Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I PENDAHULAAN

1.1 Latar Belakng Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar disamping penerimaan non

pajak. Sebagai sumber penerimaan yang terbesar maka dari itu pajak harus dikelola

dengan baik agar penerimaannya dapat maksimal. Salah satunya yaitu dengan adanya

kebijakan pajak yang merupakan sarana dalam mengatur hal terkait dengan perpajakan.

Dalam pelaksanaannya kebijakan perpajakan harus didukung dengan kualitas

administrasi pajak yang baik. Administrasi Pajak itu sendiri adalah suatu proses kegiatan

yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai fungsi perpajakan yang mengacu kepada

hukum pajak untuk menunjang tujuan sistem perpajakan. Fungsi administrasi pajak

merupakan sarana untuk mengontrol perilaku kegiatan atau ukuran kepatuhan

(compliance) Wajib Pajak dan kinerja aparat pajak.

Salah satu Pajak Daerah yang dipungut pemerintah daerah dari rakyat adalah Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB). Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di provinsi

Lampung Nomor 2 Tahun 2015 tentang perubahan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan

beroda berserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan

oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah

suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga bergerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan, termasuk alat berat dan alat besar yang dalam operasinya mengunakan roda

dan motor yang tidak melekat secara permanen serta kendaran bermotor yang dioperasikan

di air Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dipungut pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor telah menjadi sarana transportasi


2

yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Selain. itu, akses jalanan dan adanya persekutuan

dagang yang menjual kendaraan bermotor dengan cara kredit memicu masyarakat untuk

memiliki kendaraan bermotor.

Kepatuhan pajak adalah dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dan

melaksanakan hal perpajakan dengan baik dan sesuai dengan undang-undang pajak yang

berlaku. Kepatuhan pajak merupakan salah satu penunjang yang bisa mampu

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya pasti

akan terus meningkat sehingga diharapkan kepatuhan wajib pajak juga meningkat. Tingkat

kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kesadaran

wajib pajak, kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong kewajibannya untuk

mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar.

Dari tahun ke tahun angka produksi kendaraan bermotor dalam negeri mengalami

kenaikan terus menerus dan ini berarti bahwa jumlah kepemilikan kendaraan bermotor juga

semakin meningkat. Meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor, mengakibatkan

terjadinya peningkatan penerimaan di sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Pelaksanaan

pemungutan pajak kendaraan bermotor itu sendiri dipungut melalui kantor bersama Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT). Pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan

Bermotor yang diselenggarakan oleh unit pelayanan Kantor Bersama SAMSAT ini

melibatkan tiga instansi Pemerintah, yaitu : Dinas Pendapatan Daerah, Polisi Republik

Indonesia, dan PT.(Persero). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor Dalam

proses pencatatan dan pembayaran pajak kendaraan bermotor menggunakan Sistem

Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT) dalam pengeluaran STNK,

pembayaran pajak, BBNKB (Bea Balik Nomor Kendaraan Bermotor) dan Sumbangan Wajib
3

Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLJ) semuanya dilakukan dalam satu atap

sehingga masyarakat mudah dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak

kendaraan bermotor Wawancara dengan Rizal Abdullah, Badan Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Selatan pada tanggal 4 April 2017. Selain dari itu banyak wajib pajak yang

berdomisili jauh dari kantor samsat, sehingga sulit untuk menjangkau tempat tersebut.

Mengingat jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya sehingga dalam

pemungutan pajak kendaraan bermotor harus lebih diefektifkan lagi terutama dalam

penagihan pajak kendaraan bermotor. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan

tentang kepatuhan wajib pajak, yaitu sistem administrasi perpajakan yang dilakukan oleh

Chong dan Arunachalam (2018), Nkundabanyanga et al (2017), dan Muhammad dkk (2017)

menunjukan bahwa sistem administrasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lita dan Nik (2018)

yang menunjukan bahwa sistem administrasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak

Berbagai macam permasalahan yang terjadi, salah satunya di wilayah pada UPTD

Samsat Wilayah II Kalianda Kabupaten Lampung Selatan seperti masalah dalam perpajakan

yang terletak pada sejauh mana kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya

sesuai perundang-undangan yang berlaku, dimana masih banyak masyarakat yang kurang

patuh dalam membayar pajak seperti menunggak pembayaran pajak, bahkan ada yang

memang kurang peduli terhadap kewajibannya dalam membayar pajak kendaraan

bermotornya. Sehingga hal ini menjadi dasar peneliti untuk melakukan analisis lebih jauh

mengenai kesadaran wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak baik dari aspek internal ataupun

eksternal dala meningkatkan kepatuhan wajib pajak warga Kabupaten Lampung selatan , agar

kepatuhan wajib pajak yang ada di Kabupaten warga Kabupaten Lampung selatan ke

depannya bisa lebih baik lagi.


4

Tabel 1.1 Target dan Realisasi PKB dan BBN KB pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan

Target Realisasi Persentase


Tahun
(Rp.) (Rp.) (%)

2016 104.000.000.000 94.479.367.721 87,12

2017 104.000.000.000 113.965.252.487 118

2018 129.830.000.000 121.141.247.156 83,20

2019 127.370.000.000 124.656.137.308 98,39

2020 103.326.900.000 83.882.178.345 70,50


Sumber: Data UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Kabupaten Lampung Selatan (2021)

Tabel I.1 ini menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor di UPTD

Samsat Wilayah II Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2016 memiliki target

sebesar Rp. 104.000.000 .000 akan tetapi realisasi hanya Rp. 94.479.367.721 yang dalam

persentase mencapai 87, 12%, pada tahun 2017 mengalami kenaikan dari target penerimaan

pajak kendaraan bermotor target sebesar Rp. 104.000.000 .000 realisasinya Rp.

113.965.252.487 mengalami mengalami kenaikan 118 %, paada tahun 2018 target pajak

dinaikan menjadi Rp. 129.830.000.000 dan terrealisasi sebesar Rp. 121.141.247.156 atau

sebesar 83,20 %. Pada tahun 2019 target dinaikan kembali sebesar Rp. 127.370.000.000

dan terrealisasinya sebesar Rp. 124.656.137.308 dengan pencapaian persentase 98, 39 % .

pada tahun 2019 ini kepatuhan wajib pajak membayar pajak lebih tinggi sebesar 15,19 dari

tahun 2018 dimana terget penerimaan PKB dan BBN KB pada UPTD Samsat Wilayah II

Kalianda Kabupaten Lampung Selatan diturunkan dari Rp. 129.830.000.000 menjadi Rp.

127.370.000.000. Pada tahun 2020 UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan kembali menurukan target wajib Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesr

Rp. 103.326.900.000 dan terrealisasi sebesar Rp83.882.178.345 atau sebesar 70,50 % atau

lebih kecil 27, 89% dari tahun 2019. Namun meningkatnya penerimaan pajak tersebut juga

diiringi ketidak patuhan wajib pajak kendaraan bermotor karena jumlah unit yang harus

membayar kewajiban pajaknya


5

Tabel 1.2 Rekapitulasi Kegiatan Optimalisasi Penagihan Pajak Kendaraan pada


Kantor UPTD Samsat Wilayah II Kalinda Lampug Selatan tahun 2020.
Jumlah
No Status Kendaraan
(Unit)
1 Berjanji Membayar 1.773
2 Alamat Tidak Ditemukan 1.121
3 Pindah Alamat 1.831
4 Rusak Berat 1.273
5 Hilang 71
6 Barang Bukti Polisi 14
7 Dijual 3.139
8 Lain-lain 374
Jumlah 9.596
Sumber: Data UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Kabupaten Lampung Selatan (2021)

Berdasarkan data diatas jumlah unit yang harus membayar kewajiban pemungutan

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yakni sejumlah 9596 unit yang berasal dari berjanji

membayar sebayak 1773 unit, alamat tidak ditemukan 1121 unit, pindah alamat 1831 unit,

rusak berat 1273 unit, hilang 71, Barang bukti polisi 14 unit, dijual 3139 unit dan lainlain

374 unit. kepatuhan wajib pajak yang tidak meningkat akan mengancam upaya pemerintah

untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah. Untuk menunjang kelancaran proses

pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) demi meningkatkan penerimaan Pajak

Daerah maka harus diimbangi dengan usaha-usaha yang lebih efisien. Sehingga mendorong

pemerintah mengoptimalkan pelayanan dalam pembayaran pajak.

Fenomena yang penulis dapat dari pra wawancara penelitian dengan informan dari

Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD) UPTD Samsat wilayah II Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan adalah masih ribuan kendaraan di Lampung Selatan yang menunggak Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB), mengingat masih banyaknya wajib pajak yang tidak membayar

pajak, Sehingga pihaknya melakukan penyisiran penunggak pajak kendaraan bermotor

dengan melakukan berbagai cara untuk mencapai target penerimaan pajak daerah agar

terhindar dari potensi kerugian, yaitu dengan memberikan layanan untuk memudahkan

masyarakat membayar pajak, diantaranya pelayanan yang dilakukan oleh kantor SAMSAT

UPTD Samsat wilayah II Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yaitu SAMSAT Induk,

SAMSAT Drive Thru, SAMSAT Keliling, Gerai SAMSAT, SAMSAT Kecamatan, e-


6

SAMSAT dan SAMSAT online nasional dan yang paling baru SAMSAT Digital. Pelayanan

SAMSAT tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, dengan adanya banyak layanan

tersebut maka akan membantu dan memudahkan masyarakat untuk mengetahui informasi,

pembayaran Pajak Kendaraan dan pengurusan yang lainnya. Berdasarkan uraian latar

belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Peningkatan Pendapatan Pada UPTD

Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan memberi judul:

“Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Peningkatan

Pendapatan Pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan”

1.2 Identifikasi Masalah dan Runusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan

terdapat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi penghambat kepatuhan wajib Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) dalam upaya meningkatkan penerimaan Pajak Daerah pada UPTD Samsat

Wilayah II Kalianda Lampung Selatan tahun 2016-2020?

Apa saja yang menjadi pendorong kepatuhan wajib Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam

upaya meningkatkan penerimaan Pajak Daerah pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda

Lampung Selatan tahun 2016-2020.


7

1. 2. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Indentifikasi masalah diatas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : Apakah Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Berpengaruh Terhadap Peningkatan Pendapatan Pada UPTD Samsat Wilayah II

Kalianda Lampung Selatan?

1.3 Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian untuk mengetahui Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Terhadap Peningkatan Pendapatan pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung

Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian diharapkan dapat memberikan Manfaat sebagai

berikut:

Secara teoritis, yaitu sebagai sumbang pikir Penulis bagi ilmu pengetahuan khususnya pada

disiplin ilmu manajemen sumber daya manusia. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangsih Penulis dalam rangka untuk meningkatkan pengelolaan pajak

kendaraan bermotor untuk meningkatkan pendapatan pada UPTD Samsat Wilayah II

Kalianda Lampung Selatan

Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai.


8

1.4 Kerangka Pikir dan Hipotesa

1.4.1 Kerangka Pikir

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Terhadap Peningkatan Pendapatan Pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung

Selatan.” Kepatuhan pajak adalah dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya

dan melaksanakan hal perpajakan dengan baik dan sesuai dengan undang-undang pajak yang

berlaku. Kepatuhan pajak merupakan salah satu penunjang yang bisa mampu meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah. Jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya pasti akan terus

meningkat sehingga diharapkan kepatuhan wajib pajak juga meningkat. Tingkat kepatuhan

wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kesadaran wajib pajak,

kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong kewajibannya untuk mendaftarkan diri

sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar. Variabel kepatuhan

wajib pajak akan dianalisis menurut Suandy (2014: 119), yakni (1) Kewajiban untuk

mendaftarkan diri; (2) Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan; (3)

Kewajiban membayar atau menyetor pajak; (4) Kewajiban membuat pembukuan atau

pencatatan; (5) Kewajiban menaati pemeriksaan pajak. Sedangkan yang menjadi peningkatan

pendapatan yakni melaksanakan ketentuan perpajakan daerah. Kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor dalam membayar pajak kendaraan bermotor dapat diukur dengan

indikator yaitu: (1) Peraturan pajak kendaraan bermotor harus ditaati oleh seluruh wajib

pajak; (2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; (3) Wajib pajak membayar pajak

kendaraan bermotor dalam jumlah yang sesuai dengan yang terdapat pada STNK (Surat

Tanda Nomor Kendaraan); dan (4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Pada UPTD Samsat

Wilayah II Kalianda Lampung Selatan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak


9

masyarakat di Kab. Lampung Selatan secara berkelanjutan.Uraian diatas telah dikemukakan,

mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian seperti pada Gambar dibawah ini:

KERANGKA PIKIR

KEPATUHAN WAJIB PENINGKATAN


PAJAK PENDAPATAN

1. Peraturan pajak
1. Kewajiban untuk kendaraan bermotor
mendaftarkan diri harus ditaati oleh seluruh
wajib pajak
2. Kewajiban mengisi
2. Mengisi formulir pajak
formulir pajak dengan dengan lengkap dan jelas
lengkap dan jelas 3. Wajib pajak membayar
pajak kendaraan
3. Kewajiban membayar
bermotor dalam jumlah
atau menyetor pajak yang sesuai dengan yang
4. Kewajiban membuat terdapat pada STNK
(Surat Tanda Nomor
pembukuan atau
Kendaraan)
pencatatan 4. Membayar pajak yang
5. Kewajiban menaati terutang tepat pada
pemeriksaan pajak waktunya

UU No. 28 Tahun 2009 UU No. 28 Tahun 2009

Gambar 2. Kerangka Pikir

1.4 .2 Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang harus dibuktikan terlebih dahulu

kebenarannya, berdasarkan uraian uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai

berikut : Apakah ada Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Terhadap Peningkatan Pendapatan Pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda.


10

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Menurut S. I. Djajadiningrat seperti yang dikutip oleh Siti Resmi (2013:1) sebagai

berikut: “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara

yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta

dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk

memelihara kesejahteraan umum”. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH

seperti yang dikutip oleh Mardiasmo (2006:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontra-prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan yang terdapat pada Pasal 1 ayat (1), Pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan ciri- ciri pajak sebagai berikut

Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang. Asas ini sesuai dengan perubahan

ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat

memaksa untuk keperluan negara diatur dalam Undang-Undang.


11

Tidak mendapatkan jasa timbal balik yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya,

orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama

kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor

Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah

dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak

memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan.

Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang

diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi

sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi

dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

2.2. Fungsi Pajak

Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang didapat dari rakyat sebagai wajib

pajak. Ada minimal dua tujuan atau fungsi pajak yang dikemukakan oleh Suandy (2006)

yaitu :

Fungsi Budgeter / Fungsi Penerimaan.

Pajak mempunyai fungsi budgeter yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas

Negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara. Merupakan suatu sistem

pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan pajak

terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:

a.. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.


12

c. Uang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak

2. With Holding System Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.Cirri-cirinya: wewenang
menetukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak salain fiskus dan wajib
pajak.

2.3 Subjek dan Objek Pajak

Subjek Pajak yaitu orang atau badan usaha yang menurut Undang-Undang wajib

membayar pajak kepada negara.

Objek Pajak yaitu segala sesuatu yang menurut Undang-Undang dijadikan dasar atau sasaran

pemungutan pajak.

2.4 Hambatan Pemungutan Pajak


Perlawanan terhadap pajak dapat di bedakan menjadi perlawanan pasif dan

perlawanan aktif sebagai berikut :

1. Perlawanan Pasif

Masyarakat tidak (pasif) membayar pajak, yang disebabkan antara lain:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b. Sistem perpajakan yang sulit di pahami masyarakat.

c. Sistem kontrol tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung di tunjukan

kepada fiscus dengan tujuan menghindari pajak.


13

Bentuknya antara lain :

Tax Avoidance usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-Undang dan

Tax Evasion usaha meringankan beban pajak dengan melanggar Undang-Undang.

2..5 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan

kendaraan bermotor (kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan

di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan

lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga

gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak).

Menurut Siahaan (2016: 175), Pajak Kendaraan bermotor adalah Pajak atas Kepemilikan dan

atau penguasaan kendaraan bermotor. kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda

beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh

peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu

sember daya energy tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,

termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan

motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor dioperasikan di air.

2.6 Objek Pajak dan Subyek Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) dan Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Objek dan Subjek Pajak Kendaraan

Bermotor adalah:

a. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan


Kendaraan
b. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.
14

2.7 Nilai Jual Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Pasal 5 Ayat (4), Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, Nilai Jual Kendaraan Bermotor yaitu:

Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu

Kendaraan Bermotor.

2.8 Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1), Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2

(dua) unsur pokok:

a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran umum

dalam hal harga pasaran umum suatu kendaraan bermotor tidak diketahui,

nilai jual kendaraan bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau

seluruh faktor- faktor:

- Harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga

yang sama.

- Penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi.

- Harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang

sama.

- Harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat Kendaraan Bermotor.

- Harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis.

- Harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan

Impor Barang (PIB).


15

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau

pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor. Faktor-

faktor yang menjadi dasar perhitungan yaitu :

- Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda,

dan berat Kendaraan Bermotor.

- Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar,

bensin,gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.

- Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan

Bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan

isi silinder.

2.9 Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Pasal 8, 9 Ayat (1), (2), (3) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun

2011 tentang Pajak Daerah tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar:

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:

a. Kepemilikan pertama kendaraan bermotor pribadi sebesar 1,5 % (satu

koma lima persen).

b. Kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua sebesar 2% (dua persen).

c. Kepemilikan Kendaraan Bermotor Ketiga sebesar 2,5 % (dua koma

lima persen).

d. Kepemilikan Kendaraan Bermotor keempat dan seterusnya tarif

sebesar 3 % (tiga persen).


16

2. Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan alamat yang

sama serta jenis kendaraan.

3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum sebesar 1,0% (satu koma

nol persen).

4. Kendaran ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial

dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan

lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah

sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu

persen).

5. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan

paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar

0,2% (nolkoma dua persen).


2.10
Tata
Cara Pembayaran PKB dan Penagihan PKB

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terutang harus dilunasi/dibayar sekaligus dimuka

untuk masa 12 (dua belas) bulan. PKB dilunasi selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkan

SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat Keputusan Pembetulan, surat Keputusan

Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah. Pembayaran PKB dilakukan ke kas daerah bank, atau tempat lain yang ditunjuk

oleh Gubernur, dengan menggunakan surat setoran pajak daerah. Wajib pajak yang

melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pelunasan atau pembayaran pajak.

Wajib pajak yang terlambat melakukan pembayaran pajak akan dikenakan sanksi

yaitu :
17

Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo yang ditetapkan

dalam SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25 % dari pokok pajak.

Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo yang ditetapkan dalam

SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25 % dari pokok pajak.

2.11 Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, gubernur atau

pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan

terhadap pajak terutang dalam Satuab Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Surat Ketetapan

Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKBT), STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus

dibayar bertambah.

2.12 Keberatan dan Banding

Jika wajib pajak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang tidak puas atas penetapan

pajak yang dilakukan oleh Gubernur dapat mengajukan keberatan hanya karena gubernur

atau pejabat yang ditunjuk. Keberatan diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan

dengan membuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan wajib

pajak. Setelah melakukan pemeriksaaan dalam jangka waktu tertentu Gubernur akan

mengeluarkan keputusan atas pengajuan keberatan tersebut.

Banding yaitu Keputusan keberatan yang diterbitkan oleh Gubernur disampaikan kepada

wajib pajak untuk dilaksakan. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban

membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.


18

2.13 Sanksi Atas Pajak Kendaraan Bermotor

Keterlambatan melaksanakan pendaftaran melebihi tanggal jatuh tempo, dikenakan

denda berupa kenaikan sebesar dari Pokok Pajak ditambah Sanksi Administrasi berupa bunga

sebesar 2% perbulan, dihitung dari pajak yang terlambat dibayar untuk jangka waktu paling

lama 24 bulan dihitung saat terhutangnya pajak.

2.14 Kepatuhan Wajib Pajak

Jenis Kepatuhan Wajib Pajak Dalam buku Rahayu (2010:138) ada 2 jenis kepatuhan

wajib pajak, yaitu:

Kepatuhan formal merupakan keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajibannya secara

formal sesuai dengan aturan dan ketentuan Undang- undang perpajakan. Seperti penyampaian

Surat Pemberitahuan (SPT) PPh sudah benar atau belum dan yang terpenting surat tersebut

sudah disampaikan sebelum tanggal ketentuan. Kepatuhan material merupakan keadaan

dimana Wajib Pajak secara substantif memenuhi segala ketentuan material perpajakan yaitu

sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak kepatuhan material ini juga bisa meliputi kepatuhan

formal. Pada kepatuhan material Wajib Pajak yang bersangkutan, harus memperhatikan

kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut.

Sesuai dengan pendapat Suandy (2014: 119), kepatuhan wajib pajak, yaitu: Kewajiban untuk

mendaftarkan diri Pasal 2 Undang-undang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan

(KUP) ditegaskan bahwa setiap Wajib Pajak mendaftarkan diri kepada Direktorat Jendral

Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib

Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Khusus terhadap

pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN, wajib melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). yang dipandang perlu dan

memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, serta memberikan keterangan yang

diperlukan. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan


19

Pasal 3 ayat 1 Undang-undang KUP ditegaskan bahwa setiap Wajib Pajak wajib mengisi

Surat Pemberitahuan (SPT) menggunakan bahasa Indonesia serta menyampaikan ke kantor

pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Kewajiban membayar atau menyetor pajak Kewajiban

membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara melalui Kantor Pos atau bank

BUMN/BUMD atau tempat pembayaran lainnya yang ditetapkan Menteri Kuangan.

Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa harus menaati ketentuan dalam rangka pemeriksaan

pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan dan/atau meminjam buku atau catatan dan

dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, memberi

kesempatan untuk memasuki tempat. Menurut Suhendra (2010) menyatakan bahwa tingkat

kepatuhan wajib pajak badan, pemeriksaan pajak, dan pajak penghasilan terutang secara

simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya penerimaan pajak

penghasilan badan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika diharapkan pendapatan pajak

kendaraan bermotor penghasilan badan ingin ditingkatkan untuk menunjang kegiatan negara

maka diperlukan pendekatan dari Kantor Pelayanan Pajak terhadap para wajib pajak yang

meliputi pendekatan tingkat kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak dan pajak

penghasilan terutang yang secara terus menerus dimonitoring dapat meningkatkan

penerimaan pajak penghasilan secara signifikan. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam

peningkatan pendapatan pajak, yaitu: (1) Perbaikan fasilitas dan infrastruktur; (2)

Peningkatan pertahanan dan keamanan; (3) Kelestarian lingkungan hidup dan budaya; (4)

Pengembangan alat transportasi massa


20

2.15 Kajian Pustaka

Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka

No. Penelit Judul Sumber Hasil


i
1. Andi Tinjauan Hukum Skripsi Program Studi Hasil penelitian: (1)
Mulya Terhadap Pelaksanaan Hukum Administrasi Pelaksanaan pemungutan pajak
Tenri Pemungutan Pajak Negara Fakultas Hukum kendaraan bermotor masih
Jaja Kendaraan Bermotor Universitas Hasanuddin, belum optimal.
(2017) Roda UPTD Samsat Makasar_Sulawesi (2) Faktor penghambat
Wilayah Pangkep Selatan 2017 pemungutan pajak masih
rendahnya kesadaran Wajib
Pajak untuk melaksanakan
kewajibannya membayar pajak.
2. Linda Pengaruh Realisasi Fakultas Ekonomi dan Hasil penelitian menunjukkan
Widhi Pajak Kendaraan Bisnis Islam Jurusan pajak kendaraan bermotor
yanti Bermotor dan Bea Ekonomi Syariah (PKB) berpengaruh signifikan
(2018) Balik Nama Kendaraan Universitas Islam Raden terhadap Pendapatan Asli
Terhadap Pendapatan Intan Lampung Daerah (PAD)
Asli Daerah Provinsi
Lampung Periode
Tahun 2012 – 2017
Menurut Perspektif
Ekonomi Islam

No. Peneliti Judul Sumber Hasil


3. Tituk Pengaruh Program BAJ (Behavioral Hasil analisis menunjukkan
Diah Pemutihan Pajak Accounting Journal) e- bahwa program pemutihan
Widajant Kendaraan Bermotor, ISSN: 2615-7004 Vol. 3 pajak kendaraan bermotor,
ie & Kesadaran Wajb Pajak, No. 2 Desember 2020 kesadaran wajib pajak, dan
Saiful Sosialisasi Pajak dan pelayanan berpengaruh
Anwar Pelayanan Terhadap terhadap kepatuhan wajib
(2020) Kepatuhan Wajib Pajak pajak kendaraan bermotor.
Kendaraan Bermotor
(Studi pada Kantor
Bersama Samsat
Surabaya Selatan)
4. Putra Efektifitas Pemungutan Skripsi Prodi Akuntansi Hasil penelitian menunjukkan
Prasetya Pajak Kendaraan Fakultas Ekonomi realisasi pajak kendaraan
(2018) Bermotor dalam Universitas Negeri bermotor berdasarkan
Kontribusinya terhadap Makasar – Sulawesi targetnya sangat efektif
Pendapatan Asli Daerah Selatan karena terdapat
Sulawesi Selatan kecenderungan lebih
dominannya realisasi Pajak
Kendaraan Bermotor
melampaui targetnya selama
periode pengamatan. dengan
rata-rata tingkat efektivitas
100,79%.
21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini dilakukan di kantorUPTD Samsat Wilayah II Kalinda Lampug

Selatan yang beralamt di jalan Raya Bakauheni KM. 66, Kalianda, Kedaton, Kec. Kalianda,

Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35551. Penelitian ini dilakukan pada tangal 1 Mei

2021- 15 Juli 202.

3.2 Variabel Oprasional

3.2.1 Definisi Operasional Variable


a. Variabel Penelitian.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel

terikat. Adapun Variabel bebasnya adalah kepatuhan wajib pajak (X) dan terikatnya adalah

peningkatan pendapatan (Y).

b. Definisi Operasional

Variable penelitian merupakan suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya. Definisi operasional variabel penelitian yang diteliti adalah sebagai

berikut :

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara

mengukur suatu variabel atau dapat dikatakan Definisi operasional variabel berisikan

indikator-indikator dari suatu variabel, yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data

yang relevan untuk sehingga dari masing-masing variabel tersebut lebih terarah dan sesuai
22

dengan metode pengukuran yang telah direncanakan. Definisi operasional masing-masing

variabel adalah sebagai berikut:

Kepatuhan wajib pajak ( X) adalah keinginan atau kesadaran diri dari wajib pajak untuk

menunaikkan kewajibannya dalam menghitung jumlah keseluruhan pajaknya, membayar

pajak tepat waktu serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Peningkatan Pendapatan UPTD

Samsat Wilayah II Kalianda, Lampung Selatan (Y) adalah total pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah termasuk Pajak Kendaraan Bermotor

yang dapat diukur dengan menggunakan satuan persen (%).

3.2.2 Indikator Pengukuran

Indikator pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepatuhan Waib Pajak Kendaraan Bermotor (X)

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri

2. Kewajiban mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak

4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

b. Peningkatan Pendapatan pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan (Y)

1. Peraturan pajak kendaraan bermotor harus ditaati oleh seluruh wajib pajak

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

3. Wajib pajak membayar pajak kendaraan bermotor dalam jumlah yang

sesuai dengan yang terdapat pada STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
23

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang diperlukan adalah:

a. . Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari

UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan. Adapun data

primer dari penelitian ini adalah peneliti melakukan observasi secara

langsung namun tidak ikut berperan aktif dalam kegiatan orang yang

sedang diamati dan sedang melakukan pengamatan, setelah itu melakukan

wawancara secara langsung kepada bidang pendapatan di UPTD Samsat

Wilayah II Kalianda Lampung Selatan.

b. .Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada

yaitu melalui buku-buku yang terkait atau data yang diberi sesuai dengan

judul penelitian dan hasil penelitian, yaitu berupa penjabaran laporan

realisasi anggaran pendapatan pajak kendaraan bermotor.


24

3.4 Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data serta keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian,

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu melakukan penelitian dengan pengamatan langsung dengan cara mendekati

objek yang akan diteliti, seperti fenomena empiris

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab

atau percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dengan terwawancara

atau narasumber, dimaksud untuk memperoleh data sesuai kebutuhan penelitian Moleong

(2012: 186). Data yang dimaksud adalah laporan penerimaan pajak realisasi Anggaran

Pendapatan UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan dan wajib pajak

kendaraan bermotor atau informasi lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Pewawancara disini merupakan peneliti atau pengumpul data yang aktif memberikan

pertanyaan- pertanyaan yang dibutuhkan, sementara pemegang data yaitu bidang bagian

pendapatan di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan aktif dalam menjawab

pertanyaan serta memberikan tanggapan.

3. Kuesioner

Kuisioner disusun dalam bentuk pernyataan tertutup yang diajukan kepada responden. Teknik

ini dilakukan untuk memperoleh data deskriptif yang dikuantifikasikan yang akan digunakan

untuk menguji hipotesis dengan model kajian skala likert dengan 5 alternatif jawaban yakni

Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS)

untuk setiap pernyataan dan setiap pertanyaan memiliki poin, sebaai berikut :
25

Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

Setuju (S) diberi skor 4

Netral (N) diberi skor 3

Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Kuesioner Penelitian :

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Peningkatan


Pendapatan Pada Uptd Samsat Wilayah Ii Kalianda.

Untuk Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor(PKB) terhadap peningkatan pendapatan

pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda

No. Responden :……. (diisi oleh peneliti)

Identitas Responden

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Umur : …… Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA Diploma

Sarjana Magister Lainnya

Rincian Pernyataan Petunjuk Pengisian:

Semua pernyataan dibawah ini merupakan tanggapan Bapak/Ibu/Sdr/i terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor(PKB) terhadap peningkatan pendapatan pada UPTD

Samsat Wilayah II Kalianda. Dari setiap jawaban yang sesuai dengan pendapat

Bapak/Ibu/Sdr/i, mohon untuk diberikan tanda centang () dengan keterangan berikut:
26

SS S KS TS STS
Uraian (Sangat Setuju) (Setuju) (Kurang (Tidak Setuju) (Sangat Tidak
Setuju) Setuju)

Skor 5 4 3 2 1

Angket Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor( PKB) (X)

No Pertanyaan 5 4 3 2 1
SS S N TS STS
`1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri

2. Kewajiban mengisi formulir pajak dengan lengkap dan


jelas
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak

4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

5 K ewajiban menaati pemeriksaan pajak

Angket Peningkatan Pendapatan (Y)

No Pernyataan 5 4 3 2 1
SS S N TS STS
`1. Peraturan pajak kendaraan bermotor harus ditaati
oleh seluruh wajib pajak
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

3. Wajib pajak membayar pajak kendaraan bermotor


dalam jumlah yang sesuai dengan yang terdapat
pada STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada
waktunya

Kuesioner (angket) menggunakan bentuk checklist. Guna membantu responden yang

dipilih untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan cepat dengan memberi

tanda check (√) pada tempat yang telah disediakan. Peneliti membuat 1 (satu) buah kuesioner

untuk penelitian ini yaitu, kuesioner untuk memperoleh data terkait Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan.

Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data kuantitatif. Skala
27

Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi pegawai

atau responden di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan tentang variabel

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

4. Telaah Dokumentasi dan Kepustakaan

Telaah dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengkaji buku-buku,

dokumen-dokumen, ketentuan undang-undang sertakebijakan yang berkaitan dengan pokok

permasalahan. Seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, dan buku-buku tentang teori

yang berkaitan dengan variabel dalam penelitian. Dokumentasi merupakan catatan yang bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa juga diartikan sebagai pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan

berbagai macam informasi dari gambar, kutipan, dan bahan referensi lainnya.

Dalam penelitian ini, seluruh dokumen meliputi dokumen- dokumen yang berbentuk gambar

yaitu jumlah kendaraan bermotor yang membayar pajak serta jumlah kendaraan bermotor

yang terdaftar UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan dan tentang penerimaan

target dan realisasi Pajak Kendaraan Bermotor, dalam tahun anggaran 2017-2020 yang

digunakan untuk memenuhi tujuan penelitian

3.5 Populasi dan sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda

Lampung Selatan yang berjumlah 9596 orang.


28

3.5.2 Sampel

Dalam pengambilan sampel untuk penelitian dapat dilakukan beberapa cara. Arikunto dalam

Riduwan (2009 : 57) mengatakan bahwa : ”Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling

adalah suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi”. Untuk mendukung

penelitian ini, penulis merujuk pendapat Arikunto(2010 : 107), yang menyatakan apabila

dalam suatu penelitian terhadap subjek yang kurang dari 100. Karena besarnya populasi

yakni sebayak 9596 kendaraan, maka Peneliti memutuskan untuk mengambil sampel

menggunakan rumus Slovin dalam (Supriyanto, 2017), yaitu:

Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Batas toleransi kesalahan
(error tolerance) = 10%
9596
N=
1 + 9596 (0,12)

9596
N =
1 + 9596 (0,01)

9596
N=
96,96
N = 98, 98

N = 98, 98 dibulatkan menjadi 99 orang

Sampel dalam penelitian ini adalah 99 orang dari 9596 wajib pajak yang dipilih

secara acak menggunakan Simple Rangdom Sampling pada penelitian tersebut. yang

terdaftar pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan. Dari 99 responden ini
29

terdiri dari berbagai macam profesi seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Mahasiswa,

Nelayan, Ibu Rumah Tangga (IRT), Petani, Wiraswasta, dan lain – lain jenis kelamin dan

jenjang umur.
3.6 Metode Analisis

Menurut Priyatno,(2009:92) analisis data merupakan proses pengolahan data yang

telah terkumpul, dan penginterpretasian hasil pengolahan data yang terkumpul

tersebut berikut kesimpulannya. Kemudian Mas’ud (2014:104) menerangkan

bahwa analisis data dilakukan setelah data dari lapangan terkumpul.Untuk

mempermudah kegiatan analisis data, maka diperlukan cara atau metode analisis

data.

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Menurut I Made Winartha (2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif

adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi

dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan

mengnai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. Teknik analisis data yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan:

a. Analisis Kualitatif

Menurut Moleong (2007:3) mengemukakan bahwa analisis kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

b. Analisis Deskrptif

Mendeskriptifkan Kepatuhan wajib pajak Kendaraan bermotor terhadap

peningkatan pendapatan pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung

Selatan.
Adapun model analisis yang digunakan dalam penelitaian ini adalah

metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari suatu

penelitian yang telah dilakukan di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung

Selatan. Agar dapat memperoleh data dari responden dengan baik, kuesioner

sebagai instrumen pengumpulan data penelitian harus memenuhi persyaratan

validitas dan reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus diuji terlebih dahulu

tingkat validitas dan reliabilitasnya

3.6.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika semua pertanyaan (indikator) pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut, yaitu mengukur konstruk atau variabel yang diteliti periset.

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (untuk setiap butir

pertanyaan dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlations), dengan r

tabel dengan mencari degree of freedom (df) = n - 1, dalam hal ini n adalah

jumlah sampel.

a. Jika r hitung > r tabel, maka butir atau pertanyaan tersebut valid.

b. Jika r hitung < r tabel, maka butir atau pertanyaan tersebut tidak valid.
3.6.3 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur kehandalan, ketetapan atau

keajegan atau konsistensi suatu kuesioner. Ghozali, (2009:72) menyatakan suatu

kuesioner dikatakan handal jika jawaban responden terhadap butir-butir

pertanyaan dalam kuesioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Selain itu untuk menghasilkan kehandalan suatu instrumen atau kuesioner,

peneliti haruslah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan kepada

responden. Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu program SPSS for windows

tipe 28. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji

statistic Cronbach Alpha (α). Butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam

uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka pernyataan reliabel.

Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka pernyataan tidak reliabel.

.3. 7 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana

yaitu analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

ketergantungan, dan arah hubungan ketergantungan antara variabel bebas atau

independen (X) dengan variabel terikat atau dependen (Y) apakah positif atau

negatif. Persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut membandingkan

antara satu variabel bebas dengan satu buah variabel terikat, mengolah data

menggunakan program SPSS persamaan regresi dinyatakan sebagai berikut:


Y = a+ b x

Dimana:
Y = Pendapatan Asli Daerah
a = konstanta / Koefisien
b = koefisien regresi
x = Kepatuhan Wajib Pajak

3.8 Uji Hipotesis

3.8.1 Uji t

Sanusi (2013: 119) menyatakan uji t digunakan untuk menguji signifikasi

pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), yaitu dengan cara

membandingkan besarnya nilai t hitung dengan t tabel jika besarnya nilai t hitung lebih

besar daripada nilai t tabel berarti variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap

variabel terikat:, untuk mengetahui uji t penulis menggunakan metode SPSS ver.

21.0., dengan rumus :

Dimana :
t = nilai uji t
r = koefisien relasi
r2 = koefisien determinasi
n = jumlah sampel yang diobservasi
( Sugiyono , 2008 : 230 )
Hipotesis statistiknya dinyatakan dengan:

1. Ho : b = 0, artinya X tidak berpengaruh signifikan terhadap Y

2. Ha : b 0, artinya X berpengaruh signifikan terhadap Y

Kaidah pengambil keputusan:

1. Jika sig t hitung< b maka Ho ditolak

2. Jika sig t hitung< bmaka Ha diterima

Apabila probabilitas <0,05 atau t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel maka

hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya variabel

komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai

pada tingkat kesalahan 5% ( = 5%).

Apabila probabilitas 0,05 atau t hitung t tabel atau t hitung - t tabel maka hipotesis

nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, artinya variabel komitmen

organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Pada tingkat

kesalahan 5% ( = 5%).

3.8, 2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 dimaksudkan untuk mengukur kemampuan seberapa besar

persentase variasi variabel bebas (independen) pada model regresi linier berganda

dalam menjelaskan variasi variabel terikat (dependen) (Priyatno, 2009:97).

Dengan kata lain pengujian model menggunakan R2, dapat menunjukkan bahwa

variabel-variabel independen yang digunakan dalam model regresi linier berganda


adalah variabel-variabel independen yang mampu mewakili keseluruhan dari

variabel-variabel independen lainnya dalam mempengaruhi variabel dependen,

kemudian besarnya pengaruh ditunjukkan dalam bentuk persentase.Adapun rumus

perhitungan koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

KD = R2 x 100%.
Dimana :

KD = Koefisien Determinasi

R2 = Nilai R Square

Sugiyono (2008)

Nilai Koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil

(nol) berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel

terikat amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai (R 2) yang mendekati 1 (satu)

berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel terikat


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kantor kantor UPTD Samsat Wilayah II Kalinda Lampug Selatan lahir

sesuai keputusan bersama Menhamkam/ Pangab, mentri keuangan dan Mentri

Dlam Negeri No Pol : Kep/13/XII/1976, Nomor : Kep.1693/MK/141/X/1976 dan

Nomor: 331 tahun 1976 tanggal 26 desember 1976 tentang peningkatan kerjasama

antar pemerintah daerah dan aparat departemn keuangan dalam rangka

Peningkatan Pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah

pada khusunya mengenai Pajak Kendaraan Bermotor. Kantor bersama Samsat

Kalaianda Lampung Selatan diresmikan pada tanggal 16 November 1998 oleh

kantor Kepolisian Daerah Lampung Kolonel Polisi Drs. Gendro Budi Santoso

yang terletak di Raya Bakauheni KM. 66, Kalianda, Kedaton, Kec. Kalianda,

Kabupaten Lampung Selatan, merupakan tempat pembayaran pajak kendaraan

bermotor untuk seluruh lapisan masyarkat yang meliputi wilayah Lampung

Selatan. Pada saat ini Kepala kantorUPTD Samsat Wilayah II Kalinda Lampug

Selatan adalah Gunawan, SE. M.M. Kantor Samsat dibentuk tiga opsi

organisasi:

Organisasi Dispemda

Organisasi Kepolisian

Organisasi Jasa Raharja


4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi UPTD Samsat Wilayah II Kalinda Lampug Selatan

yaitu:

Struktur Organisasi Uptd Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Ii


Kalianda Wilayah II Kalianda Badan Pendapatan Daerah Provinsi Lampung

Gambar 4.1 . Struktur organisasi UPTD Samsat Wilayah II Kalinda Lampug

Selatan.
4.1.3 Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan secara rinci data-data

angket setelah di sebarkan dan diisi oleh responden, untuk itu penulis akan

mengolah dengan jalan mentabulasikan data dari tiap-tiap aspek pertanyaan.

Penyajian data identitas responden bertujuan untuk mengenal keadaan responden

yang diteliti, sehingga lebih memudahkan pemahaman permasalahan yang

diperoleh dalam penelitian.

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam mentabulasi data penulis mengelopokan data berdasarkan jenis

kelamin sehingga diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Persentase jenis kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %


Laki-laki 43 43,44
Perempuan 56 56,56
Total 99 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel 4.1 dapat di peroleh data diatas berdasarkan jenis kelamin jumlah

responden terbesar adalah responden perempuan yaitu sebanyak 56 orang atau

sejumlah 56,56 % dari jumlah sampel 99 orang, sementara jumlah responden

terendah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah responden 43 orang atau 43,44

% dari 99 sampel.
b. Berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Berdasarkan Umur

Usia Frekuensi Persentase (%)


20-30 12 12
31-40 30 30. 3
41-50 33 33,3
50 Keatas 24 24,4
Total 99 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat di peroleh data diatas berdasarkan Umur

Jumlah responden di rentang umur 20-30 sejumlah 12 Responden atau 12%,

rentang umur 31- 40 sebanyak 30 Responden atau 30,3 % ,rentang 41-50 sejumlah

33 Responden atau 33,3 % dan rentang umur 50 tahun keatas sebanyak 24 orang

atau sebesar 24, 4%. Jumlah Responden tertinggi di rentang umur 41-50 yakni

sebanyak 33 Responden atau 33,3 % dan terrendah direntang umur 20-30 yakni

sebnyak 12 Responden atau 12%.

c. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase


SMA 19 19,10
DIPLOMA 7 7,00
S-1 45 45,60
S-2 28 28,30
Total 99 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diperoleh tingkat jenjang pendidikan

Responden yakni tingkat SMA Sederajat sebanyak 19 responden, tingkat

DIPLOMA sebanyak 7 responden atau sebayak 7,00% tingkat Strata Satu (S-1)
sebanyak 45 Responden atau 45,60% dan Strata Dua (S-2) sebayak 28

Responden atau 28,30%. Dengan jumlah Responden tertintinggi Strata Satu (S-1)

sebanyak 45 Responden atau sebesar 45,60% dan terrendah pada tingkat

DIPLOMA yakni sebanyak 7 Responden atau 7,00%

4.1.4 Analisis Deskriptif Karakteristik Jawaban Responden

a. Variabel Bebas (X) Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Tabel. 4.5 Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X)


Pertanyaan Kewajiban untuk mendaftarkan diri Jumlah
1
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 55 26 7 11 0 99
Pertanyaan Kewajiban mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas Jumlah
2
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 45 39 9 6 0 99
Pertanyaan Kewajiban membayar atau menyetor pajak Jumlah
3
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 39 45 12 3 0 99
Pertanyaan Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan Jumlah
4
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 36 33 22 8 0 99
Pertanyaan Kewajiban menaati pemeriksaan pajak Jumlah
5
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 35 35 15 14 0 99
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Hasil jawaban Kuesioner yang diperoleh dari 99 orang responden untuk variabel

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X) yaitu:

Pada pertanyaan ke 1 yaitu Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebanyak 55 orang

responden menyatakan sangat setuju, 26 orang responden setuju, 7 orang

responden tidak setuju.

Pada Pertanyaan ke 2 yaitu Kewajiban mengisi formulir pajak dengan lengkap

dan jelas sebanyak 45 orang responden sangat setuju, 39 oraang responden setuju,

9 orang responden kurang setuju dan 6 orang responden tidak setuju.

Pada pertanyan ke 3 yaitu Kewajiban membayar atau menyetor pajak sebanyak

39 orang responden sangat setuju, 45 orang responden setuju, 12 orang kurang

setuju, dan 3 orang responden tidak setuju.

Pada pertanyan ke 4 yaitu Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

sebanyak 36 orang responden sangat setuju, 33 orang responden setju, 22 orang

responden kurang setuju, 8 orang responden tidak setuju.

Pada pertanyan ke 5 yaitu Kewajiban menaati pemeriksaan pajak sebanyak 35

orang responden sangat setuju, 35 orang responden setuju, 15 orang responden

kurang setuju, 14 orang kurang setuju.


b. Variabel Bebas (Y) Peningkatan Pendapatan

Tabel. 4.6 Peningkatan Pendapatan (Y)

Pertanyaan Peraturan pajak kendaraan bermotor harus ditaati oleh seluruh Jumlah
1 wajib pajak
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 38 24 24 13 0 99
Pertanyaan Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas Jumlah
2
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 36 34 21 8 0 99
Pertanyaan Wajib pajak membayar pajak kendaraan bermotor dalam jumlah Jumlah
3 yang sesuai dengan yang terdapat pada STNK (Surat Tanda
Nomor Kendaraan)
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 37 34 15 13 0 99
Pertanyaan Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya Jumlah
4
Jawaban SS S KS TS STS Total
Responden 35 36 14 14 0 99
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Hasil jawaban Kuesioner yang diperoleh dari 99 orang responden untuk

variabel peningkatan pendapatan (Y) yaitu:

Pada pertanyaan ke 1 Peraturan pajak kendaraan bermotor harus ditaati oleh

seluruh wajib pajak sebanyak 38 orang responden menjawab sangat setuju, 24

orang responden menjawab setuju, 24 orang responden menjawab kurang setuju,

13 orang tidak setuju.

Pada pertanyan ke 2 Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas sebanyak

36 orang responden menjawab sangat setuju, 34 orang responden setuju, 21 orang

menjwab kurang setuju dan 8 orang tidak setuju.

Pada pertanya ke 3 Wajib pajak membayar pajak kendaraan bermotor dalam

jumlah yang sesuai dengan yang terdapat pada STNK (Surat Tanda Nomor
Kendaraan) sebanyak 37 orang responden menjawab sangat setuju, 34 orang

responden menjawab setuju, 15 orang responden Kurang setuju dan 13 orang

responden menjawab tidak setuju

Pada pertanyan ke 4 Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

sebanyak 35 orang responden menjawab sangat setuju, 36 orang responden

menjawab setju, 14 orang responden menjawab kurang setu dan 14 orang

menjawab tidak setuju.

4.1.5 Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat setelah

penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan

(kuesioner). Pengujian validitas dan realiabilitas dalam penelitian ini

menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Package and Social Science) versi

28. Uji validilitas dengan kriteria sebagai berikut:

Jika rhitung > rtabel maka pernyataan dinyatakan valid.

Jika rhitung < rtabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada

99 responden
Tabel. 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel X (Kepatuhan Wajib Pajak)

Pernyataan rhitung Rtabel Validitas


Butir 1 0.871 0,197 Valid
Butir 2 0.721 0,197 Valid
Butir 3 0.634 0,197 Valid
Butir 4 0,727 0,197 Valid
Butir 5 0,871 0,197 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan telah valid

karena rhitung > rtabel. Dengan demikian, kuisioner dapat dilanjutkan pada tahap

pengujian reliabilitas.

Tabel. 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Peningkatan Pendapatan)

Pernyataan rhitung Rtabel Validitas


Butir 1 0.847 0,197 Valid
Butir 2 0.935 0,197 Valid
Butir 3 0.885 0,197 Valid
Butir 4 0,914 0,197 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan telah valid

karena rhitung > rtabel. Dengan demikian, kuisioner dapat dilanjutkan pada tahap

pengujian reliabilitas.

b. Uji Reabilitas

Butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan

reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:


Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka pernyataan reliabel.

Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka pernyataan tidak reliabel.

Tabel 4.8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Variabel Jumlah Cronbach’s Keterangan


Pertanyaan Alpha
Kepatuhan Wajib Pajak (X) 5 0.874 Reliable
Peningkatan Pendapatan (Y) 4 0.909 Reliable
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Pada pengujian realibilitas nilai Cronbach’s Alpha harus lebih besar dari

0,60 maka instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel. Dari tabel di atas dapat

dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 berarti bahwa instrumen tersebut

reliabel.

c. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan

wajib pajak (X) terhadap Peningkatan Pendapatan (Y) pada kantor UPTD Samsat

Wilayah II Kalianda Lampung Selatan. Perhitungan statistik analisis regresi linear

sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

bantuan program komputer Statistical Package For Social Science (SPSS) for

windows versi 28. Hasil analisis regresi linear sederhana dapat dilihat pada tabel

berikut ini:
Tabel 4.9 . Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.941 .893 4.413 <.001
Kepatuhan Wajib Pajak , 602 .042 .825 14.371 <.001

Dependent Variable: Peningkatan pendaptan


Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Dari tabel 4.9 di atas, pada kolom B, tercantum nilai konstanta dan nilai

koefisien regresi linear sederhana untuk variabel bebas. Selain itu juga pada

kolom Std. Error, tercantum nilai maksimal standar Errornya. Berdasarkan nilai

tersebut maka dapat ditentukan nilai regresi linear sederhana yang dinyatakan

dalam persamaan sebagai berikut:

Y = 3,941+ 0,602 X

Dari hasil persamaan regresi linear sederhana dapat berarti bahwa :

Konstantanya yaitu sebesar 3,941 jika variabel tingkat kepatuhan wajib pajak

diasumsikan tetap, maka penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor akan meningkat

sebesar 3,941. Nilai koefisien regresi untuk variabel tingkat kepatuhan wajib

pajak (X) pada persamaan regresi linear sederhana menunjukkan nilai positif

0,602, dapat diartikan bahwa jika variabel tingkat kepatuhan wajib pajak

meningkat 1%, maka penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor akan meningkat

sebesar 60,2 %. Nilai standar Error maksimalnya yaitu sebesar 0,42 nilai standar

Error tersebut kurang dari 10%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Koefisien

variabel tingkat kepatuhan wajib pajak yaitu sebesar 0,602 dan memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,001. Nilai Koefisien 0,602 menunjukan arah pengaruh yang
positif variabel tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,001 memiliki arti

bahwa, taraf signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa

hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak Ho.

4.1.6 Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi pada tingkat

kepatuhan wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor. Berikut ini akan dijelaskan pengujian variabel, perhitungan

statistik dalam uji- t secara parsial dengan menggunakan bantuan program

komputer aplikasi Statistical Package For Social Science (SPSS) for windows

versi 28, selanjutnya hasil uji t dapat dilihat pada tabel4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.9 . Hasil Uji – t Coefficientsa


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.941 .893 4.413 <.001
Kepatuhan Wajib Pajak , 602 .042 .825 14.371 <.001

Dependent Variable: Peningkatan pendaptan


Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan nilai t : diketahui nilai t hitung sebesar 6.02 lebih besar dari

T- tabel 4, 413, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepatuhan wajib

pajak (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel peningkatan

penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Y).


Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak

berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor. Karena tingkat kepatuhan wajib pajak memiliki nilai koefisien positif

sebesar 0,602 dan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai Koefisien positif sebesar

0,602 menunjukan arah pengaruh yang positif variabel tingkat kepatuhan wajib

pajak terhadap variabel penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. Kemudian nilai

signifikansi sebesar 0,001 memiliki arti bahwa, taraf signifikan tersebut lebih

kecil dari 0,05, yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha

dan menolak Ho. Kepatuhan wajib pajak “yaitu memasukkan dan melaporkan

pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak

yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan”

(Eliyani dalam Marjan, 2014:32). Dengan adanya peningkatan kepatuhan dari

wajib pajak kendaraan bermotor maka akan berdampak positif dan berpengaruh

secara signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak kendaraan bermotor.

b. Uji Determinasi

Berapa besar pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap Peningkatan

Pendapatan di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan “Model

Summary” yang diperoleh dari pengolahan data dengan program SPSS versi 28

sebagai berikut :
Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,825a ,680 ,677 1.519
Predictors: (Constant), Kepatuhan Pajak Kendaraan Bermotor
Dependent Variable: Peningkatan Pendapatan Pajak
Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Dari tabel diatas, diperoleh R Square adalah 0,680 atau sebesar 68%. ini

berati peningkatan pendapatan (Y) dipengaruhi oleh X (Kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor) dan sisanya sebesar 32% ditentukan oleh variabel lain di luar

model penelitian ini. Korelasi antara X dan Y sebesar 68% dikatakan kuat, artinya

terdapat korelasi yang kuat antara Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak (X) dan

Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (Y), dengan arah positif.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil penelitian dalam persentase pencapaian dan kategori per indikator

kepatuhan wajib pajak terhadap 99 responden yang ada di UPTD Samsat Wilayah

II Kalianda Lampung Selatan yaitu: Kewajiban untuk mendaftarkan diri,

didominasi dengan jawaban responden “Setuju” dengan persentase tertinggi

44,2% dan “Tidak Setuju” dengan persentase terendah 6%, hal tersebut diperkuat

berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat melakukan pengumpulan data

terlihat para wajib pajak mendaftarkan diri untuk bisa membayar pajak.

Kewajiban rhitung ternyata menunjukkan angka sebesar 0,68 lebih besar dari

pada rtabel 0,3. Jadi jika rhitung > rtabel maka Ho di tolak, Hα di terima artinya

terdapat pengaruh yang kuat antara Kepatuhan Wajib Pajak (X) dan Peningkatan

Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (Y). mengisi dan menyampaikan surat,


didominasi dengan jawaban responden “Setuju” dengan persentase tertinggi 52%

dan “Sangat Tidak Setuju” dengan persentase terendah 1,5%, hal tersebut

dikarenakan penting untuk melakukan hal tersebut selain karena aturan juga untuk

memudahkan wajib pajak dalam membayar pajak. Kewajiban membayar atau

menyetor pajak, didominasi dengan jawaban responden “Kurang Setuju” dengan

persentase tertinggi 40,6% dan “Sangat Tidak Setuju” dengan persentase terendah

1,3%, berdasarkan hasil pengamatan peneliti masih banyak wajib pajak yang

memang kurang patuh dalam membayar atau menyetor pajak yang dikarenakan

oleh berbagai macam faktor. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan,

didominasi dengan jawaban responden “Setuju” dengan persentase tertinggi

56,4% dan “Tidak Setuju” dengan persentase terendah 4,2%, hal ini dikarenakan

berdasarkan hasil pantauan peneliti bahwa sebagian besar responden melakukan

pembukuan atau pencatatan pajaknya. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak,

didominasi dengan jawaban responden “Setuju” dengan persentase tertinggi

50,4% dan “Sangat Tidak setuju” dengan persentase terendah 3,3%, hal tersebut

diperkuat berdasarkan hasil pantauan peneliti, sebahagian responden taat ketika

ada petugas yang ingin melakukan pemeriksaan pajak dan ada juga yang masih

merasa takut jika diperiksa petugas pajak. Jika di rata – ratakan berdasarkan hasil

perhitungan persentase pencapaian dalam analisis variabel Kepatuhan Wajib

Pajak (X) maka diketahui Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang ada

di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan masuk ke dalam kategori

Baik (73,7%). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak

telah melaksanakan kewajibannya dan patuh dalam membayar atau menyetor


pajak. Dan selebihnya tidak patuh dalam membayar pajak. Menurut peneliti dari

hasil penelitian tersebut, meskipun kepatuhan wajib pajak masuk dalam kategori

baik tapi masih ada beberapa indikator yang perlu diberikan perhatian lebih untuk

memaksimalkan kepatauhan wajib pajak seperti pada indikator mendaftarkan diri

sesuai dengan peraturan, menyiapkan dokumen untuk membayar pajak, bersedia

memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak, mengalokasikan dana untuk pajak,

dan merasa takut bila berhubungan dengan pemeriksaan pajak. Jadi beberapa

indikator kepatuhan tersebut perlu adanya perhatian lebih untuk meningkatkan

pendapatan pajak. Hal ini senada dengan pendapat Chau (2009) faktor yang

mempengaruhi penerimaan pajak suatu negara diantaranya adalah tingkat

kepatuhan wajib pajak masyarakat di negara tersebut. Apabila masyarakat

semakin patuh akan peraturan perpajakan maka tentunya akan berimbas kepada

peningkatan pendapatan pajak dalam negeri.

4.2.2 Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan

Hasil penelitian dalam persentase pencapaian dan kategori per indikator

peningkatan pendapatan pajak kendaraan bermotor terhadap 99 responden yang

ada di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan yaitu: Peraturan

pajak kendaraan bermotor harus ditaati oleh seluruh wajib pajak, didominasi

dengan jawaban responden “Setuju” dengan persentase tertinggi 52% dan “Sangat

Tidak Setuju” dengan persentase terendah 1%. Mengisi formulir pajak dengan

lengkap dan jelas, didominasi dengan jawaban responden “Setuju” dengan

persentase tertinggi 57,5% dan “Sangat Tidak Setuju” dengan persentase terendah
0,4%. Wajib pajak membayar pajak kendaraan bermotor dalam jumlah yang

sesuai dengan yang terdapat pada STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan),

didominasi dengan jawaban responden “Setuju” dengan persentase tertinggi

53,5% dan “Sangat Tidak Setuju” dengan persentase terendah 1,1%. Dan

Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya, didominasi dengan jawaban

responden “Setuju” dengan persentase tertinggi 51,1% dan “Sangat Tidak Setuju”

dengan persentase terendah 1,7%. Jika di rata – ratakan berdasarkan hasil

perhitungan persentase pencapaian dalam analisis variabel Peningkatan

Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (Y) maka diketahui peningkatan

pendapatan pajak kendaraan bermotor yang ada di UPTD Samsat Wilayah II

Kalianda Lampung Selatan masuk dalam kategori Baik (68%). Peningkatan

Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh besar terhadap terhadap

berbagai macam hal, seperti pembangunan, perbaikan sarana dan infrakstruktur,

dan lain sebaginya yang ada di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung

Selatan, apabila pendapatan pajak menurun maka pembangunan juga akan kurang

efektif dilaksanakan.

4.2. 3 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Peningkatan Pendapatan


terhadap peningkatan pendapatan pajak kendaraan bermotor di UPTD
Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat ditunjukkan

pada tabel 4.9 diketahui nilai thitung sebesar 3941 > ttabel 1,988 dan diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,001 ≤ 0,05 , perbandingan tersebut mengartikan Ho

ditolak dan H1 diterima maka disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan

signifikan sehingga adanya Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak (X) terhadap

Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (Y) di UPTD Samsat

Wilayah II Kalianda Lampung Selatan. Hasil perhitungan tersebut diperkuat

berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) berdasarkan tabel 4 sebesar 0,741

menunjukkan bahwa terdapat keeratan yang kuat antara variabel Kepatuhan Wajib

Pajak dan Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor. Kemudian nilai

koefisien determinan (R2) berdasarkan tabel 4.10 sebesar 0,680 dan sumbangan

efektif Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 68%. Sehingga harga tersebut menjelaskan

pula bahwa terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan

pendapatan pajak kendaraan bermotor, persentase pengaruhnya sebesar 68 % dan

sisanya 32% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Dewi dan Widuri (2013)

kesadaran Wajib Pajak diperlukan untuk meningkatkan penerimaan pajak. Dan

menurut Anggriawan (2015) self assessment system berpengaruh positif terhadap

penerimaan pajak. Menurut peneliti pada penelitian ini, terdapat pengaruh

kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan pendapatan pajak di di UPTD

Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan. Sesuai dengan hasil penelitian di

atas. Kepatuhan wajib pajak yang ada di di UPTD Samsat Wilayah II Kalianda

Lampung Selatan sudah cukup baik tapi meskipun begitu agar peningkatan
pendapatan pajak lebih baik dari sebelumnya perlu untuk memaksimalkan

kepatuhan wajib pajak, sehingga ke depannya pendapatan pajak bisa lebih baik.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak (X) di UPTD Samsat Wilayah II

Kalianda Lampung Selatan berdasarkan hasil perhitungan persentase 6 8% dalam

analisis variabel Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (Y)

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan sehingga adanya Pengaruh

Kepatuhan Wajib Pajak (X) terhadap Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan

Bermotor (Y) di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju sebesar 68% dan sisanya

32% maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh

positif dan secara signifikan terhadap penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

pada UPTD Samsat Wilayah II Kalianda Lampung Selatan.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah :

Pemerintah diharapkan dapat memberikan peraturan yang efektif dalam

pemungutan pajak. Saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan adalah

Kantor SAMSAT diharapkan mampu bersikap ramah dalam memberikan

pelayanan, bimbingan dan penyuluhan serta memberikan penjelasan tentang

perubahan peraturan perpajakan kepada para wajib pajak, meningkatkan

penegakkan sanksi pajak sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku agar wajib

pajak lebih patuh dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Anda mungkin juga menyukai