Anda di halaman 1dari 32

IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

DAN BERMOBIL DALAM MENINGKATKAN SISTEM LAYANAN


SAMSAT DRIVE THRU DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR SAMSAT
DI KOTA MAKASSAR

Oleh :

Dinda Isnadira

Nim : 90300119053

Kelas : Ilmu Ekonomi B

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................................6
C. Tujuan penelitian..............................................................................................................................6
D. Manfaat penelitian............................................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori stewardship.....................................................................................................................8
1. Pengertian pajak...........................................................................................................................10
2. Fungsi pajak..................................................................................................................................13
3. Pengertian pajak kendaraan bermotor..........................................................................................14
4. Pengertian pemungutan pajak kendaraan bermotor.......................................................................16
5. Sistem layanan samsat drive thru.................................................................................................18
6. Pengertian kepatuhan wajib pajak.................................................................................................19
B. Peneltian terdahulu...........................................................................................................................20
C. Kerangka piker…...........................................................................................................................21
D. Hipotesis.........................................................................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan penelitian.....................................................................................................................23
B. Lokasi dan waktu penelitian...........................................................................................................23
C. Populasi dan sampel........................................................................................................................23
D. Jenis dan sumber data.....................................................................................................................25
E. Metode pengumpulan data..............................................................................................................26
F. Metode analisis data...........................................................................................................................26
G. Definisi operasional dan pengukuran variabel..................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................30
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di saat ini pajak sangat berperan penting dalam kehidupan bernegara, hal ini

disebabkan karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

dimanfaatkan untuk pembiayaan negara untuk keperluan pembangunan nasional.

Sebagaimana diketahui tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat

adil, makmur dan sejahtera yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.

Di dalam Pasal 23A (UUD) 1945 menyatakan bahwa: “Pajak dan Pungutan lainnya yang

bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang.

Pajak merupakan salah satu alternatif yang potensial dan merupakan sumber penerimaan

negara yang sangat potensial yang merupakan pilihan yang tepat dan merupakan

cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Mardiasmo (2018:

3) yang mengemukakan bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan

undang undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk mmbayar pengeluaran umum. Salah satu pajak yang berperan

untuk pembangunan daerah adalah pajak daerah. Pajak daerah menurut Undang-Undang

No. 34 Tahun 2000 yang kemudian telah diubah menjadi Undang- Undang No. 28 Tahun

2009 yaitu menyebutkan “Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan dan Daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran

rakyat

Masalah pajak daerah yang merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga pajak daerah yang merupakan sumber

pendapatan daerah yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

daerah. Sehingga dapat dibuat batasan bahwa pajak daerah merupakan iuran yang

1
dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan lngsung yang dapat

dipaksakan dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah.

Sehingga yang menjadi pokok penelitian dari jenis pajak daerah yaitu pajak kendaraan

bermotor (PKB), Menurut UU No 28 tahun 2009 pasal 1 ayat 12 yang menyatakan

bahwa pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan

kendaraan bermotor.

Pentingnya masalah pajak kendaraan bermotor, yang menjadi obyek dalam

penelitian ini adalah pajak kendaraan bermotor dan bermobil, namun pelaksanaan pajak

kendaraan bermotor yang terjadi khususnya di Indonesia, dimana pelaksanaan

pemungutan pajak kendaraan bermotor dianggap belum maksimal, hal ini dapat dilihat

dari banyaknya tunggakan pemilik kendaraan bermotor saat ini hal ini disebabkan karena

rendahnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor untuk

membayar secara tepat waktu.

Samsat Drive Thru merupakan salah satu unit pembantu yang dibentuk oleh

pemerintah dengan tujuan untuk peningkatan kualitas pelayanan Kantor Samsat. Hal

tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk mempermudah serta meningkatkan

kepatuhan wajib pajak bagi yang mempunyai kendaraan bermotor dan bermobil.

Layanan Drive Thru merupakan salah satu bentuk penerapan dan

pelaksanaan program Quick Wins dan juga salah satu bentuk perbaikan pelayanan

di Kantor Samsat Makassar, dimana pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) pada Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dilaksanakan diluar Kantor

Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan hanya

membutuhkan waktu transaksi sekitar 5 (lima) menit

Layanan Drive Thru dilakukan untuk memutus mata rantai operasi para calo Surat

Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang mulai marak dan berkeliaran di sekitar Kantor

Samsat. bermotor (PKB), Menurut UU No 28 tahun 2009 pasal 1 ayat 12 yang

menyatakan bahwa pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/ atau

penguasaan kendaraanbermotor.

2
Pentingnya masalah pajak kendaraan bermotor, yang menjadi obyek dalam

penelitian ini adalah pajak kendaraan bermotor dan bermobil, namun pelaksanaan pajak

kendaraan bermotor yang terjadi khususnya di Indonesia, dimana pelaksanaan

pemungutan pajak kendaraan bermotor dianggap belum maksimal, hal ini dapat dilihat

dari banyaknya tunggakan pemilik kendaraan bermotor saat ini hal ini disebabkan karena

rendahnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor untuk

membayar secara tepat waktu.

Samsat Drive Thru merupakan salah satu unit pembantu yang dibentuk oleh

pemerintah dengan tujuan untuk peningkatan kualitas pelayanan Kantor Samsat. Hal

tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk mempermudah serta meningkatkan

kepatuhan wajib pajak bagi yang mempunyai kendaraan bermotor dan bermobil.

Penetapan fasilitas drive thru salah satu ragam dari modernisasi pajak

yang telah dilakukan oleh pemerintah Makassar yang mempunyai tujuan untuk

mempermudah dalam memfasilitasi wajib pajak untuk membayar perpajakannya

sehingga akan meningkatkan pendapatan bagi Pemerintah Kota Makassar. Drive

Thru ini diharapkan memberikan dampak positif bagi para wajib pajak karena tidak

memerlukan waktu yang lama dalam melakukan transaksi pembayaran Pajak

Kendaraan Bermotor.

Pembuatan layanan sistem SAMSAT Drive Thru bertujuan untuk mengurangi

antrian dan mempercepat masyarakat dalam mengurus Pajak Kendaraan Bermotor sesuai

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaran Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor dalam

Pasal 22 tentang peningkatan kualitas pelayanan kantor bersama SAMSAT.

Penelitian lainnya yang dikemukakan oleh Wardani dan Rumiyatun (2017) variabel

penelitian yang digunakan adalah pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak,

sanksi pajak kendaraan, sistem samsat drive thru dan kepatuhan wajib pajak, dimana

sistem samsat drive-thru berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

3
bermotor. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mutia dan Hamt (2020), dimana

variabel yang digunakan adalah Samsat keliling, Samsat Corner, dan Drive Thru,

dimana SAMSAT corner dan drive thru berpengaruh tidak signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, sehingga penelitian yang dilakukan oleh

Pramana (2010) dan Wardani dan Rumiyatun (2017) tidak konsisten dengan penelitian

oleh Mutia dan Hamt (2020), sehingga ditemukan adanya riset gap dalam penelitian ini

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan Rumiyatun (2017), Mutia

dan Hamt (2020) dan Pramana (2010) dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yakni

peneliti sebelumnya hanya menguji sistem samsat drive thru terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam hal pemungutan pajak kendaraan bermotor, sedangkan yang menjadi

kabaharuan penelitian (novelty) yang akan dilakukan peneliti yaitu menguji pengaruh

langsung (direct effect) dan pengaruh tidak langsung (indirect effect) sistem pemungutan

pajak kendaraan sepeda motor dan mobil terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

roda dua dan kendaraan roda 4 dengan menggunakan sistem layanan drive thru sebagai

variabel antara (intervening). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan

Rumiyatun (2017), Mutia dan Hamt (2020) dan Pramana (2010) yang hanya menguji

pengaruh langsung terhadap kepatuhan wajib pajak roda dua.

Obyek penelitian ini ditetapkan pada kantor samsat dikota makassar, yang berperan

untuk melaksanakan pemungutan pajak kendaraan bermotor dan yang menjadi misinya

adalah meningkatkan pendapatan asli daerah dan pendapatan negara melalui perbaikan

kualitas sdm aparatur. Sehingga dalam menjalankan misinya maka kantor samsat di kota

makassar belum dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan selama ini, dimana

dalam melaksanakan pemungutan pajak kendaraan bermotor belum sesuai dengan yang

ditargetkan selama ini, Hal ini dapat disajikan data target dan realisasi pajak kendaraan

roda 2 dan roda 4 yang diperoleh dari kantor Samsat, kota Makassar yang dapat dilihat

melalui tabel yaitu :

4
Tabel Target dan Realisasi Pajak Kendaraan Roda 2 dan Roda 4 Kantor Samsat,
Kota Makassar Tahun 2018-2020

Tahun Realisasi Pajak Target Pajak Capaian


Kendaraan (%)
2018 545.175.544.238 660.418.587.818 82,55
2019 568.337.150.400 697.202.887.470 81,40
2020 459.494.108.524 755.078.652.480 60,85
Sumber : Kantor Samsat, Kota Makassar, 2021

Tabel yakni data target dan realisasi pajak kendaraan roda 2 dan roda 4 yang diperoleh

dari Kantor Samsat Kota Makassar selama 3 tahun terakhir (2018-2020) terlihat bahwa

penerimaan pajak kendaraan roda 2 dan roda 4 sebelum diterapkan sistemlayanan drive

thru dimana belum sesuai dengan target, hal ini disebabkan karena sistem pemungutan

pajak kendaraan bermotor dianggap masih perlu ditingkatkan yakni dengan

meningkatkan sistem layanan drive thru.

Dimana dalam pelaksanaan sistem layanan drive thru dilaksanakan sejak bulan

Januari hingga Agustus tahun 2021 terlihat bahwa penerimaan pajak kendaraan roda 2

dan roda 4 yang rata rata sesuai dengan target yakni memiliki kisaran diantara 80 persen

(sumber kantor samsat kota makassar). Hal ini disebabkan karena tingkat layanan drive

thru sehingga tingkat kapatuhan pengguna roda 2 dan roda 4 yang meningkat. Sehingga

dengan riset gap dan permasalahan yang dihadapi oleh kantor samsat selama ini maka

hal ini yang perlu dilakukan pengujian mengenai “Implementasi Pemungutan Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bermobil Dalam Meningkatkan Sistem Layanan Samsat Drive

Thru dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Wajib Pajak Pada Kantor Samsat di Kota

Makassar “.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apakah pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil berpengaruh dalam

meningkatkan sistem layanan Samsat drive thru pada Kantor Samsat di Kota

Makassar

2. Apakah pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil berpengaruh dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat di Kota Makassar

3. Apakah sistem layanan Samsat drive thru berpengaruh dalam meningkatkan

kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat di Kota Makassar

4. Apakah pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil berpengaruh dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui sistem layanan Samsat Drive Thru

pada Kantor Samsat di Kota Makassar

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil dalam

meningkatkan sistem layanan Samsat drive thru pada Kantor Samsat di Kota

Makassar

2. Untuk menganalisis pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat di Kota Makassar

3. Untuk menganalisis sistem layanan Samsat drive thru dalam meningkatkan

kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat di Kota Makassar

4. Untuk menganalisis pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui sistem layanan Samsat Drive Thru

pada Kantor Samsat di Kota Makassar

6
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan teoritis dan memahami ilmu

yang telah dipelajari di bangku kuliah serta menambah referensi dan wawasan

mengenai masalah perpajakan.

b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan

implementasi pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil dalam

meningkatkan sistem layanan Samsat Drive Thru dan pengaruhnya terhadap

kepatuhan wajib pajak

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kantor Samsat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya

meningkatkan sistem layanan Drive Thru sehingga dapat memudahkan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor dan bermobil

b. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman

tentang peraturan dan pentingnya pajak kendaraan bermotor dan bermobil

sehingga diharapkan wajib pajak dapat lebih patuh dalam memenuhi

kewajibannya dalam membayar pajak baik kendaraan bermotor maupun

bermobil.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Stewardship

Theory Stewardship mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang di desain untuk

menjelaskan situasi dimana manajer sebagai steward dan bertindak sesuai kepentingan

pemilik dalam teori Stewardship, manajer akan berprilaku sesuai kepentingan bersama.

Ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama, steward akan berusaha bekerjasama

dari pada menentangnya. Hal tersebut dikarenakan steward merasa kepentingan bersama

dan berprilaku sesuai dengan prilaku pemilik merupakan pertimbangan yang rasional

rasional karena steward lebih melihat pada usaha mencapai tujuan organisasi (Sudaryo,

2017:54).

Teori Stewardship menggambarkan situasi dimana menajemen tidak termotivasi oleh

tujuan-tujuan individu, tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk

kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan adanya hubungan yang kuat

antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan

maksimalisasi utilitas kelompok principal dan manajemen. Maksimalisasi utilitas

kelompok ini pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada

didalam kelompok organisasi tersebut.

Teori Stewardship dapat di terapkan pada akuntansi organisasi sektor publik, seperti

organisasi pemerintahan dan nonprofit lainnya. Sejak awal perkembangannya, akuntansi

organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi

hubungan antara Steward dan principals.

8
Teori Stewardship dapat di terapkan pada akuntansi organisasi sektor publik,

seperti organisasi pemerintahan dan nonprofit lainnya. Sejak awal perkembangannya,

akuntansi organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan

informasi bagi hubungan antara Steward dan principals.

1. Pengertian Pajak

Pajak memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber pemasukan negara

yang mempunyai tujuan untuk membiayai pengeluaran atau kebutuhan negara dalam

meningkatkan pembangunan nasional. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

Mardiasmo (revisi 2016: 4) Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal

yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi

seft assessment system. Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada fikus untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh

wajib pajak. Seft assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang. Sistem seft

assessment system menuntut adanya peran aktif masyarakat dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak

merupakan faktor terpenting dari sistem pelaksanaan sistem tersebut. Salah satu upaya

dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memberikan pelayanan yang baik

kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib

pajak sebagai pelanggan, maka dapat meningkatkan kepatuhan dalam bidang

perpajakan. Paradigma baru yang menetepkan aparat pemerintah sebagai abdi Negara di

masyarakat (wajib pajak) harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan

publik.

10
Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban

yang dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya

dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat

dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak.

Kemauan wajib pajak membayar pajak merupakan hal penting dalam pemungutan

pajak. Penyebab kurangnya kemauan membayar pajak tersebut adalah karenan azas

perpajakan, yaitu karna hasil pemungutan pajak tidak langsung dinikmati oleh wajib

pajak. Harus disadari bahwa jalan-jalan yang halus, pusat-pusat kesehatan masyarakat,

pembangunan sekolah-sekolah negeri, irigasi yang baik, dan fasilitas- fasilitas publik

lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat merupakan hasil dari pembayaran pajak.

Namun pada kenyataannya masyarakat tidak mau membayar pajak. Hal ini disebabkan

masyarakat tidak pernah tahu wujud konkret imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk

membayar pajak.

pajak memiliki beberapa unsur pokok yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaan yang berlaku.

2. Pajak merupakan iuran dari rakyat kepada negara yang bersifat memaksa.

3. Tanpa jasa timbal dari negara secara langsung yang dapat dirasakan.

4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5. Pajak mempunyai tujuan dan fungsi sebagai budgetair dan regulerend (mengatur).

11
Menurut Mujiyati (2017:2) menyatakan bahwa terdapat dua hal penting yang

melekat pada definisi pajak yaitu:

1. Iuran dari rakyat yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang harus dibayar oleh

rakyat, tidak dapat mengelak dan harus dilakukan oleh rakyat untuk membayarnya

sebagai konsekuensi berlakunya Undang-undang.

2. Tanpa jasa timbal atau kontra prestasi secara langsung, artinya wajib pajak

melakukan pembayaran kewajiban perpajakanya atau iuran kepada negara tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dari pemerintah atas pembayaran tersebut.

Resmi (2016:2) mengatakan bahwa : “ Pajak adalah suatu kewajiban untuk

menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu “. Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman,

tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan.

Untuk itu, tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, misalnya untuk memelihara

kesejahteraan umum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pajak adalah iuran wajib rakyat kepada negara (pemerintah) yang bersifat

memaksa berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan (undang-undang) tanpa adanya

kontraprestasi secara langsung yang dapat dirasakan oleh rakyat dan digunakan untuk

menyelenggarakan kesejahteraan umum.

12
2. Fungsi Pajak

Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya

pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai seluruh

pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga

pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain dikemukakan oleh Rahayu (2018:31),

dalam perpajakan ada 4 fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Fungsi penerimaan/budgetair yaitu, pajak sebagai

sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend) Fungsi mengatur/regulerend yaitu, pajak sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial

dan ekonomi.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi) Fungsi pemerataan yaitu, maksudnya bisa

digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan

dengan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi Fungsi stabilisasi yaitu, pajak bisa digunakan untuk menstabilkan

kondisi dan keadaan ekonomi. Contohnya dengan menetapkan pajak yang

cukup.

13
3. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau

penguasaan kendaraan bermotor, adapun yang dimaksud dengan kendaraan bermotor

adalah kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua

jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peraltan lainnya

yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak

kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.

Pengertian Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan

teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu

sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak

Dari pengertian tentang kendaraan bermotor di atas adalah, bahwa yang

dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor yang diperuntukkan

dan digunakan dijalan umum untuk mengangkut barang atau orang sebagaimana

dimaksud dalam lalu lintas. Jadi tidak termasuk kereta api yang berada dilalu lintas,

maka kereta api yang berada dilalu lintas khusus yaitu Rel 1, pesawat udara yang berada

dalam lalu lintas khusus didarat dilandasan penerbangan dan pelabuhan udara, begitu

juga dengan gocart, hand tractor pertanian, traktor pertanian, buldoser, kendaraan alat

permanen hasil pertanian, port klif didaerah pelabuhan laut serta dikawasan industry

lainnya.

kendaraan bermotor dapat didefinisikan sebagai sebuah kendaraan beroda dua

atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan

digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan yang berfungsi untuk

mengubah suatu daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan termasuk alat-alat berat yang besar.

14
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2015 tentang perubahan

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Kendaraan

bermotor adalah semua kendaraan beroda berserta gandengannya yang digunakan di

semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan lainnya yang berpungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu

menjadi tenaga bergerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat berat

dan alat besar yang dalam operasinya mengunakan roda dan motor yang tidak melekat

secara permanen serta kendaran bermotor yang dioperasikan di air. Pajak Kendaraan

Bermotor, dipungut pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Sebagaimana disampaikan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang–Undang Nomor 34

Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; diatur mengenai jenis Pajak Provinsi sebagai

berikut :

1. Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB )

2. Pajak Kendaraan Bermotor Di Atas Air ( PKBDA )

3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB )

4. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Diatasa Air ( BBNKBDA )

5. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ( PBBKB )

6. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Ari Bawah Tanah ( P3ABT )

7. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air permukaan ( P2AP)

Dari beberapa jenis Pajak Daerah Provinsi tersebut, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

merupakan jenis pajak daerah yang cukup menarik untuk diteliti dan dikaji tentang peranan

sektor pajak tersebut terhadap penerimaan pendapatan asli daerah. Dengan situasi dan kondisi

perekonomian Nasional yang belum pulih akibat krisisekonomi yang berkepanjangan, ditambah

lagi dengan ancaman terjadinya krisis ekonomiglobal akibat terpuruknya sendi-sendi

perekonomian.

15
4. Pengertian Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Pemungutan Pajak adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghim-punan

data obyek dan subyek pajak. Penentuan besarnya pajak atau tetribusi yang terutang

sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi

serta pengawasan penyetorannya (Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000). Pemungutan

bisa berarti peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik, berdasarkan Undang-

undang untuk membiayai pengeluaran negara baik yang rutin maupun untuk

pembangunan. Macam-macam pemungutan :

1. Pajak : tanpa ada jasa timbal (tanpa kontraprestasi) secara langsung

2. Retribusi : ada jasa timbal (ada kontraprestasi) secara langsung, misal : pembayaran

fasilitas yang diselenggarakan pemerintah, seperti parkir dan perizinan.

3. Sumbangan : ada jasa timbal (ada kontraprestasi) kepada sekelompok orang

(Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemberian

Insentif Pemungutan Pajak Daerah Jawa tengah).

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009, menyebutkan

bahwa pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data

objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajakatau retribusi yang

terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib

Retribusi serta pengawasan penyetorana.

16
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi

pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak menurut Mardiasmo (2018:3)

yaitu :

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh

karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkn sebagai suatu premi

asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasakan pada kepentingan (misalnya

perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang

terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar

sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat

digunakan 2 pendekatan, yakni :

A. Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki

seseorang.

B. Unsur Subjektif, dengan memperlihatkan besarnya kebutuhan materil yang harus

dipenuhi

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.

Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa

pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut

pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga

negara.

17
Teori-teori yang disebutkan di atas berusaha memberi justifikasi kepada

pemerintah untuk memungut pajak. Untuk Indonesia justifikasi yang paling tepat adalah

pembangunan, pajak dipungut untuk pembangunan. Kata pembangunan mengandung

pengertian tentang masyarakat yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, yang jika dirinci

lebih lanjut akan meliputi semua bidang dan aspek kehidupan seperti ekonomi, hukum,

pendidikan sosial dan budaya. Karena dana yang dipungut yang berasal dari pajak

dipergunakan untuk pembangunan yang membuat rakyat menjadi lebih adil, lebih

makmur dan lebih sejahtera, maka di sinilah letak justifikasinya. Pajak dipergunakan

untuk pembangunan, sehingga dapatlah dikatakan adanya suatu teori pembangunan

disamping teori gaya beli dan teori lainnya yang disebut di atas (Harjo, 2013: 21).

5. Sistem Layanan Samsat Drive Thru

Drive Thru berasal dari bahasa Inggris Drive Through, yaitu jenis layanan yang

dilakukan oleh produsen kepada konsumen hanya dengancara menunggu

dikendaraannya. Pihak kantor Bersama Samsat membuat inovasi layanan Samsat Drive

Thru dan lokasi Samsat Drive Thru berada di luar gedung kantor Bersama Samsat.

Samsat Drive Thru adalah layanan yang transaksinya dilakukan tanpa harus Wajib Pajak

turun dari kendaraannya, layanan tersebut berupa pengesahan STNK, Pembayaran PKB

dan SWDKLLJ (Rohemah, dkk. 2013: 138).

Layanan Drive Thru merupakan salah satu bentuk penerapan dan pelaksanaan

program Quick Wins dan juga salah satu bentuk perbaikan pelayanan di Kantor Bersama

Samsat Batu Kota, dimana pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

pada Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dilaksanakan di luar Kantor Bersama

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan hanya membutuhkan waktu

transaksi sekitar 5 (lima) menit.

Keunggulan layanan Drive Thru adalah meminimalisir calo yang berkeliaran

untuk mengambil keuntungan dari Wajib Pajak dan dalam pendataan kendaraan

bermotor dapat lebih terkontrol (Prianggono & Heru, 2010: 44). Layanan Drive Thru

dibuat untuk mengefisienkan waktu para Wajib Pajak dalam membayarkan pajaknya

tanpa harus mengantri panjang. Transparansi pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor

merupakan salah satu diadakannya inovasi ini. Dengan terbentuknya layanan Samsat
18
Drive Thru dapat meningkatkan, memudahkan, dan mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat. Hal ini pengemudi tidak perlu turun dari kendaraannya. Pengemudi cukup

memberikan data STNK lamanya di loket yang bisa dicapai tanpa perlu keluar dari

mobil. Selanjutnya setelah melakukan pembayaran, masyarakat pengguna tinggal

mengambil bukti telah membayar pajak kendaraan dan tanda bukti perpanjangan STNK.

Indikator SAMSAT drive thru menurut Wardani (2017) diukur dengan indikator

sebagai berikut: (1) lebih terkontrol pendataan kendaraan bermotor;(2) mudah dalam

pembayaran pajak; (3) meningkatkan minat pembayaran; (4) menghemat waktu; (5)

pelayanan yang berkualitas; (6) letak wilayah.

6. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan Wajib Pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi,

yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan

kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban

perpajakan itu dilakukan oleh Wajib Pajak (dilakukan sendiri atau dibantu tenaga ahli

misalnya praktisi perpajakan profesional/ tax agent) bukan fiskus selaku pemungut

pajak. Sehingga kepatuhan dilakukan dengan self assessment system, dengan tujuan

meningkatkan penerimaan pajak yang optimal.

Kepatuhan Wajib Pajak menurut Rahayu (2018:138) mengemukakan bahwa

sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

tercermin dalam situasi dimana: Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak

dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak terutang dengan benar, membayar

pajak yang terutang tepat pada waktunya.

19
B. Penelitian Terdahulu

Data atau acuan yang berupa temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian

sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu untuk dijadikan sebagai data pendukung.

Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri

adalah penelitian yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam

penelitian ini. Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik

yang berkaitan dengan penelitian ini, dapat dilihat melalui uraian dibawah ini :

Siti Maolidah, (2015) Implementasi system pemungutan pajak kendaraan

bermotor (PKB) melalui layanan Drive Thru dan kepatuhan wajib pajak di Samsat

Jakarta Utara. Hasil yang diperoleh penulis mengenai Implementasi Sistem Pemungutan

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Melalui Layanan Drive Thru dan Kepatuhan Wajib

Pajak di Samsat Jakarta Utara, terdiri dari dua loket, yaitu loket satu untuk pendaftaran

dan penetapan. Sedangkan loket dua untuk pembayaran dan pengesahan, dua Sistem dan

prosedur pelayanan samsat Drive Thru yang merupakan pelayanan pendaftaran

kendaraan bermotor pengesahan STNK, pembayaran PKB dan SWDKLLJ sendiri tanpa

harus turun dari kendaraan bermotor yang dikendarai, sudah terlaksana dengan baik.

Sedangkan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor (PKB) dengan adanya sistem

layanan samsat Drive Thru, kepatuhan wajib pajak meningkat secara signifikan.

Nunung Mutia dan Firdaus Hamt (2020) Pengaruh Penerapan Samsat Keliling,

Samsat Corner dan Drive Thru Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

di Kota Batam. Hasil penelitian bahwa SAMSAT keliling berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, SAMSAT corner dan drive thru

berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor,

Secara simultas SAMSAT keliling, SAMSAT corner dan drive thru berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di kota Batam.

20
Kamilatus Sholikah (2021) Pengaruh Penerapan E-samsat, Sanksi Pajak dan

Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Batam.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa : (1) Penerapan e-SAMSAT

secara parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

di Kota Batam. (2) Sanksi pajak secra parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Batam. (3) Pelayanan pajak secara parsial tidak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Batam.

C. Kerangka pikir
Menurut Sugiyono (2016), kerangka pemikiran adalah sintesa tentang

hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsi-kan,

selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan antar variabel yang diteliti. Pada penelitian ini dilakukan untuk menguji

pengaruh langsung dan pengaruh pengaruh tidak langsung pajak kendaraan bermotor

(roda 2 dan roda 4) dengan menggunakan sistem layanan drive thru sebagai variabel

antara (intervening). Dalam penelitian ini yang didasari dari teori stewardship yang

mengasumsikan hubungan yang kuat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan

pemilik. Steward akan melindungi dan memaksimalkan organisasi dengan kinerja

perusahaan, sehingga dalam teori stewardship yang dapat diterapkan pada akuntansi

organisasi di sektor public. Berdasarkan grand theory stewardship yang diperkuat

dengan penelitian terdahulu dalam menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti,

yakni Sistem layanan drive thru diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak

selama ini hal ini didasari dari penelitian yang dilakukan oleh Pramana (2010) yang hasil

penelitiaannya menemukan bahwa sistem pemungutan pajak kendaraan bermotor

melalui layanan drive thru berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

21
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mutia dan Hamt (2020) SAMSAT

corner dan drive thru berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor. Berdasarkan grand theory stewardship

dan peneliti terdahulu yaitu Pramana (2010), dan Mutia dan Hamt (2020), maka akan

disajikan kerangka pikir yaitu :

Sistem Layanan Samsat


Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (X)
Drive Thru (Z)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis dan hasil kajian empiris yang telah dikemukakan

maka peneliti mengajukan beberapa hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil berpengaruh positif dan

signifikan terhadap sistem layanan Samsat drive thru pada Kantor Samsat di Kota

Makassar

2. Pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat di Kota Makassar

3. Sistem layanan Samsat drive thru berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat di Kota Makassar

4. Pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak melalui sistem layanan Samsat Drive

Thru pada Kantor Samsat di Kota Makassar

22
39

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan

deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli,

maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan

menjadi permasalahan-permasalahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran

(verifikasi), serta mengimplementasikan hasil yang diperoleh sesuai dengan data yang

diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden yang menjadi sampel

penelitian yang diolah dengan menggunakan system komputerisasi program SPSS

release 24.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneleitian ini dilakukan pada Kantor Samsat yang berlokasi di Jalan A. P.

Pettarani No.1, Kec. Panakukang, Kota Makassar. Sedangkan waktu penelitian ini

dilakukan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Populasi

Menurut Ferdinand (2006) populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang

terbentuk peristiwa,hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi

pusat perhatian penelitian,karena dipandang sebagai semesta penelitian. Adapun yang

menjadi populasi yang dalam penelitian ini adalah wajib pajak kendaraan roda 2 dan

roda 4 pada Kantor Samsat Kota Makassar yaitu 3.678.520:

23
Tabel Data Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dan Bermobil

No Unit Kerja Jumlah


1 Kendaraan Bermotor roda empat 362.956
2 Kendaraan bermotor roda dua 1.377.837

1.740.793
Sumber : Kantor Samsat di Kota Makassar

2. Sampel

Menurut sugiyono (2008) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel maka

digunakan metode Slovin, yang dikemukakan oleh Sujarweni (2016) yaitu sebagai

berikut :

N
n=
1 + N (0,10)2

1.740.793
n= = 99,97 » 100
1 + 1.740.793 (0,10)2

Keterangan

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Prosentase Kelonggaran

Dalam penelitian penulis menggunakan sampel sebanyak 100 orang wajib pajak

kendaraan roda 2 dan roda 4 dan jumlah ini dianggap representatif. Kemudian metode

penarikan sampel digunakan adalah proportional sampling yakni dengan penentuan

sampel pada masing masing wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di samsat

kota makassar dengan menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah wajib kendaraan

bermotor yang diteliti. Jumlah sampel setiap wajib pajak kendaraan roda 2 dan roda 4

didapatkan dengan menggunakan rumus

24
𝑁 = 𝑛/s X n

Dimana :

N = jumlah sampel tiap wajib pajak kendaraan bermotor

n = jumlah populasi tiap wajib pajak kendaraan bermotor

S = jumlah total populasi wajib wajab pajak kendaraan bermotor di kantor samsat

Hal ini diperoleh dari masing masing proportional sampling yaitu :

2.815.431
Kendaraan bermotor roda 2 = ---------------- x 100 = 77 sampel
3.678.520

863.089
Kendaraan bermobil roda 4 = --------------- x 100 = 23sampel
3.678.520

Total sampel...............................................= 100 sampel

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data

berupa angka angka secara tertulis dari kantor samsat di kota makassar seperti data wajib

pajak kendaraan roda 2 dan roda 4, target dan realisasi pajak kendaraan roda 2 dan roda

4 dalam tahun 2018-2020 dan data lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

2. Sumber data

Penelitian ini menggunakan data data primer, data ini dikumpulkan secara langsung dari

lapangan, yang diperoleh dengan cara melakukan penyebaran kuesioner kepada wajb pajak

kendaraan roda 2 dan roda 4 yang terdaftar di Kantor Samsat Kota Makassar. memberi daftar

pertanyaan (kuesioner) yang disebarkan kepada wajib pajakkendaraan bermotor dan bermobil

25
E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan, kuisioner (angket), observasi

(pengamatan), dan gabungan. Adapun penjelasan dari masing-masing teknil

pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Observasi yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan atau peninjauan secara langsung pada lokasi penelitian. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.

2. Studi Dokumentasi yaitu mencari, menemukan, dan mengkaji dokumen

yang berhubungan dengan objek penelitian. Dokumen dalam penelitian ini

dapat berupa tulisan seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,

jurnal, karya tulis ilmiah, dan atau dokumen lainnya yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

3. Kuisioner (Angket) Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada wajib apajak untuk dijawab. Dalam Penelitian ini peneliti

menggunakan kuesioner terbuka dengan menyediakan pertanyaan atau

pernyataan dengan jumlah opsi yang telah ditentukan.

F. Metode Analisis Data

Analisis kuantitatif adalah metode analisis data yang memerlukan perhitungan

statistik dan matematis. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis digunakan

program SPSS versi 25.

26
Adapun alat-alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisis deskriptif adalah suatu analisis yang menguraikan atau menggambar-kan

mengenai pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil dalam

meningkatkan system pelayanan samsat drive thru dan pengaruhnya terhadap wajib

pajak melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang menjadi sampel

penelitian.

2. Uji instrument penelitian

Uji instrument penelitian terdiri atas dua yakni uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner.

b. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur reliabel atau keandalan suatu

kuesioner.

3. Analisis Jalur atau path analysis

adalah bagian dari model regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis

pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen yang berupa pengaruh

langsung dan pengaruh tidak langsung. Tujuan analisis jalur adalah untuk

mengukur hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel dalam model,

serta menguji hubungan kausal antara dua variabel atau lebih terhadap variabel

endogen. Dimana koefisien jalur adalah koefisien regresi yang distandarkan, yaitu

koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku

(Z-score). Analisis ini dilakukan dengan bantuan software SPSS release 25,

dengan ketentuan uji F pada Alpha = 0,05 atau r ≤ 0,05 sebagai taraf signifikansi F

(sig. F) sedangkan untuk uji t taraf signifikansi Alpha = 0,05 atau r ≤ 0,05 yang

dimunculkan kode (sig.t) dimana hal tersebut digunakan untuk melihat signifikansi

pengaruh tidak langsung dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan

menggunakan rumus Asra, dkk (2017:220) yaitu :

27
Z = α + bx + e1

Y = α + β1X + β2Z

Keterangan :

Z = Sistem layanan drive thru

Y = Kepatuhan wajib pajak

X = Pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bermobil

α = Intercept

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk menghindari kesalahan dalam pengertian istilah, maka peneliti

mendefinisikan beberapa istilah dari judul penelitian ini agar tidak terdapat perbedaan

penafsiran. Adapun definisi operasional dan pengukuran variabel yang perlu ditekankan

adalah :

Pemungutan Pajak adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghim-punan data

obyek dan subyek pajak. Adapun indikator yang digunakan dalam pemungutan pajak

kendaraan bermotor menurut Indah Chaerunnisa (2017) yaitu :

1 Pembayaran PKB, Wajib Pajak memperoleh perhitungan PKB yang tepat.

2. Pemungutan PKB dengan sistem perhitungan dari petugas pajak.

3. Sistem pembayaran pajak yang mudah.

4. Pelaksanaan pemungutan pajak yang terstruktur.

Sistem Drive Thru adalah layanan pengesahan STNK, pembayaran Pajak

Kendaraan Bermotor dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan baik

kendaraan roda dua maupun roda empat yang tempatnya di luar gedung kantor bersama

Samsat dan memungkinkan pemilik kendaraan melakukan transaksi tanpa harus turun

dari kendaraan bermotor yang dikendarainya namun tidak meninggalkan aspek securiti

terhadap registrasi dan identifikasi kendaraan itu sendiri. Indikator SAMSAT drive thru

28
menurut Wardani (2017) diukur dengan indikator sebagai berikut:

1. Lebih

2. terkontrol pendataan kendaraan bermotor;

3. Mudah dalam pembayaran pajak;

4. Meningkatkan minat pembayaran;

5. Menghemat waktu;

6. pelayanan yang berkualitas;

7. Letak wilayah

Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan

mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Devano,2006 dalam Ni

Luh,2006, mengemukakan kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan

tercermin dalam situasi sebagai berikut :

1. Wajib pajak memahami dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

4. Membayar pajak yang terulang tepat pada waktunya

29
DAFTAR PUSTAKA

Agus Nugroho Jatmiko, (2013). Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Wajib Pajak Studi
Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Unisversitas
Diponegoro: Tesis MegisterAkuntansi

Asra, Abuzar, dkk. 2017. Analisis Multivariabel Suatu pengantar.. In Media. Bogor

Bahari, Firsada., Siti Rochmah dan Stefanus Pani Rengu. 2013. “Penerapan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Drive-Thru dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik (Studi pada Kantor Bersama Samsat Kabupaten Lamongan)”
Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 1. No. 4: 48- 57.

Dewi Kusuma Wardani dan Rumiyatun (2017) Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,
Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor, dan Sistem Samsat
Drive Thru Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi kasus
WP PKB roda empat di Samsat Drive Thru Bantul). Jurnal Akuntansi Vol. 5 No. 1
Juni 2017 Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
P-ISSN: 2088-768X e-ISSN: 2540-9646| DOI 10.24964/ja.v5i1.253.

Gunadi. 2017. Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan (KUP).Bee Media


Indonesia, Jakarta

Hadi, S. S., & Saputri, R. D. A. (2018). Analisa Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada BPRD DKI Jakarta. 5(2).Diambil dari
http:// ejournal. bsi.ac.id/ejurnal/index. php/moneter/ article/viewFile/4535/2764

http://portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php/warta/article/view/73/76

30
31

Anda mungkin juga menyukai