Oleh:
(1415644059)
D4 - 6D
Jurusan Akuntansi
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pajak mengenai
perencanaan atas biaya dalam mengoptimalkan PPh Badan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Perencanaan atas Biaya dalam Mengoptimalkan PPh Badan.....................3
2.1.1 Biaya Entertainment..........................................................................3
2.1.2 Biaya Konsumsi.................................................................................4
2.1.3 Biaya Telepon....................................................................................5
2.1.4 Biaya Kesehatan................................................................................6
2.1.5 Biaya Perjalanan Dinas......................................................................7
2.2 Perbandingan PPh Terutang Badan Sebelum dan Sesudah adanya
Perencanaan atas Biaya..............................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Simpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya dalam perencanaan
pajak adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan.Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan
penghematan pajak yang dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah
untuk meminimalkan kewajiban pajak. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
menjalankan perencanaan pajak dalam meminimalkan jumlah pajak penghasilan terutang
badan yaitu dengan memaksimalkan biaya yang dapat mengurangi pendapatan bruto.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
perencanaan atas biaya dalam mengoptimalkan pajak penghasilan badan pada PT
Astrindo Gemilang yang sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Dosen
Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memperluas wawasan maupun
sebagai acuan bagi penelitian-penelitian yang akan dilakukan khususnya yang
berkaitan dengan penelitian sejenis yaitu tax planning atas pajak penghasilan badan.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang perencanaan atas biaya dalam
pajak penghasilan badan pada perusahaan yang telah dipelajari melalui teori dimasa
perkuliahan dan mencoba memberikan masukan bagi perusahaan untuk mengambil
keputusan dalam pelaksanaan kegiatan operasi dalam mencapai laba maksimum
melalui perencanaan pajak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Maka dari itu, PT Astrindo Gemilang harus membuat daftar nominatif yang berisi hal-
hal berikut:
a. Nomor urut;
b. Tanggal entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan;
c. Nama tempat entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan;
d. Alamat entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan;
e. Jenis entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan;
f. Jumlah (Rp) entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan;
g. Relasi usaha yang diberikan entertainment dan sejenisnya sesuai dengan nomor urut
diatas berisi nama, posisi, nama perusahaan, dan jenis usaha.
Dengan menyimpan bukti pengeluaran terkait entertainment yang diberikan
serta membuat daftar nominatif untuk kemudian dilampirkan di SPT Tahunan PPh, PT
Astrindo Gemilang dapat menjadikan beban entertainment sebagai pengurang
penghasilan bruto, dan beban tersebut tidak perlu dikoreksi fiskal.
4
karyawan yang menikmati konsumsi tersebut sedangkan pimpinan perusahaan tidak
menikmatinya karena berbagai kebijakan dari perusahaan. Hal ini tentunya akan
menyebabkan biaya konsumsi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena
tidak seluruh pegawai menikmati penyediaan konsumsi tersebut.
Apabila perusahaan sebaiknya memberikan penyediaan konsumsi kepada
seluruh pegawai termasuk kepada pimpinan perusahaan yaitu dewan direksi dan
komisaris sehingga biaya konsumsi tersebut dapat dibiayakan. Melalui penyediaan
makanan dan minuman tersebut, maka PT Astrindo Gemilang dapat mengakui beban
konsumsi sehingga tidak perlu dikoreksi fiskal positif. Penyediaan makanan dan
minuman tersebut juga bukan merupaka penghasilan bagi karyawan sehingga tidak
perlu dikenakan PPh Pasal 21.
Namun, jika perusahaan tidak bisa menyediakan konsumsi untuk seluruh
pegawai maka hal lain yang dapat dilakukan agar biaya konsumsi dapat dibiayakan
yaitu dengan memberikan penggantian biaya konsumsi dalam bentuk tunjangan makan
tunai sehingga dapat dibiayakan karena berdasarkan Undang Undang pajak penghasilan
No.36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 menjelaskan bahwa biaya yang dapat mengurangi
penghasilan bruto adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain biaya berkenan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk
uang yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dalam
perusahaan.
Apabila perusahaan membuat kebijakan dengan melakukan perencanaan pajak
terhadap biaya konsumsi dengan mengubah pemberian dalam bentuk natura
(nontaxable-nondeductible) menjadi pemberian tunjangan makan berupa uang tunai
(taxable-deductible) yang dimasukkan ke dalam perhitungan gaji karyawan maka
perusahaan akan dapat menghemat pajak penghasilan badannya.
5
ini, PT Astrindo Gemilang dapat beralih dari penggunaan sistem prabayar ke sistem
pascabayar sehingga pembayaran dapat dilakukan di akhir bulan sesuai dengan jumlah
pemakaian pulsa karyawan. Dengan menggunakan sistem pascabayar untuk pengisian
ulang pulsa telepon selular, PT Astrindo Gemilang dapat meminta data mengenai pihak-
pihak yang telah dihubungi karyawannya terkait pekerjaan pada penyedia layanan
telepon selular.
Penggunaan pascabayar juga dapat membuktikan bahwa pemakaian pulsa
telepon selular oleh karyawan sepenuhnya terkait dengan kepentingan bisnis, sehingga
bias dikategorikan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan perusahaan. Pada akhirnya, beban tersebut diperbolehkan sebagai
komponen pengrang penghasilan bruto dan bisa dibebankan sepenuhnya atau sebesar
100% (seratus persen).
Namun, penggunaan sistem pascabayar juga memiliki kelemahan yaitu
perusahaan perlu mengecek pihak-pihak yang telah dihubungi oleh karyawan untuk
memastikan penggunaan pusa sepenuhnya terkait dengan kepentingan usaha. Hal ini
berarti perusahaan harus mengeluarkan waktu, tenaga, dan biaya tambahan untuk
melakukan pengecekan tersebut. Jika biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan
pengecekan tersebut ternyata lebih besar daripada beban isi uang pulsa telepon selular,
maka sebaiknya perusahaan tidak menggunakan sistem pascabayar.
6
Apabila perusahaan mengubah kebijakan dengan memberikan penggantian atas
biaya kesehatan menjadi tunjangan kesehatan dalam bentuk uang tunai maka biaya
tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal lain yang dapat dilakukan oleh
perusahaan agar tetap dapat mensejahterakan karyawannya yaitu dengan mendaftarkan
perusahaan untuk ikut dalam program BPJS dimana BPJS dapat dibiayakan dengan
menambahkan sebagai tunjangan ke dalam daftar gaji karyawan.
7
lain biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang serta biaya
perjalanan.
Jika dilihat sekilas, pembayaran biaya perjalanan dinas dapat dikategorikan
sebagai obyek pajak jika memenuhi unsur adanya tambahan kemampuan ekonomis bagi
Wajib Pajak. Akan tetapi jika perusahaan dapat membuktikan bahwa tidak ada
kelebihan uang yang membuatnya menjadi kemampuan ekonomis bagi pegawai, maka
tidak ada obyek PPh 21. Maka dari itu, bukti-bukti pengeluaran sangat penting untuk
setiap komponen biaya perjalanan dinas.
Tata cara pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas secara detail diatur dalam
Pasal 34, 35, dan 36 PMK 113/PMK.05/2012 sebagaimana terlampir dimana
perusahaan dapat menerapkan beberapa cara untuk mempertanggungjawabkan biaya
perjalanan dinas:
1. Pengembalian uang sisa
Jika pembayaran biaya perjalanan dinas dengan cara lumpsum, setiap pegawai yang
pulang dari perjalanan dinas dapat membuatkan perincian biaya yang telah
dikeluarkan secara wajar dan mengembalikan uang sisanya. Tentu saja didukung
oleh bukti-bukti pembayaran yang valid.
2. Penggantian biaya/reimbursement
Jika pemberian uang perjalanan dinas dengan cara penggantian
biaya/reimbursement atau dengan cara pemberian uang muka, maka setiap pegawai
yang pulang dari perjalanan dinas dapat membuatkan perincian biaya yang telah
dikeluarkannya secara wajar dan perusahaan memberikan penggantian biaya.
Berdasarkan cara pembayaran diatas dapat diperkirakan bahwa setiap pegawai
yang melakukan perjalanan dinas tidak akan berkelebihan uang yang membuatnya
mempunyai kemampuan ekonomis seperti yang dinyatakan pada definisi objek pajak
penghasilan (Pasal 4 UU PPh). Sehingga seharusnya terhadap biaya perjalanan dinas
bukanlah merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi karyawan yang
menerimanya. Terhadap biaya perjalanan dinas yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat
dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto (pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Pajak
Penghasilan).
2.2 Perbandingan PPh Terutang Badan Sebelum dan Sesudah adanya Perencanaan atas
Biaya
Dari perencanaan biaya yang telah dipaparkan diatas dapat kita sajikan laporan laba
rugi komersial dan fiskal sebelum dan sesudah adanya perencanaan biaya pada PT
Astrindo Gemilang yaitu sebagai berikut:
8
Sebelum :
PT Astrindo Gemilang
Perhitungan Rekonsiliasi Fiskal
Per 31 Desember 2016
Laporan Keuangan Koreksi Fiskal Laporan
Nama Rekening
Komersial Positif Negatif Keuangan Fiskal
Penjualan 5,428,500,000 5,428,500,000
Harga Pokok Penjualan (3,895,000,000) (3,895,000,000)
Laba Kotor 1,533,500,000 1,533,500,000
Beban Gaji (395,000,000) (395,000,000)
Beban Konsumsi (107,500,000) 107,500,000 -
Beban Perjalanan Dinas (17,825,000) 17,825,000 -
Beban Listrik dan Air (18,376,500) (18,376,500)
Beban Telepon (10,329,000) 5,164,500 (5,164,500)
Beban Kesehatan (32,943,800) 32,943,800 -
Beban Entertainment (31,758,000) 31,758,000 -
Beban Pemasaran (63,945,200) (63,945,200)
Beban Administrasi (46,220,000) (46,220,000)
Beban Asuransi (15,500,000) (15,500,000)
Beban Reparasi (73,072,800) (73,072,800)
Beban Lain-lain (26,598,000) (26,598,000)
Total Beban Usaha (839,068,500) (643,877,000)
Laba Sebelum Pajak 694,431,500 889,623,000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa beban yang dikoreksi positif yaitu beban
konsumsi, beban perjalanan dinas, beban telepon, beban kesehatan, dan beban entertainment.
Beban diatas tidak dapat mengurangi penghasilan bruto dan dikoreksi positif karena
bertentangan dengan peraturan perpajakan yang berlaku, maka dari itu perusahaan harus
menyikapi hal tersebut dan membuat suatu perencanaan atas biaya untuk mengurangi beban
pajak penghasilan terutang badan pada tahun yang bersangkutan.
Pajak Penghasilan Badan yang terutang dapat dihitung dari Laba Sebelum Pajak,
karena penghasilan bruto PT Astrindo Gemilang lebih besar dari Rp 4,8 M pada tahun 2015
maka tarif pajak yang berlaku yaitu pasal 17 dan pasal 31E Undang-Undang No. 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan. Berikut ini adalah perhitungan pajak penghasilan PT
Astrindo Gemilang:
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
Rumus : (Rp 4.800.000.000 / Penghasilan Bruto) x Penghasilan Kena Pajak
(Rp 4.800.000.000 / Rp 5.428.500.000) x Rp 889.623.000 = Rp 786.624.371
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
Penghasilan Kena Pajak PKP yang mendapat fasilitas
9
Rp 889.623.000 Rp 786.624.371 = Rp 102.998.629
Pajak Penghasilan Badan Terutang :
Pajak Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25% x 50% x Rp 786.624.371 = Rp 98.328.046
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x Rp 102.998.629 = Rp 25.749.657
Total Pajak Penghasilan Badan Terutang :
Rp 98.328.046 + Rp 25.749.657 = Rp 124.077.703
Sesudah:
PT Astrindo Gemilang
Perhitungan Rekonsiliasi Fiskal
Per 31 Desember 2016
Laporan Keuangan Koreksi Fiskal Laporan Keuangan
Nama Rekening
Komersial Positif Negatif Fiskal
Penjualan 5,428,500,000 5,428,500,000
Harga Pokok Penjualan (3,895,000,000) (3,895,000,000)
Laba Kotor 1,533,500,000 1,533,500,000
Beban Gaji (395,000,000) (395,000,000)
Beban Konsumsi (107,500,000) (107,500,000)
Beban Perjalanan Dinas (17,825,000) (17,825,000)
Beban Listrik dan Air (18,376,500) (18,376,500)
Beban Telepon (10,329,000) (10,329,000)
Beban Kesehatan (32,943,800) (32,943,800)
Beban Entertainment (31,758,000) (31,758,000)
Beban Pemasaran (63,945,200) (63,945,200)
Beban Administrasi (46,220,000) (46,220,000)
Beban Asuransi (15,500,000) (15,500,000)
Beban Reparasi (73,072,800) (73,072,800)
Beban Lain-lain (26,598,000) (26,598,000)
Total Beban Usaha (839,068,500) (839,068,500)
Laba Sebelum Pajak 694,431,500 694,431,500
10
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
Rumus : (Rp 4.800.000.000 / Penghasilan Bruto) x Penghasilan Kena Pajak
(Rp 4.800.000.000 / Rp 5.428.500.000) x Rp 694.431.500 = Rp 614.031.721
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
Penghasilan Kena Pajak PKP yang mendapat fasilitas
Rp 694.431.500 Rp 614.031.721 = Rp 80.399.779
Pajak Penghasilan Badan Terutang :
Pajak Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25% x 50% x Rp 614.031.721 = Rp 76.753.965
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x Rp 80.399.779= Rp 20.099.945
Total Pajak Penghasilan Badan Terutang :
Rp 76.753.965+ Rp 20.099.945= Rp 96.853.910
Dapat diketahui bahwa setelah perencanaan atas biaya dalam mengoptimalkan pajak
penghasilan badan terutang dimana sebelumnya PPh Badan terutang sebesar Rp
124.077.703,- dan setelah adanya perencanaan atas biaya berubah menjadi Rp 96.853.910,-
yang artinya perusahaan dengan kebijakan atau strategi yang diterapkan telah mampu
melakukan penghematan pajak penghasilan badan sebesar Rp 27.223.793,-
Penghematan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal mengoptimalkan pajak
penghasilan badan yang terutang telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku di Indonesia dimana kebijakan dan keputusan yang diambil
perusahaan guna mensiasati adanya penghematan dalah hal pajak yang kemudian dana
tersebut dapat digunakan untuk menunjang operasional perusahaan yang lainnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun beberapa simpulan yang dapat ditarik dari makalah tentang perencanaan
atas biaya dalam mengoptimalkan PPh Badan diatas yaitu sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan biaya-biaya yang tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang
penghasilan bruto dapat disiasati dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan tidak keluar dari jalur perpajakan yang ada antara lain biaya
entertainment dengan cara membuat daftar nominatif, biaya konsumsi dengan cara
melakukan penyediaan makanan dan minuman untuk seluruh karyawan, biaya
telepon dengan beralih dari prabayar ke pascabayar, biaya kesehatan dengan
tunjangan kesehatan, dan biaya perjalanan dinas dengan membuat perincian biaya
secara wajar dan mengembalikan uang sisa dari perjalanan dinas.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis terkait mengenai perencanaan atas biaya dalam
mengoptimalkan PPh Badan adalah perusahaan dalam memilih dan memutuskan untuk
memakai suatu kebijakan yang ada harus memperhatikan dengan seksama peraturan
perundang-undangan terkait pajak penghasilan badan dimana kebijakan itu sangat
berpengaruh terhadap dapat atau tidaknya suatu biaya diperlakukan untuk mengurangi
penghasilan bruto karena kebijakan yang salah akan menimbulkan pemborosan pajak
yang lumayan signifikan maka dari itu pemilihan kebijakan sangat penting dalam
merencanakan penghematan pajak dalam perusahaan guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
12
Consulting, Y2. Biaya Entertainment dapat Mengurangi Penghasilan Bruto. 24 Maret 2017.
https://y2taxconsulting.wordpress.com/2014/06/16/biaya-entertainment-dapat-mengurangi-
penghasilan-bruto/
Bedford SBR, Russell. Tax Planning atas Perjalanan Dinas. 24 Maret 2017.
http://manajemenpraktis.com/showdetail.php?mod=art&id=Tax%20Planning%20Atas
%20Biaya%20Perjalanan%20Dinas
Patricia, Jesi. Penerapan Tax Planning dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan Badan. 24
Maret 2017.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175616&val=5455&title=PENERAPAN
%20TAX%20PLANNING%20UNTUK%20MEMINIMALKAN%20PEMBAYARAN
%20PAJAK%20PENGHASILAN%20PADA%20PT.%20A%20DI%20MAKASSAR