Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Sejauh pelaksanaan perpajakan di Indonesia pajak itu dibedakan menjadi beberapa jenis
yang penggolongannya dapat berupa siapa instansi pemungutnya, menurut sifatnya,
menurut golongannya. Berdasarkan instansi pemungutnya pajak dikelompokkan menjadi 2
jenis, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat disebut juga pajak negara, setiap
pungutan yang secara wajib dibayarkan oleh wajib pajak baik orang pribadi maupun badan
kepada pemerintah pusat.

Pajak yang dikelola pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak di bawah
Menteri Keuangan, nantinya akan dikelola untuk membiayai setiap pengeluaran atau
belanja negara seperti kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, serta
pembangunan di dalam APBN. Sedangkan, Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib
kepada yang terutang oleh perseorangan maupun badan yang sifatnya memaksa
berdasarkan undang-undang yang digunakan bagi keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Pada Dasarnya, pajak memang merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa
dipisahkan dari dalam APBN maupun APBD karena secara umum pajak merupakan salah
satu komponen APBN/APBD dengan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara dan
daerah yang banyak membantu pemerintahan dalam memajukan negara itu sendiri.

Salah satu jenis pajak yang dipungut oleh daerah adalah pajak kendaraan bermotor.
Pajak Kendaraan Bermotor ialah pajak mengenai hak kuasa atas kendaraan bermotor. Pajak
Kendaraan Bermotor adalah sebagian pajak potensial dikarenakan banyaknya kendaraan
bermotor yang mendapatkan penambahan jumlah yang berarti di setiap tahun per tahunnya.

Kabupaten Bantul yang menjadi salah satu pusat perekonomian di Daerah Istimewa
Yogyakarta menyebabkan masyarakatnya memerlukan kendaraan bermotor untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Hal tersebut mempengaruhi tingkat kepemilikan
kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul sehingga semakin meningkat, dimana pernyataan
ini didukung dengan adanya data dari Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten
Bantul.

Tabel 1.1
Jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul Tahun 2018-2020
Kendaraan Bermotor yang Terdaftar menurut Jenis kendaraan dan Warna Plat Dasar
Jenis Kendaraan Terdaftar Hitam Kuning Merah Jumlah
2018 2020 2018 2020 2018 2020 2018 2020
1. Sedan 6604 6785 61 20 13 15 6678 6820
2. Jeep 3503 3910 - 0 20 16 3523 3926
3. Mini Bus 39976 45610 45 39 437 481 40458 46130
4. Bis, Bis Mikro 250 271 569 549 22 25 841 845
5. Pick Up 9695 10411 5 3 62 77 9762 10491
6. Light Truck 3671 3813 353 430 69 63 4093 4306
7. Truk 128 139 188 210 2 5 318 354
8. Sepeda Motor 382452 406867 - 0 1486 1591 383938 408458
Jumlah 446279 477806 1221 1251 2111 2273 449611 481330

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten Bantul

Menurut data dari Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten Bantul pada
tahun 2020 terdapat 481.330 kendaraan bermotor yang terdaftar di Kabupaten Bantul.
Jumlah tersebut menigkat dari kendaraan bermotor tahun 2018 terdapat 449.611 kendaraan
bermotor. Dengan besarnya jumlah kendaraan bermotor, maka besar pula potensi
pendapatan yang dapat dari pajak kendaraan bermotor

Tabel 1.2
Data Penunggakan WP PKB Samsat Bantul Periode 2011-2015

Sumber: Kantor Samsat Bantul, data diolah 2016

Berdasarkan pada tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 terjadi
penungggakan pembayaran pajak kendaraan bermotor di Bantul yang berjumlah 5
wajib pajak kendaraan bermotor, sedangkan pada tahun 2012 terjadi penunggakan
kendaraan yang hanya berjumlah 1 wajib pajak kendaraan bermotor, pada tahun 2013
terjadi penunggakan kendaraan yang berjumlah 7 wajib pajak kendaraan bermotor,
pada tahun 2014 terjadi penunggakan kendaraan 11 wajib pajak kendaraan bermotor,
dan pada tahun 2015 terjadi penunggakan kendaraan 29 wajib pajak kendaraan
bermotor. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu adanya faktor-faktor yang dapat
lebih meningkatkan penerimaan pajak suatu negara,terutama tentang kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di Bantul.

Kepatuhan wajib pajak yaitu dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya
dan melaksanakan hak dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan dan undang-
undang pajak yang berlaku (Ilhamsyah dkk., 2016). Kepatuhan wajib pajak
mempunyai hubungan dengan penerimaan pajak karena apabila kepatuhan dari wajib
pajak meningkat, maka secara tidak langsung juga akan memperbesar penerimaan
negara dari sektor pajak.

Dalam upaya mengoptimalkan tingkat kepatuhan agar lebih meningkat pihak samsat
melakukan inovasi sistem baru pada pelayanan, karena salah satu tuntutan masyarakat
kepada pemerintahan adalah peningkatan pelayanan publik (Affandi,2008). Unit
pelayanan samsat drive thru merupakan salah satu terobosan dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan. Masyarakat tidak akan kesulitan mengantri di depan loket sehingga pajak
kendaraan bermotor dapat diurus dengan cepat dan praktis (Mawardi, 2011).

Menurut Mustoffa et al. (2022) terdapat inovasi dan upaya lainnya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak
Kendaraan Bermotor yaitu layanan samsat keliling. Layanan samsat keliling memudahkan
masyarakat dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor karena layanan samsat keliling
yang menggunakan kendaraan bermotor tersebar di daerah terdekat masing-masing wajib
pajak (Cahya dan Ismunawan, 2022), sehingga wajib pajak yang tempat tinggalnya jauh
untuk menjangkau kantor samsat dapat mendatangi layanan samsat keliling yang terdekat
(Haryanti dan Wijaya, 2020).

Upaya lain yang dilakukan pemerintah daerah adalah pemutihan denda pajak kendaraan
bermotor. Pemutihan pajak kendaraan bermotor dapat dikatakan sebagai penghapusan
sanksi administratif berupa bunga dan denda terhadap Pajak Kendaraan Bermotor, dimana
wajib pajak yang memiliki tunggakan dalam membayar pajak kendaraan bermotor hanya
perlu membayar pokok pajaknya saja sedangkan dendanya dihapuskan (Yulitawati &
Meliya, 2021). Maka dari itu, program pemutihan pajak kendaraan bermotor dapat
meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak untuk membayar pajak kendaraan bermotor
karena tidak harus membayar dendanya.

Kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam melaksanakan kewajibannya yaitu


untuk membayar pajak kendaraan bermotor dapat dilihat apakah timbul dari adanya faktor
internal ataupun eksternal (Puteri et al., 2019). Mengacu dari teori atribusi, pada penelitian
ini terdapat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor yaitu dengan adanya pelayanan samsat drive thru dan layanan samsat keliling.
Dengan adanya pengaruh eskternal yaitu program pemutihan pajak kendaraan bermotor
dan layanan samsat keliling diharapkan dapat membantu dan memudahkan wajib pajak 7
untuk melaksanakan kewajibannya sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor.

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Layanan Samsat Drive Thru,
Layanan Samsat Keliling dan Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Samsat Drive Thru berpengaruh terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor di


Kabupaten Bantul
2. Samsat keliling berpengaruh terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor di
Kabupaten Bantul
3. Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh terhadap penerimaan pajak
kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul

C. Pertanyaan penelitian
1. Apakah Samsat Drive Thru berpengaruh terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor di Kabupaten Bantul?
2. Apakah layanan samsat keliling berpengaruh terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor di Kabupaten Bantul?
3. Apakah Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh terhadap
penerimaan pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh samsat drive thru terhadap kepatuhan penerimaan pajak
kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul
2. Untuk mengetahui pengaruh layanan samsat keliling terhadap penerimaan pajak
kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul
3. Untuk mengetahui pengaruh pemutihan denda pajak kendaraan bermotor terhadap
penerimaan pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul

E. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan serta pemahaman
teori-teori mengenai pengaruh layanan samsat drive thru, layanan samsat keliling dan
pemutihan denda pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor serta dapat memberikan informasi dan kontribusi dalam pengembangan teori
khususnya mengenai layanan samsat drive thru, layanan samsat keliling dan pemutihan
denda pajak kendaraan bermotor.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini menjadi kesempatan untuk mahasiswa dalam menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa khususnya mengenai pajak kendaraan bermotor
sehingga kedepannya mahasiswa dapat menjadi wajib pajak yang taat untuk membayar
pajaknya
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kantor Samsat Bantul
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Kantor
Pelayanan Pajak Daerah Kantor Samsat Bantul mengenai penerimaan pajak kendaraan
bermotor setelah adanya layanan samsat drive thru, layanan samsat keliling dan
pemutihan denda pajak kendaraan bermotor serta dapat dijadikan bahan evaluasi untuk
dapat meningkatkan kualitas pelayanan sehingga menjadi lebih baik kedepannya dan
wajib pajak menjadi lebih patuh untuk melaksanakan kewajibannya
c. Bagi STIE Widya Wiwaha
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan dampak yang baik bagi
STIE Widya Wiwaha sebagai sumber bacaan, informasi serta referensi literatur untuk
mendukung penelitian selanjutnya
BAB II
TEORI

A. Landasan Teori
1. Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, Kendaraan Bermotor adalah semua
kendaraan beroda beserta gandengannya yang digu.nakan di semua jenis jalan darat atau
kendaraan yang dioperasikan di air yang digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Pajak Kendaraan Bermotor
yang adalah Pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

2. Samsat drive thru


Samsat drive thru adalah layanan pengesahan STNK, dan pembayaran pajak
kendaraan bermotor roda empat yang tempatnya di luar gedung kantor bersama Samsat
dan memungkinkan pemilik kendaraan melakukan transaksi tanpa harus turun dari
kendaraan bermotor yang dikendarainya (Rahmawati, 2013). Semakin banyaknya
pengguna layanan samsat drive thru maka dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor.

3. Samsat Keliling
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5, 2015 tentang
penyelenggaraan sistem administrasi manunggal satu atap kendaraan bermotor salah
satu jenis pelayanannya adalah dengan SAMSAT Keliling dimana samsat keliling ini
melayani layanan pengesahan STNK, pembayaran PKB dan SWKLLJ dengan
menggunakan kendaraan bermotor yang beroperasi dari satu tempat ke tempat lainnya.

4. Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Bermotor


Penghapusan sanksi administratif pajak kendaraan bermotor ialah pembersihan maupun
pencabutan sanksi berupa uang yang dikarenakan terlmabat membayar pajak kendaraan
bermotor. Masyarakat menyebut hal ini dengan istilah Pemutihan Pajak Kendaraan
Bermotor. Kebijakan ini diumumkan oleh Gubernur dengan tempo waktu tertentu, adalah
dalam waktu kurang lebih tiga bulan dan juga aktif berjalan untuk semua wajib pajak
kendaraan bermotor di suatu provinsi (Setiawan, 2017).
Pemutihan bertujuan agar diberikannya kemudahan kepada wajib pajak supaya dapat
menumbuhkan kepahaman pentingnya dalam menyelesaikan pajak dan dapat
meningkatkan penerimaan pajak daerah yang diurus oleh Dinas Pendapatan Provinsi.
Dengan adanya pemutihan, wajib pajak kendaraan bermotor yang mengalami
keterlambatan pembayaran dapat melunasi pajaknya dengan hanya membayar pokok pajak
kendaraan bermotor tanpa adanya denda keterlambatan.

5. Kepatuhan Wajib Pajak


Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kepatuhan ialah sifat taat ataupun menurut
kepada pedoman maupun hukum. Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu kesediaan wajib
pajak pada menunaikan tanggung jawab perpajakannya seperti yang tertera pda undang-
undang dan aturan yang berjalan (Anggraeni, 2019). Negara memerlukan penerimaan pajak
yang stabil, konstan, dan meningkat, sehingga menuntut wajib pajak untuk ikut serta dalam
melaksanakan perpajakannya. Pemerintah memerlukan kepatuhan wajib pajak yang tinggi.

B. Reviu Penelitian
Sebagai referensi dalam penyusunan penelitian ini, penulis merujuk ke beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu:
Metode
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Hartanti, Pengaruh Samsat Keliling, Regresi linear Secara parsial variabel
Rr Karina Samsat Drive-Thru, E- berganda Samsat Drive Thru
Alviani, Samsat Terhadap mempunyai pengaruh
Ratiyah Penerimaan Pajak yang signifikan
Kendaraan Bermotor Pada terhadap penerimaan
Kantor Samsat Jakarta pajak kendaraan
Timur bermotor di wilayah
Jakarta Timur,
sedangkan secara
parsial variabel Samsat
Keliling dan E-Samsat
tidak mempunyai
pengaruh secara
signifikan terhadap
pajak kendaraan
bermotor di Kantor
Samsat Jakarta Timur.
2 Dewi Pengaruh Pengetahuan Regresi linear Pengetahuan wajib
Kusuma Wajib Pajak, Kesadaran berganda pajak, kesadaran wajib
Wardani, Wajib Pajak, Sanksi Pajak pajak, sanksi pajak
Rumiyatun Kendaraan Bermotor, Dan kendaraan bermotor
Sistem Samsat Drive Thru dan sistem samsatdrive
Terhadap Kepatuhan Wajib thru berpengaruh
Pajak Kendaraan Bermotor secara simultan
(Studi Kasus Wp Pkb Roda terhadap kepatuhan
Empat Di Samsat Drive wajib pajak kendaraan
Thru Bantul) bermotor.
3 Tituk Diah Pengaruh Program Regresi linear 1. Program pemutihan
Widajantie, Pemutihan Pajak Kendaraan berganda pajak kendaraan
Saiful Bermotor, Kesadaran Wajib bermotor berdampak
Anwar2 Pajak, Sosialisasi Pajak, Dan kepada kepatuhan
Pelayanan Terhadap wajib pajak kendaraan
Kepatuhan Wajib Pajak bermotor.
Kendaraan Bermotor (Studi 2. Kesadaran wajib
Pada Kantor Bersama pajak berdampak
Samsat Surabaya Selatan kepada kepatuhan
wajib pajak kendaraan
bermotor
3. Sosialisasi pajak
tidak berdampak
kepada kepatuhan
wajib pajak kendaraan
bermotor.
4. Pelayanan
berdampak kepada
kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor.
C. Hipotesis Teoritis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka peneliti menarik hipotesis
teoritis sebagai berikut :

1. Pengaruh layanan samsat keliling terhadap penerimaan Pajak di Kantor Samsat


Kabupaten Bantul.
Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara layanan samsat keliling terhadap
penerimaan Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara layanan samsat keliling terhadap penerimaan
Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
2. Pengaruh layanan samsat drive thru terhadap penerimaan Pajak di Kantor Samsat
Kabupaten Bantul.
Ho: Tidak Terdapat pengaruh signifikan antara layanan samsat drive thru terhadap
penerimaan Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara layanan samsat drive thru terhadap
penerimaan Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
3. Pengaruh signifikan antara pemutihan denda pajak kendaraan bermotor terhadap
penerimaan Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
Ho: Tidak Terdapat pengaruh signifikan antara pemutihan denda pajak kendaraan
bermotor terhadap penerimaan Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara pemutihan denda pajak kendaraan bermotor
terhadap penerimaan Pajak di Kantor Samsat Kabupaten Bantul.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresweel
(2010, hlm. 24) menyatakan bahwa, “pendekatan kuantitatif adalah pengukuran
data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel
orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan
tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan mereka”.
Menurut Cresweel (2010) dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan
bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta interpretasi data statistik.
Peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori dengan
cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk
mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan
informasi statistika. Pendekatan penelitian yang dalam menjawab permasalahan
penelitian memerlukan pengukuran yang cermat terhadap variabel variabel dari
objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan
terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi.
B. Objek Penelitian
Menurut Husein Umar (2013:18) objek penelitian menjelaskan tentang apa dan
atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian
dilakukan. Bisa juga ditambakan hal-hal lain juga di anggap perlu.
Objek dalam penelitian ini adalah layanan penerimaan pajak kendaraan
bermotor di Kantor Samsat Bantul. Data yang digunakan yaitu data penerimaan
pajak kendaraan bermotor dari layanan samsat keliling, Drive Thru, dan program
pemutihan denda pajak kendaraan bermotor. Diperlukan juga data total penerimaan
pajak dari tahun 2022 samapi dengan 2023 di Samsat Bantul.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono,2008). Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Variabel bebas atau independent Variable (X)
Variabel independen dalam penelitian ini X1 yaitu Samsat Keliling, X2
yaitu Samsat Drive Thrudan X3 Program Pemutihan Denda
2. Variabel terikat atau dependent variable (Y)
Variabel terikat atau dependent variable (Y) dalam penelitian ini adalah
penerimaan pajak kendaraan bermotor.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur kejadian
(variabel penelitian) alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian adalah
alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian.
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik.
Pengukuran instrumen penelitian ini menggunakan Skala Likert, Skala Likert
adalah menentukan pendapat seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek
sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu
dilakukan dengan mengkualifikasi respon seseorang terhadap pernyataan yang
disediakan. Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik
atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga, karena lebih memaksimalkan perbedaan
sikap responden. Selain itu, tidak ada peluang bagi responden untuk bersikap netral
sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap apa yang
dinyatakan dalam instrumen yang dapat dilihat pada tabel
1 Sangat Setuju
2 Setuju
3 Tidak Setuju
4 Sangat Tidak Setuju

Dalam penelitian ini instrumen penelitian dibagi menjadi dua yakni berdasarkan
pada variable yang diteliti berupa variable X dan variable Y.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dari narasumber dengan
menggunakan banyak waktu. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah.
Dokumentasi merupakan satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam
arti sempit dokumen berarti barang-barang atau benda-benda tertulis, sedangkan
dalam arti yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi
dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan symbol-simbol lainnya.
Adapun perolehan data dalam penelitian ini dilakukan melalui berbagai dokumen
tentang “Pengaruh Layanan Samsat Drive Thru, Layanan Samsat Keliling dan
Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor” dengan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan
studi dokumentasi ini akan diperoleh data tertulis tentang kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti. Peneliti tidak lupa mencatat informasi yang nonverbal. Pencatatan ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang utuh, sekaligus mempermudah
penulis mengungkapkan makna dari apa yang hendak disampaikan oleh responden.
F. Metode Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah
dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator
dengan total skor konstruk (correlated item-total correlation). Data dikatakan
valid jika r hitung > r tabel untuk degree of freedom (df) = n-3 dan total setiap
konstruknya signifikan pada level 0,05 atau 0,01.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu.Suatu variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut [Ghozali, 2016], uji normalitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk pengujian ini
bisa digunakan uji one sample kolmogorov-smirnov.Jika Hasil diatas 0,05
maka berdistribusi normal, jika dibawah 0,05 maka data berdistribusi tidak
normal.
b. Uji Heterokadisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji statistik yang digunakan adalah uji
scatterplot dan uji park. Dengan melihat grafik scatterplot antar nilai variabel
terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Cara memprediksi ada
tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model adalah dilihat dari pola gambar
scatterplot model tersebut.
Cara kedua yang dapat dilakukan untuk menguji heteroskedastisitas
adalah dengan uji park. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi
tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa data model
empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas dan sebaiknya jika
parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homokedastisitas
pada data model tersebut tidak dapat ditolak.
c. Uji multikolinieritas
Menurut [Ghozali, 2016] pengujian multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIF kurang
dari 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas.
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium),
bila dua atau lebih variabel independen sebagai factor predictor dimanipulasi
(dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila
jumlah variabel independennya minimal 2.
Berikut adalah persamaan regresi berganda untuk dua predictor:
Y = α + β1X1 + β2X2
Untuk bisa membuat ramalam melalui regresi, maka data setiap variabel
harus tersedia. Selanjutnya, berdasarkan data itu peneliti harus dapat
menemukan persamaan melalui perhitungan.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik merupakan dugaan atas pernyataan mengenai satu
atau lebih populasi yang perlu diuji kebenarannya. Benar atau tidaknya suatu
hipotesis statistic belum dapat diketahui dengan pasti kecuali melakukan
pengujian dengan menggunakan populasi.
a. Uji t
Digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara individual. Uji t dapat dilihat dari nilai
signifikan, ketika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen maka hipotesis yang
diajukan gagal ditolak. Sedangkan ketika nilai signifikan lebih besar dari 0,05
maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen maka hipotesis yang diajukan ditolak.
b. Uji f
Digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas
terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara
simultan maka dalam kategori tidak cocok atau not fit. Uji F adalah uji untuk
menguji apakah variabel bebas yaitu X1, X2 mampu menjelaskan perubahan
nilai variable.
c. Uji Koefisien
Determinasi Koefisien Determinasi (R2 ) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas.22 Dalam kenyataan nilai adjusted R2
dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif.
Menurut Gujarati dalam Ghozali, jika uji empiris didapat nilai R2 negatif, maka
nilai adjusted R 2 bernilai nol. Secara matematis : 1) Jika nilai R2 = 1, maka
adjusted R 2 = R2 = 1 2) Jika niali R2 = 0, maka adjusted R 2 = (1-k) (n-k) Jika
k>1, maka adjusted R 2 akan bernilai negative

Anda mungkin juga menyukai