Anda di halaman 1dari 28

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM

MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA TERNATE

untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian

OLEH:

KELOMPOK 8

NISA SYAHIDA ( 02271811036 )


SULASTRI SURITA ( 02271811018 )
YUNI SETIAWATI ( 02271811021 )
HUMAIRAH KARIM ( 02271811005 )
VYNKA DITYA IRLIANI ( 02271811019 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul
“Evaluasi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor di Kota Ternate” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas  dari Dr.
Suwito, SE, selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian. Selain itu, proposal ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pajak Kendaraan Bermotor
di Kota Ternate bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Suwito, SE selaku dosen


mata kuliah Metode Penelitian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari proposal yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan proposal ini.

Ternate, 22 Maret 2020

Kelompok 8

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayarkan oleh rakyat atau wajib
pajak kepada negara kepentingan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat
umum.Untuk merealisasikan hal tersebut pajak menjadi sarana dalam
pemerataan pendapatan warga negara dan sumber dana pembangunan negara
bagi kemajuan pembangunan infrastruktur. Pembangunan tersebut merupakan
perwujudan dari usaha Pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat dan Negara yang dimulai dari meningkatkan taraf hidup
masyarakat hingga perbaikan system penyelenggaraan kegiatan Negara.
Pembangunan nasional diharapkan dapat merata di seluruh tanah air, baik
pembangunan dipusat mau pun pembangunan di daerah yang kekuasaannya
dikendalikan oleh Pemerintah daerah. Maka dari itu untuk merealisasikan
pembangunan tersebut di butuhkan sumber pembiayaan yang berasal dari
Berdasarkan wewenang pemungutan, pajak digolongkan menjadi Pajak
Pusat dan Pajak Daerah. Pemerintah daerah berkewajiban memungut dan
mengelola pajak daerahnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada 1
Januari 2001, setiap daerah terus berusaha untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewajiban yang menjadi hak daerah.
Pemerintah daerah dipacu untuk mencari sumber penerimaan daerah yang
dapat memenuhi kebutuhan belanja dan pembangunan daerah yang
selanjutnya disebut sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD).Pendapatan Asli
Daerah (PAD) bersumber dari Pajak daerah, Retribusi daerah, Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah.
Telah diakui bahwa Pajak daerah yang dikelola dan dipungut oleh Pemerintah
daerah merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli
Daerah.

1
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa bahwa Pajak Daerah terbagi
atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Setiap Provinsi atau
Kabupaten/Kota diberikan kewenangan untuk tidak memungut salah satu atau
beberapa jenis pajak yang telah diatur dalam Undang-Undang tersebut jika
potensi dari Provinsi atau Kabupaten/Kota tersebut dianggap kurang
memadai, sebaliknya Pemerintah Daerah juga dapat menggali potensi dari
Provinsi atau Kabupaten/Kota tersebut dengan menetapkan pajak atau
retribusi selain dari yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang, sepanjang
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Salah satu jenis pajak Provinsi yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 yaitu Pajak Kendaraan Bermotor. Menurut Undang-
Undang No.8 Tahun 2010, Pajak Kendaraan bermotor adalah semua
kendaraan beroda berserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan
lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga bergerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk
alat berat dan alat besar yang dalam operasinya mengunakan roda dan motor
yang tidak melekat secara permanen serta kendaran bermotor yang
dioperasikan di air.
Peningkatan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya Kota Ternate
setiap tahunnya selalu meningkat. Kendaraan motor telah menjadi kebutuhan
primer untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Hal ini menajadikan setiap
rumah tangga memiliki minimal satu kendaraan bermotor dan tidak menutup
kemungkinan untuk memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor. Namun
peningkatan kendaraan bermotor tidak sebanding dengan tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kota Ternate.Hal
ini di pertegas oleh Kepala UPTD SAMSAT Ternate Saleh Kadir mengatakan
bahwa tunggakan wajib pajak baik kendaraan roda dua maupun roda empat .
Untuk pajak kendaraan roda empat umum, kendaraan pribadi dan kendaraan
pemerintah di Kota Ternate , hingga saat ini untuk pokok sebanyak

2
Rp.29.659243.300 sedangkan denda Rp.6.174.174.785 sehingga total
tunggakan Rp.35.833.418.085 sedangkan untuk pajak kendaraan roda dua ,
untuk pajak pokok Rp.56.416.141.377 sedangkan denda Rp.12.302.692.600
sehingga jumlah total Rp.68.718.770.977.
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa kepatuhan wajib pajak
terhadap kewajiban perpajakan dalam hal Pajak Kendaraan Bermotor yang
dimilikinya masih sangat rendah. Masyarakat masih menganggap bahwa
pajak merupakan beban bagi dirinya, padahal tanpa mereka sadari bahwa
sebenarnya pajak yang mereka bayar akan disetorkan ke kas Negara dan
kembali lagi kepada masyarakat tesebut dalam bentuk pembangunan
nasional. Berdasarkan uraian diatas, maka peniliti sangat tertarik untuk
meneliti hal-hal tersebut diatas dengan judul “EVALUASI TINGKAT
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA TERNATE”
2.1. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor?
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
kendaraan bermotor di Kota Ternate
2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kota
Ternate
3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kota Ternate
4.1. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan,
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Samsat Kota Ternate

3
Memberi masukan bagi aparat pajak, di bidang penagihan pada
khususnya, untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor yang dilakukan baik itu penagihan persuasif maupun penagihan
aktif sehingga jumlah tunggakan pajak tidak cenderung meningkat dan
pencairan tunggakan pajak yang efektif tercapai.
2. Bagi Universitas Khairun Ternate
Memberikan gambaran mengenai faktor penyebab terjadinya
penunggakan pajak sekaligus solusi atas penyebab tersebut.
3. Bagi Penulis
Menjadi masukan bagi penulis untuk mengembangkan pengetahuan
dalam bidang yang diteliti, dan mengkombinasikan pengetahuan yang
selama ini telah diperoleh dari perkuliahan dengan informasi-informasi
yang diperoleh dari Kantor SAMSAT kota Ternate.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pajak Kendaraan Bermotor


Berdasarkan Undang-Undang no. 28 Tahun 2007 tentang perpajakan,
Pajak merupakan Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, Pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

4
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
2.2. Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2015 tentang perubahan
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Kendaraan Bermotor,
Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda berserta gandengannya
yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan
teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berpungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga bergerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat berat dan alat besar yang dalam
operasinya mengunakan roda dan motor yang tidak melekat secara permanen
serta kendaran bermotor yang dioperasikan di air. Pajak Kendaraan Bermotor,
dipungut pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
2.2.1 Objek Pajak
1. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan Kendaraan Bermotor.
2. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada angka (1), adalah:
a. kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang
dioprasikan di semua jenis jalan darat; dan
b. kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan
ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7
(tujuh Gross Tonnage).
3. Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada angka (2), adalah:
a. kereta api;

5
b. kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
c. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai
kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asa timbale
balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh
fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
d. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pabrikan atau importir yang semata-mata disediakan untuk
keperluan pameran dan tidak untuk dijual.

2.2.2 Subjek Pajak


Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah :
1. Orang pribadi;
2. Badan; yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan
bermotor.

2.2.3 Wajib Pajak


Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah:
1. Orang pribadi;
2. Badan;yang memiliki kendaraan bermotor. Dalam hal Wajib
Pajak badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau
kuasa badan tersebut.
2.2.4 Dasar Pegenaan Pajak
1. Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil
perkalian dar 2 (dua) unsur pokok :
a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan
b. bobot yang mencerminkan secara relative tingkat kerusakan jalan
dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan
Bermotor.

6
2. Dasar pengenaan pajak khusus untuk kendaraan bermotor yang
digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan alat-alat
besar serta kendaraan di air, adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor.
3. Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada
angka (1) huruf a dan angka (2), ditentukan berdasarkan Harga
Pasaran Umum atas suatu Kendaraan Bermotor.
4. Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada
angka (3), ditetapkan berdasarkan harga Pasaran Umum pada
minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya.
5. Harga Pasaran Umum sebagaimana dimaksud pada angka (4),
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang
akurat.
6. Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu kendaraan bermotor
tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat ditentukan
berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor :
a. harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan
tenaga yang sama;
b. penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi;
c. harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor
yang sama;
d. harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan
bermotor yang sama;
e. harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor;
f. harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis;
dan
g. harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan
Impor Barang (PIB).
7. Bobot sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf b,
dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar
dari 1 (satu), dengan pengertian sebagai berikut :

7
a. koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan oleh penggunaan kendaraan bermotor
tersebut dianggap masih dalam batas toleransi; dan
b. koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan
bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi.
8. Bobot sebagaimana dimaksud pada angka (7), dihitung
berdasarkan faktor-faktor :
a. tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu / as,
roda dan berat kendaraan bermotor;
b. jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut
solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar
lainnya; dan
c. jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan cirri-ciri mesin
kendaraan bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2
(dua) taka tau 4 (empat) tak, dan isi silinder.
9. Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada angka (1) sampai dengan angka (8),
dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan.
10. Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada angka (9), ditinjau kembali setiap
tahun.
2.2.5 Tarif Pajak
1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor kepemilikian oleh orang
pribadi ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama, sebesar 2% (dua
persen);
b. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua, sebesar 2,5% (dua
koma lima persen);
c. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga, sebesar 3% (tiga
persen);

8
d. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat, sebesar 3,5%
(tiga koma lima persen);
e. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kelima, sebesar 4%
(empat persen);
f. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keenam, sebesar 4,5%
(empat koma lima persen);
g. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh, sebesar 5% (lima
persen);
h. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedelapan, sebesar 5,5%
(lima koma lima persen);
i. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesembilan, sebesar 6%
(enam persen);
j. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesepuluh, sebesar 6,5%
(enam koma lima persen);
k. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesebelas, sebesar 7%
(tujuh persen);
l. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua belas, sebesar 7,5%
(tujuh koma lima persen);
m. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga belas, sebesar 8%
(delapan persen);
n. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat belas, sebesar
8,5% (delapan koma lima persen);
o. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kelima belas, sebesar 9%
(sembilan persen);
p. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keenam belas, sebesar
9,5% (Sembilan koma lima persen);
q. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh belas, sebesar
10% (sepuluh persen);
2. Kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan tarif pajak sebesar
2% (dua persen).
3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk :

9
a. TNI/POLRI, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
ditetapkan sebesar 0,50% (nol koma lima nol persen
b. angkutan umum, ambulans, mobil jenazah dan pemadam
kebakaran, sebesar 0,50% (nol koma lima nol persen);
c. sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan sebesar 0,50%
(nol koma lima nol persen)
d. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan sebesar 0,20% (nol koma dua nol persen)
2.2.6 Masa Pajak
1. Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk masa pajak 12 (dua
belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran
kendaraan bermotor
2. Pajak Kendaraan bermotor dibayar sekaligus dimuka
3. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar
(force majeure) masa. Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan,
dapat dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi
masa pajak yang belum dilalui
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restitusi
diatur dengan Peraturan Gubernur

2.3. Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor


Kepatuhan Wajib Pajak menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia
Rahayu (2010:138) adalah Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Menurut Machfud Sidik dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:19),
mengemukakan bahwa Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara
sukarela (voluntary of complince) merupakan tulang punggung sistem self
assessment, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri
kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar
dan melaporkan pajaknya tersebut.

10
“Tax Compliance atau kepatuhan pajak diartikan sebagai kondisi ideal
wajib pajak yang memenuhi peraturan perpajakan serta melaporkan
penghasilannya secara akurat dan jujur. Dari kondisi ideal tersebut, kepatuhan
pajak didefinisikan sebagai suatu keadaan wajib pajak yang memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya dalam bentuk
formal dan kepatuhan material” (Harinurdin, 2009:97).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74 Tahun 2012
seorang wajib pajak dikatakan patuh apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
c. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2.4. Kesadaran Wajib Pajak


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kesadaran adalah keadaan
tahu, mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum
pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor–faktor apakah ketentuan
tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati. Bila seseorang hanya
mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih rendah. Kesadaran
wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami
dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Indikasi
tingginya tingkat kesadaran dan kepedulian Wajib Pajak antara lain:

11
1) realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
2) tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dan SPT Masa.
3) tingginya Tax Ratio.
4) semakin bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru.
5) rendahnya jumlah tunggakan/tagihan wajib pajak.
6) tertib, patuh, dan disiplin membayar pajak atau minimnya jumlah
pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan.
2.5. Sanksi Perpajakan
Mardiasmo (2011:59-60) menjelaskan bahwa sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi. Atau bisa
dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar
Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam undang-undang
perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi Administrasi dan Sanksi
Pidana.
Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang
diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi
pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan
sanksi pidana.
2.6. Kerangka Berpikir
Pajak merupakan Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-
Undang no. 28 Tahun 2007). Pajak kendaraan bermotor merupakan suatu
sumber pendapatan daerah yang digunakan dalam membiayai pemerintahan
daerah dan juga pembangunan infrastruktur daerah. Pembangunan daerah
merupakan pembangunan yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Agar hal ini dapat diwujudkan maka pemerintah daerah memerlukan dana

12
dari dalam negri berupa pajak. Dana ini akan dikelola oleh pemerintah yang
kemudian akan digunakan untuk kepentingan rakyat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74 Tahun 2012 seorang
wajib pajak dikatakan patuh apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
c. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Untuk itu sebagai seorang wajib pajak haruslah sadar dan patuh akan
kewajibannya karena semua ini dilakukan oleh pemerintah untuk kepentingan
Bersama.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati dari fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moleong (2007:11)
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif menekankan pada data berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian ini dilakukan secara
puposive dan untuk ukuran sampel tersebut ditentukan secara snowball,
taknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat
kualitatif dan hasil penelitian menekankan makna generalisasi. Hasil dari
penelitian ini hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-
wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan

14
gambaran yang jelas mengenai pemahaman wajib pajak dalam peningkatan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak Kendaraan Bermotor.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian
terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi
dari subjek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang
akurat. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja
(purposive), yang dilakukan di Rumah-Rumah wajib pajak yang melakukan
penunggakan pajak Kendaraan Bermotor. Dengan berbagai pertimbangan dan
alasan antara lain:
1. Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu.
Keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam hal tenaga, biaya dan
waktu menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi.
2. Wajib pajak yang menunggak pajak kendaraan bermotor menjadi objek
penelian ini,
3.3. Fokus Penelitian
Penentuan fokus penelitian lebih diarahkan pada Bagaimana Upaya
Untuk Meningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor. Ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif
sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan
data yang tidak relevan. Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih
didasarkan pada tingkat kepentingan dan urgensi masalah yang akan
dipecahkan. Penelitian ini difokuskan pada Upaya Untuk Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Untuk
Meningkatkan Pendapatan Daerah.
3.4. Subjek, Sumber dan Jenis Data
3.4.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi
terkait judul penelitian adalah “EVALUASI PENINGKATAN
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR” yang dilakukan dirumah-rumah wajib

15
pajak yang menunggak pembayaran pajak. seseorang yang memberikan
informasi tersebut disebut pula informan. Informan adalah orang yang
diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
pada latar belakang. Sugiyono (2007:208). tidak menggunakan istilah
populasi pada penelitian kualitatif, melainkan Social Situation atau
situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu, tempat (place), pelaku
(actor), dan aktivitas (activity).Situasi sosial itu dapat dinyatakan
sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi
didalamnya.
Adapun penentuan informan dalam penelitian dilakukan secara
snowball sampling. Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah
dimana pada situasi tertentu, jumlah subjek penelitian yang terlibat
menjadi bertambah karena subjek atau informan penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya kurang memberikan informasi yang mendalam
atau pada situasi-situasi tertentu tidak memungkinkan peneiti untuk
mendapatkan akses pada sumber, lokasi atau subjek yang hendak
diteliti. Adapun informan pada penelitian ini meliputi kriteria dibawah
ini:
1. Masyarakat penunggak Pajak.
2. Tidak cacat atau tuna wicara dan dapat diajak berkomunikasi
3. Bersedia menjadi informan
3.4.2 Sumber Data
Arikunto (2006:224) menyatakan bahwa, sumber data adalah
subjek darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti
dalam mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus
3P, yaitu:
a. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya
mengenai variabel yang diteliti.
b. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip,

16
angka, gambar, dokumen-dokumen, simbol-simbol, dan lain
sebagainya..
c. Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang
berhubungan dengan penelitian.
Menurut Lofland dalam Moleong (2007:165), sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat
dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Untuk mendapatkan data dan informasi
maka informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive atau
sengaja dimana informan telah ditetapkan sebelumnya.
3.4.2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari dua sumber,
yaitu:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik
melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak
informan. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara
wawancara langsung terhadap wajib pajak penunggak pajak.
b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-
literatur dari SAMSAT Kota Ternate jurnal dan lain sebagainya.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau
menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang
telah dicatat atau dilaporkan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
menurut Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui
tiga metode, yaitu:
1. Observasi

17
Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian,
sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan
bersifat non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.
2. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2007:211), mendefinisikan wawancara
sebagai pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tersebut.
Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis
wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis
wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang
(Sugiyono, 2007:213). Hasil penelitian dari observasi atau wawancara
akan lebih kredibel kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang
bersangkutan.
3.6 Proses Penelitian
Proses pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Proses memasuki lokasi penelitian
Sebelum memasuki lokasi penelitian untuk memperoleh data, pada
tahap initerlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan meminta izin
kepada pemilik usaha skala mikro, kecil, menengah dan pihak informan
lain yang terlibat dalam penelitian ini yaitu Diskoperindag Provinsi

18
Lampung dengan membawa surat izin formal penelitian dari Pembantu
Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu politik Universitas Lampung.
Setelah itu, peneliti mengutarakan maksud dan tujuan penelitian untuk
menciptakan kepercayaan kepada masing-masing pihak, kemudian
menentukan waktu melakukan wawancara.
b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)
Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan hubungan secara pribadi dan
akrab dengan subjek penelitian, mencari informasi dan berbagai sumber
data yang lengkap serta berusaha menangkap makna dari berbagai
informasi yang diterima serta fenomena yang diamati. Oleh karena itu,
peneliti berusaha sebijak mungkin sehingga tidak menyinggung informan
secara formal maupun informal.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
a. Hasil Wawancara
Dalam penyusunan proposal kualitatif ini. Kami telah melakukan kegiatan
wawancara yang dilaksanakan dengan Teknik purposive kepada beberapa
wajib pajak yang melakukan penunggakan pajak kendaraan bermotor di Kota
Ternate. Selain itu kami juga melakukan wawancara kepada kepala sub
bagian tata usaha Di Kantor Bersama Samsat Kota Ternate yaitu Ibu
Maisyarah Abusama SH.MH .
Sebelum kami melakukan wawancara ke kantor Bersama samsat kota
Ternate. Kami terdahulu melakukan wawancara dan dokumentasi kepada
wajib pajak yang melakukan penunggakan pajak kendaraan bermotor untuk
mengetahui penyebab rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak kendaraan bermotor di kota Ternate.
Beberapa Narasumber memberikan alasan yang sama .Dari beberapa
narasumber yang kami wawancarai kami mendapatkan kesimpulan bahwa

19
terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan keterlambatan pembayaran
pajak kendaraan bermotor atau bahkan penunggakan pajak kendaraan
bermotor.Faktor yang pertama adalah wajib pajak memiliki kesibukan yang
tidak memungkinkan mereka untuk datang ke kantor samsat pada hari dan
jam kerja operasional kantor. Karena mereka harus bekerja dan tidak dapat
meninggalkan tempat mereka bekerja karena tidak mendapatkan ijin dari
atasan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh MY :
“ Jam operasional SAMSAT yang bertabrakan dengan waktu kerja
saya. Hal itulah yang membuat saya terkadang melakukan
penunggakan pajak. Karna saat saya libur ,kantor SAMSAT juga libur “
Waktu masih menjadi kendala utama dalam penunggakan yang
dilakukan wajib pajak kendaraan bermotor. Kami Sebagai peneliti melihat
bahwa Kantor SAMSAT kota Ternate membutuhkan pembayaran online
untuk pembayarn pajak kendaraan bermotor. Karena dengan melakukan
pembayaran online wajib pajak bisa melakukan pembayaran dimana saja
sehingga tidak lagi mengalami masalah dalam waktu pembayaran.
Selain MY narasumber AH juga menyampaikan hal yang sama .
Namun AH menambahkan bahwa tidak hanya keterbatasan waktu
melainkan kurangnya pemahaman mengenai dampak yang di rasakan
dalam melakukan pembayaran pajak. Sebagaimana yang di ungkapkan AH
dalam wawancara :
“ Alasan kenapa saya dan juga beberapa orang lain yang sering
melakukan penunggakan itu karena keterbatasan waktu. Terutama
kami yang bekerja sebagai pegawai PNS. Karna jam kerja PNS dan
jam kerja opersional SAMSAT itu bersamaan . Selain itu juga masih
banyak masyarakat yang masih kurang paham mengenai dampak dan
manfaat yang di dapatkan saat membayar pajak”

Untuk kasus seperti diatas,Dari kantor SAMSAT harus lebih banyak


memberikan sosialisi kepada masyarakat khususnya mereka yang masih
kurang paham mengenai dampak positif dari pembayaran pajak .
sehingga masyarakat sadar akan pentingnya pembayaran pajak bagi
kesejahteraan masyarakat dan juga untuk pembangunan nasional.

20
Selain faktor-faktor tersebut . Masalah ekonomi juga menjadi faktor
utama lainnya yang membuat wajib pajak melakukan penunggakan
pembayaran pajak kendaraan bermotor. Pada saat jatuh tempo wajib
pajak tidak memiliki uang karna belum menerima gaji ataupun banyak
keperluan sehingga tidak menyisihkan uang untuk melakukan
pembayaran pajak.
Sebagaimana yang di sampaikan AR dalam wawancara yang
dilakukan di Taman Nukila :
“ Saya menunggak pajak karena pada saat jatuh tempo saya tidak
memiliki uang . saya juga belum menerima selain itu juga banyak
keperluan yang membuat saya tidak menyisihkan uang untuk
PKB Tapi setelah gaji saya cair atau sudah ada uang saya
langsung membayar nya “

Menurut kami sebagai peneliti .Bahwa jika kita mampu untuk


membeli kendaraan motor harusnya kita juga mampu melaksanakan
kewajiban kita dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Kita hanya
perlu menyisihkan minimal Rp5000 untuk setiap harinya untuk dapat
melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor .Alasan ekonomi itu
hanya karna kurangnya pemahaman mengenai pentingnya membayar
pajak sehingga faktor ekonomi dijadikan alasan . Menurut kami sebagai
peneliti untuk dapat menyelesaikan masalah ini .Diperlukan sosialisasi
mengenai pentingnya pajak sehingga timbulah kesadaran diri dalam
membayar pajak.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi , Kami sebagai
peneliti mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor utama rendahnya
pembayaran pajak kendaraan bermotor disebabkan akan tiga hal yaitu ,
Keterbatasan waktu , kurangnya pemahaman mengenai manfaat yang di
dapatkan dari pembayaran pajak, dan juga permasalahan keuangan .
Dari kesimpulan yang kami dapatkan saat melakukan wawancara
kepada wajib pajak yang melakukan penunggak pajak kendaraan
bermotor . Kami menjadikan informasi tersebut sebagai dasar

21
wawancara yang akan kami lakukan di Kantor Bersama SAMSAT Kota
Tenate .
Adapun yang kami dapatkan saat melakukan wawancara di Kantor
Bersama SAMSAT Kota Ternate. Dari hasil wawancara kami
mendapatkan informasi bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak di Kota Ternate masih sangat rendah . Wajib pajak
masih kurang sadar akan pentingnya membayar pajak. Sebagaimana
yang di sampaikan oleh Kepala KASUBAG Tata Usaha dalam sesi
wawancara . Belia mengatakan bahwa:
“ Di Ternate banyak sekali yang melakukan penunggakan pajak
baik motor maupun mobil baik yang milik pribadi maupun
pemerintah.Penunggakan pajak sampai akhir desember 2019
mencapai puluhan milliar. Hal itu terjadi karna tingkat kepatuhan
masyarakat di Kota Ternate masih sangat rendah . Mereka kurang
sadar akan pentingnya memebayar pajak”

Dalam menanggapi hal tersebut SAMSAT melakukan banyak


terobosan untuk mengatasi masalah penunggakan pajak kendaraan
bermotor seperti bekerjasama dengan Pemerintah Kota Ternate untuk
melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu melakukan razia
terpadu bersama pihak kepolisian,Mengirimkan surat tunggakan pajak
ke rumah wajib pajak, Selain itu juga SAMSAT melakukan program
Dor to Dor dimana mereka langsung datang kerumah untuk melakukan
pengihan atas penunggakan pajak .Sebagaima yang di sampaikan ibu
Maisayarha Abusama SH.MH :
“ Kami dari SAMSAT melakukan banyak program untuk mengatasi
penunggakan pajak . Karna penunggakan pajak akan merugikan
negara . Saat ini ada beberapa program kami yang sedang berjalan yaitu
Adanya kerjasama dengan pemerintah kota untuk melakukan sosialisasi
kepada masyarakat maupun dinas-dinas, melakukan razia Bersama
pihak kepolisian , kami melihat data-data penunggak pajak lalu kami
akan mengirimkan surat tunggakan pajak kepada wajib pajak yang
bersangkutan, ada juga program yang beberpa tahun kami terpakan

22
yaitu dor to dor dimana setelah kami mengirimkan surat tunggakan
pajak kepada wajib . Namun si wajib pajak tidak merespon kami akan
melakukan dor to dor . Dimana kami dari Kantor Samsat yang bekerja
sama dengan kepolisian akan langsung datang ke rumah wajib pajak
yang bersangkutan”

Menurut kepala sub bagian tata usaha , program-program tersebut cukup


efektif namun tetap saja masih ada wajib pajak yang kurang sadar
membayar pajak . Sebagaimana yang di sampaikan beliau :

“ Program yang kami lakukan sudah cukup efektif . Terutama program dor
to dor . Karna setelah kami datang kerumah wajib pajak yang bersangkutan
ke esokkan hari nya mereka langsung datang , bahkan ada juga yang hari itu
langsung datang kekantor untuk melunasi nya “

Selain itu juga beliau menambahkan bahwa walaupun hal tersebut di rasa
cuku efektif . Namun Kantor samsat terus melakukan terobosan baru untuk
menangulangi tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih sangat rendah
dalam membayar pajak kendaraan motor di Kota Ternate . Saat ini kantor
Samsat akan meluncurkan aplikasi untuk pembayaran online pajak
kendaraan . Selain itu juga Kantor Samsat juga akan mengeluarkan program
baru yang saat ini telah rancang . Namun program tersebut telah di
sampaikan kepada DPRD Kota ternate dan telah di setujui namun untuk saat
ini masih menunggu kabar dari pusat untu merealisasikan program tersebut .

“Selain program tersebut yang telah berjalan . Kami juga telah membuat
program lain . Untuk saat ini kami akan meluncurkan pembayaran online
untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor . Sekitar bulan maret kami
akan meluncurkan aplikasi pembayaran online. Dan untuk rencana
kedepannya kami telah membuat program baru yang telah kami sampaikan
ke DPRD Kota Ternate dan telah di setujui . Namun untuk penerapannya
kami masih menggu kabar dari pusat . Jadi untuk wajib yang telah
melakukan penunggakan sebesar setengah dari harga motor tersebut kami

23
akan melakukan mengambil motor tersebut dan akan kami lelang . Uangnya
pelelangan motor tersebut akan di gunakan untuk melunasi tunggakan dan
pokok pajak dan jika ada sisa dari uang tersebut maka akan kami berikan
kepada yang bersangkutan “

Kami sebagai peniliti , melihat bahwa semua program-program yang di


lakukan oleh Kantor SAMSAT sudah sangat baik. Namun kantor SAMSAT
hanya perlu melakukan peningkatan kualitas dan program-program yang
dibuat terus di jalankan sesuai tujuan yang ingin di capai .

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang evaluasi


tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan
bermotor di UPT Samsat Sei Rampah. Dengan menggunakan analisis
kualitatif (deskriptif) maka peneliti membatasi data kepatuhan wajib pajak
untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2017. Hal ini dilakukan agar
permasalahan yang diteliti dapat terfokus dan tidak meluas. Berdasarkan
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

1.Berdasarkan data yang telah didapat, bahwa tingkat kepatuhan wajib


pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor Kota Ternate masih
sangat rendah . Dilihat dari data penunggakan pajak dikota ternate yang
mencapai puluhan miliar

. 2. Terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan terjadiny penunggakan


pajak yaitu Keterbatasan waktu , kurangnya pemahaman mengenai manfaat
yang di dapatkan dari pembayaran pajak, dan juga permasalahan keuangan .
3.Upaya yang dilakukan pihak Samsat Kota Ternate dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak sudah maksimal. Melakukan kerja

24
sama dengan berbagai pihak seperti Pemerintah Kabupaten dan
Kepolisian setempat untuk melakukan sosialisasi dan razia rutin
mencerminkan bahwa semua pihak dapat bergabung untuk saling
menyadarkan bahwa memenuhi kewajiban perpajakan sangat penting dan
bermanfaat. Selain juga terdapat program-program baru yang dilakukan
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

B.Saran

Selain menarik kesimpulan diatas, peneliti juga mengajukan beberapa


saran, yang nantinya diharapkan dapat diterapkan dan berguna dalam
meningkatkan Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak
Kendaraan Bermotor diSamsat Kota ternate , antara lain sebagai berikut :
1.Pihak Samsat Kota Ternate harus sering mengadakan sosialiasi secara
langsung maupun tidak langsung guna mengajak Wajib Pajak untuk
lebih sadar dan ikut berpartisipasi dalam membayar pajak
kendaraan bermotor salah satunya dengan cara memanfaatkan berbagai
layanan media sosial untuk melakukan sosialisasi tidak langsung.

2.Melakukan pendataan lebih lanjut terhadap wajib pajak yang menunggak


agar penerimaan pajak kendaraan bermotor semakin optimal sehingga
pendapatan daerah terus meningkat.

3.Membuka peluang untuk menambah sumber daya manusia dibidang


perpajakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak.
4.Wajib pajak sebagai warga Negara yang baik, seharusnya ikut serta
dalam membangun Negara dengan membayar pajak tepat waktu serta
dapat memberikan kritikan maupun solusi kepada pihak terkait yang
berkenaan dengan Pajak Kendaraan Bermotor

25
26

Anda mungkin juga menyukai