Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Bank Syariah Tentang Wakaf
(Psak 112)

Disusun Oleh :
ZUYA LEURENZA SIAGIAN
YAN RIVALDI

DOSEN PENGAMPUH :
Dr. Abdul Nasser Hasibuan, S.E., M.Si.

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS SYEIKH ALI HASAAN AHMAD ADDARY
PADANG SIDEMPAUAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah yang berjudul “Akuntansi Wakaf (Psak 112)’’ tepat
pada waktunya. Kami menyadari bahwa makalah kelompok kami ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT. Senantiasa meridai segala usaha
kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


2. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1
3. Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

1. Pengertian wakaf .............................................................................................................. 3


2. Jenis wakaf berdasarkan klasifikasi .................................................................................. 3
3. Sasaran dan tujuan wakaf ................................................................................................. 5
4. Akuntansi Lembaga wakaf ............................................................................................... 7
5. Pengakuan wakaf .............................................................................................................. 9
6. Pengukuran wakaf ............................................................................................................ 9
7. Penyajian dan pengukuran wakaf ..................................................................................... 10
8. Contoh soal penerima wakaf ............................................................................................ 10
9. Contoh soal pemberi wakaf .............................................................................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 12

KESIMPULA .............................................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah umat Islam yang beberapa
diantaranya telah mengenal wakaf dengan baik . Potensi wakaf sebagai salah satu sumber
dana publik mendapat perhatian cukup dari masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya bermunculan lembaga-lembaga amal yang salah satu peranannya adalah
mengelola dana umat, dalam hal ini termasuk wakaf. Dengan adanya pengelolaan wakaf dari
lembaga lembaga amal diharapkan wakaf dapat memajukan kesejahteraan umum.

Pada umumnya wakaf diartikan dengan memberikan harta secara sukarela untuk
digunakan bagi kepentingan umum dan memberikan manfaat bagi orang banyak seperti
untuk masjid, mushola, sekolah, dan lain-lain. Dengan seiring berjalannya waktu wakaf
nantinya tidak hanya menyediakan sarana ibadah dan sosial tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomiyang berpotensi antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu
dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.

Saat ini definisi wakaf lebih mudah dipahami, yaitu wakaf diartikan sebagai
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Lalu
pengertian harta benda wakaf sendiri juga mengalami perubahanmaksud yang lebih mudah,
yaitu bahwa harta benda wakaf ialah harta benda yang diwakafkan oleh wakif, yang
memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi
menurut syariah. Harta benda wakaf tersebut dapat berupa harta benda tidak bergerak
maupun yang bergerak

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Wakaf ?

2. Apa Saja Jenis Wakaf Berdasarkan Klarifikasi ?

3. Apa Saja Sasaran dan Tujuan Wakaf ?

1
4. Bagaimana Akuntansi Lembaga Wakaf?

5. Bagaimana Pengakuan wakaf (Psak 112) ?

6. Bagaimana Pengukuran Wakaf (Psak 112) ?

7. Bagaimana Penyajian dan Pengungkapan Wakaf (Psak 112) ?

8. Bagaimana Contoh Soal Akuntansi Penerima Wakaf ?

9. Bagaimana Contoh Soal Akuntansi Pemberi Wakaf ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa itu Wakaf

2. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis Wakaf Berdasarkan Klarifikasi

3. Untuk Mengetahui Apa Saja Sasaran dan Tujuan Wakaf

4. Untuk Bagaimana Bagaimana Akuntansi Lembaga Wakaf

5. Untuk Bagaimana Pengakuan wakaf (Psak 112)

6. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengukuran Wakaf (Psak 112)

7. Untuk Mengetahui Penyajian dan Pengungkapan Wakaf (Psak 112)

8. Untuk Mengetahui Contoh Soal Akuntansi Penerima Wakaf

9. Untuk Mengetahui Bagaimana Contoh Soal Akuntansi Pemberi Wakaf

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan atau berhenti atau
diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah, wakaf berarti menahan harta dan
memberikan manfaatnya di jalan Allah. Menurut Mazhab Hanafi Wakaf adalah menahan
suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif/pewakaf dan mempergunakan
manfaatnya untuk kebijakan. Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal berpendapat Wakaf
adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di segala bidang kemaslahatan
dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT.

Menurut DE PSAK 112, Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah. Aset wakaf adalah harta benda wakaf baik berupa
benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak
wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta
benda miliknya. Mauquf alaih adalah pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat dari
peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak wakif yang dituangkan dalam
akta ikrar wakaf. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Wakif adalah pihak yang
mewakafkan harta benda miliknya.

B. Jenis Wakaf Berdasarkan Klasifikasi


a. Berdasarkan jenis harta
Dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dilihat dari jenis harta yang
diwakafkan, wakaf terdiri atas:
a) Benda tidak bergerak, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi:
- Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
- Tanaman dan benda bagian lain yang berkaitan dengan tanah

3
- Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
- Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah
danperaturan perundang-undangan
b) Benda bergerak selain uang, terdiri atas :
Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah atau
dipindahkan atau karena ketetapan undang-undang.
- Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang
tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.
- Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat
diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan.
- Benda bergera karena sifatnya yang dapat diwakafkan (kapal, pesawat terbang,
kendaraan bermotor, mesin, logam dan batu mulia).
- Benda bergerakselain uang karena peraturan perundang-undangan yang dapat
diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (surat
berharga, hak atas kekayaan intelektual, hak atas benda bergerak lainnya).

c) Benda bergerak berupa uang (wakaf tunai, cash waqf)

Berdasarkan beberapa dalil dan pendapat para ulama maka MUI melalui komisi
fatwa mengeluarkan tentang wakaf uang yang intinya berisi sebagai berikut:
- Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai;
- Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga;
- Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh);
- Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i;
- Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan.
b. Berdasarkan waktu
a) Muabbad
b) Mu’aqqot
c. Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan

4
a) Mubayir/dzati
b) Istitsmaty

C. Sasaran dan Tujuan Wakaf


Secara umum, tujuan wakaf adalah untuk kemaslahatan manusia, dengan
mendekatkan diri kepada Allah, serta memperoleh pahala dari pemanfaatan harta yang
diwakafkan yang akan terus mengalir walaupun pewakaf sudah meninggal dunia. Selain
itu wakaf memiliki fungsi sosial, karena sasaran wakaf bukan sekedar untuk fakir miskin
tetapi juga untuk kepentingan publik dan masyarakat luas.

a. Wakaf memiliki sasaran khusus, yaitu


a) Semangat keagamaan
Sasaran wakaf ini berperan sebagai saran untuk mewujudkan sesuatu yang diniatkan
oleh seorang pewakaf. Dengan wakaf, pewakaf berniat untuk mendapatkan rida Allah
dankesinambungan pahala yaitu selama harta yang diwakafkan memberi manfaat
sekalipun ia telah meninggal dunia.
b) Semangat sosial
Sasaran ini diarahkan pada aktivitas kebajikan, didasarkan pada kesadaran manusia
untuk berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat.Sehingga, wakaf yang dikluarkan
merupakan bukti partisipasi dalam pembangunan masyarakat.
c) Motivasi keluarga
Motivasi ini ingin menjadikan wakaf sebagai saran untuk mewujudkan rasa tanggung
jawab kepada keluarga, terutama sebagai jaminan hidup di masa depan. Namun wakaf
tidak dapat diperuntukkan untuk diri pewakaf sendiri ataupun pada janin yang masih
dalam kandungan.
d) Dorongan kondisional
Terjadi jika ada seseorang yang ditinggalkan keluarganya, sehingga tidak ada yang akan
menanggungnya. Atau, seorang perantau yang jauh meninggalkan kluarganya.Dengan
wakaf, pewakaf bisa menyalurkan hartanya untuk menyantuni orang-orang tersebut.
e) Dorongan naluri
Naluri manusia memang tidak ingin lepas dari kepemilikannya.Setiap orang
cenderung ingin menjaga peninggalan harta orang tua atau kakeknya dari kehancuran atau
kemusnahan. Dengan wakaf, maka dia akan terdorong untuk membatasi pembelanjaan.
5
Dengan berniat wakaf kepada seseorang atau lembaga tertentu, dia bisa menyalurkan
hartanya dengan baik, tidak kuatir terjadi, pemborosan atau kepunahan kekayaan

b. Cakupan Akuntansi Wakaf (psak 112)


PSAK 112 mengatur tentang perlakuan akuntansi atas transaksi wakaf yang
dilakukan baik oleh nazhir maupun wakif yang berbentuk organisasi dan badan hukum.
PSAK 112 juga dapat diterapkan oleh nazhir perseorangan. Hadirnya Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) PSAK 112: Akuntansi Wakaf, yang mengatur khusus tentang wakaf
menjadi angin segar bagi perwakafan tanah air, terutama lembaga yang terlibat langsung
dalam pengelolaan wakaf. Sebab sebelumnya, untuk transaksi wakaf belum ada SAK yang
mengatur, sehingga acuannya masih mengikuti PSAK 109 tentang Zakat, Infak dan
Sahadaqah, PSAK 45 tentang organisasi nonprofit dan PSAK 101 tentang penyajian
laporan keuangan entitas syariah.

PSAK 112 mengatur akuntansi untuk organisasi nadzir dan organisasi wakif. Nazhir
adalah pengelola wakaf sedangkan wakif adalah orang yang berwakaf. Selain itu juga
disajikan ilustrasi pelaporan keuangan untuk wakaf baik itu nazhir dan wakif.
Kehadiran PSAK 112 ini sangat membantu organisasi yang terlibat dalam wakaf dalam
upaya meningkatkan lembaga yang transparan dan akuntabel.
Tujuan PSAK ini adalah memberikan pengaturan mengenai pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi wakaf yang dilakukan baik oleh
entitas nazhir dan wakif yang berbentuk organisasi dan badan hukum yang selama ini
masih belum di akomodir oleh PSAK syariah yang ada sehingga menimbulkan berbagai
inkonsistensi dalam penerapannya.
Penerbitan PSAK ini secara umum berlandaskan pada adanya kebutuhan publik
yang cukup mendesak (public interest theory). Walapun dalam praktiknya tentu tidak
akan bisa kita menilai bahwa penerbitan PSAK ini murni sesuai dengan public interest
theory.
c. Akuntansi Wakaf
Pada 22 Mei 2018 Dewan Standar Akuntansi Syariah IAI telah mengesahkan DE
PSAK 112: Akuntansi Wakaf. DE PSAK 112 diusulkan berlaku efektif pada 1 Januari
2021 dengan opsi penerapan dini. Pada tanggal 7 November 2018 DSAS-IAI atau biasa
disebut dengan Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia telah
mengesahkan PSAK 112: Akuntansi Wakaf. PSAK 112 berlaku efektif pada 1 Januari
6
2021 dengan opsi untuk penerapan dini. Secara umum PSAK 112 mengatur tentang
perlakuan akuntansi atas transaksi wakaf yang dilakukan baikoleh nazhir maupun wakif
yang berbentuk organisasi dan badan hukum. PSAK 112 dapat juga diterapkan oleh nazhir
perorangan.

Aset wakaf berupa aset tidak bergerak, seperti hak atas tanah, bangunan atau bagian
bangunan di atas tanah, tanaman dan benda lain terkait tanah, hak milik satuan rumah
susun, dan aset bergerak, seperti uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak
kekayaan intelektual, hak sewa. DE PSAK 112 mengatur bahwa aset wakaf diakui saat
telah terjadi pengalihan secara hukum dan manfaat ekonomis dari asset wakaf. Hasil
pengelolaan dan pengembangan dari aset wakaf harus diakui sebagai tambahan aset
wakaf. Basis imbalan nazhir adalah hasil pengelolaan dan pengembangan yang sudah
terealisasi (cash basis).

D. Akuntansi Lembaga Wakaf

Secara umum, lembaga wakaf dibentuk atau didirikan untuk mengelola sebuah atau
sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaat maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan
umat umumnya, dan menolong mereka yang kurang mampu khususnya Hingga saat ini
belum ada PSAK yang mengatur tentang akuntansi lembaga wakaf.

Namun merujuk pada akuntansi konvensional serta praktik dari lembaga wakaf yang
telah beroperasi di Indonesia saat ini, maka perlakuan akuntansi untuk zakat, infak/sedekah
dengan wakaf tidak akan berbeda jauh. Hal ini disebabkan akuntansi untuk zakat,
infak/sedekah harus dilakukan pencatatannya secara terpisah atas setiap dana yang diterima.
Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf berdasarkan ketentuan umum pada pasal 1 menyatakan bahwa:

a. Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau


menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.
b. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

c. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan
dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
7
d. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola
dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
e. Mauquf alaih adalah pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat dari
peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan
dalam Akta Ikrar Wakaf.
f. Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat AIW adalah bukti pernyataan
kehendak Wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya guna dikelola Nazhir
sesuai dengan peruntukan harta benda wakaf yang dituangkan dalam bentuk
akta. Sertifikat Wakaf Uang adalah surat bukti yang dikeluarkan oleh Lembaga
Keuangan Syariah kepada Wakif dan Nazhir tentang penyerahan wakaf uang.
g. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat PPAIW, adalah
pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat Akta Ikrar
Wakaf.
h. Lembaga Keuangan Syariah, yang selanjutnya disingkat LKS adalah badan
hukum Indonesia yang bergerak di bidang keuangan Syariah.
i. Bank Syariah adalah Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dari Bank
Umum konvensional serta Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
j. Badan Wakaf Indonesia, yang selanjutnya disingkat BWI, adalah lembaga
independen dalam pelaksanaan tugasnya untuk mengembangkan perwakafan di
Indonesia,
k. Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat dengan Kepala KUA adalah
pejabat Departemen Agama yang membidangi urusan agama Islam di tingkat
kecamatan.
l. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama.

Dasar-dasar Syariah yang dapat menjadi sumber hukum mengenai wakaf terdapat
pada Al- Quran di antaranya terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 92, yakni sebagai
berikut. Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". Dan terdapat pula Hadist
wakaf yang mengatakan “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja

8
yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” Selain dalam QS Al
Imran, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda seperti dalam Hadist Riwayat
Muslim.

Dari ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi, disimpulkan bahwa Allah dan Nabi
Muhammad SAW menganjurkan manusia utnuk memberikan wakaf untuk kemaslahatan
umat manusia dan pahalanya akan tetap mengalir pada pewakaf, sekalipun ia telah
meninggal dunia, selama harta yang diwakafkan masih memberikan manfaat.
PSAK 112 digunakan sebagai dasar analisis dari transaksi wakaf yang disajikan oleh
lembaga wakaf. PSAK 112 dikeluarkan pada bulan Mei 2018 dan bertujuan untuk mengatur
secara khusus mengenai transaksi wakaf mengenai penerimaan, pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf.

E. Pengukuhan Wakaf

a. Nazhir mengakui aset wakaf dalam laporan keuangan ketika memiliki kendali secara
hukum dan fisik atas aset wakaf tersebut

b. Ketika nazhir menerima wasiat wakaf, maka nazhir mengakui aset yang akan
diwakafkan dimasa mendatang dalam laporan keuangan.

c. Nazhir mengakui aset wakaf dengan jangka waktu tertentu (aset wakaf temporer)
diakui sebagai liabilitas.

d. Nazhir mengakui hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf sebagai


tambahan aset wakaf.

e. Nazhir mengakui penyaluran manfaat wakaf kepada mauquf alaih sebagai beban
pengurang aset wakaf.

F. Pengukuran Wakaf

a. Pada saat pengukuran awal, aset wakaf berupa uang diukur dengan nilai nomina
dan aset wakaf selain uang diukur dengan nilai wajar.

b. Aset wakaf selain uang diukur dengan nilai wajar saat pengakuan awal, tetapi
dalam beberapa kondisi ketika nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal.
Maka aset tersebut tidak diakui dalam laporan keuangan. Aset wakaf tersebut
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

9
c. Jika kemudian nilai wajar aset dapat ditentukan secara andal, maka aset tersebut
diakui dalam laporan keuangan.

d. Aset wakaf berupa logam mulia selanjutnya diukur dengan nilai wajar dan
perubahannya diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf

G. Penyajian dan Pengungkapan


a. Nazhir menyajikan aset wakaf temporer yang diterima sebagai liabilitas
b. Nazhir mengungkapkan hal-hal terkait wakaf, tetapi tidak terbatas pada : (a) kebijakan
akuntansi yang diterapkan pada penerimaan, pengembangan dan pengelolaan aset
wakaf; penjelasan mengenai wakif yang signifikan secara individual;(c) penjelasan
mengenai strategi pengelolaan dan pengembangan aset wakaf.

H. Contoh Soal Akuntansi Penerima Wakaf


Contoh Penerimaan Dana Wakaf berupa Kas
Tanggal 5 Maret 2019, Entitas Wakaf menerima janji wakaf berupa uang tunai sebesar Rp.
5.000.000 dari Bp. Mahmud. Dana tersebut diterima pada rekening entitas wakaf
tanggal 31 Agustus 2019. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah (dalam rupiah)

5 Maret 2019 Tidak ada jurnal

31 Agt 2019 Kas 5.000.000

Penerimaan Wakaf Permanen- Kas 5.000.000

Jika wakaf yang diterima adalah wakaf temporer, maka jurnal pada tanggal 31Agustus 2019
pada bagian kredit menjadi Penerimaan Wakaf Temporer- Tunai dengan jumlah yang sama.

Contoh Penerimaan Dana Wakaf berupa Aset Nonkas

Tanggal 27 Agustus 2019, Entitas Wakaf menerima wakaf dalam bentuk asset tetap berupa
Motor dengan nilai wajar Rp. 20.000.000. jurnal untuk transaksi tersebut adalah

Motor 20.000.000

Penerimaan Wakaf Permanen – Motor 20.000.000

10
Contoh Pendapatan dari Wakaf

Aset wakaf berupa tanah dan bangunan disewakan sehingga menghasilkan pendapatan sewa
sebesar Rp. 35.000.000 untuk 1 tahun, yang diterima dimuka pada tanggal 4 April 2019.
Jurnal pencatatan saat penerimaan uang muka sewa dan pengakuan pendapatan sewa adalah
sebagai berikut

4 Apr 2019 Kas 35.000.000

Pendapatan Diterima Di muka 35.000.000

4 Mei 2019 Pendapatan Diterima Di muka 3.000.000

Pendapatan Sewa 3.000.000

I. Contoh Soal Akuntansi Pemberi Wakaf

Contoh Penyerahan Aset Wakaf

Pemberi wakaf menyerahkan aset wakaf senilai Rp. 50.000.000. Jurnalnya

Beban Wakaf 50.000.000

Kas 50.000.000

Jika wakaf tersebut diserahkan secara temporer, jurnalnya

Kas – Dibatasi penggunaanya 50.000.000

Kas 50.000.000

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Akuntansi wakaf merujuk pada praktik pencatatan, pelaporan, dan pengelolaan keuangan
yang terkait dengan wakaf. Wakaf adalah konsep dalam Islam yang mengacu pada sumbangan atau
donasi berupa harta benda yang ditujukan untuk kepentingan umum, seperti pendidikan, kesehatan,
atau amal lainnya.

Dalam akuntansi wakaf, penting untuk memahami prinsip-prinsip dan aturan yang berlaku
dalam Islam terkait dengan pengelolaan wakaf. Berikut adalah beberapa poin penting yang terkait
dengan akuntansi wakaf:

Pendapatan Wakaf: Ketika seseorang atau sebuah entitas menerima wakaf, pendapatan
tersebut harus dicatat secara jelas. Pendapatan wakaf harus diidentifikasi secara terpisah dari
pendapatan lainnya dalam laporan keuangan.

Pengeluaran Wakaf: Dana wakaf harus digunakan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemberi wakaf atau lembaga pengelola wakaf. Pengeluaran wakaf harus dicatat
secara terpisah dan dipantau dengan hati-hati untuk memastikan penggunaannya sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.

Pelaporan Keuangan: Laporan keuangan harus disusun secara terpisah untuk menggambarkan
posisi keuangan dan kinerja wakaf. Hal ini memungkinkan para pihak yang berkepentingan untuk
melihat secara jelas penggunaan dana wakaf dan dampak yang dihasilkan dari sumbangan tersebut.

Pengawasan dan Transparansi: Pengelolaan wakaf harus dilakukan dengan transparansi dan
akuntabilitas yang tinggi. Laporan keuangan dan aktivitas wakaf harus diaudit secara independen
untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku serta keabsahan
penggunaan dana wakaf.

Investasi Wakaf: Wakaf juga dapat diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan tambahan
yang dapat digunakan untuk tujuan amal. Dalam akuntansi wakaf, investasi ini perlu dicatat dan
dipantau dengan hati-hati untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan dana wakaf.

12
i

Anda mungkin juga menyukai