“PAJAK INTERNASIONAL”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 10
Dino Pratama (12403193102)
Irfan Alvin Pratama (12403193103)
Ikhsan (12403193115)
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. Sholawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia
dari jalan jahiliyah menuju jalan Islamiyah.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Perpajakan Internasional dengan judul “Pajak Atas Penghasilan Artis Dan
Olahragawan”. Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, S. Pd., M. Ag. selaku rektor UIN SATU
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menempuh pendidikan di lembaga ini.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam.
3. Bapak Zaki Bahrun Ni’am, S.Pd., M.Akun selaku Dosen Pajak
Internasional yang telah membimbing untuk kesempurnaan makalah ini.
4. Dan kepada semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Terlepas dari segala kekurangannya itu mudah-mudahan kerja keras yang kami
lakukan dalam pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan agar dapat menjadi pelajaran untuk penulisan makalah yang selanjutnya.
Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan ataupun kutipan-kutipan yang
kurang berkenan. Dan hanya kepada Allah SWT kita berlindung dan memohon
ampun.
Penyusun
2|Page
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ...........................................................................................i
BAB III
PENUTUP ............................................................................................22
A. Kesimpulan ............................................................................................22
B. Saran ......................................................................................................23
3|Page
4|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PAJAK internasional atas penghasilan entertainer dan olahragawan diatur
dalam Pasal 17 OECD Model dan UN Model. Pasal 17 ini mengatur
pemajakan atas penghasilan yang diterima oleh entertainer dan olahragawan
yang merupakan subjek pajak dalam negeri suatu negara (individu atau badan
usaha) dari kegiatan hiburan dan olahraga yang dilakukannya di negara
lainnya, baik yang diterima dalam bentuk penghasilan atas kegiatan usaha
(business income) maupun penghasilan sebagai karyawan (employment
income).
Perlu diperhatikan, bahwa berlakunya ketentuan dalam Pasal 17 OECD
Model ini tidak memperhatikan apakah penghasilan tersebut diterima secara
langsung oleh entertainer dan olahragawan tersebut atau diterima oleh pihak
ketiga (direct or indirectly). Selain penghasilan yang diterima atas kegiatan
hiburan dan olahraga, Pasal 17 ini juga mencakup ketentuan pemajakan atas
penghasilan yang memiliki keterkaitan erat dengan penghasilan atas
pertunjukan seperti penghasilan dari hak penyiaran, merchandise, iklan,
sponsor, dan hak cipta yang diterima oleh entertainer dan olahragawan.
Ketentuan dalam Pasal 17 OECD Model dan UN Model merupakan pasal
yang berlaku khusus atau meng-‘override’ Pasal 7 tentang Laba Usaha dan
Pasal 15 tentang Penghasilan dari Pekerjaan. Artinya, meskipun penghasilan
entertainer dan olahragawan tersebut diterima dalam bentuk laba usaha
(business profit), pemajakan terhadap entertainer dan olahragawan tersebut
tidak melalui mekanisme BUT seperti yang diatur dalam Pasal 7.
Hal yang sama juga berlaku untuk Pasal 15. Meskipun penghasilan yang
diterima oleh entertainer dan olahragawan tersebut merupakan penghasilan
sebagai karyawan, namun entertainer dan olahragawan tersebut tidak pula
dipandang sebagai karyawan seperti yang diatur dalam Pasal 15.
Terkait alokasi hak pemajakan atas penghasilan entertainer dan
olahragawan, Pasal 17 ayat (1) OECD Model dan UN Model memberikan hak
1|Page
pemajakan utama (the primary right to tax) atas penghasilan entertainer dan
olahragawan kepada negara di mana tempat kegiatan hiburan dan
olahraga tersebut dilakukan (negara sumber). Adapun tata cara pengenaan
atas penghasilan entertainer dan olahragawan ini mengacu pada ketentuan
domestik dari negara sumber tersebut.
Perlu diketahui bahwa pemberian hak pemajakan kepada negara sumber
berdasarkan Pasal 17 ayat (1) ini dilakukan tanpa memperhatikan berapa lama
waktu yang dihabiskan oleh entertainer dan olahragawan untuk melakukan
pertunjukan ataupun pertandingan di negara sumber tersebut.
Dengan adanya hal ini, negara sumber tetap dapat mengenakan pajak atas
penghasilan entertainer dan olahraga dari kegiatan hiburan dan olahraga yang
mereka lakukan, meskipun kegiatan hiburan dan olahraga tersebut dilakukan
dalam waktu yang singkat (no time test requirement).
Dalam Pasal 17, terdapat ketentuan yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penghindaran pajak berganda dalam pemajakan atas penghasilan
entertainer dan olahragawan yang dibayarkan melalui suatu perusahaan
tertentu (ketentuan anti avoidance). Yaitu, ketentuan yang diatur dalam Pasal
17 ayat (2).
Adanya Pasal 17 ayat (2) ini dilatarbelakangi dengan banyaknya laporan
yang ditujukan kepada OECD bahwa banyak entertainer dan olahragawan
dunia yang menjalankan kegiatan profesi mereka melalui suatu perusahaan
yang dimiliki oleh mereka sendiri dan sebagian besar didirikan di negara tax
haven. Hal ini menyebabkan negara di mana tempat pertunjukan atau
pertandingan berlangsung (negara sumber), tidak dapat mengenakan pajak atas
penghasilan yang dibayarkan kepada perusahaan yang dimiliki oleh
entertainer dan olahragawan tersebut karena perusahaan tersebut tidak
membentuk BUT di negara sumber (tidak memenuhi kriteria Pasal 7).
Namun, dengan mengacu pada rumusan Pasal 17 ayat (2) OECD
Model, negara sumber tetap dapat mengenakan pajak atas penghasilan yang
diterima oleh entertainer dan olahragawan, meskipun penghasilan tersebut
dibayarkan melalui pihak lain selain daripada entertainer atau olahragawan itu
sendiri.
2|Page
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pajak Pengahsilan Atas Artis ?
2. Bagaimana Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Artis ?
3. Apa Itu Pajak Penghasilan Atas Olahragawan ?
4. Bagaimana Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Olahragawan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pajak Penghasilan Atas Artis.
2. Untuk mengetahui Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Artis.
3. Untuk mengetahui Pajak Penghasilan Atas Olahragawan.
4. Untuk mengetahui Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Olahragawan.
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Pekerja bebas atau pekerja seni dalam perpajakan yang menjadi subjek pajak
diantaranya:
Tenaga ahli seperti pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai dan aktuaris
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan
seniman lainnya (tergolong pekerja seni atau artis)
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
Pengarang, peneliti, dan penerjemah
Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk, teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
Agen iklan
Pengawas atau pengelola proyek
Perantara
Petugas penjaja barang dagangan
Agen asuransi
4|Page
Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multi level marketing)
atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya
5|Page
Menjadi seorang artis, dapat dikenakan jenis pajak penghasilan sebagai
berikut:
1. PPh Pasal 21
Artis dikenakan PPh 21 jika menerima penghasilan sehubungan pekerjaan,
jasa dan/atau kegiatan dari pemberi kerja yang ditunjuk sebagai pemotong
atau pemungut pajak. Ini sesuai Pasal 21 ayat (1) huruf a UU No. 36 Tahun
2008 yang dikategorikan sebagai Bukan Pegawai yang objek penghasilannya
berupa honorarium dari pemberi kerja.
Gampang begini,
Artis A mendapat honor manggung dari Agensi PT BBB. Sesuai UU PPh,
PT BBB memberikan honor manggung kepada Artis A dengan terlebih dahulu
memotong PPh 21 atas honor Artis A ini. Dengan demikian, Artis mendapat
honor manggung dari Agensi PT BBB dalam jumlah sudah terpotong PPh 21
alias menerima honor manggung bersih karena sudah dipotong pajak.
Kewajiban Agensi PT BBB sebagai pemotong/pemungut PPh 21 dari honor
Artis A, wajib menyetorkan PPh 21 ke kas negara. Apa kewajiban pajak dari
PPh 21 Artis A ini?. Karena kewajiban PPh 21 atas honor manggung sudah
dipotong oleh Agensi PT BBB, maka Artis A hanya wajib melaporkan SPT
Tahunan PPh dengan terlebih dahulu meminta Bukti Potong Formulir 1721-
A1.
PPh Final PP 23 Tahun 2018
Sebenarnya, penghasilan yang diperoleh artis dari jasa sehubungan
pekerjaan bebas bukan objek PPh Final PP 23/2018. Hal ini sesuai Pasal 2
ayat (3) huruf a Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2018, penghasilan
yang diterima atau diperoleh WP Orang Pribadi dari jasa
sehubungan pekerjaan bebas, tidak termasuk penghasilan yang dikenai PPh
Final. Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas tersebut dalam hal ini, sesuai
Pasal 2 ayat (4) huruf b PP 23/2918, meliputi: pemain musik, pembawa acara,
penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.
Namun jika artis juga memiliki usaha, maka akan dikenakan PPh Final PP No
23 Tahun 2018.
6|Page
PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 atau PPh 23 adalah pajak penghasilan atas
dividen, bunga, royalti, hadiah (penghargaan, bonus) dan sejenisnya selain
yang dipotong PPh Pasal 21 huruf e yakni penyelenggara kegiatan yang
melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
Berprofesi sebagai artis juga dapat dikenakan PPh 23 atas penghasilan dari
royalti atau imbalan atas penggunaan hak. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat
(1) huruf h UU No. 36 Tahun 2008, bahwa yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan dari royalti atau imbalan atas penggunaan hak. Menurut KBBI,
salah satu pengertian royalti adalah uang jasa yang dibayarkan oleh orang
(perusahaan) atas barang yang diproduksinya kepada orang (perusahaan) yang
mempunyai hak paten atas barang tersebut.
Dalam perpajakan, royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau
terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala
maupun tidak, sebagai imbalan atas:
PPh 23 ini dipotong oleh pihak yang membayarkan royalti sang artis dan
menyetorkannya ke kas negara. Sedangkan artis akan memperoleh bukti
pemotongan PPh Pasal 23 dari pemotong/pemungut pajak atas royalti yang
diberikan kepada artis tersebut.
Sama seperti PPh Pasal 21, karena PPh Pasal 23 ini juga dipungut dan
disetorkan ke negara oleh pemotong PPh 23, maka Wajib Pajak artis hanya
wajib melaporkan pajak melalui pemberitahuan SPT Tahunan PPh Pribadi.
Sebagai bukti bahwa royalti yang diperoleh artis tersebut telah
7|Page
dipotong/dipungut PPh 23, sang artis harus meminta bukti potong PPh 23
untuk dokumen pelaporan SPT pajak.
Berikut ketentuannya:
Ketika Artis hanya mendapatkan penghasilan dari pekerjaan bebas saja, maka
penghitungan pajaknya menggunakan Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU PPh
atau tarif pajak progresif.
Melalui tarif pajak progresif ini artinya ada lapisan tarif pajak atas Penghasilan
Kena Pajak.
Untuk mengetahui berapa pajak yang harus dibayar atau PPh terutang,
harus mencari jumlah Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu yang dikalikan
dengan tarif pajak progresif Pasal 17 ayat (1) tersebut.
8|Page
2. Jika Artis Punya Usaha
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa profesi artis yang merupakan
pekerja bebas tidak dapat menggunakan tarif PPh Final PP 23 Tahun 2008.
Namun ada pengecualian, yakni jika artis tersebut juga memiliki usaha.
Dalam hal ini, penghasilan sang artis tidak hanya dari hasil pekerjaan
bebas saja, tapi juga penghasilan sehubungan dengan kegiatan usaha.
Contohnya, artis berbisnis rumah produksi film. Makai a memperoleh
penghasilan dari usaha rumah produksinya tersebut. Tarif PPh Final PP
23/2018 adalah sebesar 0,5% dari peredaran/omzet bruto. Namun, ada syarat
lain bagi artis untuk dapat menggunakan tarif PPh Final PP 23/2018 ini, yakni
jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. Jika
ternyata pendapatannya lebih dari jumlah maksimal yang dapat menggunakan
tarif PPh sesuai PP 23 Tahun 2018, maka harus menggunakan tarif pajak
progresif UU PPh Pasal 17 ayat (1).
Berapa PPh 23 atas royalti yang dipotong oleh pemberi royalti atau
imbalan pada artis? Sesuai Pasal 23 ayat (1) huruf a, tarif PP 23 adalah sebesar
15% dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti, hadiah, penghargaan,
bonus, dan sejenisnya. Jika tidak memiliki NPWP, akan dikenakan tarif 2 kali
lipat dari tarif standar, yakni menjadi 30% dari dasar penghitungan pajak.
Sebelum pada cara perhitungan PPh artis, sebaiknya ketahui terlebih dahulu
beberapa mekanisme atau metode penghitungan PPh Orang Pribadi, yakni:
9|Page
Mekanisme umum ini berlaku bagi WP OP yang menjalankan usaha
dan/atau pekerjaan bebas dengan melakukan pembukuan. Pembukuan di sini
adalah proses pencatatan keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Perhitungan pajak bagi
orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan ini dilakukan dengan
menggunakan mekanisme perhitungan biasa sesuai ketentuan tarif pada UU
PPh Pasal 17.
Mekanisme perhitungan PPh OP ini berlaku bagi wajib pajak pribadi yang
memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. WP OP
ini hanya menyelenggarakan pencatatan saja dalam satu tahun pajak.
Perhitungan PPh OP ini tidak menyelenggarakan pembukuan, sehingga akan
dikenakan PPh yang bersifat final sesuai tarif dan ketentuan pada PP No. 23
Tahun 2018, yakni tarif PPh Final sebesar 0,5% dari omzet bruto.
10 | P a g e
hingga saat ini masih mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian PTKP, yakni:
11 | P a g e
Rumus Tarif Pajak Penghasilan (PPh) atau Pajak Artis
Seperti yang sudah disinggung di atas, jika penghasilan artis berasal dari
pemotong pajak, maka penghasilannya akan dipotong PPh 21 atau PP 23.
Untuk diketahui, PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh
pemberi honor/royalti dapat dijadikan sebagai Pengurang Pajak Terutang
dalam SPT Tahunan.
12 | P a g e
Berikut adalah beberapa contoh penghitungan pajak penghasilan artis dari
kasus yang berbeda.
13 | P a g e
PPh Terutang:
= 5% x 120% x Rp50.000.000 = Rp3.000.000
= 15% x 120% x Rp250.000.000 = Rp45.000.000
= 25% x 120% x Rp500.000.000 = Rp150.000.000
= 30% x 120% x Rp328.000.000 = Rp118.080.000 (+)
PPh Terutang setahun = Rp316.080.000
PPh Terutang sebulan = Rp316.080.000 : 12 bulan = Rp26.340.000
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa PPh 21 yang dipotong
pengguna jasa dalam hal ini PT AAA adalah yang membayarkan dan
menyetorkan pajaknya ke kas negara. Maka, Pak Kelik sebagai artis yang
menerima honor dari PT AAA akan menerima Bukti Potong PPh 21
Formulir 1772-A1, yang nantinya digunakan untuk menyampaikan SPT
Tahunan PPh dan bisa sebagai kredit pajak atau pengurang pajak terutang.
14 | P a g e
penjualan album Pak Kelik. Besar tarif PPh 23 bagi WP Orang pribadi
yang tidak memiliki NPWP adalah 2 kali lipat lebih besar dari tarif
standar.
15 | P a g e
= 30% x Rp1.163.000.000 = Rp348.900.000 (+)
Jumlah PPh Terutang setahun = Rp513.900.000
PPh Terutang sebulan = Rp513.900.000 : 12 = Rp42.825.000
16 | P a g e
Dari contoh kasus di atas, jika artis Pak Kelik ini memilih menggunakan tarif
PPh Final PP No. 23 Tahun 2018, karena memang penghasilan brutonya
hanya Rp2.800.000.000, masih di bawah Rp4.8 miliar, dengan asumsi jumlah
penghasilan bruto dalam sebulan sama rata, yakni Rp2,8 miliar dibagi 12
bulan, maka berikut perhitungannya.
Penghasilan bruto = Rp2.800.000.000
Tarif PPh Final PP 23 Tahun
= 0,5% (x)
2018
PPh Final setahun = Rp14.000.000
PPh Final sebulan = Rp14.000.000 : 12 bulan = Rp1.166.666,6
17 | P a g e
olahragawan termasuk ke dalam subjek pajak orang pribadi yang menerima
penghasilan dengan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26.
Maka, dapat dikatakan bahwa para olahragawan atau atlet yang menerima
atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam
suatu kegiatan perlombaan atau kejuaraan, maka olahragawan atau atlet
tersebut wajib untuk melaksanan kewajiban perpajakannya dengan membayar
pajak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) yang berlaku. Dapat
dikatakan pula bahwa penghasilan yang diperoleh oleh olahragawan atau atlet
tersebut berasal dari pekerjaan bebas karena tidak terikat oleh suatu hubungan
kerja.
Bagi olahragawan atau atlet yang melakuan pekerjaan bebas tidak
diperbolehkan menghitung Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2018, meskipun penghasilan bruto
yang diperoleh tidak lebih dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun. Namun,
olahragawan diperbolehkan untuk menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto dan cukup untuk menyelenggarakan pencatatan.
18 | P a g e
jaminan hari tua, kesejahteraan, atau dalam bentuk penghargaan
lainnya yang memberikan manfaat bagi pihak yang menerima
penghargaan
19 | P a g e
pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan termasuk penerima pensiun.
Per-32/PJ/2015 menerangkan bahwa termasuk juga dalam kelompok
penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah Orang Pribadi yang merupakan peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan antara lain:
1. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, dan ilmu perlombaan lainnya.
2. Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan atau kunjungan kerja.
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu.
4. Peserta pendidikan pelatihan.
5. Peserta kegiatan lainnya.
Penyelenggara kegiatan sebagai pemotong pajak harus memenuhi
kewajibannya sebagai berikut:
1. Melakukan pemotongan PPh 21 dan memberikan Bukti Potong kepada
penerima penghasilan.
2. Menyetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Melaporkan pemotongan PPh 21 tersebut dalam SPT masa PPh Pasal
21 masa pajak yang bersangkutan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.
Tommy adalah salah satu atlet bulu tangkis yang berasal dari Bandung. Pada
bulan Maret 2017, Tommy menjuarai kompetisi dan memperoleh hadiah
sebesar Rp85.000.000.
20 | P a g e
Selain itu, di akhir tahun Tommy juga berhasil menjuarai kompetisi
bulutangkis yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan dan
memenangkan hadiah uang tunai sebesar Rp15.000.000.
Tommy telah memiliki NPWP dan memiliki 1 istri tidak bekerja namun
mereka belum memiliki anak.
5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
15% x Rp35.000.000 = Rp5.250.000
Total = Rp7.750.000
Jadi, total pajak yang harus dibayarkan oleh Tommy adalah sebesar:
Rp7.750.000 + Rp4.500.000 = Rp12.250.000
https://www.finansialku.com/pajak-penghasilan-pph-21-pemain-bola-
dan-atlet/
21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22 | P a g e
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, dikatakan bahwa
olahragawan termasuk ke dalam subjek pajak orang pribadi yang menerima
penghasilan dengan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26.
Maka, dapat dikatakan bahwa para olahragawan atau atlet yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan perlombaan atau kejuaraan, maka olahragawan atau atlet tersebut
wajib untuk melaksanan kewajiban perpajakannya dengan membayar pajak
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) yang berlaku. Dapat dikatakan
pula bahwa penghasilan yang diperoleh oleh olahragawan atau atlet tersebut
berasal dari pekerjaan bebas karena tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah di atas banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://news.ddtc.co.id/penghasilan-entertainer-dan-olahragawan-8031,
diakses pada 8 november 2021
https://klikpajak.id/blog/cara-menghitung-pajak-artis-cara-bayar-dan-
lapor-spt/ diakses pada 8 november 2021
https://www.pajakku.com/read/60c329abeb01ba1922ccaded/Pajak-
Profesi:-Mengenal-Pajak-bagi-Olahragawan/Atlet diakses pada 8
november 2021
24 | P a g e