Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PAJAK ATAS PENGHASILAN ARTIS DAN OLAHRAGAWAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“PAJAK INTERNASIONAL”

Dosen Pengampu:

Zaki Bahrun Ni’am, S.Pd., M.Akun

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Dino Pratama (12403193102)
Irfan Alvin Pratama (12403193103)
Ikhsan (12403193115)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. Sholawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia
dari jalan jahiliyah menuju jalan Islamiyah.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Perpajakan Internasional dengan judul “Pajak Atas Penghasilan Artis Dan
Olahragawan”. Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, S. Pd., M. Ag. selaku rektor UIN SATU
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menempuh pendidikan di lembaga ini.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam.
3. Bapak Zaki Bahrun Ni’am, S.Pd., M.Akun selaku Dosen Pajak
Internasional yang telah membimbing untuk kesempurnaan makalah ini.
4. Dan kepada semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Terlepas dari segala kekurangannya itu mudah-mudahan kerja keras yang kami
lakukan dalam pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan agar dapat menjadi pelajaran untuk penulisan makalah yang selanjutnya.
Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan ataupun kutipan-kutipan yang
kurang berkenan. Dan hanya kepada Allah SWT kita berlindung dan memohon
ampun.

Tulungagung, 14 November 2021

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................1


B. Rumusan Masalah ...........................................................3
C. Tujuan .............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN 3 .................................................................................4

A. Pajak Atas Penghasilan Artis .................................................................4


B. Perhitungan Atas Pajak Penghasilan Artis .............................................8
C. Pajak Atas Penghasilan Olahragawan ....................................................18
D. Perhitungan Atas Pajak Penghasilan Olahragawan ................................21

BAB III

PENUTUP ............................................................................................22

A. Kesimpulan ............................................................................................22
B. Saran ......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................24

3|Page
4|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PAJAK internasional atas penghasilan entertainer dan olahragawan diatur
dalam Pasal 17 OECD Model dan UN Model. Pasal 17 ini mengatur
pemajakan atas penghasilan yang diterima oleh entertainer dan olahragawan
yang merupakan subjek pajak dalam negeri suatu negara (individu atau badan
usaha) dari kegiatan hiburan dan olahraga yang dilakukannya di negara
lainnya, baik yang diterima dalam bentuk penghasilan atas kegiatan usaha
(business income) maupun penghasilan sebagai karyawan (employment
income).
Perlu diperhatikan, bahwa berlakunya ketentuan dalam Pasal 17 OECD
Model ini tidak memperhatikan apakah penghasilan tersebut diterima secara
langsung oleh entertainer dan olahragawan tersebut atau diterima oleh pihak
ketiga (direct or indirectly). Selain penghasilan yang diterima atas kegiatan
hiburan dan olahraga, Pasal 17 ini juga mencakup ketentuan pemajakan atas
penghasilan yang memiliki keterkaitan erat dengan penghasilan atas
pertunjukan seperti penghasilan dari hak penyiaran, merchandise, iklan,
sponsor, dan hak cipta yang diterima oleh entertainer dan olahragawan.
Ketentuan dalam Pasal 17 OECD Model dan UN Model merupakan pasal
yang berlaku khusus atau meng-‘override’ Pasal 7 tentang Laba Usaha dan
Pasal 15 tentang Penghasilan dari Pekerjaan. Artinya, meskipun penghasilan
entertainer dan olahragawan tersebut diterima dalam bentuk laba usaha
(business profit), pemajakan terhadap entertainer dan olahragawan tersebut
tidak melalui mekanisme BUT seperti yang diatur dalam Pasal 7.
Hal yang sama juga berlaku untuk Pasal 15. Meskipun penghasilan yang
diterima oleh entertainer dan olahragawan tersebut merupakan penghasilan
sebagai karyawan, namun entertainer dan olahragawan tersebut tidak pula
dipandang sebagai karyawan seperti yang diatur dalam Pasal 15.
Terkait alokasi hak pemajakan atas penghasilan entertainer dan
olahragawan, Pasal 17 ayat (1) OECD Model dan UN Model memberikan hak

1|Page
pemajakan utama (the primary right to tax) atas penghasilan entertainer dan
olahragawan kepada negara di mana tempat kegiatan hiburan dan
olahraga tersebut dilakukan (negara sumber). Adapun tata cara pengenaan
atas penghasilan entertainer dan olahragawan ini mengacu pada ketentuan
domestik dari negara sumber tersebut.
Perlu diketahui bahwa pemberian hak pemajakan kepada negara sumber
berdasarkan Pasal 17 ayat (1) ini dilakukan tanpa memperhatikan berapa lama
waktu yang dihabiskan oleh entertainer dan olahragawan untuk melakukan
pertunjukan ataupun pertandingan di negara sumber tersebut.
Dengan adanya hal ini, negara sumber tetap dapat mengenakan pajak atas
penghasilan entertainer dan olahraga dari kegiatan hiburan dan olahraga yang
mereka lakukan, meskipun kegiatan hiburan dan olahraga tersebut dilakukan
dalam waktu yang singkat (no time test requirement).
Dalam Pasal 17, terdapat ketentuan yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penghindaran pajak berganda dalam pemajakan atas penghasilan
entertainer dan olahragawan yang dibayarkan melalui suatu perusahaan
tertentu (ketentuan anti avoidance). Yaitu, ketentuan yang diatur dalam Pasal
17 ayat (2).
Adanya Pasal 17 ayat (2) ini dilatarbelakangi dengan banyaknya laporan
yang ditujukan kepada OECD bahwa banyak entertainer dan olahragawan
dunia yang menjalankan kegiatan profesi mereka melalui suatu perusahaan
yang dimiliki oleh mereka sendiri dan sebagian besar didirikan di negara tax
haven. Hal ini menyebabkan negara di mana tempat pertunjukan atau
pertandingan berlangsung (negara sumber), tidak dapat mengenakan pajak atas
penghasilan yang dibayarkan kepada perusahaan yang dimiliki oleh
entertainer dan olahragawan tersebut karena perusahaan tersebut tidak
membentuk BUT di negara sumber (tidak memenuhi kriteria Pasal 7).
Namun, dengan mengacu pada rumusan Pasal 17 ayat (2) OECD
Model, negara sumber tetap dapat mengenakan pajak atas penghasilan yang
diterima oleh entertainer dan olahragawan, meskipun penghasilan tersebut
dibayarkan melalui pihak lain selain daripada entertainer atau olahragawan itu
sendiri.

2|Page
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pajak Pengahsilan Atas Artis ?
2. Bagaimana Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Artis ?
3. Apa Itu Pajak Penghasilan Atas Olahragawan ?
4. Bagaimana Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Olahragawan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pajak Penghasilan Atas Artis.
2. Untuk mengetahui Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Artis.
3. Untuk mengetahui Pajak Penghasilan Atas Olahragawan.
4. Untuk mengetahui Cara Menghitung Pajak Penghasilan Atas Olahragawan.

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pajak Atas Penghasilan Artis


Menurut Pasal 1 ayat 24 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), diubah terakhir
dengan UU No. 16 Tahun 2009, berikut pengertian pekerjaan bebas.
Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi
yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh
penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

Pekerja bebas atau pekerja seni dalam perpajakan yang menjadi subjek pajak
diantaranya:
 Tenaga ahli seperti pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai dan aktuaris
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan
seniman lainnya (tergolong pekerja seni atau artis)
 Olahragawan
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah
 Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk, teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
 Agen iklan
 Pengawas atau pengelola proyek
 Perantara
 Petugas penjaja barang dagangan
 Agen asuransi

4|Page
 Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multi level marketing)
atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya

Kewajiban Artis sebagai Wajib Pajak Pribadi


Sebagai Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi, seorang artis sebagai subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak.
Penghasilan yang diperoleh artis merupakan objek pajak. Sesuai Pasal 4 UU
PPh, objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar negeri, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan WP, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Jadi, profesi artis merupakan penghasilan dari pekerjaan bebas yang
dikenakan PPh.

Bagaimana Pajaknya jika Sang Artis Masih Anak-Anak?


Seperti kita tahu, profesi artis tidak hanya dijalani oleh mereka yang sudah
dewasa, tapi juga para artis cilik. Lalu, bagaimana dengan pajaknya? Apakah
artis masih anak-anak ini tetap dikenakan pajak penghasilan?
Sesuai Pasal 8 ayat (4) UU PPh, disebutkan, penghasilan anak yang belum
dewasa digabung dengan penghasilan orangtuanya. Jadi, sudah jelas bahwa
penghasilan yang diperoleh dari artis yang masih anak-anak ini merupakan
objek pajak yang wajib dibayarkan ke kas negara melalui atas nama
orangtuanya sebagai Wajib Pajak. Bagaimana jika ternyata orangtuanya cerai
atau pisah harta? Jika ternyata orangtua si artis anak ini sudah cerai atau pisah
harta, maka pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau
ibunya.

Jenis Pajak Penghasilan atau Pajak Artis

5|Page
Menjadi seorang artis, dapat dikenakan jenis pajak penghasilan sebagai
berikut:
1. PPh Pasal 21
Artis dikenakan PPh 21 jika menerima penghasilan sehubungan pekerjaan,
jasa dan/atau kegiatan dari pemberi kerja yang ditunjuk sebagai pemotong
atau pemungut pajak. Ini sesuai Pasal 21 ayat (1) huruf a UU No. 36 Tahun
2008 yang dikategorikan sebagai Bukan Pegawai yang objek penghasilannya
berupa honorarium dari pemberi kerja.
Gampang begini,
Artis A mendapat honor manggung dari Agensi PT BBB. Sesuai UU PPh,
PT BBB memberikan honor manggung kepada Artis A dengan terlebih dahulu
memotong PPh 21 atas honor Artis A ini. Dengan demikian, Artis mendapat
honor manggung dari Agensi PT BBB dalam jumlah sudah terpotong PPh 21
alias menerima honor manggung bersih karena sudah dipotong pajak.
Kewajiban Agensi PT BBB sebagai pemotong/pemungut PPh 21 dari honor
Artis A, wajib menyetorkan PPh 21 ke kas negara. Apa kewajiban pajak dari
PPh 21 Artis A ini?. Karena kewajiban PPh 21 atas honor manggung sudah
dipotong oleh Agensi PT BBB, maka Artis A hanya wajib melaporkan SPT
Tahunan PPh dengan terlebih dahulu meminta Bukti Potong Formulir 1721-
A1.
PPh Final PP 23 Tahun 2018
Sebenarnya, penghasilan yang diperoleh artis dari jasa sehubungan
pekerjaan bebas bukan objek PPh Final PP 23/2018. Hal ini sesuai Pasal 2
ayat (3) huruf a Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2018, penghasilan
yang diterima atau diperoleh WP Orang Pribadi dari jasa
sehubungan pekerjaan bebas, tidak termasuk penghasilan yang dikenai PPh
Final. Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas tersebut dalam hal ini, sesuai
Pasal 2 ayat (4) huruf b PP 23/2918, meliputi: pemain musik, pembawa acara,
penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.
Namun jika artis juga memiliki usaha, maka akan dikenakan PPh Final PP No
23 Tahun 2018.

6|Page
PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 atau PPh 23 adalah pajak penghasilan atas
dividen, bunga, royalti, hadiah (penghargaan, bonus) dan sejenisnya selain
yang dipotong PPh Pasal 21 huruf e yakni penyelenggara kegiatan yang
melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
Berprofesi sebagai artis juga dapat dikenakan PPh 23 atas penghasilan dari
royalti atau imbalan atas penggunaan hak. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat
(1) huruf h UU No. 36 Tahun 2008, bahwa yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan dari royalti atau imbalan atas penggunaan hak. Menurut KBBI,
salah satu pengertian royalti adalah uang jasa yang dibayarkan oleh orang
(perusahaan) atas barang yang diproduksinya kepada orang (perusahaan) yang
mempunyai hak paten atas barang tersebut.
Dalam perpajakan, royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau
terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala
maupun tidak, sebagai imbalan atas:

 Penggunaan atau menggunakan hak cipta di bidang kasusastraan


 Kesenian atau karya ilmiah
 Paten
 Desain atau model
 Rencana, formula atau proses rahasia
 Merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industri atau
hak serupa lainnya

PPh 23 ini dipotong oleh pihak yang membayarkan royalti sang artis dan
menyetorkannya ke kas negara. Sedangkan artis akan memperoleh bukti
pemotongan PPh Pasal 23 dari pemotong/pemungut pajak atas royalti yang
diberikan kepada artis tersebut.
Sama seperti PPh Pasal 21, karena PPh Pasal 23 ini juga dipungut dan
disetorkan ke negara oleh pemotong PPh 23, maka Wajib Pajak artis hanya
wajib melaporkan pajak melalui pemberitahuan SPT Tahunan PPh Pribadi.
Sebagai bukti bahwa royalti yang diperoleh artis tersebut telah

7|Page
dipotong/dipungut PPh 23, sang artis harus meminta bukti potong PPh 23
untuk dokumen pelaporan SPT pajak.

B. Perhitungan Atas Pajak Penghasilan Artis


Ada beberapa ketentuan dalam penghitungan pajak penghasilan atau PPh
artis sesuai ketentuannya. Apakah artis merupakan WP Pribadi yang hanya
memperoleh penghasilan dari pekerjaan bebas saja, ataukah juga memiliki
penghasilan dari usaha.

Berikut ketentuannya:

1. Jika Penghasilan Artis hanya dari Pekerjaan Bebas

Ketika Artis hanya mendapatkan penghasilan dari pekerjaan bebas saja, maka
penghitungan pajaknya menggunakan Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU PPh
atau tarif pajak progresif.

Melalui tarif pajak progresif ini artinya ada lapisan tarif pajak atas Penghasilan
Kena Pajak.

Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) adalah:


 5% untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp50.000.000
 15% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp50.000.000 sampai
dengan Rp250.000.000
 25% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp250.000.000 sampai
dengan Rp500.000.000
 30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp500.000.000

Untuk mengetahui berapa pajak yang harus dibayar atau PPh terutang,
harus mencari jumlah Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu yang dikalikan
dengan tarif pajak progresif Pasal 17 ayat (1) tersebut.

8|Page
2. Jika Artis Punya Usaha

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa profesi artis yang merupakan
pekerja bebas tidak dapat menggunakan tarif PPh Final PP 23 Tahun 2008.
Namun ada pengecualian, yakni jika artis tersebut juga memiliki usaha.

Dalam hal ini, penghasilan sang artis tidak hanya dari hasil pekerjaan
bebas saja, tapi juga penghasilan sehubungan dengan kegiatan usaha.
Contohnya, artis berbisnis rumah produksi film. Makai a memperoleh
penghasilan dari usaha rumah produksinya tersebut. Tarif PPh Final PP
23/2018 adalah sebesar 0,5% dari peredaran/omzet bruto. Namun, ada syarat
lain bagi artis untuk dapat menggunakan tarif PPh Final PP 23/2018 ini, yakni
jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. Jika
ternyata pendapatannya lebih dari jumlah maksimal yang dapat menggunakan
tarif PPh sesuai PP 23 Tahun 2018, maka harus menggunakan tarif pajak
progresif UU PPh Pasal 17 ayat (1).

3. Pajak Artis Atas Royalti

Berapa PPh 23 atas royalti yang dipotong oleh pemberi royalti atau
imbalan pada artis? Sesuai Pasal 23 ayat (1) huruf a, tarif PP 23 adalah sebesar
15% dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti, hadiah, penghargaan,
bonus, dan sejenisnya. Jika tidak memiliki NPWP, akan dikenakan tarif 2 kali
lipat dari tarif standar, yakni menjadi 30% dari dasar penghitungan pajak.

Cara Menghitung Pajak Penghasilan atau Pajak Artis

Sebelum pada cara perhitungan PPh artis, sebaiknya ketahui terlebih dahulu
beberapa mekanisme atau metode penghitungan PPh Orang Pribadi, yakni:

1. Mekanisme PPh OP secara Umum

9|Page
Mekanisme umum ini berlaku bagi WP OP yang menjalankan usaha
dan/atau pekerjaan bebas dengan melakukan pembukuan. Pembukuan di sini
adalah proses pencatatan keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Perhitungan pajak bagi
orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan ini dilakukan dengan
menggunakan mekanisme perhitungan biasa sesuai ketentuan tarif pada UU
PPh Pasal 17.

2. Mekanisme PPh Final PP No 23/2018

Mekanisme perhitungan PPh OP ini berlaku bagi wajib pajak pribadi yang
memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. WP OP
ini hanya menyelenggarakan pencatatan saja dalam satu tahun pajak.
Perhitungan PPh OP ini tidak menyelenggarakan pembukuan, sehingga akan
dikenakan PPh yang bersifat final sesuai tarif dan ketentuan pada PP No. 23
Tahun 2018, yakni tarif PPh Final sebesar 0,5% dari omzet bruto.

3. Mekanisme PPh OP secara NPPN

Penghitungan PPh OP dengan mekanisme NPPN ini bagi yang tidak


menyelenggarakan pembukuan. Norma penghitungan penghasilan neto ini bisa
digunakan oleh wajib pajak dengan peredaran bruto kurang dari Rp4,8 miliar
dalam satu tahun. Untuk menggunakan mekanisme NPPN ini, WP OP harus
mengajukan pemberitahuan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Dengan
demikian, penghitungan pajak penghasilan dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan jumlah penghasilan neto berdasarkan ketentuan norma yang
ditetapkan pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015.
Kemudian PPh-nya dihitung berdasarkan tarif pada UU PPh Pasal 17.

PTKP Pajak Artis

Sebagai WP Orang Pribadi, juga memiliki hak atas sejumlah penghasilan


yang tidak dikenakan pajak. Besar Penghasilan Tidak Kena Pajak atau PTKP

10 | P a g e
hingga saat ini masih mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian PTKP, yakni:

1. PTKP WP Orang Pribadi = Rp54.000.000 setahun


2. Tambahan PTKP untuk WP yang menikah (tanpa tanggungan) =
Rp4.500.000 setahun
3. Tambahan PTKP untuk setiap keluarga sedarah atau anak yang menjadi
tanggungan = Rp4.500.000 setahun
4. PTKP istri yang penghasilannya digabung dengan suami = Rp54.000.000
setahun

Berikut besar PTKP dalam tabel sesuai status pajaknya:

Keterangan  Status  Besaran PTKP


Tidak
WP Tidak Kawin Tanpa Tanggungan Rp54.000.000
Kawin/TK0
Tidak
WP Tidak Kawin, punya 1 Tanggungan Rp58.500.000
Kawin/TK1
Tidak
WP Tidak Kawin, punya 2 Tanggungan Rp63.000.000
Kawin/TK2
Tidak
WP Tidak Kawin, punya 3 Tanggungan Rp67.500.000
Kawin/TK3
WP Kawin Tanpa Tanggungan Kawin/K0 Rp58.500.000
WP Kawin, punya 1 Tanggungan Kawin/K1 Rp63.000.000
WP Kawin, punya 2 Tanggungan Kawin/K2 Rp67.000.000
WP Kawin, punya 3 Tanggungan Kawin/K3 Rp72.000.000
WP Kawin, Penghasilan Istri Digabung Penghasilan Suami
Kawin/K/I/0 Rp112.500.000
Tanpa Tanggungan
WP Kawin, Penghasilan Istri Digabung Penghasilan Suami,
Kawin/K/I/1 Rp117.000.000
punya 1 Tanggungan
WP Kawin, Penghasilan istri Digabung Penghasilan Suami,
Kawin/K/I/2 Rp121.500.000
punya 2 Tanggungan
WP Kawin, Penghasilan Istri Digabung Penghasilan Suami,
Kawin/K/I/3 Rp126.000.000
punya 3 Tanggungan

11 | P a g e
Rumus Tarif Pajak Penghasilan (PPh) atau Pajak Artis

Seperti yang sudah disinggung di atas, jika penghasilan artis berasal dari
pemotong pajak, maka penghasilannya akan dipotong PPh 21 atau PP 23.

Rumus dan tarif pajak penghasilan artis adalah:

 Jika dipotong PPh 21


= [Tarif PPh 21 x Penghasilan Bruto] x Tarif Pasal 17
 Jika dipotong PPh 23
= [15% x Penghasilan Bruto]
 Jika punya usaha
= [0,5% x Omzet Bruto]

Begini alur cara menghitung pajak penghasilan artis:

1. Mencari penghasilan bruto. Untuk mencari jumlah penghasilan bruto,


caranya adalah dengan menjumlahkan seluruh penghasilan, termasuk
honorarium dan royalti.
2. Kemudian menghitung penghasilan neto. Penghasilan neto akan
didapatkan dengan cara mengurangkan penghasilan bruto dengan
pengeluaran.

 Jika artis melakukan pembukuan: Penghasilan Bruto – Biaya-


Biaya.
 Apabila menggunakan NPPN: Penghasilan Bruto x 50%.
 PPh Artis Bisa Jadi Kredit Pajak

Untuk diketahui, PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh
pemberi honor/royalti dapat dijadikan sebagai Pengurang Pajak Terutang
dalam SPT Tahunan.

Contoh Perhitungan PPh atau Pajak Artis

12 | P a g e
Berikut adalah beberapa contoh penghitungan pajak penghasilan artis dari
kasus yang berbeda.

1. Contoh Hitung Pajak Artis dengan Pekerjaan Bebas


Pak Kelik merupakan artis ibukota, sudah menikah dan memiliki 3 anak.
Pak Kelik mengisi acara di salah satu stasiun televisi dengan honor
Rp100.000.000 per bulan yang dikontrak selama satu tahun pada 2020
oleh PT AAA, Maka perhitungan PPh 21 Pak Kelik pada 2020 yang
dipotong PT AAA sebagai pengguna jasa adalah:

Penghasilan sebulan = Rp100.000.000  


Penghasilan setahun = Rp100.000.000 x 12 bulan = Rp1.200.000.000
PTKP (K/3)   = Rp72.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak   = Rp1.128.000.000
PPh Terutang:    
= 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000  
= 15% x Rp250.000.000 = Rp37.500.000  
= 25% x Rp500.000.000 = Rp125.000.000  
= 30% x Rp328.000.000 = Rp98.400.000 (+)  
PPh Terutang setahun   = Rp263.400.000
PPh Terutang sebulan = Rp263.400.000 : 12 bulan = Rp21.950.000

Contoh perhitungan di atas adalah dengan memiliki Nomor Pokok Wajib


Pajak (NPWP). Jika ternyata artis Pak Kelik tidak memiliki NPWP, maka
Pak Kelik dikenakan 20% lebih tinggi.

Begini perhitungan PPh 21 yang dipotong oleh PT AAA.

Penghasilan sebulan = Rp100.000.000  


Penghasilan setahun = Rp100.000.000 x 12 bulan = Rp1.200.000.000
PTKP (K/3)   = Rp72.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak   = Rp1.128.000.000

13 | P a g e
PPh Terutang:    
= 5% x 120% x Rp50.000.000 = Rp3.000.000  
= 15% x 120% x Rp250.000.000 = Rp45.000.000  
= 25% x 120% x Rp500.000.000 = Rp150.000.000  
= 30% x 120% x Rp328.000.000 = Rp118.080.000 (+)  
PPh Terutang setahun   = Rp316.080.000
PPh Terutang sebulan = Rp316.080.000 : 12 bulan = Rp26.340.000
   
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa PPh 21 yang dipotong
pengguna jasa dalam hal ini PT AAA adalah yang membayarkan dan
menyetorkan pajaknya ke kas negara. Maka, Pak Kelik sebagai artis yang
menerima honor dari PT AAA akan menerima Bukti Potong PPh 21
Formulir 1772-A1, yang nantinya digunakan untuk menyampaikan SPT
Tahunan PPh dan bisa sebagai kredit pajak atau pengurang pajak terutang.

2. Contoh Hitung Pajak Artis jika Mendapatkan Royalti


Dalam kasus berikutnya, ternyata Pak Kelik juga mengeluarkan album dari
bernyanyi dan mendapatkan royalti senilai Rp200.000.000 dari PT BBB
pada Januari 2020, royalti pada Juli 2020 sebesar Rp250.000.000, dan
besar royalti pada Desember 2020 senilai Rp350.000.000. Pak Kelik juga
memiliki NPWP. Maka berikut perhitungan PPh 23 yang dipotong oleh PT
BBB dari royalti Pak Kelik:

PPh 23 yang dipotong PT BBB:    


= Januari 2020 = 15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000
= Juli 2020 = 15% x Rp250.000.000 = Rp37.500.000
= Desember 2020 = 15% x Rp350.000.000 = Rp52.500.000 (+)
Total PPh 23 yang dipotong   = Rp120.000.000
     
Jika ternyata Pak Kelik tidak memiliki NPWP, begini perhitungan PPh 23
atas royalti yang diterima dan dipotong PT BBB sebagai pemberi royalti

14 | P a g e
penjualan album Pak Kelik. Besar tarif PPh 23 bagi WP Orang pribadi
yang tidak memiliki NPWP adalah 2 kali lipat lebih besar dari tarif
standar.

PPh 23 yang dipotong PT BBB:    


= Januari 2020 = 30% x Rp200.000.000 = Rp60.000.000
= Juli 2020 = 30% x Rp250.000.000 = Rp75.000.000
= Desember 2020 = 30% x Rp350.000.000 = Rp105.000.000 (+)
Total PPh 23 yang dipotong   = Rp240.000.000

3. Contoh Hitung Pajak Artis Punya Penghasilan dari Usaha


Pada kasus berikutnya, Pak Kelik sebagai artis yang juga memiliki usaha
Rumah Produksi dengan pendapatan bruto yang diperoleh pada tahun ini
sebesar Rp2.800.000.000 setahun, dengan asumsi penghasilan tersebut sama
rata jumlah setiap bulannya, yakni 2,8 miliar dibagi 12 bulan.
a. Contoh Perhitungan jika Menggunakan Metode NPPN
Berikut contoh penghitungan PPh Pak Keli dari usaha Rumah Produksinya
dengan metode penghitungan NPPN.
Dengan status Pak Kelik menikah dan punya 3 anak serta tinggal di Jakarta,
sesuai PER-17/PJ/2015, tarif NPPN atas Klasifikasi Usaha (KLU) pekerja seni
untuk daerah Jakarta adalah 50%.
Ingat, untuk dapat menggunakan metode NPPN ini, maka syaratnya harus
menyampaikan atau mengajukan surat pemberitahuan penggunaan metode
neto paling lambat 3 bulan sejak awal Tahun Pajak dan penghasilan bruto
dalam setahun kurang dari Rp4.8 miliar.
Penghasilan Bruto setahun   = Rp2.800.000.000
Tarif NPPN   =                     50% (x)
Penghasilan Neto   = Rp1.400.000.000
PTKP (K/3)   = Rp72.000.000 (-)
Panghasilan Kena Pajak   = Rp1.328.000.000
PPh Terutang:    
= 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000  
= 15% x Rp250.000.000 = Rp37.500.000  
= 25% x Rp500.000.000 = Rp125.000.000  

15 | P a g e
= 30% x Rp1.163.000.000 = Rp348.900.000 (+)  
Jumlah PPh Terutang setahun   = Rp513.900.000
PPh Terutang sebulan = Rp513.900.000 : 12 = Rp42.825.000

b. Contoh Perhitungan jika Menggunakan Pembukuan


Dalam contoh kasus ini ternyata Pak Kelik memilih menggunakan metode
penghitungan pembukuan.
Diketahui dari total pendapatan bruto setahun sebesar Rp2.800.000.000
tersebut, jumlah biaya mencapai Rp500.000.000 dalam setahun, dengan
asumsi biaya setahun tersebut sama rata jumlahnya setiap bulannya, yakni
Rp500 juta dibagi 12 bulan.
Maka, berikut contoh perhitungan pajak artis Pak Kelik dari rumah
produksinya menggunakan metode pembukuan:
Penghasilan Bruto   = Rp2.800.000.000
Biaya-biaya   = Rp500.000.000 (-)
Asumsi tidak ada koreksi
Penghasilan Neto = Rp2.100.000.000
fiskal*
PTKP (K/3)   = Rp72.000.000 (-)
Pendapatan Kena Pajak   = Rp2.028.000.000
PPh Terutang:    
= 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000  
= 5% x Rp250.000.000 = Rp37.500.000  
= 25% x Rp500.000.000 = Rp125.000.000  
= 30% x Rp1.863.000.000 = Rp558.900.000 (+)  
Jumlah PPh Terutang setahun   = Rp723.900.000
PPh Terutang sebulan = Rp723.900.000 : 12 bulan = Rp60.325.000

c. Contoh Perhitungan jika Menggunakan Tarif PPh Final PP 23 Tahun


2018

16 | P a g e
Dari contoh kasus di atas, jika artis Pak Kelik ini memilih menggunakan tarif
PPh Final PP No. 23 Tahun 2018, karena memang penghasilan brutonya
hanya Rp2.800.000.000, masih di bawah Rp4.8 miliar, dengan asumsi jumlah
penghasilan bruto dalam sebulan sama rata, yakni Rp2,8 miliar dibagi 12
bulan, maka berikut perhitungannya.
Penghasilan bruto   = Rp2.800.000.000
Tarif PPh Final PP 23 Tahun
  =                        0,5% (x)
2018
PPh Final setahun   = Rp14.000.000
PPh Final sebulan = Rp14.000.000 : 12 bulan = Rp1.166.666,6
     
 

C. Pajak Atas Penghasilan Olahragawan


Seorang Olahragawan atau yang biasa dikenal sebagai atlet merupakan
seseorang yang mahir dalam berolahraga atau dalam bentuk lainnya yang
berkaitan dengan pelatihan fisik. Seorang olahragawan atau atlet juga kerap
diikutsertakan dalam suatu perlombaan atau pertandingan yang dapat
mewakili suatu daerah atau negaranya.
Apabila dilihat berdasarkan pada Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 1 angka (6) dan (7)
menjelaskan definisi dari olahragawan itu sendiri, dimana merupakan
seseorang yang gemar berolahraga dalam rangka mengembangkan potensi
jasmani, rohani, dan sosialnya dengan mengikuti pelatihan secara teratur dan
turut mengikuti kegiatan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk dapat
mencapai prestasi.

Olahragawan Sebagai Subjek Pajak


Dan dengan mengacu pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER-16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26 Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, dikatakan bahwa

17 | P a g e
olahragawan termasuk ke dalam subjek pajak orang pribadi yang menerima
penghasilan dengan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26.
Maka, dapat dikatakan bahwa para olahragawan atau atlet yang menerima
atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam
suatu kegiatan perlombaan atau kejuaraan, maka olahragawan atau atlet
tersebut wajib untuk melaksanan kewajiban perpajakannya dengan membayar
pajak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) yang berlaku. Dapat
dikatakan pula bahwa penghasilan yang diperoleh oleh olahragawan atau atlet
tersebut berasal dari pekerjaan bebas karena tidak terikat oleh suatu hubungan
kerja.
Bagi olahragawan atau atlet yang melakuan pekerjaan bebas tidak
diperbolehkan menghitung Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2018, meskipun penghasilan bruto
yang diperoleh tidak lebih dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun. Namun,
olahragawan diperbolehkan untuk menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto dan cukup untuk menyelenggarakan pencatatan.

Penghasilan atas Penghargaan yang Diterima


Setelah mengetahui mengenai penghasilan dari pekerjaan bebas yang
diperoleh, lalu bagaimana dengan penghasilan berupa penghargaan yang
diperoleh oleh seorang olahragawan atau atlet?
Dengan berkaca pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Sistem Keolahragaan Nasional, dijabarkan bahwa:
1. Setiap pelaku olahraga, suatu organisasi olahraga, lembaga pemerintah
atau swasta, ataupun seseorang yang berprestasi atau berjasa dalam
memajukan olaharga akan diberikan sebuah penghargaan
2. Penghargaan yang dimaksudkan tersebut akan diberikan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi lain,
ataupun perseorangan
3. Penghargaan yang dimaksud tersebut dapat berupa pemberian
kemudahan, asuransi, beasiswa, pekerjaan, kenaikan pangkat luar
biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan, warga-kehormatan,

18 | P a g e
jaminan hari tua, kesejahteraan, atau dalam bentuk penghargaan
lainnya yang memberikan manfaat bagi pihak yang menerima
penghargaan

Maka, dengan berdasarkan kebijakan yang tertera tersebut, dapat ditinjau


bahwa penghargaan yang diterima oleh seorang olahragawan dapat
digolongkan ke dalam penghasilan atau penerimaan dalam bentuk natura atau
kenikmatan.
Apabila ditinjau berdasarkan pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak
Nomor 16 Tahun 2016, terdapat beberapa penghasilan yang dikecualikan dari
pemotongan pajak. Dan salah satunya adalah penerimaan dalam bentuk natura
atau kenikmatan yang berbentuk apapun itu dan diberikan oleh Wajib Pajak
atau pemerintah. Pajak Penghasilan dari penerimanaan natura atau kenikmatan
ini akan ditanggung oleh pemberi kerja termasuk akan ditanggung oleh
pemerintah.
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa bonus atau penghargaan yang
diberikan oleh pemerintah kepada olahragawan atau atlet dalam bentuk
apapun dikategorikan sebagai objek pajak, namun dikarenakan penghargaan
yang diterima tersebut diberikan oleh pemerintah, maka pemotongan pajak
atas penghargaan tersebut akan ditanggung oleh pemerintah, sehingga bonus
atau penghargaan tersebut dapat dikecualikan dari pemotongan pajak.

Penghasilan yang diterima seseorang atas keikutsertaannya dalam suatu


kegiatan adalah salah satu jenis penghasilan lain yang merupakan penghasilan
yang dipotong pajak penghasilan (PPh 21).
Sebagaimana diatur dalam PER-32/PJ/2015 pada Pasal 1 Nomor 7, orang
pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang menerima atau
memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang
tidak dikecualikan oleh Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari

19 | P a g e
pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan termasuk penerima pensiun.
Per-32/PJ/2015 menerangkan bahwa termasuk juga dalam kelompok
penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah Orang Pribadi yang merupakan peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan antara lain:
1. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, dan ilmu perlombaan lainnya.
2. Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan atau kunjungan kerja.
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu.
4. Peserta pendidikan pelatihan.
5. Peserta kegiatan lainnya.
Penyelenggara kegiatan sebagai pemotong pajak harus memenuhi
kewajibannya sebagai berikut:
1. Melakukan pemotongan PPh 21 dan memberikan Bukti Potong kepada
penerima penghasilan.
2. Menyetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Melaporkan pemotongan PPh 21 tersebut dalam SPT masa PPh Pasal
21 masa pajak yang bersangkutan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.

D.  Perhitungan Atas Pajak Penghasilan Olahragawan


Mari bahas sedikit mengenai Perhitungan PPh 21 atas Penghasilan yang
diterima oleh Peserta Kegiatan:

Tommy adalah salah satu atlet bulu tangkis yang berasal dari Bandung. Pada
bulan Maret 2017, Tommy menjuarai kompetisi dan memperoleh hadiah
sebesar Rp85.000.000.

20 | P a g e
Selain itu, di akhir tahun Tommy juga berhasil menjuarai kompetisi
bulutangkis yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan dan
memenangkan hadiah uang tunai sebesar Rp15.000.000.

Tommy telah memiliki NPWP dan memiliki 1 istri tidak bekerja namun
mereka belum memiliki anak.

PPh Pasal 21 atas kompetisi:

5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
15% x Rp35.000.000 = Rp5.250.000
Total = Rp7.750.000

PPh Pasal 21 atas kompetisi atas perusahaan


5% x Rp15.000.000 = Rp4.500.000

Jadi, total pajak yang harus dibayarkan oleh Tommy adalah sebesar:
Rp7.750.000 + Rp4.500.000 = Rp12.250.000

https://www.finansialku.com/pajak-penghasilan-pph-21-pemain-bola-
dan-atlet/

21 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak internasional atas penghasilan entertainer dan olahragawan diatur


dalam Pasal 17 OECD Model dan UN Model. Pasal 17 ini mengatur
pemajakan atas penghasilan yang diterima oleh entertainer dan olahragawan
yang merupakan subjek pajak dalam negeri suatu negara (individu atau badan
usaha) dari kegiatan hiburan dan olahraga yang dilakukannya di negara
lainnya, baik yang diterima dalam bentuk penghasilan atas kegiatan usaha
(business income) maupun penghasilan sebagai karyawan (employment
income).
Menurut Pasal 1 ayat 24 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), diubah terakhir
dengan UU No. 16 Tahun 2009, berikut pengertian pekerjaan bebas. Pekerjaan
bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak
terikat oleh suatu hubungan kerja.
Dan dengan mengacu pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER-16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26 Sehubungan

22 | P a g e
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, dikatakan bahwa
olahragawan termasuk ke dalam subjek pajak orang pribadi yang menerima
penghasilan dengan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26.
Maka, dapat dikatakan bahwa para olahragawan atau atlet yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan perlombaan atau kejuaraan, maka olahragawan atau atlet tersebut
wajib untuk melaksanan kewajiban perpajakannya dengan membayar pajak
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) yang berlaku. Dapat dikatakan
pula bahwa penghasilan yang diperoleh oleh olahragawan atau atlet tersebut
berasal dari pekerjaan bebas karena tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah di atas banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://news.ddtc.co.id/penghasilan-entertainer-dan-olahragawan-8031,
diakses pada 8 november 2021

https://klikpajak.id/blog/cara-menghitung-pajak-artis-cara-bayar-dan-
lapor-spt/ diakses pada 8 november 2021

https://www.pajakku.com/read/60c329abeb01ba1922ccaded/Pajak-
Profesi:-Mengenal-Pajak-bagi-Olahragawan/Atlet diakses pada 8
november 2021

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai