Anda di halaman 1dari 6

Machine Translated by Google

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor


Kepatuhan di UPT PPD Samsat Pandan,
Kabupaten Tapanuli Tengah

, Erlina2, Tarmizi3
Ardiansyah Putra Lubis1
1Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pedesaan
1,2,3Universitas Sumatera, Indonesia

Abstrak Kata kunci


kesadaran wajib pajak; pengenaan
Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak
sanksi administratif; pengenaan
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di UPT PPD Samsat
denda; kepatuhan wajib pajak
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, 2) Menganalisis pengaruh pengenaan
sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di UPT
PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, 3) Menganalisis pengaruh
pengenaan denda terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di UPT
PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, 4) Menganalisis pengaruh
kesadaran bersama wajib pajak, pengenaan sanksi administrasi, dan pengenaan
sanksi denda atas kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada UPT PPD
Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, dan 5) Menganalisis hubungan
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam pembangunan wilayah
Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tapanuli Tengah
tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor Pada UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor di UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Pengenaan
sanksi administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah. Pengenaan denda berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di UPT PPD Samsat Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah. Kesadaran wajib pajak, pengenaan sanksi
administrasi dan pengenaan denda secara bersama-sama berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di UPT PPD
Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Kepatuhan pajak kendaraan
bermotor terkait dengan pembangunan Kabupaten Tapanuli Tengah

daerah.

I. Pendahuluan

Pajak kendaraan bermotor memiliki potensi yang besar sebagai sumber pendapatan daerah,
namun masih belum optimal jika melihat banyaknya wajib pajak di Indonesia pada umumnya dan
Provinsi Sumatera Utara pada khususnya yang belum menjadi wajib pajak yang patuh (dalam hal ini
ketepatan dalam membayar pajak). Salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang belum patuh
membayar pajak kendaraan bermotor adalah UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. UPT PPD

______________________________________________________________
DOI: https:// doi.org/ 10.33258/ birci.v4i4.3365 13026
Machine Translated by Google
Jurnal Lembaga Riset dan Kritik Internasional Budapest (BIRCI-Journal)
Volume 4, No 4, November 2021, Halaman: 13026-13031
e-ISSN: 2615-3076(Online), p-ISSN: 2615-1715(Cetak)
www.bircu-journal.com/ index.php/ birci
email: birci.journal@gmail.com

Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan tempat wajib pajak kendaraan bermotor di
Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotornya.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari hasil survei di UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah pada bulan Januari 2020 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penerimaan pajak tepat waktu pada
tahun 2019 berada pada persentase 62% dari total penerimaan pajak. , hal ini menunjukkan kesadaran wajib
pajak masih belum optimal. Belum optimalnya kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan karena sebagian
masyarakat yang membeli kendaraan berada di kawasan perkebunan sehingga merasa tidak perlu membayar
pajak secepatnya.
Praktek pemungutan pajak banyak dijumpai pada tindakan penghindaran pajak, baik aktif maupun
pasif. Dengan demikian perbuatan tersebut dilakukan secara sengaja oleh wajib pajak maupun tidak sengaja
karena dipengaruhi oleh berbagai faktor (Hasanuddin, 2014). Wajib Pajak yang tidak memiliki kepatuhan
dalam membayar pajak akan menyebabkan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terhambat, hal ini dikarenakan tingkat kepatuhan perpajakan secara tidak langsung mempengaruhi
ketersediaan pendapatan untuk belanja dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi kepatuhan wajib pajak
maka semakin tinggi penerimaan pajak, begitu pula sebaliknya. (Torgler, 2005) mengemukakan bahwa salah
satu masalah paling serius bagi pembuat kebijakan ekonomi adalah mendorong kepatuhan wajib pajak.
Penegakan hukum dalam perpajakan kendaraan bermotor diwujudkan melalui pemberian sanksi
berupa pengenaan sanksi administrasi pajak kendaraan bermotor kepada wajib pajak yang tidak melakukan
pembayaran sesuai dengan jatuh tempo yang tertuang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPB). Sanksi
perpajakan memiliki peran penting dalam memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak agar tidak mengabaikan
peraturan perpajakan. Masyarakat harus menyadari bahwa dengan menikmati hasil pembangunan,
masyarakat harus memiliki tanggung jawab untuk membayar pajak atas pelaksanaan pembangunan daerah.
Kesadaran akan tanggung jawab ini merupakan hal yang fundamental dalam pembangunan dan diharapkan
kepatuhan wajib pajak dapat terwujud. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPT PPD
Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah”.

II. Tinjauan Sastra

2.1 Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak menerima jasa timbal balik (kontrapretasi) yang dapat langsung diperlihatkan, dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2016). Smeets dalam Agoes
(2014) berpendapat bahwa pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual;
sarana untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Lebih lanjut Waluyo (2011) mendefinisikan pajak sebagai
prestasi yang dibebankan secara sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma yang pada
umumnya ditetapkan) tanpa ada kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran.

Menurut Suandy (2011), fungsi pajak adalah sebagai berikut: Fungsi keuangan (anggaran) dan fungsi
pengaturan. Jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Pejabat, 2011): Menurut Golongan (pajak
langsung dan pajak tidak langsung), menurut sifatnya (pajak subyektif dan pajak obyektif), menurut instansi
pemungutnya (pajak negara/pusat dan pajak daerah). ). Menurut Mardiasmo (2016), sistem pemungutan
pajak dapat dibedakan menjadi 3 sistem, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, dan
Withholding System. Pajak adalah jenis pajak subyektif yang kewajiban perpajakannya melekat pada Subyek
Pajak yang bersangkutan (Hendayana, 2021). Pajak merupakan kebutuhan yang telah ditetapkan oleh negara
sebagai kewajiban warga negara (Marpaung, 2020). Pajak merupakan pungutan yang wajib dibayar oleh
rakyat kepada negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum (Siregar,
2019).

13027
Machine Translated by Google

2.2. Pajak lokal


Pajak daerah sebagai kewajiban masyarakat untuk menyerahkan sebagian kekayaannya kepada
daerah karena suatu keadaan, peristiwa atau perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai sanksi atau undang-undang (Rahardjo, 2011). Pajak daerah menurut Siahaan (2010)
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. dengan
penjelasan di atas, UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan
pengertian daerah sebagai iuran wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, tanpa mendapat imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah. kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.
Pajak daerah harus memenuhi beberapa asas umum, sehingga pemungutannya dapat dilakukan
secara efisien dan efektif. Dari beberapa asas yang biasa digunakan dalam bidang perpajakan, di bawah
ini adalah beberapa asas pokok pajak yang baik, antara lain asas pemerataan, asas kepastian, asas
kemudahan, dan asas efisiensi.
Untuk mempertahankan asas tersebut, perpajakan daerah harus memiliki karakteristik tertentu. Ciri-ciri
yang dimaksud, terutama yang terjadi di banyak negara berkembang, adalah:
1) Pajak daerah dapat dipungut secara ekonomis, artinya perbandingan antara Pajak
pendapatan harus lebih besar dari biaya pengumpulan;
2) Relatif stabil, artinya penerimaan pajak tidak terlalu berfluktuasi, kadang meningkat drastis dan
kadang menurun tajam;
3) Dasar pengenaan pajak harus merupakan perpaduan antara asas manfaat dan asas kemampuan membayar.

2.3. Pajak Kendaraan


Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas pemilikan atau penguasaan
kendaraan bermotor (kendaraan roda dua atau lebih beserta trailernya yang digunakan pada semua
jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor dan peralatan lain yang berfungsi
untuk mengubah sumber daya energi tertentu menjadi daya). Pergerakan kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk peralatan bergerak besar).
Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor (Kurniawan dan Purwanto, 2004). Siahaan (2010) mendefinisikan pajak kendaraan bermotor
sebagai pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor, dan mengatakan bahwa
pada saat diundangkannya UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun
2000, pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air di beberapa provinsi dikenai jenis pajak
tersendiri yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Kendaraan Di Atas Air (PKKAA). Hal ini
wajar mengingat kendaraan bermotor pada dasarnya berbeda dengan kendaraan di atas air.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 1 Ayat
(13) menjelaskan bahwa “Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dan gandengnya yang
digunakan pada semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor atau
peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah sumber energi tertentu menjadi tenaga penggerak
kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat berat dan peralatan besar yang dalam
pengoperasiannya menggunakan roda dan motor dan tidak terpasang secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air.

2.4. Sanksi Administratif


Sanksi adalah hukuman negatif bagi orang yang melanggar peraturan, dan denda adalah hukuman
dengan membayar uang karena melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
dapat dikatakan bahwa denda adalah hukuman negatif bagi orang yang melanggar aturan dengan
membayar uang (Suhartono, 2010). . Indikator sanksi administrasi menurut Suhartono (2010) adalah
keterlambatan pembayaran pajak, bunga 2% per bulan, pengenaan sanksi administrasi,

13028
Machine Translated by Google

pengenaan denda, pajak sebagai iuran rakyat, perhitungan denda, dan tujuan sanksi administrasi.

2.5. Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai memasukkan dan melaporkan informasi yang diminta
secara tepat waktu, mengisi dengan benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak tepat waktu
tanpa tindakan paksaan. Ketidakpatuhan muncul ketika salah satu ketentuan definisi tidak terpenuhi (Eliyani.
2006). Novak (2006), mengemukakan bahwa indikator kepatuhan Wajib Pajak adalah Disiplin Membayar
Pajak, Tingkat Pengetahuan Pajak, Sosialisasi Pajak, Sosialisasi Sanksi Administrasi Perpajakan, Wajib
Pajak memahami dan berusaha memahami Undang-Undang Perpajakan, dan Taat Pajak.

AKU AKU AKU. Metode penelitian

Penelitian ini menurut jenis data dan analisisnya dapat dikelompokkan menjadi data kuantitatif.
Lokasi penelitian dilakukan di UPT PPD Samsat Kabupaten Tapanuli Tengah. Data primer diperoleh dari
jawaban kuesioner yang diberikan kepada responden wajib pajak kendaraan bermotor. Data sekunder
diperoleh dari UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah berupa data wajib pajak yang
membayar dan tidak membayar pajak kendaraan bermotor selama periode enam tahun yaitu tahun 2015
sampai dengan tahun 2019. Jumlah penduduk sebanyak 20.986 wajib pajak sebagai dasar perhitungan
menentukan jumlah sampel responden yang akan diperoleh. . Selanjutnya dengan menggunakan rumus
Slovin diperoleh jumlah sampel sebesar 99,52 WP dan dibulatkan menjadi 100 WP sampel responden.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Untuk
menjawab rumusan masalah penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum menguji
hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

IV. Diskusi

4.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Pada
UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT PPD Samsat
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kesadaran
wajib pajak maka semakin besar pula kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, hal ini disebabkan
penilaian positif masyarakat (wajib pajak) bahwa membayar pajak merupakan kontribusi wajib pajak
terhadap terciptanya kesejahteraan bagi dirinya dan bangsa sebagai suatu utuh. Dengan adanya
pemikiran tersebut dapat menciptakan kesadaran wajib pajak yang tinggi, sehingga pemahaman dan
pelaksanaan kewajiban membayar pajak menjadi lebih baik. Sehingga dapat meningkatkan tingkat
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Tapanuli Tengah.

4.2 Pengaruh Pengenaan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Pada UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Pengenaan sanksi
administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor pada UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pengenaan sanksi administrasi maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor. Sanksi perpajakan adalah peraturan perundang-undangan perpajakan yang dibuat agar wajib
pajak dapat patuh, tunduk, dan patuh terhadap peraturan tersebut. Adanya sanksi perpajakan akan
membuat wajib pajak lebih patuh membayar pajaknya. Sanksi pajak merupakan faktor eksternal dalam
teori atribusi, karena adanya peraturan berupa pemberian

13029
Machine Translated by Google

sanksi administrasi berupa kenaikan atau bunga dapat membuat wajib pajak patuh membayar pajak, dan
dengan sanksi pajak ini wajib pajak dapat lebih patuh dan tepat waktu dalam membayar pajak kendaraan
bermotor. Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kabupaten
Tapanuli Tengah, karena semakin besar sanksi pajak yang diberikan maka semakin besar pula kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor saat membayar pajak.

4.3 Pengaruh Pengenaan Sanksi Denda Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
Pada UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Pengenaan denda berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada UPT PPD Samsat Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengenaan denda maka semakin
tinggi pula kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Pengenaan denda adalah pengenaan sanksi
administrasi berupa denda kepada wajib pajak penghasilan dan pengusaha kena pajak sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 ayat (1) UU KUP. Sanksi administratif berupa denda dikenakan karena tidak menyampaikan
surat pemberitahuan dalam jangka waktu yang ditentukan, termasuk perpanjangan jangka waktu
penyampaian surat pemberitahuan.

4.4 Pengaruh Bersama Kesadaran Wajib Pajak, Pengenaan Sanksi Administrasi, dan Pengenaan
Denda terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah Kesadaran wajib pajak, pengenaan sanksi administrasi dan pengenaan denda secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin meningkat kesadaran wajib pajak, pengenaan sanksi administrasi dan pengenaan denda
maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

4.5 Hubungan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dalam Pembangunan Daerah Kabupaten
Tapanuli Tengah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting disamping
penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas dan penerimaan negara bukan pajak. Pemerintah terus
berupaya untuk meningkatkan target penerimaan negara dari sektor pajak. Penerimaan pajak dipengaruhi
oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan
masyarakat sehingga masyarakat memiliki kemampuan finansial untuk membayar pajak. Selain itu, jumlah
pemungutan pajak, penambahan wajib pajak dan optimalisasi penggalian sumber pajak melalui objek pajak
juga berperan dalam peningkatan penerimaan pajak.

Peran pajak sebagai penerimaan dalam negeri menjadi sangat dominan, namun masih belum
optimal jika dilihat dari jumlah wajib pajak yang belum menjadi wajib pajak yang patuh. Padahal,
kebersamaan bangsa menuju pembangunan mandiri membutuhkan dedikasi dan disiplin yang tinggi. Oleh
karena itu, setiap rakyat Indonesia harus menyadari bahwa semakin menikmati hasil pembangunan,
semakin besar pula tanggung jawab pajak rakyat dalam pelaksanaan pembangunan. Kesadaran akan
tanggung jawab ini merupakan nilai fundamental dalam pembangunan dan diharapkan kepatuhan
perpajakan dapat terwujud. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan indikator penting untuk menilai
tingkat keberhasilan pelaksanaan otonomi. Besarnya kontribusi PAD dalam APBD merupakan ukuran
keberhasilan pelaksanaan pembangunan, peningkatan pelayanan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Semua daerah otonom harus mampu meningkatkan kontribusi PAD dalam APBD, karena
pembentukan daerah otonom didasarkan pada potensi yang dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

13030
Machine Translated by Google

V. KESIMPULAN

1) Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap wajib pajak kendaraan bermotor
kepatuhan di UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah
2) Pengenaan sanksi administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor pada UPT PPD Samsat Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah 3) Pengenaan denda berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada UPT PPD Samsat Pandan ,
Kabupaten Tapanuli Tengah.
4) Kesadaran wajib pajak, pengenaan sanksi administrasi dan pengenaan denda secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di UPT PPD Samsat
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
5) Kepatuhan pajak kendaraan bermotor terkait dengan pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Referensi

Agoes, S. 2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.


Eryandi, G., L. Alfansi dan Benardin, 2011. Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Bengkulu. Jurnal
Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan, Vol. 4 (02): 37-44.

Hendayana, Y. et.al. (2021). Bagaimana Persepsi Pemanfaatan Teknologi e-Filling Meningkatkan Pengetahuan Wajib
Pajak Disabilitas Indonesia dan Dampak Kepatuhan Pajak. Budapest International Research and Critics
Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 4 (2): 1687- 1696.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Marpaung, A. (2020). Regulasi Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan di Indonesia. Budapest International
Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 3 (3): 2109- 2116.

Novak, ND 2006. Administrasi Perpajakan dalam Teori dan Praktek. Penerbit Preager, London Official, S. 2011.
Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Empat Salemba.
Rahardjo, A. 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siahaan, M/P. 2004. Utang Pajak untuk Pemenuhan Kewajiban dan Pemungutan Pajak oleh
Surat Paksa. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Siregar, R., Nasution, IR, dan Arifin, MA (2019). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Badan, Peningkatan NPWP Badan
dan Pemeriksaan Pajak Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan Sanksi Perpajakan Sebagai Variabel
Moderasi di KPP Pratama Medan Petisah. Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-
Journal) Vol 2 (4): 385-400.

Suandy, E. 2011. Hukum Perpajakan. Jakarta: Empat Salemba.


Suhartono, I. 2010. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Torgler, B. (2005). Demokrasi Langsung dan Moral Pajak. Jurnal
Politik Eropa
Ekonomi, 21(3): 525-531.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

13031

Anda mungkin juga menyukai