DISUSUN OLEH
MARGARETA SERAN
NIM: 1803010092
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Bungkaes (2013:46), efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Efektivitas merupakan ukuran seberapa
jauh tingkat output, prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada
persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan “Efektivitas”. Bagaimana definisi efektivitas berkaitan dengan
pendekatan umum. Bila ditelusuri efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya : (1) ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya,
kesannya) seperti: manjur; mujarab; mempan; (2) penggunaan metode/cara, sarana/alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga
berhasil guna (mencapai hasil yang optimal). Menurut Susanto (2005:156), efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi
atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Menurut pengertian tersebut, efektivitas bisa diartikan sebagai suatu
pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Menurut Mahmudi (2015:86), efektivitas
merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan maka semakin
efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efesiensi pada output atau proses maka efektivitas
berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa
memenuhi tujuan yang diharapkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas adalah hubungan antara output dan prosedur dengan tujuan yang telah di rencanakan sebelumnya dan berfokus pada
hasil, dimana kegiatan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan yang direncanakan sesuai dengan yang diharapkan.
2.1.1 Aspek-aspek efektivitas
Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Muasaroh (2010: 13), efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu
program dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain:
1) aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu
program pembelajaran akan efektiv jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan
baik;
2) aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pembelajaran yang
terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau progarm dikatakan efektif;
3) aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah
dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan
dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau
aturan telah berlaku secara efektif; dan
4) aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatandikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program
tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh peserta didik.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas kerja suatu organisasi yang memberikan pelayanan
yaitu:
1) Waktu
Cepat tidaknya satuan kerja dalam suatu organisasi memberikan pelayanan kepada pelanggannya jelas merupakan suatu
kriteria. Hanya saja penggunaan ukuran tentang cepat tidaknya pelayanan itu diberikan berbeda dari satu orang ke orang lain.
Artinya, seorang mungkin saja merasa ditunjau dari segi waktu, pelayanan yang di terimanya sudah memuaskan, sedangkan bagi
orang lain waktu yang sama mungkin masih dirasakan terlalu lama. Terlepas dari penilaian subjektif, yang jelas ialah bahwa faktor
waktu dapat di jadikan sebagai salah satu ukuran efektivitas dan efesiensi kerja organisasi.
2) Kecermatan
Kecermatan dapat di jadikan ukuran. Dalam hal ini yang di maksud ialah misalnya jika menurut pengalaman pelanggan yang
di terimanya kurang dari yang seharusnya, maka ia akan cenderung memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi terhadap afesiensi dan
efektivitas kerja dari pihak yang bertanggung jawab memberikan pelayanan kepadanya meskipun di berikan dalam waktu singkat.
3) Gaya pemberian layanan
Gaya pemberian layanan merupakan salah satu ukuran lain yang dapat dan biasanya digunakan dalam mengukur efesiensi dan
efektivitas kerja suatu organisasi. Yang di maksud dengan gaya disini adalah cara dan kebiasaan para wartawan dalam suatu
organisasi memberikan jasa kepada pelanggannya. Tidak mustahil bahwa seorang pendatang baru disuatu tempat menerima
pelayanan oleh suatu organisasi tertentu merasa bahwa gaya pelayanan dari pihak yang memberikan pelayanan tidak sesuai dengan
seleranya. Perasaan tidak sesuai itu merupakan hal yang subjektif sifatnya.
2.2 Pelayanan Publik
Menurut Irsan (2012) pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) orang atau masyarakat yang
mempunyaikepentingan pada organisasiitu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan. Sebagaimana telah
dikemukakan terdahulu bahwa pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Karenanya birokrasi publik
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan yang baik dan profesional.
Menurut Moenir (2001), pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya. Tujuan pelayanan publik adalah mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik,
dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan
disediakan oleh pemerintah.
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan yang langsung melalui aktivitas lain. Proses dalam pengertian ini adalah
terbatas pada kegiatan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Pelayanan publik merupakan pelayanan dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik memberikan defenisi pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Menurut Lewis Dan Gilman (Hayat 2017:21), bahwa pelayanan publik adalah kepercayaan pubik.
Pelayanan publik dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada. Menurut Zauhar
(Badu: 2018:2) mengemukakan, pelayanan publik merupakan suatu upaya membantu atau memberikan manfaat kepada publik
melalui penyediaan barang dan atau jasa yang diperlukan oleh mereka. Menurut Hardiyansah (2020) Pelayanan publik (public
services) oleh birokrasi publik tadi merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di
samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan
masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara
(1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/ Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya menurut Moenir (2001), pelayanan publik harus mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut:
1) Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.
2) Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk
membayar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan
efektivitas.
3) Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum
yang dapat dipertanggung jawabkan.
4) Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang
bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakan.
Berkaitan dengan layanan publik yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat, menurut thoha Widodo (2001), dalam
Tesis Irsan, (2012). Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan
responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah), dengan ciri sebagai berikut:
1) Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran.
2) Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksannakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.
3) Kejelasan dan kepastian (transparan) mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
4) keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan satuan kata/pejabat penanggung jawap pemberi pelayanan, waktu
penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan 12 dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
5) Efisiensi mengandung arti:
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan.
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan
mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
6) Ketepatan, waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanan pelayanan masyarakat dapat di selesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
7) Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang dilayani.
8) Adaptif, cepat menyelesaikan terhadap apa yang terjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang
senantiasa mengalami tumbuh kembang.
Terdapat sejumlah prinsip yang penting untuk menjadi rujukan terkait dengan pelayanan publik. Prinsip tersebut adalah:
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tujuan pelayanan publik antara lain:
1) Terwujudnya Batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kebijakan, dan kewenangan seluruh pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
2) Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korparasi
yang baik.
3) Terpenuhinya penyelenggaraan pelayana publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4) Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Penekanan dalam pasal ini memberikan kepastian hukum kepada masyarakat yang menerima pelayanan publik. Dengan
mewujudkan prinsip-prinsip pelayanan publik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, memberikan konsekuensi hukum
kepada siapa yang memberikan pelayanan kepada siapa yang menerima pelayanan. Hak dan kewajiban masyarakat dan aparatur
dalam penyelenggaraan pelayanan publik menjadi koridor yang membatasi dan mengatur jalannya pelayanan public.
2.2.3 Asas-Asas Pelayanan Publik
Untuk dapat memberi pelayanan yang memuasakan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas
pelayanan sebagai berikut (Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004) :
1. Transparansi bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai
serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip
efisiensi dan efektifitas.
4. Partisipatif mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
2.4 Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Keliling
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) keliling adalah layanan pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK) setiap tahun, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Santunan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ) didalam kendaraan dengan metode jemput bola yaitu dengan mendatangi pemilik kendaraan/wajib pajak yang jauh dari
pusat pelayanan samsat induk. Tujuan samsat keliling adalah meningkatkan mutu pelayanan publik, khususnya pelayanan
pembayaran Pajak Kendaraan Bemotor (PKB).
Efektivitas dalam Samsat Keliling dapat diartikan sebagai kegiatan tepat pada waktunya dan di dalam batasan anggaran/target
yang tersedia, dapat berarti juga mencapai suatu tujuan dan sasaran seperti apa yang telah direncanakan. Namun demikian, walaupun
ada yang dilaksanakan menyimpang dari rencana semula, tetapi mempunyai dampak yang menguntungkan pada kelompok penerima
sasaran, maka manfaat dapat dikatakan efektif. Pihak yang paling berperan dalam capaian target pajak kendaraan bermotor ialah
pelayanan Samsat Keliling Wajib Pajak. Berdasarkan penelitian ini juga dapat diketahui bahwa banyak dari kalangan masyarakat
mendukung adanya Samsat Keliling karena dianggap efektif baik dari segi waktu maupun dari jarak lokasi. Walaupun masih ada
masyarakat yang belum mengetahui secara jelas jadwal Samsat keliling di kota Kupang. Disisi lain, adanya pelayanan dari Samsat
keliling lebih menguntungkan bagi pihak yang bekerja di pagi hari, realitanya sebagian besar penduduk di kota Kupang banyak yang
bekerja di pagi hari. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai antara
penyelenggaran pelayanan saat ini dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sejalan dengan persepktif tujuan negara, telah ditertibkan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Berbicara tentang pelayanan publik, sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik dinyatakan bahwa Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan publik. Berdasarkan pengertian tersebut, kegiatan pelayanan publik telah
diatur pemenuhannya berdasarkan regulasi yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan dasar
dan kesejahteraan masyarakat.
Pada masa kepemimpinan Presiden RI ke-6, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono telah dirilis Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 Tentang pelayanan Publik yang memiliki 4 tujuan, yakni memberikan batasan dan hubungan yang jelas terkait hak,
tanggung jawab, kewajiban dan kewenangan setiap pihak dalam penyelenggaraan pelayanan publik, mewujudkan pelayanan publik
yang berasaskan pemerintahan dan korporasi yang baik, terpenuhinya pelayanan publik yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan meberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam pelayanan publik. Lebih rinci lagi, Undang-
Undang tersebut mengatur hak dan kewajiban baik penyelenggara maupun pengguna pelayanan publik. Setidaknya ada 12
kewajiban penyelenggara dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah melaksanakan
pelayanan sesuai standar pelayanan.
Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat,
mudah, terjangkau, dan teratur. Adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik tentunya memberikan
arahan kepada seluruh penyelenggara pelayanan baik penyelenggara negara, Bumn, Bumd, Bhmn hingga swasta maupun
persorangan menyelenggaran pelayanan yang terstandarisasi dengan memenuhi komponen standar pelayanan.
Setiap penyelenggara pelayanan publik berkewajiban memenuhi 14 komponen standar pelayanan yang meliputi:
Komponen standar pelayanan publik ini didesain untuk memberikan akses informasi seluas-luasnya kepada publik sehingga
masyarakat dimudahkan menjangkau pelayanan dasar yang mengarah kepada kesejahteran masyarakat. Di samping itu, dengan
terpenuhinya standar pelayanan tersebut, dapat meminimalisir tindakan-tindakan mal-adminsitrasi seperti pungutan liar,
penyimpangan prosedur, penudaan berlarut dan sebagainya yang merupakan celah terjadinya tindakan korupsi. Adanya standar
pelayanan publik memberikan keterbukaan akses informasi kepada masyarakat sehingga dalam sebuah pelayanan baik persyaratan,
prosedur, biaya dan jangka waktu dapat diukur dan diketahui masyarakat tanpa mengalami kebingungan serta menunutut
pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraannya. Dengan terpenuhnya standar pelayanan publik tersebut, harapannya hanyalah
mewujudkan Indonesia menjadi welfare state (Kesejahteraan Negara) yang dapat memenuhi kebutuhan dasar sebagai bentuk
mekanisme pemerataan terhadap kesejangan yang ada.
Sejurus dengan hal tersebut, Undang-Undang tersebut juga mengatur 9 hak masyarakat/pengguna pelayanan publik. Salah
satunya, masyarakat berhak untuk mengawasi pelaksanaan pelayanan publik. Hak inilah yang menjadi bekal bagi masyarakat untuk
mengawal dan mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik. Tanpa pengaturan hak ini pun, sebenarnya fungsi pengawasan
pelayanan publik telah melekat kepada masyarakat. Ini dikarenakan sumber pembiayaan pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah merupakan hasil pajak yang disetorkan masyarakat sehingga secara otomatis masyarakat memiliki andil dan peran
dalam penyelenggaraan pelayanan public.
Dalam UU tersebut disebutkan bahwa setiap institusi penyelenggaraan negara sebagai penyelenggara pelayanan publik. Samsat
selaku salah satu institusi penyelenggara negara berkewajiban untuk berkontribusi aktif dalam penyelenggaran pelayanan publik
yang prima kepada masyarakat. Kontribusi tersebut dimimplementasikan melalui pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai diamanatkan
dalam Peraturan Presiden dan Undang-Undang. Salah satu isntansi pemerintah yang mempunyai tugas dalam pelayanan publik ialah
instansi pemerintah dalam pelayanan pajak kendaraanm bermotor, pemerintah telah membentuk kantor Samsat. Sistem administrasi
Samsat yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang kegiatannya diselenggarakan
dalam satu gedung. Samsat merupakan organisasi publik yang memberikan pelayanan dalam hal pajak kendaraan bermotor dan
pajak bea balik nama kendaraan bermotor. Pelayanan prima pada Samsat diatur pada pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun
2015 tentang Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap kendaraan bermotor yang menyebutkan bahwa pelayanan prima pada
Samsat memiliki ciri-ciri layanan yang terintegrasi dan terkoordinasi secara cepat, tepat, transparan, akuntabel dan informatif.
Dalam pengadaan Samsat Keliling ini juga, adapun faktor-faktor Pendukung Pelayanan Sistem Administrasi Manunggal
(SAMSAT) keliling di Kota Kupang.
METODE PENELITIAN
Sebagai aktifitas ilmiah adalah segala sesuatu yang bersifat keilmuan, di dasarkan pada ilmu pengetahuan, atau memenuhi
syarat atau kaidah ilmu pengetahuan. Segala sesuatu yang dibuat berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dapat disebut bersifat ilmiah
seperti metode ilmiah, penelitian ilmiah, karya tulis ilmiah dan sebagainya. Dengan demikian penelitian dalam tulisan ini
menggunakan metode ilmiah dalam mengungkap masalah yang ditulis dengan pendekatan metode penelitian kualitatif deskriptif,
(Moleong, 2011:6).
Metode penelitian merupakan suatu cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan secara terencana, sistematis atau jalan untuk
memperoleh suatu jawaban pemecahan masalah terhadap segala permasalahan dan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian yang dapat berupa data wawancara, observasi, maupun dokumentasi.
Pendekatan penelitian yang diambil ialah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut I Made Winartha (2006:155),
mengungkapkan bahwa metode analisis deskriptif kualitatif adalah bagaimana kita menganalisis, menggambarkan, dan meringkas
berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan mengenai masalah yang
diteliti yang terjadi di lapangan.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kantor bersama SAMSAT Kota Kupang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai selesai.
Teknik penelitian ini perlu adanya informan, dimana ditentukan secara purposive agar diperoleh informan yang benar-benar
memahami permasalahan yang diteliti dan mampu memberikan data sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Serta dapat
memberikan pandangan tentang sikap, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Penentuan informan
dilakukan dengan cara menggunakan teknik snowball sampling, menurut Sugiyono (2016: 2003), snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data yang awalnya sedikit, namun lama-lama menjadi banyak.
3.5 Validitas Data
Menurut Sutopo validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian.
Terdapat beberapa cara yang biasanya dipilih untuk mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitian. Penelitian ini
menggunakan teknik validitas data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap hal tersebut. Pada dasarnya triangulasi
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik suatu kesimpulan
yang mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber
data, dimana triangulasi ini mengarahkan penelitian agar didalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam data yang
ada. Triangulasi memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis. Demikian apa yang diperoleh dari
sumber yang satu bisa diuji bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.
3.6 Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data, uji dependabilitas data, uji transferabilitas, dan uji komfirmabilitas. Dalam
penelitian ini, uji kredibilitas datalah yang diutamakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sugiyono (2011:383), bahwa uji
keabsahan data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah uji kredibilitas data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan cara
triangulasi, dan (bila perlu) melakukan pengumpulan data tambahan. Uji kredibilitas data dengan cara triangulasi adalah pengecekan
data dari berbagai sumber (informan) dan teknik (in-depth interview, observasi, review, dokumen) untuk dilakukan kategorisasi
terhadap pandangan yang sama, yang berbeda dan yang spesifik. Uji kredibilitas data perlu dilakukan untuk menjamin nilai
kebenaran dari setiap data yang diperoleh. Dengan demikian kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Fatimah Siti. 2010. “Pengaruh Pembayaran Secara Online Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Dinas
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah UP3AD Kota Surakarta Beserta Unit Pelayanan Sistem Administrasi
Manunggal Di Bawah Satu Atap (SAMSAT)”.
Moenir. 2001. Manajemen PelayananUmum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Muasaroh. 2010. Aspek-aspek Efektivitas Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Pelaksanaan PNPM-MP.
Negroponte. 1995. Being Digital. Rydalmere: Hodder & Stoughton.
Pandiangan. 2007. Modernisasi Dan Reformasi Pelayanan PerpajakanBerdasarkan UU Terbaru. Jakarta: PT Elek Media
Komputindo.
Pujiani. 2012. Analisis Efektivitas Penggunaan e-System Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Palembang Ilir Timur.
Siagian. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiono, 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Catatan ke 19. Bandung: Alfabeta Gulo. 2002. Metode
Penelitian. Jakarta: PT.Grasindo.
Widodo. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Malang: Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Wijayantri Citra. 2010.“Evaluasi Atas Penerapan Sistem Online Payment Point Pos (SOPPOS) Dalam Kaitannya Dengan
Efisiensi Kegiatan Operasional Pada PT Pos Indonesia (PERSERO)”.
Artikel/Modul/Diktat
Bungkaes. 2013. Hubungan Efektivitas Pengelolaan Program Raskin Dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa
Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud. Journal “Acta Diurna”. Di unduh melalui
https://ejournal.unsrat.ac.id (11/21/18).
Othenk, Sondang, Landasan Teori Efektivitas Menurut Para Ahli, http://literaturbook.blogspot.com/2014/12/pengertian-
efektivitas-dan-landasa-n.html>. Universitas Islam Negeri Alaudin. Dipublikasikan di
http;//resposilori.uin-alauddin.ac.id/3049/ (23 februari 2018) Dwijoko, A. & Sterya, H. (2017). Motorcyclesas Public
Transport Service Based on Smart Phone Android Applications. MATEC Web of Copferences 138. DOI :
10_1051/matecconf/20171380700. Diunduh melalui https://Scholar.google.com(10 juni 2018).