Anda di halaman 1dari 13

2

MODUL PERKULIAHAN

P32215003 -
Kecurangan
Pelaporan
Keuangan
Asset Based Financial Statement
Fraud Scheme (bagian 1)

Abstrak Sub-CPMK 1

Improper Capitalization of Kemampuan memahami serta


Costs Start-Up. menjelaskan Improper Capitalization of
Costs Start-Up.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

04
Anna Christin Silaban SE Ak MM
FEB Akuntansi
Improper Capitalization of Costs
Salah satu metode paling umum yang dilakukan perusahaan secara curang untuk
membuat perusahaan tampil lebih lebih baik adalah melalui kapitalisasi atau
penangguhan biaya (deferral expenses). Pada umumnya metode ini menggunakan
expenses, yang akan menurunkan net income, dan mengkonversinya menjadi asset.
Beberapa kategori expenses yang dapat digunakan untuk kapitalisasi yang tidak benar
adalah:
1. Start‐up costs
2. Research and development costs
3. Repairs and maintenance (capitalized as property and equipment)
4. Software development and acquisition
5. Websites
6. Development of intangible assets
7. Advertising
8. Other deferrals and prepaid expenses

Contoh fraud yang terkenal dan dalam jumlah yang besar adalah kasus WorldCom ($3
billion). Kasus lain yang menggunakan modus ini adalah American Italian Pasta
Company (AIPC.

Start-Up Costs

Dalam ketentuan ASC 720‐15 disebutkan bahwa start‐up costs dan organization costs
harus dibukukan sebagai expense ketika timbul. Aktivitas Start‐up didefinisikan sebagai
suatu aktivitas yang timbul hanya sekali yang terkait dengan pembukaan fasilitas baru,
perkenalan produk/jasa baru, bisnis di area baru, pengenalan produk pada kelas
pelanggan baru, pemrosesan baru atau pengumuman operasional baru.
Sedangkan aktivitas rutin, upaya untuk meningkatkan kualitas dari produk, jasa, fasilitas
yang sudah ada tidak termasuk dalam cakupan ASC 720‐15.

Beberapa cost berikut ini dikecualikan dari ketentuan ASC 720‐1:


▪ Costs untuk mendapatkana atau membangun asset jangka panjang dan menyiapkannya

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


2 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sehingga siap dipakai
▪ Costs untuk mendapatkan atau memperoleh inventory.
▪ Costs untuk memperoleh intangible assets
▪ Costs untuk membuat secara internal asset seperti internal‐use software costs
▪ Costs yang terkait dengan ketentuan pada guidance on accounting for research and
development costs.
▪ Costs dalam rangka pengumpulan dana bagi nonprofi t organizations.
▪ Costs untuk mengumpulkan modal
▪ Costs untuk advertising.
▪ Costs terkait kontrak construction‐type dan production‐type contracts.
Auditors dan investigators harus secara hati-hati ketika memeriksa asset yang sudah
dikapitalisasi yang terkait fase start-up termasuk lokasi baru, divisi, lini produk dan lain-
lain karena area ini rawan dengan improper capitalization.

Research and Development Costs

Research adalah suatu pencarian yang serius atau investigasi secara kritis dengan tujuan
menemukan pengetahuan baru dengan harapan pengetahuan tersebut dapat berguna
untuk pengembangan produk/jasa yang baru, proses/tehnik baru.
Development cost adalah pengubahan temuan research atau pengetahuan menjadi
rencana/design atau untuk produk atau proses baru atau peningkatan atas produk/proses
yang sudah ada saat ini. Hal ini termasuk conceptual formulation, design, and testing of
product alternatives, construction of prototypes, and operation of pilot plants.
Research and development costs ketika timbul harus dibukukan sebagai expense. Ada
beberapa kasus dimana research and development costs dilakukan modus improperly
capitalized sebagai cara menaikkan profits.
Kasus yang menggunkan modus ini adalah The SmartForce PLC yang sudah pernah
diperkenalkan di Chapter 2 terkait revenue recognition scheme.

Property and Equipment

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


3 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sesuai dengan ketentuan Akuntansi maka perolehan Property and Equipment harus
dibukukan sesuai cost. Cost biasanya dihitung dari berapa besarnya kas yang
dibayarkan, jumlah yang dipinjam untuk mendapatkan asset. Seandainya property and
equipment didapatkan dengan cara pertukaran maka yang dipakai sebagai dasar adalah
harga fair value.
Dengan Cost basis maka semua cost yang dihitung adalah cost yang terkait langsung
untuk memperoleh asset seperti harga beli, pajak, bea masuk, ongkos angkut membawa
property and equipment ke area lokasi, cost untuk membuat property bekerja dengan
baik. Jika property berbentuk real estate dan construction, maka yang harus
diperhitungkan sebagai acquisition costs termasuk architect fees, remodeling costs,
excavation costs, payments to construction contractors, materials, building permits, dan
labor.
Costs harus secara spesifik dapat diidentifikasikan untuk dikapitalisasi secara tepat.
Kasus yang terkait capitalisasi adalah Qwest Communications International.

Costs Incurred During Ownership

Setelah asset dikapitalisasi, biasanya timbul tambahan cost untuk memelihara asset
tersebut.
Hal in dapat memicu adanya financial reporting fraud risk yang baru.
Biasanya cost yang sifatnya dapat memperpanjang umur ekonomis, meningkatkan
kapasitas asset atau memperbaiki efisiensi atau keselamatan asset, costnya dapat
dikapitalisasi. Pengeluaran yang tidak memenuhi salah satu dari kriteria tersebut harus
dibukukan sebagai expense.
Jadi repair and maintenance costs yang digunakan untuk semata-mata menjaga agar
asset dalam kondisi yang baik sehingga dapat digunakan sampai akhir umur ekonomis,
maka pengeluaran tersebut harus dibukukan sebagai expensed dan bukan dikapitalisasi.
Jika salah satu komponen spare part dari asset diganti maka cost penggantian tesebut
dapat dikapitalisasi dan komponen spare part yang diganti harus dihapusbukukan.
Contoh kasus kapitalisasi yang tidak tepat adalah Buca, Inc.

Software Development and Acquisition Costs

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


4 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam ketentuan GAAP disebutkan bahwa costs yang timbul untuk pengembangan dan
akuisisi dibagi dua yaitu software untuk penggunaan internal dan software untuk
diperdagangkan.
Contoh internal software adalah software untuk accounting system perusahaan, business
intelligence and analytical software, customer management systems and databases,
content management systems, dan lain-lain
Costs yang terkait dengan penggunaan internal harus dikapitalisasi dan diamortisasi
secara garis lurus:
▪ External direct costs of materials and services for developing or obtaining internal‐use
software (i.e., design, coding, installation, and testing)
▪ Internal payroll and related costs for employees who are directly associated with and
who devote time to the internal‐use software project
▪ Interest costs incurred in developing computer software
▪ Costs related to upgrades and enhancements, when it is probable that those
expenditures will result in additional functionality

Costs that should be expensed as incurred include the following:


▪ Costs incurred in the preliminary project phase (making decisions to allocate resources
to the project, determining performance requirements, and reviewing and selecting
vendors and consultants)
▪ Research and development
▪ General and administrative costs and overhead
▪ Data conversion
▪ Training costs
▪ Internal maintenance costs

Amortisasi harus dimulai sejak computer software siap digunakan. Dalam melakukan
estimasi umur ekonomis maka perusahaan harus mempertimbangkan masalah
obsolescence, perubahan teknologi, kompetisi dan faktor ekonomis lainnya.
Software yang di-disain untuk menghasilkan revenue diatur oleh ASC 985‐20.
Internal costs yang timbul untuk menciptakan computer software harus dibukukan sebagai
expense sampai mencapai technological feasibility. Technological feasibility tercapai jika
program desain selesai atau working model sudah diselesaikan. Setelah technological
feasibility tercapai maka costs untuk coding, testing dan costs untuk memproduksi product
masters akan dikapitalisasi. Kapitalisasi akan berakhir jika produk tersedia untuk

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


5 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
customer. Jika timbul Subsequent costs maka akan dibukukan sebagai expense.
Kapitalisasi software costs diamortisasi secara product‐by‐product basis, dimulai sejak
produk tersedia untuk pemakaian umum kepada customers.
Contoh kasus fraud yang terkait dengan improper capitalization of software development
costs adalah kasus Winners Internet Network, Inc.

Website Costs

Banyak perusahaan membukukan cost yang terkait development dan maintenance dari
website sebagai expense. Tetapi prinsip akuntansi mengjijnkan perusahaan melakukan
kapitalisasi atas beberapa cost tersebut. Sebagai akibatnya dapat terjadi fraudulent
financial reporting dalam bentuk improper capitalization dari website costs.
Accounting untuk costs of developing a website terdapat pada ASC 350‐50, yang
logikanya sama dengan software untuk penggunaan internal.
Cost untuk developing a website dibagi menjadi empat tahapan berikut :
1. Planning stage
2. Application and infrastructure development stage
3. Graphics and content development stage
4. Operating stage
Sejalan dengan ASC 350‐40, semua planning‐stage costs harus dibukukan sebagai
expensed pada saat cost tersebut timbul.
Contoh dari planning‐stage costs termasuk hal-hal berikut:
▪ Development of a project or business plan
▪ Determining functionalities of the site
▪ Determining the hardware and technologies necessary
▪ Conceptual formulation of the graphics and content
▪ Evaluation of vendors
▪ Addressing legal considerations, such as copyright and trademark issues

Sebagian besar cost yang terkait fase berikutnya yaitu fase application and infrastructure
development, harus dikapitalisasi dan diamortisasi sepanjang umur ekonomis.

Contoh dari cost ini adalah :


▪ Acquisition or development of any software necessary to develop or operate the website

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


6 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(such as HTML editor, graphics software, server operating systems, web browser
software, etc.)
▪ Development or acquisition and customization of code for web applications (such as
search engines, order processing systems, payment systems, catalog software, e‐mail,
security features, etc.)
▪ Development or acquisition and customization of database software needed to integrate
applications
▪ Development of HTML web pages or development of templates and writing of code to
automatically create HTML pages
▪ Obtaining and registering an Internet domain name ▪ Installation of developed
applications on the server(s)
▪ Creation of initial hypertext links to other websites or to destinations within the site
▪ Testing the site applications
Pada tahapan ketiga, yaitu graphics and content development, banyak costs yang harus
dikapitalisasi. Yang paling penting adalah cost dari initial creation of graphics yang akan
digunakan pada situs, harus dikapitalisasi. to be used on the site should be capitalized.
Cost ini termasuk design atau layout of each page, color, images, and the overall “look
and feel” and “usability” of the site (including buttons, borders, etc.).

Sebagian besar dari operating‐stage costs harus dibukukan sebagai expense pada saat
terjadi (ASC 350‐50).
Contoh dari operating costs adalah :
▪ Training employees involved in support of the site
▪ Registering the site with search engines
▪ User administration activities ▪ Updating site graphics
▪ Performing backups
▪ Creating new links
▪ Verifying that links are operating properly
▪ Adding new functionalities or features
▪ Performing routine security reviews
▪ Performing usage analysis
Ketika perusahaan melakukan Upgrades and enhancements maka cost nya harus
dikapitalisasi.
Salah satu kesulitan dalam menerapkan prinsip ASC 350‐50 adalah ketersediaan
(kekurangan) dokumentasi yang terkait developing the sites terutama bila pekerjaan ini

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


7 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
diserahkan kepada kontraktor yang membebankan harga secara lump‐sum untuk semua
pekerjaan.

Intangible Assets

Intangible assets adalah asset yang tidak memiliki wujud tetapi memberikan manfaat
ekonomis yang umumnya mendatangkan income bagi perusahaan.
Contohnya adalah copyrights, trademarks and service marks, patents, customer lists,
contracts or sales backlogs, and various contractually based assets.
Intangible assets dapat timbul dari beberapa aktivitas berikut:
▪ An intangible asset purchased as a stand‐alone transaction
▪ An intangible asset (or multiple intangible assets) included as part of a larger purchase
of multiple assets
▪ An intangible asset that is transferred to a company by its owner (e.g., in exchange for
equity in the company or as part of a start‐up operation)
▪ An intangible asset that is developed internally by a company
▪ Intangible assets acquired in connection with a merger or acquisition, as explained in
Chapter 11
Intangible assets yang diperoleh secara individual atau grup bersamaan dengan asset
lain (tapi bukan dalam rangka merger atau akuisisi) harus diukur dan diakui pada fair
value. Hal ini akan sulit dihitung ketika pembelian dilakukan bersama dengan asset lain.
Dengan ketentuan ASC 350, costs untuk internally developing an intangible asset dapat
dikapitalisasi jika memenuhi tiga karakteristik berikut ini:
1. The intangible asset is specifically identifiable.
2. The asset has a determinate life (it has a limited and determinable life).
3. The asset is not inherent in a continuing business and related to an entity as a whole.
Jika tidak memenuhi salah satu syarat maka cost nya tidak boleh dikapitalisasi melainkan
harus dibukukan sebagai expense.
Fraud yang dilakukan dengan modus mengkapitalisasi cost yang seharusnya expense
berakibat overstate assets, understate expenses, and overstate profits.

Advertising Costs

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


8 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Ketentuan Accounting untuk advertising terdapat pada ASC 720‐35 dan ASC 340‐20
yang mengatur kriteria untuk mengkapitaliasi advertising costs.
Advertising didefinisikan sebagai
“the promotion of an industry, an entity, a brand, a product name, or specifi c products or
services so as to create or stimulate a positive entity image or to create or stimulate a
desire to buy the entity’s products services.”
Contoh dari advertising adalah:
▪ Direct‐mail advertising (paper and e-mail)
▪ Product catalogs
▪ Television and radio advertising
▪ Printed advertisements in newspapers, publications, and directories
▪ Billboards
▪ Sponsorship of public events
Advertising costs harus dibukan sebagai expense pada saat timbul atau pada saat awal
kemunculan advertising.
Perusahaan harus memilih salah satu dari dua metode tersebut dan men-disclosenya
dalam financial statements.
Satu pengecualian terdapat pada expense advertising costs untuk tujuan direct‐response
advertising, yang mana cost ini dapat dilaporkan sebagai asset.
Direct‐response advertising bertujuan untuk mendapatkan penjualan dapat dikapitalisasi
kepada customers yang secara khusus akan mendatangkan future benefit dan ini harus
didukung dengan bukti-bukti. Jika tidak ada future revenue yang dapat diharapkan maka
tidak boleh dikapitalisasi.

Other Deferrals and Prepaid Expenses

Suatu asset harus dibukukan untuk suatu pembayaran yang manfaat nya belum diterima
pada akhir periode akuntansi. Dalam beberapa kasus ditemukan perusahaan yang
menyatakan suatu pembayaran sebagai prepaid expense karena manfaatnya baru akan
diterima dikemudian hari sementara manfaatnya sebenarnya sudah diterima.
Fraud yang mengguanakan modus ini adalah Huntington Bancshares, Inc

Inventory Capitalization Schemes

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


9 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Inventory merupakan asset penting perusahaan karena merupakan asset yang
mendatangkan income bagi manufacturers, wholesalers, distributors, dan retailers.
Secara umum dalam ketentuan U.S. GAAP (ASC 330) dan IFRS (IAS 2) disebutkan
inventory harus dibukukan at cost.
Accounting untuk inventory bagi perusahaan wholesalers/distributors dan retailers
biasanya cukup sederhana dibandingkan dengan perusahaan manufacturer yang lebih
complex karena dalam perusahaan manufactur inventory terdiri dari tiga kategori berikut :
1. Raw materials—items that will serve as inputs in a production process
2. Work in process—partially manufactured items that are at some stage of completion
3. Finished goods—completed products that are available for sale
Improper Capitalization of Costs Financial reporting fraud biasanya diawali dengan
improper capitalization dari costs untuk memperoleh inventory. Dalam kasus Aerosonic
Corporation terjadi overstatement inventory.
Seperti telah dijelaskan pada Chapter 3, risiko fraud dapat terjadi pada consignment
inventory yaitu inventory yang telah dikirim dari manufacturer atau distributor ke retailer
dengan tanpa ada pengalihan kepemilikan kepada retailer. Sementara retailer menahan
dan mendisplay inventory untuk dijual ke customers, maka inventory tetap dimiliki oleh
oleh manufacturer atau distributor. Consignment inventory yang belum dijual ke final
customers masih harus dilaporkan sebagai asset dari manufacturer /distributor, dan
bukannya asset dari retailer.

Inventory
Sales Flow Assumption
Incentive Schemes

Inventory adalah asset yang sering mengalami mutasi dalam satu tahun. Cost yang
dibebankan kepada inventory selama satu tahun akan berbeda-beda tergantung kapan
diperolehnya.

Berikut adalah contohnya :

January 1, Company A had 1,000 units of a particular inventory item on hand. These units
each had a cost of $25, for a total inventory on hand of $25,000.

Selama tahun tersebut Company A purchased 7,000 additional units on three separate
occasions,

February 1—3,000 units at $26 each

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


10 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
April 15—2,000 units at $27 each

October 1—2,000 units at $28 each

During the year, 6,000 units were sold, leaving 2,000 units in inventory on December 31.

The accounting question is, which 2,000 units were on hand at year‐ end?

Jawaban dari pertanyaan ini akan memiliki dampak pada book value of inventory.

Ada beberapa inventory flow models yang dapat diterima, tetapi terdapat perbedaan
antara U.S. GAAP dan IFRS.

1. Specific identification. This method, acceptable under U.S. GAAP and IFRS,
means exactly what it sounds like. Each time a unit is sold, the determination of
which batch it came from is specifically identified and the cost of that specific item
becomes the cost of goods sold. Likewise, inventory on hand at year‐end is valued
based on a specific identification of the items with the production batch or
purchase. In the example, the 2,000 units on hand at year‐end may be comprised
of units from each of the four batches (i.e., some costing $25, $26, $27, and $28).

2. FIFO (first‐in, first‐out). Under this assumption, each sale is assumed to come from
the oldest inventory on hand. Thus, inventory on hand at year‐end is costed based
on the most recent additions to inventory. In the example, FIFO would result in
year‐end inventory of $56,000 (2,000 units at $28) and cost of goods sold would
be $157,000. FIFO is acceptable under both U.S. GAAP and IFRS.

3. LIFO (last‐in, first‐out). This model assumes that sales always come from the most
recently acquired inventory. As a result, the oldest items stay in inventory. In the
example, LIFO would result in year‐end inventory of $51,000 (1,000 units at $25
and 1,000 units at $26). Cost of goods sold would be $162,000. LIFO is allowed
under U.S. GAAP, but is not permitted under IFRS.

4. Weighted‐average. This method assumes that inventory available for sale,


consisting of beginning inventory plus all purchases during the year, have identical
unit costs, based on a weighted average. In the example, there are 8,000 total
units available for sale. Those 8,000 units have total cost of $213,000, resulting in
a weighted‐average unit cost of $26, 625. Accordingly, the year‐end inventory of
2,000 units would be reported at $53,250 and cost of goods sold would be

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


11 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
$159,750. Weighted‐average costing is permissible under both U.S. GAAP and
IFRS.

Ada juga inventory flow models lainnya seperti retail method (ending inventory dihitung
berdasarkan harga retail, lalu dikalikan dengan cost‐to‐retail ratio to arrive at estimated
cost), tetapi keempat metode adalah paling sering digunakan. Dari ilustrasi diatas dapat
disimpulkan berbagai inventory flow assumption dapat memberikan dampak yang material
kepada financial statements.

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


12 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Standar Akuntansi Keuangan, 2021, Ikatan Akuntansi Indonesia


2. Standar Professional Akuntan Publik, 2013 IAPI
3. Gerard M.Zack. 2013. Financial Statement Fraud Strategies for Detection and
Investigation. John Wiley and Sons

2021 Kecurangan Pelaporan Keuangan


13 Anna Christin Silaban SE Ak MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai