Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONAL

PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

OLEH :
KELOMPOK 1

Kadek Wanda Pradnyawati (1415644009)


I Gusti Nyoman Panji (1415644090)
Made Thenia Putri Chrisanti (1415644101)
I Made Aditya Dwikurnia (1415644104)

POLITEKNIK NEGERI BALI


JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDY SARJANA TERAPAN
AKUNTANSI MANAJERIAL
2017
BAB VII
PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

A. Definisi Perubahan Harga


Untuk memahami istilah perubahan harga (changing prices), kita harus
membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang
keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga. Tingkat harga umum biasanya
timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya
beli moneter pun menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi
apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi
(inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation). Bukti-bukti
menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif
yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya
pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional.
Perubahan harga spesifik dimulai ketika harga barang atau jasa tertentu
berubah seiring naik turunnya permintaan dan penawaran. Inilah yang
menyebabkan tingkat rata-rata inflasi pertahun dari suatu negara mencapai 5%,
sementara disaat yang sama harga apartemen berkamar sama dinegara itu
meningkat sebesar 50%.

B. Laporan Keuangan Memiliki Potensi Menyesatkan Selama Periode


Perubahan Harga
Selama periode inflasi, nilai aset yang dicatat sebesar biaya perolehan awalnya
jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aset yang
dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba
yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang manajemen, ketidak akuratan
pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri
waktu historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3) data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan:

1
a. Kenaikan dalam proporsi pajak
b. Permintaan deviden lebih banyak dari para pemegang saham
c. Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
d. Kebijakan yang merugikan dari pemerintah tuan rumah (misalkan pajak yang
dibebankan atas kelebihan laba)
Seandainya perusahaan mendistribusikan seluruh laba yang dinilai lebih
tersebut (dalam bentuk pajak, dividen, gaji dan semacamnya yang lebih besar)
suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumberdaya untuk
mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan dan
peralatan (aset tetap).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap
perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan
kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan
umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah
(yaitu daya beli perode ini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait.
Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena
biasanya mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau
(misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit
moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari
pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara
akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan
kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama
periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi
100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk
menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit
pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana
dilakukan karena:

2
a. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan
yang dihadapi suatu perusahaan.
b. Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada
pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
c. Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh
perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan
informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek
kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh
distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat
umur panjang kebanyakan harta. Disamping itu, sebagaimana disebutkan
sebelumnya, perubahan harga khusus (spesifik) bisa menjadi signifikan bahkan
ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.

C. Jenis Penyesuaian Inflasi


Rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun
khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga
memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan
kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan
berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan
tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis.
Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.

1. Penyesuaian Tingkat Harga Umum


Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum
(daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya
beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut
sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aset
berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya
dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan
terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang

3
mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan
daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli.
Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan
dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun
berjalan.

1) Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam
bentuk p1q1/p0q0 dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas
yang dikonsumsi. Suatu indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah
keluarga yang terdiri dari empat orang menghabiskan uang $20.000 untuk
membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive pada akhir tahun
1 (tahun dasar awal tahun 2) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang
sama setahun kemudian (awal tahun ke-3, indeks harga akhir tahun pada tahun
2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi
sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam
contoh diatas berharga $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang
pada tahun 2 kemudian (akhir tahun 3), maka indeks tingkat harga umum akan
menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5%
semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau
1.

2) Penggunaan Indeks Harga


Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang
dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir
periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc

Dimana :
GPL = indeks harga umum
c = periode kini

4
td = tanggal transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum

Sebagai contoh, misalkan uang dikeluarkan pada akhir tahun dasar adalah
sebesar $500 dan setahun kemudian sebesar $700. Untuk menyajikan ulang
pengeluaran menjadi ekuivalen daya beli tahun ke-3, dengan menggunakan
angka-angka indeks harga dari contoh sebelumnya, maka yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

Pengeluaran Ekuivalen Daya


Akhir dari Faktor Penyesuaian
Nominal Beli Tahun ke-3
Tahun 1 $500 1,175/1,000 $587,50
Tahun 2 $700 1,175/1,100 $747,73

Dengan demikian dibutuhkan uang sebesar $587,50 pada akhir tahun ke-2
untuk membeli (secara umum) apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar
$500 pada akhir tahun ke-1. Demikian pula halnya dibutuhkan akan
dibutuhkan uang sebesar $747,73 pada akhir tahun ke-3 untuk membeli
(secara umum) apa-apa yang dapat dibeli dengan uang sebesar $700 setahun
sebelumnya. Dengan kata lain, selama periode inflasi, pengeluaran nominal
sebesar $500 pada akhir tahun ke-1 dan $700 pada akhir tahun ke-2, tidak
dapat dibandingkan kecuali apabila angka-angka tersebut dinyatakan dalam
denominasi umum, yang adalah ekuivalen daya beli umum tahun ke-3.

Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari
pos yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis.
Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru,
yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua transaksi semua dilakukan
secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan
barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat
digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir

5
periode, ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada
365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :

GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc

3) Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum

Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan perusahaan (yaitu


aset bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi
tanpa mengurangi kekayaannya hingga dibawah posisi awal. Dengan asumsi
tidak ada investasi atau penarikan tambahan oleh pemilik selama periode
tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional menghitung laba sebagai
jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi modal
uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang stabil maka
perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih
perusahaan setelah pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan akan
mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan
operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban
untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aset
moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan
menghilangkan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter
mencakup kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan
daya beli selama periode inflasi.
Berkebalikan dengan akuntansi konvesional, laba yang dihitung dengan
model daya beli konstan harga historis. Namun demikian, mengambil dana
membuat kekayaan perusahaan pada akhir periode menjadi besar, sehingga
memberikan kepada perusahaan daya beli yang sama pada akhir periode
dengan awal periode.

2. Penyesuaian Biaya Kini

6
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvensional dalam dua
aspek utama. Pertama, aset tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya
historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh
perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak),
namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik
perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan
posisi aset bersih awal perusahaan (yang menggunakan indeks harga spesifik yang
tepat atau penentuan harga langsung) untuk mencerminkan perubahan dalam
ekuivalen biaya kini selama periode berjalan.

D. Metode Mana Yang Terbaik


Para pendukung model daya beli biaya historis konstan berpendapat bahwa
model biaya kini melanggar kerangka dasar pengukuran biaya historis karena
tidak berdasarkan biaya akuisisi pada awalnya. Mereka juga berpendapat bahwa
model tersebut didasarkan pada biaya perkiraan hipotetis dan oleh karenanya
terlalu subjektif dan sukar dilaksanakan dalam praktik. Mengabaikan perubahan
daya beli umum atas uang menyebabkan perbandingan antar periode sukar
diinterpretasikan dan juga tidak mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari
kepemilikan pos-pos moneter seperti utang. Mereka yang lebih menyukai
penyesuaian biaya kini berpendapat bahwa usaha usaha tidak dipengaruhi oleh
inflasi umum, tetapi lebih dipengaruhi oleh kenaikan biaya operasi khusus dan
pengeluaran aset tetap. Seringkali pencatatan keuntungan daya dari kepemilikan
utang selama inflasi dapat menyesatkan. Perusahaan dengan daya ungkit tinggi
dapat mengalami keuntungan moneter yang sangat besar meskipun berada pada
tepi jurang kebangkrutan. Di beberapa negara, indeks harga umum sangat
mungkin dipolitisasi.
Model daya beli biaya kini konstan menggabungkan karakteristik model
daya beli biaya historis konstan dan model biaya kini. Kerangka dasar campuran
ini mengakui kenaikan dalam nilai kini aset sebagai keuntungan kekayaan, dan
dengan demikian memungkinkan dilakukannya perbandingan antara laba kini dan
laba pada periode sebelumnya. Perusahaan dianggap akan lebih baik hanya jika

7
aset meningkat lebih besar daripada laju inflasi. Dengan demikian, jika suatu
investasi saham meningkat nialinya dari $100 menjadi $150, sementara tingkat
harga umum meningkat dari 100 menjadi 130, keuntungan rill dari investasi ini
adalah hanya sebesar S20 ($150-$100 x 130/100). Keuntungan atau kerugian
moneter yang umumnya diabaikan dalam model biaya kini, merupakan bagian
dari pengukuran. Dirancang untuk mendapatkan manfaat dari dua model lain yang
telah dibahas, rancangan pelaporan campuran ini merupakan metode yang
digunakan oleh Grupo Modelo, yang diperkenalkan pada awal bab ini. Esensi
pendekatan.

Tampilan 7-5 Contoh Akuntansi Biaya Kini

Laporan Laba Rugi Biaya Kini


20X2 20X1
Penjualan berfaktur 25.121 24.454
Biaya kinni harga barang terjual -21.488 -21.216
Depresiasi dalam biaya kini -982 -856
Laba operasi setelah depresiasi 2.651 2.472
(berlanjut)

Tampilan 7-5 Contoh Akuntansi Biaya Kini

8
20X2 20X1
Perubahan harga, persediaan 74 65
Perubahan harga, aset tetap -35 110
Laba operasi sebelum pos-pos keuangan 2.690 2.647
Pos keuangan 139 175
Penyesuaian daya beli, ekuitas 0 -221
Laba riil setelah pos keuangan 2.829 2.601
Pajak -1.107 -990
Hak minoritas -25 -27
Laba bersih 1.697 1.584

Neraca Biaya Kini


Aset 20X2 20X1
Kas, bank, dan investasi jangka pendek 2.485 1.886
Piutang 6.031 6.021
Persediaan 5.102 5.136
Aset tetap 10.474 10.221
Jumlah aset 24.092 23.264
Liabilitas dan Ekuitan Pemegang Saham
Liabilitas lancar 7.311 7.853
Liabilitas jangka panjang 4.086 3.852
Perubahan harga sebelum direalisasi 844 1.085
Ekuitas pemegang saham 11.851 10.474
Jumlah liabilitas dan ekuitas pemegang saham
Rekonsiliasi antara akuntansi tradisional dan biaya kini
Laba setelah pos keuangan menurut akuntansi tradisional 3.070
Perubahan harga sebelum direalisasi:
Perubahan harga, biaya terjual -69
Perubahan harga, depresiasi -221 -280
Perubahan harga untuk tahun berjalan:
Persediaan 74
Aset tetap -35 39 -241
Penyesuaian untuk inflasi 0
Keuntungan riil setelah pos keuangan 2.829

Grup Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yang disajikan
ulang sebagai berikut:

Persediaan pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar


pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya
penggantian atau manufaktur. Penyajian ulang seperti itu tidak melebihi
nilai pasar.
Harga-harga pokok penjualan penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan
nilai persedaan yang dinyatakan ulang.

9
Aset tetap pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang
dengan menggunakan faktor inflansi yang diperoleh dari NCPI(National
Consumer Price Indeks/Indeks Harga Konsumen Nasional) sehingga
menjadi nilai penggantian bersih yang ditentukan oleh penilai ahli
independen pada tanggal 31 Desember 20X2, dan sesuai dengan tanggal
akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
Depresiasi pos ini dihitung berdasarkan nilai penyajian ulang aset tetap,
yang dipertimbangkan sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan
oleh penilai independen.
Penyajian ulang ekuitas pemegang saham akun ini disajikan ulang dengan
menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau
tanggal kontribusinya. Pengaruh penyajian ulang ini disajikan dalam laporan
keuangan konsolidasi, dalam masing-masing akun yang menimbulkan
kenaikan terhadap pos ini.
Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham saldo akun
ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari pos hasil dari kepemilikan
aset nonmoneter dan Akumulasi hasil moneter ekuitas, yang dijelaskan
berikut ini.
Hasil dari kepemilikan aset nonmoneter pos ini menunjukkan perubahan
dalam nilai aset nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi. Pos ini
ditentukan hanya ketika mode biaya spesifik digunakan, karena biaya-biaya
ini dibandingkan dengan penyajian ulang yang ditetapkan melalui NCPI.
Jika biaya spesifik lebih tinggi dari indeksnya, maka akan timbul
keuntungan dari kepemilikan tersebut. Jika tidak maka akan timbul
kerugian. Hasil dari kepemilikan aset nonmoneter yang dihasilkan selama
tahun 20X2, yang disebabkan oleh penyajian ulang aset tetap, disajikan
ulang sebagaimana akun-akun dalam ekuitas pemegang saham lainnya.
Akumulasi hasil moneter ekuitas pos ini merupakan hasil yang berawal dari
penyajian awal angka-angka laporan keuangan.

E. Sudut Pandang Internasional Terhadap Akuntansi Inflasi

10
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang
beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai
pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut
pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka
akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan
bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang
dilakukan oleh beberapa negara.

1. Amerika Serikat

Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (Statement of Financial Accounting Standarts-SFAS) No. 33. Berjudul
Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aset tetap (sebelum
dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aset
lebih dari $1 miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi), untuk selama
5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan
daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan
bukan menggantikan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar
untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai
dengan SFAS No. menemukan bahwa (1) pengungkapan ganda yang diwajibkan
oleh FASB membingungkan, (2) biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda
ini terlalu besar, dan (3) pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak
terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini. Semenjak itu, FASB telah
memutuskan untuk mendorong, tetapi tidak lagi mengharuskan, entitas pelaporan
AS untuk mengungkapan informasi daya beli konstan biaya historis atau daya beli
konstan biaya kini. FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu
perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan
menjadi titik awal untuk standar akuntansi inflasi di masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk
masing-masing dari 5 tahun terakhir:

11
a. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
b. Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
c. Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih
d. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat
dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat
dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari
persediaan atau aset tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga
umum)
e. Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya
kini, yang timbul dari proses konsolidasi
f. Aset bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
g. Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini
h. Dividen per saham biasa
i. Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
j. Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price IndexCPI) yang
digunakan mengukur laba dari operasi berjalan

Untuk meningkatkan daya banding data tersebut, informasi dapat disajikan


dalam (1) ekuivalen daya beli rata-rata (atau akhir tahun), atau (2) dolar periode
dasar (1967) yang digunakan dalam menghitung CPI. Pada saat laba menurut
dasar daya beli konstan biaya kini berbeda secara signifikan dari laba biaya
historis, perusahaan diminta untuk memberikan data lebih banyak.
Panduan pengungkapan SFAS 89 juga mencakup operasi luar negeri yang
dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS Perusahaan
yang mengadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi
luar negerinya memandang operasi-operasi tersebut dari sudut pandang mata uang
induk perusahaan. Akibatnya, akun-akun operasi harus ditranslasikan ke dalam
dolar, kemudian disesuaikan terhadap inflasi AS (metode translasi-sajikan ulang).
Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang lokal sebagai mata uang
fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya mengguankan sudut pandang
mata uang perusahaan lokal. FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk
menggunakan metode translasi-sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap

12
inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi ke dalam dolar AS (metode
sajikan ulang-translasi). (Lampiran 7-1 menunjukkan metodologi ini). Dengan
demikian, penyesuaian terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat
didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri. Tampilan 7-6
meringkas ketentuan ini.

13
Tampilan 7-6 Metodologi Penyajian Ulang untuk Operasi Luar Negeri

Penyesuaian biaya kini

Mata uang funsional Mata uang fungsional


adalah dolar adalah mata uang lokal

Sajikan ulang untuk


Translasikan ke GPL asing, lalu
dalam $, lalu sajikan translasikan ke dalam $
ulang untuk GPL AS

Translasikan ke dalam $
lalu sajikan ulang untuk
GPL AS

2. Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard CommiteASC)
menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standard
Accounting PracticeSSAP 16), Akuntansi Biaya Kini untuk masa percobaan
3 tahun pada bulan Maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1998,
metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara
sukarela melaporkan akun-akun yang disesuaikan terhadap inflasi.
SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam dua hal utama. Pertama apabila
standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal. Kedua, apabila
penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di
Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan
penjelasan. Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan:
a. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya historis.
b. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya kini.

14
c. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi
dengan informasi biaya historis yang memadai.

Dalam perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter,


FAS 33 mengharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16
mengharuskan dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan
harga spesifik. Yang pertama, disebut penyesuaian modal kerja moneter
(Monetary Working Capital AdjustmentMWCA. Mengakui pengaruh
perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakanoleh
perusahaan dalam operasinya. Yang kedua, disebut sebagai mekanisme
penyesuaian, memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aset
nonmoneter perusahaan (seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal
kerja moneter). Rumus mekanisme penyesuaian adalah:

[(TL-CA) / (FA + I + MWC)] (CC Dep.Adj. + CC Sales Adj. + MWCA)

di mana:

TL = total kewajiban selain utang usaha


CA = aset lancar selain piutang usaha
FA = aset tetap, termasuk piutang usaha
I = persediaan
MWC = modal kerja moneter
CC Dep. Adj. = penyesuaian depresiasi biaya kini
CC Sales Adj. = biaya kini penyesuaian penjualan
MWCA = penyesuaian modal kerja moneter

Mekanisme penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak


memerlukan biaya penggantian tambahan aset operasi sejauh aset tersebut didanai
melalui utang.

1. Brasil
Inflasi sering kali merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di
Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brasil di masa lalu
dengan hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif.

15
Meskipun tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang direkomendasikan di
Brasil hari ini mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporanHukum
Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi
yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aset
permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang
diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aset
permanen meliputi aset tetap, gedung investasi beban tangguhan dan depresiasi
terkait, serta akun-akun amortisasi atau depresiasi (termasuk setiap provisi
kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri modal,
cadangan pendapatan, cadangan revaluasi Laba ditahan, danakun cadangan modal
yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal. Yang
terakhir ini merupakan hasil dari penilaian kembali aset tetap terhadap biaya
penggantian kini dikurangi dengan provisi untuk depresiasi teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang saham
disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam
laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Tampilan 7-7
menunjukkan contoh meologi akuntansi inflasi ini.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham (R$275)
merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awal periode yang harus
tumbuh agar tidak tertinggal dengan laju inflasi. Penyesuaian aset permanen yang
lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang
mencerminkan risiko yang dihadapi perusahaan terhadap aset moneter bersihnya
(yaitu modal kerjanya). Sebagai contoh, misalkan:

M = aset moneter
N = aset nonmoneter
L = kewajiban
E = ekuitas
i = laju inflasi

Kemudian,
M+N= L+E

16
Dengan mengalikan kedua sisi pada persamaan diatas terhadap (1+i)
merupakan kuantitas pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan perusahaan.
Dengan demikian:
M (1+i) + N (1+i) = L(1+i) + E(1+i)
Persamaan diatas dapat disajikan ulang sebagai berikut:
M + Mi + N + Ni = L +Li + E + Ei
Pengelompokan ulang persamaan diatas sebagai berikut:
M + N + Ni = L + E + Ei + (L-M)i
Keterangan:
N + Ni = Penyesuaian aset nonmoneter (permanen)
E + Ei = Penyesuaian ekuitas pemilik
(L-M)i = Keuntungan atau kerugian moneter

Karena M + N = L + E
Ni = Ei + (L M)i
Keterangan:
Ni = Penyesuaian inflasi terhadap aset nonmoneter (permanen)
Ei = Penyesuaian inflasi terhadap ekuitas pemilik
(L-M)i = Keuntungan atau kerugian moneter
Sebaliknya, penyesuaian aset permanen yang lebih besar daripada
penyesuaian ekuitas menimbulkan keuntungan daya beli, yang menunjukkan
bahwa beberapa aset yang ada telah didanai melalui peminjaman. Sebagai contoh,
misalkan posisi keuangan sebuah perusahaan sebelum koreksi moneter adalah:
Aset permanen 1.000 Kewajiban 500
Ekuitas Pemilik 500

Dengan laju inflasi per tahun sebesar 30%, neraca dengan penyesuaian
tingkat harga akan menjadi berikut ini:

Aset permanen 1.000 Kewajiban 500


Ekuitas Pemilik 500
Cadangan Modal 150

17
Keuntungan 150
Moneter
Komisi Pasar Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk
perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik.
Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh
transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang
fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku
mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang lokal nominal. Juga:

Persediaan dikategorikan sebagai aset nonmoneter dan diukur ulang dengan


menggunakan mata uang fungsional
Pos-pos moneter yang tidak dikenakan bunga dengan masa jatuh tempo yang
melebihi 90 hari didiskontokan menjadi nilai kini untuk mengalokasikan
keuntungan dan kerugian inflasi yang terjadi ke dalam periode akuntansi yang
memadai (contoh, diskonto terhadap piutang usaha diperlakukan sebagai
pengurangan penjualan, diskonto atas utang usaha mengurangi pembelian, dan
sebagainya)
Penyesuaian neraca direklasifikasikan juga ke dalam pos-pos terkait dalam
laporan laba rugi (sebagai contoh, penyesuaian neraca atas piutang usaha
direklasifikasikan sebagai pengurangan penjualan).
Untuk mengurangi beban perusahaan di Brasil dari keharusan untuk
menyajikan dua set laporan keuangan dalam laporan tahunan, Komisi Pasar
Modal telah menggabungkan ketentuan dalam metodologi hukum perusahaan ke
dalam metodologi akuntansi tingkat harga.

F. Badan Standar Akuntansi Internasional

IASB telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja


operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan
yang mengalami hiperinflasi. IAS 29 Pelaporan Keuangan dalam Perekonomian
Hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang
informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu

18
perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian
hiperinflasi, baik didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya
kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait pada periode sebelumnya.
Keuntungan dan kerugian daya beli terkait dengan posisi kewajiban atau aset
moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini. Perusahaan yang melakukan
pelaporan juga harus mengungkapkan:

1. Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit
pengukuran telah dilakukan
2. Kerangka dasar penilaian aset yang digunakan dalam laporan keuangan utama
(yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini)
3. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan
perubahannya selama periode pelaporan
4. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut

G. Isu-Isu Mengenai Inflasi

Terdapat empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat


isu tersebut adalah apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur
pengaruh inflasi, perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
akuntansi inflasi luar negeri, dan menghindari fenomena kejatuhan ganda.

1. Keuntungan dan Kerugian Inflasi


Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas, piutang,
dan utang) tergolong kontroversial.
Keuntungan atau kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan
dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir, serta
transaksi dalam, seluruh aset dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka
panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan
ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang
berbeda dari jenis pendapatan yang lain.

19
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi
modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut
ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme
penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang
saham yang berasal dari pembiayaan utang selama suatu periode perubahan
harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya
kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang
disebut sebagai Laba Biaya Kini Teratribusi kepada Pemegang Saham.
SSAP 16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan
dengan persediaan dan aset tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan
modal kerja dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan
operasinya dengan harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan
mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa inflasi.
2. Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi dua bagian: (1)
laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya
yang dikonsumsi) dan (2) keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari
kepemilikan aset non moneter dengan nilai pengganti yang meningkat
bersamaan dengan inflasi.
Kenaikan dalam biaya penggantian aset operasi (yaitu proyeksi arus keluar
yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik
itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini
persediaan, aset tetap dan aset operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas
pemilik, yang merupakan bagian dari laba yang harus harus disimpan oleh
perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya).
Aset yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga
yang dapat dipasarkan tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas
produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos
ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar
nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.

20
3. Akuntansi untuk Inflasi di Luar Negeri
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi
dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan
eksperimen dengan pengungakapan daya beli konstan biaya historis dan
pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang mendorong (dan bukan lagi
mengharuskan) perusahaan untuk memperhitungkan perubahan hatga, masih
meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua
tingkatan. Pertama, perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aset
nonmoneter berdasarkan biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan
tingkat harga umum) atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini.
Kedua, perusahaan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini
tambahan atas operasi luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam
mentranslasikan dan menyajikan ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Para investor memberi perhatian terhadap potensi perusahaan untuk
menghasilkan deviden, karena nilai investasi mereka sangat tergantung pada
dividen di masa depan. Potensi suatu perusahaan untuk menghasilkan deviden
berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk memproduksi barang dan jasa.
Hanya jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas produksinya (dan
dengan demilian daya belinya), barulah ada dividen masa depan yang dapat
dipertimbangkan.
Oleh karena itu, investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan
dengan tingkat harga spesifik dan bukan tingkat harga umum. Karena,
penyesuaian tingkat harga spesifik (model biaya kini yang kita gunakan)
menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan
sebagai deviden (kekayaan yang dapat dibagikan) tanpa mengurangi kapasitas
produktifnya.
Kesimpulan ini menunjukkan masalah sajikan ulang-translasikan versus
masalah translasikan- sajikan ulang bukan merupakan sesuatu yang penting.
Kedua metode tersebut didasarkan pada kerangka dasar penilaian yang tidak
terlalu banyak direkomendasikan biaya historis. Kedua metode tersebut tidak

21
mengubah kerangka dasar yang ada. Terlepas dari bagaimana penyesuaian
dilakukan, model biaya historis tetap saja adalah model biaya historis.
Menyajikan ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestik
menjadi ekuivalen harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan
dengan keputusan. Informasi ini memberikan kesempatan pada investor untuk
mempereoleh informasi sebanyak mungkin yang menyangkut dividen masa
depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil
konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan dewasa ini. Filosofi
pelaporan ini dinyatakan oleh Dewey R.Borst, comptroller Inland Steel
Company sebagai berikut:
Manajemen mencari informasi kini yang terbaik untuk melihat apa yang
telah mereka lakukan di masa lalu dan untuk menuntun mereka dalam
proses pengambilan keputusan saat sekarang. Pihak luar menghargai
laporan keuangan untuk tujuan umum yang sama yaitu menentukan
bagaimana pencapaian perusahaan di masa lalu dan bagaimana
kemungkinan kinerjanya di masa depan. Oleh karena itu, tidak terdapat
kebutuhan yang pasti untuk memiliki dua kelompok data dan metode
penyajian informasi keuangan yang berbeda. Data yang sama saat ini
diperoleh dari pengembangan akuntansi manajemen juga dapat digunakan
oleh pihak luar.
4. Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar
negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut
kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi lokal langsung
berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori
ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi
internal suatu negara dengan nilai eksternal mata uangnya. Dengan demikian,
ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan
berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi
berhubungan secara negatif.

22
Penyesuaian inflasi harga pokok penjualan atau beban depresiasi
dimaksudkan untuk mengurangi besarnya laba sebagaimana yang
dilaporkan untuk menghindari penilaian lebih laba bersih. Namun demikian,
karena pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang,
perubahan kurs valuta asing diantara laporan keuangan yang berurutan, yang
umumnya disebabkan oleh inflasi (setidaknya selama suatu periode),
menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi (yaitu penyesuaian
translasi mata uang) terhadap hasil operasi perusahaan sebagaimana yang
dilaporkan. Dengan demikian, untuk menghindari proses penyesuaian
terhadap pengaruh inflasi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus
memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercermin dalam hasil
sebagaimana yang dilaporkan dari suatu perusahaan.
Penyesuaian ini relevan terhadap perusahaan multinasional (MNC) yang
berbasis di AS, yang telah menggunakan dolar sebagai mata uang fungsional
operasi luar negerinya berdasarkan FAS 52 dan yang melakukan translasi nilai
persediaan dengan menggunakan kurs kini (current exchange rate).
Penyesuaian ini juga relevan bagi MNC non-AS yang mengakui keuntungan
dan kerugian translasi dalam laba kini. Hal ini khususnya bagi MNC Eropa
yang menggunakan metode translasi mata uang kini. Suatu penelitian
mengenai praktik translasi mata uang di Denmark, Prancis, Jerman, Belanda,
Swedia, Swiss, dan Inggris menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di
negara tersebut cenderung menggunakan metode translasi kurs masa kini.
Meskipun banyak perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian translasi
mata uang dalam akun cadangan di neraca, sejumlah besar perusahaan
khususnya di Jerman, Belanda dan Swedia menyajikan keuntungan dan
kerugian tersebut dalam laba kini. Dengan tidak melakukan penyesuaian yang
menghapuskan, perusahaan-perusahaan tersebut dapat mengurangi atau
meningkatkan laba dua kali ketika mencatat inflasi luar negeri.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara
inflasi dan translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini

23
menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan melakukan translasi
persediaan ke dalam dolar dengan menggunakan kurs kini.

Perhatikan sesuai dengan dasar penyesuaian inflasi, perusahaan di atas


telah mengurangi laba dengan kerugian translasi sebesar $29 dan penyesuaian
inflasi harga pokok penjualan sebesar 540 dengan jumlah keseluruhan
sebesar $69 atau 34% dari saldo awal persediaan sebesar $200 pada tanggal 1
Januari. Namun demikian perhatikan pula bahwa inflasi hanyalah sebesar
20%! Kejatuhan gandalah yang menyebabkan hal ini terjadi. Perhitungan
dolar memasukan perhitungan ganda antara kerugian devalusi, yang
ditimbulkan dari inflasi dan penyesuaian harga pokok penjualan terhadap
inflasi, yang menjadi akar penyebab devaluasi mata uang. Penyesuaian inflasi
harga pokok penjualan dengan metode sajikan ulang-translasikan saja sudah
cukup. Penyesuaian ini tidak hanya menghapuskan laju inflasi AS (sebesar
6%), tetapi juga perbedaan laju inflasi di antara negara lokal sebesar 20% dan
di AS sebesar 6% yang menimbulkan devaluasi sebesar 12%. Kami
menyimpulkan bahwa jika harga pokok penjualan disesuaikan untuk
menghapuskan inflasi negara lokal, maka juga perlu dilakukan penghapusan
setiap kerugian translasi yang tercermin dalam laba sebagaimana yang
dilaporkan.

24

Anda mungkin juga menyukai