000 4.009.673.433.000
40 2021 870 86.632.100.000.000 5.196.238.000.000
Laba Per
Kode Tahu
No Lembar Modal Laba di tahan
Saham n
Saham
41 MYOR 2017 71 7.354.346.000.000 1.025.268.938.318
42 2018 77 8.542.544.000.000 1.110.031.988.279
43 2019 89 9.911.940.000.000 1.110.031.988.279
44 2020 92 11.271.468.049.958 933.516.128.945
45 2021 53 11.360.031.396.135 823.792.037.652
46 SKLT 2017 34 308.000.000.000 16.294.455.924
47 2018 47 339.000.000.000 26.359.133.202
48 2019 65 380.000.000.000 35.618.631.150
49 2020 62 407.000.000.000 33.195.249.972
50 2021 123 542.000.000.000 15.102.222.300
Kode Laba Sebelum Harga
No Tahun Nilai pasar ekuitas
Saham Pajak Saham
1 ASII 2017 29.196.000.000.000 8.050 325.892.602.777.000
2 2018 34.995.000.000.000 8.225 332.977.224.576.500
3 2019 34.054.000.000.000 6.925 280.348.605.494.500
4 2020 21.741.000.000.000 6.025 243.913.407.668.500
5 2021 32.350.000.000.000 5.700 230.756.252.898.000
6 INAI 2017 52.292.073.203 378 239.500.800.000
7 2018 64.757.097.094 410 259.776.000.000
8 2019 48.116.436.880 440 278.784.000.000
9 2020 26.221.826.142 334 211.622.400.000
10 2021 32.725.079.210 292 185.011.200.000
11 IMPC 2017 111.424.000.000 1.090 5.268.515.000.000
12 2018 117.460.000.000 940 4.543.490.000.000
13 2019 133.973.000.000 1.050 5.075.175.000.000
14 2020 175.476.928.095 1.325 6.404.387.500.000
15 2021 276.022.000.000 2.550 12.325.425.000.000
16 SMSM 2017 720.638.000.000 1.255 7.227.137.677.200
17 2018 828.281.000.000 1.400 8.062.145.616.000
18 2019 822.042.000.000 1.490 8.580.426.405.600
19 2020 648.268.000.000 1.385 7.975.765.484.400
20 2021 922.168.000.000 1.360 7.831.798.598.400
21 WTON 2017 419.501.620.158 500 4.357.733.300.000
22 2018 619.251.303.685 376 3.277.015.441.600
23 2019 626.270.544.710 450 3.921.959.970.000
24 2020 130.504.809.969 386 3.364.170.107.600
25 2021 78.646.542.746 246 2.144.004.783.600
26 TSPC 2017 744.090.262.873 1.800 8.100.000.000.000
27 2018 727.700.178.905 1.390 6.255.000.000.000
28 2019 796.220.911.472 1.395 6.277.500.000.000
29 2020 1.064.448.534.874 1.400 6.300.000.000.000
30 2021 1.098.370.417.471 1.500 6.764.796.450.000
31 ULTJ 2017 1.035.192.000.000 1.295 14.961.818.760.000
32 2018 949.018.000.000 1.350 15.597.262.800.000
33 2019 1.375.359.000.000 1.680 19.409.927.040.000
34 2020 1.421.517.000.000 1.600 18.485.644.800.000
35 2021 1.541.932.000.000 1.570 18.139.038.960.000
36 INDF 2017 7.594.822.000.000 7.625 66.950.752.062.500
37 2018 7.446.966.000.000 7.450 65.414.177.425.000
38 2019 8.749.397.000.000 7.925 69.584.880.012.500
39 2020 12.426.334.000.000 6.850 60.145.921.525.000
40 2021 14.456.085.000.000 6.325 55.536.197.612.500
41 MYOR 2017 2.186.884.603.474 2.020 45.164.573.444.500
Kode Laba Sebelum Harga
No Tahun Nilai pasar ekuitas
Saham Pajak Saham
42 2018 2.381.942.198.855 2.620 58.579.793.279.500
43 2019 2.704.466.581.011 2.050 45.835.334.436.250
44 2020 2.683.890.279.936 2.710 60.592.076.254.750
45 2021 1.549.648.556.686 2.040 45.611.747.439.000
46 SKLT 2017 27.370.565.356 1.100 759.814.550.000
47 2018 39.567.679.343 1.500 1.036.110.750.000
48 2019 56.782.206.578 1.610 1.112.092.205.000
49 2020 55.673.983.557 1.565 1.081.008.882.500
50 2021 101.725.399.549 2.420 1.671.592.010.000
Kode Pergantian
N Tahu Pendapatan /
Saha Total Aset Total Hutang Manajeme
o n Penjualan
m n
206.057.000.000.00 295.830.000.000.000 139.325.000.000.00 0
1 ASII 2017 0 0
239.205.000.000.00 344.711.000.000.000 170.348.000.000.00 0
2 2018 0 0
237.166.000.000.00 351.958.000.000.000 165.195.000.000.00 1
3 2019 0 0
175.046.000.000.00 338.203.000.000.000 142.749.000.000.00 0
4 2020 0 0
233.485.000.000.00 367.311.000.000.000 151.696.000.000.00 0
5 2021 0 0
6 INAI 2017 980.285.748.450 1.213.916.545.120 936.511.874.370 0
7 2018 1.130.298.000.000 1.400.684.000.000 1.096.800.000.000 1
8 2019 1.216.137.000.000 1.212.894.000.000 893.626.000.000 0
9 2020 1.028.911.000.000 1.395.970.000.000 1.074.566.000.000 0
10 2021 1.436.934.000.000 1.543.478.000.000 1.156.835.000.000 0
11 IMPC 2017 1.193.054.000.000 2.294.677.000.000 1.005.657.000.000 0
12 2018 1.395.298.000.000 2.370.198.817.803 997.975.486.781 1
13 2019 1.495.760.000.000 2.501.133.000.000 1.092.845.000.000 0
14 2020 1.797.515.000.000 2.697.100.000.000 1.231.192.000.000 1
15 2021 2.227.367.000.000 2.861.498.000.000 1.184.950.000.000 0
16 SMSM 2017 3.339.964.000.000 2.443.341.000.000 615.157.000.000 1
17 2018 3.933.353.000.000 2.801.203.000.000 650.926.000.000 0
18 2019 3.935.811.000.000 3.106.981.000.000 664.678.000.000 1
19 2020 3.233.693.000.000 3.375.526.000.000 727.016.000.000 0
20 2021 4.162.931.000.000 3.868.862.000.000 957.229.000.000 1
WTO 5.362.263.237.778 7.067.976.095.043 4.320.040.760.958 0
21 N 2017
22 2018 6.930.628.258.854 8.881.778.299.672 5.744.966.289.467 0
23 2019 7.083.384.467.587 10.337.895.087.207 6.829.449.147.200 0
24 2020 4.803.359.291.718 8.509.017.299.594 5.118.444.300.470 1
25 2021 4.312.853.243.803 8.928.183.492.920 5.480.299.148.683 0
26 TSPC 2017 9.565.462.045.199 7.434.900.309.021 2.352.891.899.876 1
27 2018 10.088.118.830.780 7.869.975.060.326 2.437.126.989.832 0
28 2019 10.993.842.057.747 8.372.769.580.743 2.581.733.610.850 0
29 2020 10.968.402.090.246 9.104.657.533.366 2.727.421.825.611 0
30 2021 11.234.443.003.639 9.644.326.662.784 2.769.022.665.619 0
31 ULTJ 2017 4.879.559.000.000 5.175.896.000.000 978.185.000.000 1
32 2018 5.472.882.000.000 5.555.871.000.000 780.915.000.000 0
33 2019 6.241.419.000.000 6.608.422.000.000 953.283.000.000 0
34 2020 5.967.362.000.000 8.754.116.000.000 3.972.379.000.000 0
35 2021 6.616.642.000.000 7.406.856.000.000 2.268.730.000.000 1
36 INDF 2017 70.186.600.000.000 88.400.900.000.000 41.298.100.000.000 0
Kode Pergantian
N Tahu Pendapatan /
Saha Total Aset Total Hutang Manajeme
o n Penjualan
m n
37 2018 73.394.700.000.000 96.537.800.000.000 46.621.000.000.000 0
38 2019 76.593.000.000.000 96.198.600.000.000 41.996.100.000.000 0
81.731.500.000.000 163.136.500.000.00 83.998.500.000.000 1
39 2020 0
99.345.600.000.000 179.356.200.000.00 92.724.100.000.000 0
40 2021 0
MYO 20.816.674.000.000 14.915.850.000.000 7.561.503.000.000 0
41 R 2017
42 2018 24.060.802.000.000 17.591.706.000.000 9.049.162.000.000 1
43 2019 25.026.739.000.000 19.037.919.000.000 9.125.979.000.000 0
44 2020 24.476.953.742.651 19.777.500.514.550 8.506.032.464.592 1
45 2021 27.904.558.322.183 19.917.653.265.528 8.557.621.869.393 0
46 SKLT 2017 914.000.000.000 636.000.000.000 329.000.000.000 1
47 2018 1.045.000.000.000 747.000.000.000 408.000.000.000 0
48 2019 1.281.000.000.000 791.000.000.000 410.000.000.000 0
49 2020 1.254.000.000.000 774.000.000.000 367.000.000.000 0
50 2021 1.357.000.000.000 889.000.000.000 347.000.000.000 0
Tabulasi Variabel Penelitian

Kebijakan
Kode Pergantian Kepemilikan Financial Pergantian
No Tahun Dividen
Saham KAP Manajerial Distress Manajemen
(DPR)
1 ASII 2017 0 0,0368 0,3970 3,1001 0
2 2018 0 0,0497 0,4000 2,8550 0
3 2019 0 0,0606 0,3993 2,6999 1
4 2020 0 0,0581 0,2857 2,5024 0
5 2021 0 0,0314 0,4790 2,5874 0
6 INAI 2017 0 0,8831 0,9016 1,3983 0
7 2018 0 0,9333 0,4688 1,3816 1
8 2019 0 0,9947 0,5660 2,1561 0
9 2020 1 1,0241 3,9683 1,2113 0
10 2021 0 1,0499 0,00 1,4011 0
11 IMPC 2017 0 1,7002 0,4432 4,5744 0
12 2018 0 1,7141 0,5593 4,2582 1
13 2019 0 1,7183 0,00 4,2949 0
14 2020 1 1,8988 0,2319 4,6792 1
15 2021 0 1,7961 0,5063 8,0458 0
16 SMSM 2017 0 7,9962 0,1149 10,3941 1
17 2018 0 7,9849 0,1546 10,8257 0
18 2019 1 7,9805 0,1800 10,9291 1
19 2020 0 7,9805 0,2235 9,2142 0
20 2021 0 7,9805 0,0870 7,7262 1
21 WTON 2017 0 0,1808 0,2534 2,0494 0
22 2018 0 0,1896 0,2174 1,8052 0
23 2019 0 0,0378 0,2977 1,6698 0
24 2020 0 0,8557 1,0456 1,5340 1
25 2021 0 0,7251 0,3091 1,2219 0
26 TSPC 2017 0 0,0451 0,3306 4,5030 1
27 2018 0 0,0451 0,3509 3,9557 0
28 2019 0 0,0459 0,4065 3,9161 0
29 2020 0 0,0319 0,3429 3,8173 0
30 2021 0 0,0729 0,1093 3,8623 0
31 ULTJ 2017 0 33,8437 0,1639 11,9145 1
32 2018 0 34,3440 0,2000 14,7058 0
33 2019 0 36,0142 0,1348 15,0679 0
34 2020 0 48,1726 0,8500 4,7012 0
35 2021 1 48,4611 0,2049 7,4027 1
36 INDF 2017 0 0,0157 0,5011 2,7225 0
37 2018 0 0,0166 0,4979 2,5075 0
Kebijakan
Kode Pergantian Kepemilikan Financial Pergantian
No Tahun Dividen
Saham KAP Manajerial Distress Manajemen
(DPR)
38 2019 0 0,0157 0,4973 2,8025 0
39 2020 1 0,0157 0,3782 1,7985 1
40 2021 0 0,0157 0,3195 1,7994 0
41 MYOR 2017 0 25,2199 0,3803 6,1511 0
42 2018 0 25,2199 0,3766 6,3697 1
43 2019 0 25,2199 0,3371 5,5033 0
44 2020 0 25,2199 0,5652 6,7095 1
45 2021 0 25,2420 0,3962 5,5980 0
46 SKLT 2017 1 0,6664 0,2059 3,5818 1
47 2018 0 0,8233 0,1915 3,6914 0
48 2019 0 0,8233 0,2308 4,1233 0
49 2020 0 0,8233 0,2419 4,3159 0
50 2021 0 0,8421 0,3902 5,5498 0
Hasil Perhitungan SPSS

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES PKAP


/METHOD=ENTER KM KD FD PM
/CLASSPLOT
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Cases a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 50 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 50 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 50 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Tidak terjadi pergantian KAP 0
Terjadi pergantian KAP 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 38,019 -1,520
2 36,718 -1,924
3 36,693 -1,991
4 36,692 -1,992
5 36,692 -1,992
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 36,692
c. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b

Predicted
Percentage
Pergantian KAP Correct
Tidak terjadi Terjadi
pergantian pergantian
Observed KAP KAP
Step 0 Pergantian KAP Tidak terjadi pergantian KAP 44 0 100,0
Terjadi pergantian KAP 6 0 ,0
Overall Percentage 88,0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,992 ,435 20,960 1 ,000 ,136

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Kepemilikan Manajerial ,198 1 ,656
Kebijakan Dividen(DPR) 4,419 1 ,036
Financial Distress ,006 1 ,938
Pergantian Manajemen 9,235 1 ,002
Overall Statistics 14,826 4 ,005
Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
-2 Log Kepemilikan Kebijakan Financial Pergantian
Iteration likelihood Constant Manajerial Dividen(DPR) Distress Manajemen
Step 1 1 29,763 -2,302 ,000 ,814 ,011 1,284
2 24,386 -3,554 ,003 1,186 ,014 2,320
3 22,891 -4,604 ,006 1,456 ,020 3,206
4 22,550 -5,386 ,007 1,647 ,027 3,863
5 22,510 -5,766 ,007 1,739 ,032 4,185
6 22,509 -5,838 ,007 1,756 ,033 4,246
7 22,509 -5,840 ,007 1,757 ,033 4,248
8 22,509 -5,840 ,007 1,757 ,033 4,248
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 36,692
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less
than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14,184 4 ,007
Block 14,184 4 ,007
Model 14,184 4 ,007

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 22,509 a
,247 ,475
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter
estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 9,656 8 ,290

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


Pergantian KAP = Tidak Pergantian KAP =
terjadi pergantian KAP Terjadi pergantian KAP Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 5 4,980 0 ,020 5
2 5 4,975 0 ,025 5
3 5 4,972 0 ,028 5
4 5 4,967 0 ,033 5
5 5 4,963 0 ,037 5
6 5 4,960 0 ,040 5
7 5 4,704 0 ,296 5
8 1 3,626 4 1,374 5
9 4 3,392 1 1,608 5
10 4 2,461 1 2,539 5

Classification Tablea
Predicted
Percentage
Pergantian KAP Correct
Tidak terjadi Terjadi
pergantian pergantian
Observed KAP KAP
Step 1 Pergantian KAP Tidak terjadi pergantian KAP 43 1 97,7
Terjadi pergantian KAP 5 1 16,7
Overall Percentage 88,0
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Kepemilikan Manajerial ,007 ,044 ,024 1 ,878 1,007 ,924 1,098
Kebijakan Dividen(DPR) 1,757 ,891 3,891 1 ,049 5,792 1,011 33,179
Financial Distress ,033 ,208 ,024 1 ,876 1,033 ,687 1,553
Pergantian Manajemen 4,248 2,110 4,052 1 ,044 69,946 1,119 4373,941
Constant -5,840 2,559 5,207 1 ,022 ,003
a. Variable(s) entered on step 1: Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen(DPR), Financial Distress,
Pergantian Manajemen.

Correlation Matrix
Kepemilikan Kebijakan Financial Pergantian
Constant Manajerial Dividen(DPR) Distress Manajemen
Step 1 Constant 1,000 ,085 -,768 -,442 -,866
Kepemilikan Manajerial ,085 1,000 -,062 -,563 -,014
Kebijakan Dividen(DPR) -,768 -,062 1,000 ,352 ,594
Financial Distress -,442 -,563 ,352 1,000 ,054
Pergantian Manajemen -,866 -,014 ,594 ,054 1,000

Anda mungkin juga menyukai