Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan
membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut. Untuk kemudian menunjukan
resikodan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan
kegunaan rasio keuangan tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan
dalam konteks apa analisis tersebut dilakukan. Pesatnya perkembangan yang terjadi telah
mendorong dilakukannya studi-studi yang menghubungkan rasio keuangan, dengan
harapan akan dapat ditemukan berbagai kegunaan objektif rasio keuangan. Beberapa
yang telah dilakukan diantaranya adalah yang menguji kegunaan rasio keuangan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan, memprediksi keuntungan saham, dan
memprediksi perubahan laba.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisis Sumber Risiko
Analisis Resiko adalah kegiatan analisa suatu resiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan atau probability dan tingkat keparahan dari akibat atau consequences suatu
resiko. Analisis risiko merupakan pasangan kembar analisis profitabilitas. Keduanya
dipakai untuk menentukan daya tarik suatu perusahaan.
Sumber-sumber dan tipe-tipe risiko bisa dilihat pada bagan berikut ini :
Sumber

Sumber Contoh risiko yang timbul

Internasional Ketidakstabilan pemerintah local

Ketidakstabilan kebijakan pemerintah setempat

Risiko perubahan kurs mata uang

Resesi dunia

Domestik Resesi

Inflasi atau deflasi

Perubahan tingkat bunga

Perubahan demografis

Perubahan kebijakan dalam negeri

Perubahan politik dalam negeri

Industri Perubahan teknologi

Persaingan

Perubahan kekuatan tawar menawar dalam industri

Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industry

Perusahaan Perubahan manajemen

Perubahan strategi

Risiko terkena bencana

Risiko terkena tuntutan hokum

Meskipun risiko-risiko diatas secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi


perusahaan, tetapi perusahaan harus memperhatikan risiko-risiko yang mempunyai
konsekuensi keuangan perusahaan. Tabel di bawah ini menggambarkan kegiatan-kegiatan
perusahaan dan kaitannya dengan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajibannya dengan kas. Oleh karena ini analisisi aliran kas sering dipakai sebagai alat
analisis untuk melihat kemampuan perusahaan sekaligus untuk menganalisis risiko
perusahaan. Perusahaan kadang-kadang mengalami kebangkrutan ( default ) atau tidak bisa
membayar kewajiban-kewajibannya karena tidak mempunyai kas yang cukup, meskipun
perusahaan tersebut cukup menguntungkan.

Tabel kegiatan perusahaan dan aliran kas yang dihasilkan atau dibutuhkan

Kegiatan Kemampuan Kebutuhan yang Analisis yang


perusahaan perusahaan menggunakan kas digunakan
menghasilkan kas
Operasi Profitabilitas perusahaaan Kebutuhan modal kerja Likuiditas
jangka pendek
Investasi Penjualan aset perusahaan Kebutuhan investasi pada Likuiditas
aktiva baru jangka panjang
Pendanaan Kapasitas meminjam Membayar hutang dengan Likuiditas
bunga dan kewajiban lainnya jangka panjang

Analisis risiko biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis risiko jangka pendek
( short term liquidity risk ) dan analisis risiko jangka panjang ( long term liquidity risk ). Struktur
pembicaraan dalam bab ini juga membagi analisis menjadi dua bagian yaitu analisis risiko
jangka pendek dan analisis risiko jangka panjang. Analisi risiko jangka pendek memfokuskan
pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya ( kurang dari satu tahun ),
sedangkan jangka panjang memfokuskan pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya ( lebih dari satu tahun ). Risiko bisa di kelompokkan menjadi dua : (1) Risiko
perusahaan spesifik, dan (2) Risiko sistematis atau risiko pasar. Ide risiko sistematis datang dari
teori portofolio yang mengatakan bahwa diversifikasi bisa menurunkan risiko suatu portofolio.
Tetapi apabila jumlah investasi ditambah sampai tidak terbatas, ada risiko yang tetap tidak bisa
dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko tersebut dinamakan sebagai risiko sistematis, yang akan
mempengaruhi semua perusahaan ( atau investasi ) yang ada di perusahaan. Contoh sumber
risiko sistematis adalah resesi nasional.

Pada saat suatu perekonomian dilanda resesi maka semua perusahaan yang ada akan
terpengaruh: penjualan perusahaan-perusahaan tersebut melambat. Meskipun investor
melakukan diversifikasi secara sempurna, pengaruh resesi tersebut akan mengenai portofolio.
Risiko spesifik perusahaan bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Misalkan terjadi pemogokan
pada suatu pabrik, kejadiaan tersebut akan mempengaruhi laba perusahaan tersebut. Apabila
investor melakukan investasi hanya pada perusahaan tersebut, maka investasi tersebut akan
hancur. Sebaliknya apabila investor mempunyai beberapa investasi, maka kerugian pada
investasi tersebut barangkali akan dikompensasi oleh keuntungan investasi lainnya. Secara total
investasi tidak akan banyak terpengaruh oleh peristiwa pemogokan tadi.

Tabel Skema analisis risiko

Likuiditas jangka pendek Kemampuan Kebutuhan

Rasio lancar Aktiva lancar Hutang lancar

Rasio quick Aktiva lancar Hutang lancar

Rasio aliran kas operasional terhadap Aliran kas dari operasi Hutang lancar
hutang lancar

Analisis rasio aktivitas modal kerja


Perputaran piutang dagang dan Perputaran hutang
Rasio Interest Coverage persediaan dagang

Rasio aliran kas operasional terhadap Pendapatan sebelum bunga dan Biaya bunga
total hutang pajak
Total hutang
Rasio aliran kas operasional terhadap Aliran kas dari operasi
Pengeluaran modal
pengeluaran modal
Aliran kas dari operasi

2.2. Risiko Likuiditas Jangka Pendek


Ada enam rasio yang bisa dipakai untuk memperkirakan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya. Tiga rasio berkaitan dengan besarnya
sumber daya yag tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, yaitu: rasio lancar,
rasio quick dan rasio aliran kas operasional terhadap hutang lancar. Tiga rasio lainnya
berkaitan dengan besarnya modal kerja yang diperlukan untuk tingkat penjualan yang
tertentu: perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran hutang dagang. Ketiga
perputaran tersebut bisa dipakai untuk mengukur rata-rata lamanya dana tertanam pada
aktiva-aktiva tersebut. Semakin lama hari terikatnya dana, berarti semakin besar dana yang
dibutuhkan.
2.2.1 Rasio Lancar
Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio
ini menunjukkan besarnya kas yang dipunyai perusahaan ditambah aset-aset yang bisa
berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang
yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat (tidak lebih dari satu tahun), pada tanggal
tertentu seperti tercantum pada neraca.
Rasio lancar dipengaruhi beberapa hal: Apabila perusahaan menjual surat-surat
berharga yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan menggunakan kas yang
diperolehnya untuk membiayai akuisisi perusahaan tersebut terhadap beberapa
perusahaan lain atau untuk aktivitas lain, rasio lancar bisa mengalami penurunan. Apabila
penjualan naik, sementara kebijakan piutang tetap, piutang akan naik dan memperbaiki
rasio lancar. Apabila supplier melonggarkan kebijakan kredit mereka, misal dengan
memperpanjang jangka waktu hutang, hutang akan naik dan ini akan mengurangi rasio
lancar. Satu-satunya komponen dalam aktiva lancer yang dinyatakan dalam harga
perolehan ( cost ) adalah persediaan. Persediaan terjual dengan harga jual ( bukan harga
perolehan ) yang biasanya lebih besar dibandingkan dengan harga perolehan
Perubahan prinsip akuntansi juga akan mempunyai pengaruh terhadap rasio
lancar. Perubahan dari metode FIFO ( First in first out ) ke LIFO ( last ini first out ) untuk
persediaan akan cenderung memperkecil rasio lancer. Dalam FIFO harga pokok
penjualan mempunyai kecenderungan lebih kecil, dan persediaan akan mempunyai
Kecenderungan lebih besar. Harga barang dagangan yang masuk kemudian akan
cenderung mempunyai harga yang lebih tinggi disbanding dengan harga barang dagangan
yang masuk lebih dulu. Dalam LIFO, harga pokok penjualan akan cenderung lebih besar,
dan persediaan akan mempunyai kecenderungan lebih kecil. Pengguna LIFO akan
cenderung memperkecil rasio lancer
Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang bisa menyulitkan interpretasi rasio lancar:
1. Jika rasio lancar > 1, kenaikan aktiva lancar dan hutang lancar dalam jumlah yang
sama akan menurunkan rasio lancar. Sebaliknya, jika rasio lancar < 1, kenaikan aktiva
lancar dan hutang lancar dalam jumlah yang sama akan menaikkan rasio lancar. Jika
mendekati atau sekitar 1, maka interpretasi rasio lancar akan semakin sulit.
2. Rasio lancar yang tinggi barangkali justru mencerminkan kondisi bisnis yang kurang
menguntungkan, sementara penurunan rasio lancar barangkali akan mencerminkan
kondisi bisnis yang menguntungkan.
3. Perubahan-perubahan yang dilakukan manajemen bisa membuat rasio lancar lebih
baik. Pada saat mendekati tanggal neraca, manajemen bisa melakukan beberapa
transaksi yang membuat rasio lancer lebih baik dibandingkan rasio lancer pada
kondisi normal pada tahun tersebut.

2.2.2 Rasio Quick


Rasio ini menggunakan aset-aset yang akan berubah menjadi kas dengan
lebih cepat. Karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang paling lama
untuk berubah menjadi kas, maka dalam perhitungan rasio quick persediaan
dikeluarkan dari angka yang dibagi (numerator). Meskipun demikian, analis harus
berhati-hati dengan klasifikasi semacam ini. Pada beberapa industri barangkali
persediaan akan berubah cepat menjadi kas, lebih cepat dibandingkan piutang dari
industri lain.
Rasio quick bisa mengalami penurunan. Penurunan ini bisa disebabkan
karena penjualan surat-surat berharga. Secara umum rasio lancar dengan rasio
quick mempunyai korelasi yang tinggi. Kecuali apabila terjadi perubahan-
perubahanpada persediaan, maka kedua rasio tersebut mungkin akan
menghasilkan informasi yang berbeda. Misalkan saja asset-aset lain tetap, hanya
persediaan yang nilainya menunjukkan penurunan. Rasio lancer akan
menunjukkan kecenderungan menurun karena memasukkan nilai persediaan yang
menurun, sementara rasio quick akan menunjukkan kecenderungan tetap ( stabil )

2.2.3 Rasio Aliran Kas terhadap Hutang Lancar


Rasio ini digunakan untuk melengkapi rasio-rasio sebelumnya sekaligus
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan rasio-rasio di atas. Aliran kas dari operasi
dilaporkan dalam laporan aliran kas. Kas tersebut merupakan kelebihan kas yang
diperoleh dari operasi setelah semua kebutuhan modal kerja dan pembayaran
hutang lancar telah dipenuhi. Karena angka yang dibagi dalam persamaan ini
adalah aliran kas dalam satu periode, maka pembagi, agar konsisten, yang dipakai
adalah rata-rata hutang lancar pada periode tersebut.

2.2.4 Rasio Aktivitas Modal Kerja


Siklus suatu bisnis bisa digambarkan sebagai berikut ini :

Kas Keluar Kas Masuk

Untuk membayar bahan mentah Dari pembeli

Pertama kali perusahaan mengeluarkan kas untuk membayar bahan


mentah dan membayar karyawan. Pembelian bisa dilakukan dengan kas, tetapi
juga bisa dilakukan dengan kredit yang berarti perusahaan memperoleh subsidi
dari supplier. Setelah itu barang diproduksi dan kemudian disimpan dalam
persediaan. Apabila penjualan terjadi dan penjualan tersebut dalam bentuk kredit,
maka timbul piutang. Setelah piutang tersebut dibayar, perusahaan menerima kas
kembali. Siklus kas dihitung dengan formula semacam ini :
Hutang dipakai sebagai pengurang karena dengan menggunakan hutang perusahaan
tidak perlu membayar kas terlebih dulu (menunda kas keluar), dan ini akan memperpendek
siklus kas. Untuk melihat rata-rata umur piutang, hutang, dan persediaan, kita harus
menghitung perputaran aktiva-aktiva tersebut. Berikut ini perhitungan perputaran aktiva-
aktiva tersebut :

Perputaran aktiva atau hutang diatas menunjukkan berapa kali dalam satu tahun
aktiva atau hutang tersebut berputar. Untuk perputaran piutang,angka yang dibagi adalah
penjualan. Apabila ada data-data yang lengkap, maka seharusnya yang dipakai adalah
penjualan dengan kredit sedang penjualan dengan kas dikeluarkan dari angka yang dibagi.
Untuk persediaan harga pokok penjualan dipakai karena persediaannya dinyatakan dalam
harga perolehan ( historical cost ), dan untuk perputaran hutang, angka yang dibagi adalah
pembelian. Pembelian kemudian diukur dengan menambahkan harga pokok penjualan ke
persediaan akhir dan kemudian mengurangkan persediaan awal.

Setelah perputaran tersebut dihitung, langkah selanjutnya dalah menghitung jangka


waktu rata-rata untuk tiap aktiva atau hutang tersebut. Ini dilakukan dengan membagi satu
tahun ( yang terdiri dari 365 hari ) dengan perputaran aktiva atau hutang tersebut.
Siklus kemudian bisa di hitung dengan menggunakan rumus diatas, atau analisa
juga menganalisis komponen-komponen diatas secara sendiri-sendiri. Misalkan dua
perusahaan mempunyai siklus kas sebagai berikut :

Perusahaan Perusahaan
keterangan
A B

siklus piutang 30,9 hari 32,6 hari

siklus persediaan 68,9 hari 89,0 hari

siklus hutang (43,5 hari) (41,5 hari)

siluas kas 56,3 hari 80,1 hari

Siklus perusahaan A lebih pendek dibanding siklus perusahaan B. Perusahaan A


dalam hal ini mempunyai risiko likuiditas jangka pendek yang lebih kecil dibandingkan
perusahaan B. Misalkan dengan data historis kedua perusahaan tersebut mempunyai data
keuangan dan rasio-rasio dalam tiga tahun terakhir ini sebagai berikut :

Perusahaan A Perusahaan B

th 1 th 2 th 3 th 1 th 2 th 3

Kas operasi 400 410 450 600 610 650

Kas investasi

penjualan (pembelian) pabrik 200 250 240 300 320 340

Hutang lancer 667 661 692 124 1173 1300

Perusahaan A Perusahaan B

th 1 th 2 th 3 th 1 th 2 th 3

Rasio lancer 1,75 1,74 1,72 1,55 1,55 1,51

Rasio Quick 0,7 0,6 0,55 0,69 0,65 0,61


Rasio Aliran kas terhadap hutang lancar 0,6 0,62 0,65 0,49 0,52 0,5

Dari data di atas nampak bahwa perusahaa A ,mempunyai kemampuan likuiditas


yang lebih baik dibandingkan perusahaan B. Secara umum kedua perusahaan mengalami
penurunan pada rasio lancarnya, meskipun tidak begitu besar penurunannya. Rasio quick
untuk kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan yang cukup berarti. Hal ini
barangkali disebabkan karena kedua perusahaan tersebut menjual surat berharga mereka
untuk membiayai program ekspansi mereka. Secara umum penurunan rasio quick
menunjukkan meningkatnya risiko likuiditas mereka, apalagi kalau program ekspansi
tersebut masih berlangsung lama. Meningkatnya risiko likuiditas yang diimbangi oleh
kemampuan menghasilkan kas yang stabil, menunjukkan risiko likuiditas tidak terlalu
menjadi masalah bagi kedua perusahaan tersebut.

2.3. Risiko Likuiditas Jangka Panjang


Risiko likuiditas jangka panjang mencerminkan ketidakmampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Risiko likuiditas jangka panjang dapat dihitung dengan rasio-rasio dibawah ini :
1. Rasio hutang (debt ratio)
2. Rasio interst coverage (kemampuan membayar bunga)
3. Rasio aliran kas operasional terhadap total hutang
4. Rasio aliran kas terhadap pengeluaran modal

Kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan mencerminkan kemampuan


perusahaan menghasilkan aliran kas masuk. Profitabilitas yang bagus mencerminkan
kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas yang baik dan risiko yang lebih kecil.

2.3.1. Rasio Hutang


Rasio hutang mengukur besarnya hutang jangka panjang dalam struktur modal
suatu perusahaan. Ada beberapa variasi dalam perhitungan rasio hutang.
Keempat rasio tersebut akan memberikan informasi yang sama mengenai
kondisi hutang jangka panjang suatu perusahaan.

Rekening off balance sheet kelihatannya tidak mempunyai pengaruh


terhadap neraca karena tidak tercantum di neraca, meskipun sebenarnya
mempunyai pengaruh. Penyesuaian bisa dilakukan dengan memasukkan item-
item off balance sheet ke dalam analisis. Penghilangan semacam ini membuat
neraca nampak lebih baik, total kewajiban bisa berkurang dan perusahaan
nampak akan lebih kecil risikonya. Contoh beberapa item yang bisa
“dihilangkan” dalam neraca yaitu sewa aset (leasing). Leasing bisa masuk ke
neaca apabila jenisnya capital lease. Tapi jika jenisnya operating lease, maka
sewa hanya akan dicatat sebagai beban sewa dan masuk dalam laporan laba
rugi. Tapi walaupun tidak masuk dalam neraca, itu termasuk contoh biaya yang
bersifat tetap. Item lain yang mirip leasing adalah cadangan pensiun karyawan.
Itu termasuk kewajiban tetap yang harus dipenuhi perusahaan. Dengan
memasukkan item-item off balance sheet, likuiditas jangka panjang akan
semakin tinggi.

2.3.2. Rasio Interest Coverage


Untuk mengukur berapa kali pendapatan sebelum bunga dan pajak bisa
menutup bunga (EBIT). EBIT dipakai karena bunga dibayar dengan
menggunakan EBIT (bunga dikurangkan dari EBIT)

Biasanya rasio lebih kecil dari sekitar 2 dipandang sebagai situasi yang cukup
berisiko.
Jika perusahaan mempunyai kewajiban tetap seperti leasing dan dana
pensiun, jumlah pembayaran tetap ini bisa dimasukkan ke dalam rumus diatas.
Rasio itu kemudian dinamakan fixed charge coverage ratio (rasio kemampuan
pembayaran tetap), jarena rasio tersebut memasukkan semua beban tetap periodik
perusahaan, bukan hanya bunga.

Rasio tersebut mempunyai kelemahan karena menggunakan earning


( pendapatan ) sebagai angka yang dibagi, bukannya aliran kas. Aliran kas
dianggap lebih relevan dalam hal ini, karena bunga atau sewa leasing dibayar
dengan kas. Apabila nilai rasio interest coverage rendah aliran kas dari operasi
bisa digunakan dalam hal ini.

2.3.3. Rasio Aliran Kas Terhadap Total Hutang


Rasio hutang dan rasio interest coverage tidak mengkaitkan kemampuan
perusahaan menghasilkan kas untuk memenuhi utangnya. Dalam hal ini dapat
digunakan rasio aliran kas dari operasi terhadap total hutang. Aliran kas ini
merupakan angka yang sama dengan aliran kas pada rasio yang digunakan untuk
menganalisis risiko likuiditas jangka pendek.

Alternatif lain adalah aliran kas bisa didekati dengan rumus semacam ini :

Besar kecilnya aliran kas untuk pengeluaran investasi bergantung pada


siklus produk yang dipunyai. Rasio ini bisa dianalisis lebih lanjut dengan
mengevaluasi setiap segmen dalam perusahaan. Segmen perusahaan bisa berupa
segmen berdasarkan produk.
Rasio aliran kas operasioanl terhadap pengeluaran modal tidak
mempertimbangkan besarnya hutang secara eksplisit seperti dalam rasio-rasio
hutang, juga rasio yang dipengaruhi oleh tindakan manajemen. Apabila
perusahaan mengalami kesulitan profitabilitas tetapi perusahaan tersebut ingin
mempunyai rasio aliran kas terhadap pengeluaran modal yang baik, manajemen
bisa mengurangi pengeluaran modal (investasi) dan akibatnya malah merusak
daya saing perusahaan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

1. Analisis Risiko bersama-sama dengan analisis profitabilitas digunakan untuk


mengevaluasi daya tarik suatu perusahaan. Ada beberapa sumber risiko: internasional,
nasional, industry, dan perusahaan itu sendiri. Sumber-sumber risiko tersebut secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perusahaan.
2. Analisis risiko biasanya dibagi menjadi dua bagian : (1) Risiko jangka pendek dan (2)
Risiko jangka panjang. Analisis risiko jangka pendek memfokuskan pada kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya ( kurang dari 1 tahun ).
Sedangkan analisis risiko jangka panjang memfokuskan pada kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya ( lebih dari satu tahun ). Risiko juga bisa
dikelompokkan kedalam dua kategori : (1) Risiko spesifikasi perusahaan dan (2)
Risiko sistematis.
3. Beberapa rasio yang penting untuk analisis risiko jangka pendek adalah : (1) Rasio
lancer, (2) Rasio quick (3) Rasio aliran kas operasional terhadap hutang lancar (4)
perputaran piutang (5) perputaran persediaan (6) perputaran hutang. Ketiga rasio
terakhir berkaitan dengan analisis aktivitas modal kerja. Rasio-rasio yang penting
untuk analisis risiko jangka panjang adalah : (1) rasio interest coverage (2) Rasio
aliran kas terhadap total hutang dan (3) Rasio aliran kas terhadap pengeluaran modal.
4. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam analisis rasio. Rekening off balance sheet
kelihatannya tidak mempunyai pengaruh terhadap neraca karena tidak tercantum
dineraca, meskipun sebenarnya mempunyai pengaruh. Penyesuaian bisa dilakukan
dengan memasukkan item-item off balance sheet ke dalam analisis.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kelima.
Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Anda mungkin juga menyukai