Anda di halaman 1dari 54

MEKANISME PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BIAYA BALIK NAMA UNTUK

KENDARAAN BERMOTOR PERTAMA UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN


PENDAPATAN DAERAH WILAYAH SANGGAU KABUPATEN SANGGAU

KARYA TULIS ILMIAH AKHIR

Oleh :

KALIF SIAFADI

1931230017

PROGRAM STUDI DIPLOMA D-lll MANAJEMEN PAJAK

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2022
MEKANISME PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BIAYA BALIK NAMA UNTUK
KENDARAAN BERMOTOR PERTAMA UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN
PENDAPATAN DAERAH WILAYAH SANGGAU KABUPATEN SANGGAU

KARYA TULIS ILMIAH AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh


Gelar Ahli Madya Manajemen (A.Md. M) pada Program Studi D-III
Manajemen Pajak Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia

Oleh :

KALIF SIAFADI

1931230017

PROGRAM STUDI DIPLOMA D-lll MANAJEMEN PAJAK

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2022
ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana sistem peralihan hak atas kendaraan bermotor di
Provinsi Kalimantan Barat, seberapa efektif pemungutan serah terima mobil di Provinsi
Kalimantan Barat dan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem peralihan hak tersebut. untuk
kendaraan bermotor di Provinsi Kalimantan Barat dan mengatakan celah dalam perpajakan untuk
meningkatkan kesadaran wajib pajak akan pentingnya membayar pajak meningkat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemindahtanganan kepemilikan kendaraan
bermotor di provinsi Kalimantan Barat, untuk mengetahui efisiensi pemungutan setoran transfer
kendaraan bermotor di provinsi Kalimantan Barat dan untuk mengetahui faktor-faktor.
mempengaruhi sistem pengumpulan. tentang Pengalihan Kepemilikan Kendaraan Bermotor di
Provinsi Kalimantan Barat. untuk mengetahui berapa besar penerimaan BBNKB di Provinsi
Kalimantan Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu,
penelitian yang memiliki dasar deskriptif untuk memahami fenomena lebih dalam dan
menggunakan data lapangan dan teori-teori yang ada. Penelitian ini menggunakan observasi dan
wawancara dengan staf UPT PPD SAMSAT Provinsi Kalimantan Barat dan data sekunder
berupa informasi yang diperoleh dari kantor UPT PPD SAMSAT Provinsi Kalimantan Barat.
Data yang diperoleh berupa Realisasi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun
2021 dengan nilai jual sebesar 12,5%

Kata Kunci : Sistem Pemungutan, Efektivitas, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
ABSTRACT

This study describes how the system of transferring rights to motorized vehicles is in West
Kalimantan Province, how effective the collection of car handovers is in West Kalimantan
Province and the factors that influence the transfer of rights system. for motor vehicles in West
Kalimantan Province and said gaps in taxation to increase taxpayer awareness of the
importance of paying taxes are increasing. The purpose of this study was to determine the system
of transfer of ownership of motorized vehicles in the province of West Kalimantan, to determine
the efficiency of collection of motor vehicle transfer deposits in the province of West Kalimantan
and to determine the factors. affect the collection system. concerning the Transfer of Ownership
of Motorized Vehicles in the Province of West Kalimantan. to find out how much BBNKB
revenue is in West Kalimantan Province. The method used in this study is a qualitative method,
namely, research that has a descriptive basis to understand the phenomenon more deeply and
uses field data and existing theories. This study used observations and interviews with UPT PPD
SAMSAT staff in West Kalimantan Province and secondary data in the form of information
obtained from the UPT PPD SAMSAT office in West Kalimantan Province. The data obtained is
in the form of Realization of Transfer of Title Fee for Motorized Vehicles in 2021 with a selling
value of 12.5%

Keywords: Collection System, Effectiveness, Transfer Fee for Motorized Vehicles


BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah pungutan yang dibayarkan kepada negara oleh orang pribadi atau
organisasi/badan hukum berdasar undang-undang untuk digunakan bagi kepentingan negara
juga kesejahteraan umum. Penagihan, pelayanan dan pengendalian pajak.
Pengalihan kepemilikan kendaraan bermotor adalah pajak atas pengalihan kepemilikan
kendaraan bermotor menurut kesepakatan antara dua pihak atau karena perbuatan sepihak
untuk membeli, menjual, menukar, mengalihkan, mewarisi atau memulai suatu usaha. sehat
Biaya antar jemput kendaraan bermotor dikenakan untuk antar jemput kendaraan bermotor.
Pajak daerah adalah pajak wajib yang terutang oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan daerah. Pajak daerah terdiri dari
pajak provinsi dan pajak daerah/kota. Pemungutan pajak daerah didasarkan pada definisi
pemerintah daerah dan perhitungan wajib pajak itu sendiri.
Salah satu jenis pajak daerah yang menjadi sumber PAD terbesar diprovinsi kalimantan
barat adalah pajak kendaraan bermotor. Pemindahtanganan kendaraan bermotor merupakan
sumber utama penerimaan pajak daerah diprovisi Kalimantan barat. Hal ini dapat dilihat
dengan melihat kontribusinya yang besar terhadap pajak daerah. Bagian ini tercermin dalam
tiga pajak yang termasuk dalam pajak provinsi Kalimantan barat, yaitu Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah salah satu objek pajak yang
pengaturan dan administrasinya diserahkan kepada pemerintah daerah. Dengan penyerahan
kewenangan pengaturan dan administrasi BBNKB ke provinsi, diharapkan pendapatan akan
meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor diprovinsi
Kalimantan barat. Jika pendapatan daerah cukup menjanjikan, muncul pertanyaan tentang
sistem pemungutan pajak daerah. Pada dasarnya, sisitem digunakan untuk menunjukkan cara
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan disuatu daerah.

Pajak kendaraan bermotor (PKB) merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang potensial. Dalam hal ini UPT PPD Badan Pendapatan Daerah memegang
peranan penting dalam pemerintahan daerah karena dapat meningkatkan pendapatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di daerahnya masing-masing. Sejalan dengan hal tersebut,
Pemkot melihat peluang yang sangat baik untuk menjadikan seluruh kendaraan bermotor
milik Wajib Pajak dikenakan Pajak Kendaraan Bermotor (PPN), yang terkait dengan
pengembangan dan perluasan fungsi anggaran udara yang memerlukan tindakan pemkot.
terus menggali sumber pendapatan - Sumber daya yang dimiliki dan dihargai yang
berpotensi menghasilkan pendapatan bagi daerah.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dipungut atas kepemilikan dan/atau pengelolaan
kendaraan bermotor dan menjadi subjek pajak, dan orang atau badan sebagai pemilik
kendaraan bermotor bertanggung jawab untuk itu. Menurut Undang-Undang Pajak Daerah
dan Manfaat Pajak Daerah Nomor 28 Tahun 2009, kendaraan bermotor adalah semua
kendaraan roda dan gandengannya yang digunakan di segala jenis tanah dan digerakkan oleh
peralatan teknis seperti mesin atau peralatan lain yang digunakan untuk konversi. sumber
tenaga tertentu untuk pengoperasian kendaraan bermotor itu, termasuk mesin-mesin berat
dan peralatan besar yang menggunakan roda dan mesin untuk pengoperasiannya dan tidak
terpasang secara permanen, dan kendaraan bermotor yang sedang dipakai.
Maka dari itu, penulis tertrarik melakukan penelitian mengenai,
“MEKANISME PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BIYA BALIK NAMA UNTUK
KENDARAAN BERMOTOR PERTAMA UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH WILAYAH SANGGAU KABUPATEN
SANGGAU “

1.2 Rumusan Masalah


Namun nyatanya masih ada masyarakat di Kabupaten Sanggau yang tidak peduli
dengan wajib pajak. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian, masih
ada masyarakat yang belum membayar pajak kendaraan.

Salah satu kewenangan yang bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan


atas pengalihan kepemilikan kendaraan bermotor adalah kantor UPT PPD Kabupaten
Sanggau.

Hal yang terjadi dilapangan dapat dilihat masyarakat masih enggan untuk membayar
pajak kendaraan bermotor pada kantor UPT PPD Wilayah Sanggau, adapun hal tesebut
dikarenakan beberapa berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka penulis
membatasi pembahasan agar tidak melebihi dan dapat di fokuskan pada satu bahasan
dalam lingkup “ mekanisme pelaksanaan pemungutan biaya balik nama untuk kendaraan
bermotor pertama UPT PPD wilayah sanggau kabupaten sanggau maka timbul
permasalahan yaitu :
1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pemungutan biaya balik nama untuk kendaraan
bermotor pertama dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau ?
2. Apa penyebab kurangnya atau tidak tercapainya penerimaan pada sektor BBN-KB 1
di Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau ?
3. Bagaimana antusias masyarakata dalam membeli kendaraan baru yang berpengaruh
pada sektor penerimaan BBN-KB 1 di Kantor UPT PPD Wilyah Sanggau ?

1.3 Tujuan Penulisan KTIA


Dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan (LPKL) ini, memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui mekanisme sistem pelaksanaan pemungutan biaya balik nama untuk
kendaraan bermotor pertama pada kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan biaya balik nama untuk kendaraan
bermotor pertama pada kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme sistem pelaksanaan
pemungutan biaya balik nama untuk kendaraan bermotor pertama pada Kantor UPT PPD
Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.
4. Untuk memahami dan mengetahui apa saja tata cara dalam pelaksanaan pemungutan
biaya balik nama untuk kendaraan bermotor pertama UPT PPD Wilayah Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penelitian ini adalah :


a. Bagi Mahasiswa/i
1. Bermanfaat untuk menambah wawasan dan penulisan pengetahuan
dibidang pajak tentang bagaimana prosedur sistem pemungutan biaya
balik nama untuk kendaraan bermotor pada Provinsi Kalimantan Barat.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan dapat
memperaktekkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan di Kampus
Universitas Kristen Indonesia.
3. Sebagai wadah untuk mempersiapakan diri menghadi dunia kerja dengan
dibekali keahlian atau kemampuan dan keterampilan serta pengelaman
yang didapat selama melaksanakan praktek kerja lapangan.
4. Dapat menambah informasi, pengetahuan, dan wawasan tentang
perhitungan bea balik nama kendaraan bermotor baru yang dari dealer
dikenakana tarif sebesar 10%.
b. Bagi Universitas Kristen Indonesia (UKI)
1. Memberi informasi baru yang dapat dijadikan bahan referensi bagi
mahasiswa lainnya yang ada didalam lingkungan kampus Universitas
Kristen Indonesia.
2. Sebagai bahan penelitian perkembangan kegiatan belajar mengajar pada
perkuliahan Universitas Kristen Indonesia Khususnya pada Program Studi
Diploma III Manajemen Pajak Fakultas Vokasi.

c. Bagi Perusahaan
Dapat menambah informasi bagi kebijakan pemerintah dengan adanya bea balik
nama kendaraan bermotor

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Akhir (KTIA) bisa lebih konsentrasi dan mendalam,
maka penulis membatasi pembahasan yaitu, prosedur pemungutan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Pertama Dikantor UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN
PENDAPATAN DAERAH WILAYAH SANGGAU KABUPATEN SANGGAU.

1.6 Sistematika Penulisan KTIA


Sistem penulisan ini dipakai untuk mempermudah dalam memahami susunan Karya
Tulisan Ilmiah Akhir. Laporan ini terbagi dalam lima bab sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika
penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori ini berisi mengenai defenisi atau pengertian yang berhubungan
dengan pengertian Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
sebagai pedoman dalam pembahasan yang akan dibahas di Bab beerikutnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tenteang metode penelitian yang akan digunakan untuk
menyusun karya tulis ilmiah akhir ini. Selanjutnya pada bab ini, penulis juga
membahas tentang gambaran kantor UPT PPD di Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat, sebagai tempat magang bagi penulis.

BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan berisi tentang hasil atau jawaban pembahasan dari penelitian
permsalahan yang dilakukan penulis sesuai dengan rumusan masalah.

BAB V PENUTUP

Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan
penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah pembayaran wajib berdasarkan hukum perdata atau masyarakat tanpa
imbalan segera, yang dipakai untuk tujuan negara dalam mencapai kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak ialah indikator kewajiban negara dan peran serta wajib pajak secara
langsung dan bersama-sama dalam memenuhi kewajiban perpajakan pembiayaan negara
dan pembangunan negara. Menurut falsafah hukum perpajakan, membayar pajak bukan
hanya kewajiban, melainkan hak setiap warga negara untuk ikut serta dalam
pembayaran negara dan pembangunan negara.
Tanggung jawab untuk membayar kewajiban perpajakan yang mencerminkan
kewajiban negara di bidang perpajakan menjadi milik anggota masyarakat itu sendiri
untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini sejalan dengan sistem self-assessment yang
diperkenalkan dalam sistem perpajakan Indonesia.

2.2 Ciri-Ciri Pajak

Sesuai dengan Undang-Undang KUP No. 28 Tahun 2007, Pasal 1 Ayat 1 mendefinisikan
pajak sebagai iuran wajib kepada negara yang diwajibkan secara hukum oleh orang
pribadi atau badan, tanpa imbalan langsung, dan digunakan untuk keperluan negara untuk
kepentingan negara. kesejahteraan rakyat semaksimal mungkin.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara


Artinya, setiap orang wajib membayar pajak. Namun, ini hanya berlaku untuk
warga negara yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.
Khususnya, warga negara yang penghasilannya melebihi penghasilan tidak kena
pajak (PTKP).
2. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap Warga Negara
Apabila seseorang telah memenuhi syarat subyektif juga obyektif, ia
dikenakan pajak. UU Pajak menjelaskan bahwa jika seseorang dengan sengaja
tidak membayar pajak, ia menghadapi sanksi administrasi dan pidana.
3. Warga Negara Tidak Mendapatkan Imbalan Langsung
Pajak berbeda dengan pembayaran. Contoh pembayaran: Ketika Anda
menerima subsidi parkir, Anda membayar sejumlah tertentu, mis. biaya parkir,
tetapi tidak ada pajak. Perpajakan merupakan salah satu cara untuk
mendistribusikan pendapatan warga secara merata.
Maka, apabila anda membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak
akan langsung mendapatkan keuntungan dari pajak yang dibayarkan. Anda bisa
mendapatkan perbaikan jalan di daerah Anda, perawatan medis gratis untuk
keluarga Anda, beasiswa untuk anak-anak, dll.
4. Berdasarkan Undang-Undang
Ini berarti bahwa pajak diatur oleh hukum negara. Beberapa undang-
undang mengatur mekanisme untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
pajak.

2.3 Perspektif Pajak dari Sisi Ekonomi dan Hukum

Pajak dari segi ekonomi dan hukum Sebagai sumber utama penerimaan negara, pajak
memiliki nilai strategis baik dari segi ekonomi maupun hukum. Berdasarkan keempat
karakteristik di atas, pajak dapat dilihat dari dua sudut, yaitu:

1. Pajak dari perspektif ekonomi


Hal ini dapat dinilai dari pergeseran sumber daya dari sektor swasta (warga
negara) ke sektor publik (masyarakat). Hal ini menunjukkan bahwa pajak
mengubah 2 situasi, yaitu:
Mengurangi kemampuan individu untuk mengendalikan sumber daya mendukung
pengendalian barang dan jasa.
Meningkatkan kemampuan keuangan Negara dalam menyediakan barang dan jasa
publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pajak dari perspektif hukum


Prospek ini terjadi karena adanya kendala yang timbul dari undang-undang
yang mewajibkan warga negara untuk menyetorkan sejumlah uang ke negara.
Ketika negara memiliki kekuasaan untuk memaksa dan pajak digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan.

Hal ini menunjukkan bahwa perpajakan harus didasarkan atas dasar hukum,
sehingga menjamin kepastian hukum, baik bagi petugas pajak sebagai pemungut
maupun wajib pajak sebagai wajib pajak.

2.4 Fungsi Pajak

Pajak memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan


pembangunan, karena pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang darinya
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan dibiayai. Berdasarkan
uraian di atas, pajak memiliki beberapa fungsi:
1. Fungsi Anggaran (budgetair)
Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, pajak digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara, untuk melaksanakan tugas negara secara teratur dan untuk
membangun negara. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak saat ini
digunakan untuk keuangan umum seperti pengeluaran pribadi, real estate,
pemeliharaan dan lain-lain. Untuk membiayai pembangunan, uang diambil dari
tabungan pemerintah, yaitu. pendapatan domestik dikurangi pengeluaran saat ini.
Penghematan tahunan oleh pemerintah ini harus dibarengi dengan kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang terus meningkat, dan hal ini sangat dinanti oleh
sektor keuangan.

2. Fungsi Mengatur (regulator)


Selain pajak, pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan
fiskal. Dengan fungsi regulasi, pajak dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan negara. Misalnya, untuk merangsang investasi asing di dalam negeri,
banyak tindakan pengurangan pajak, insentif pajak untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, kebijakan dan tarif reguler untuk melindungi produktif
dalam negeri dapat diterapkan.

3. Fungsi Stabilitas (stabilisator)


Dengan pajak, pemerintah memiliki dana yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan yang berkaitan dengan stabilitas harga (kebijakan fiskal) untuk
mengendalikan inflasi, yang juga dapat dilakukan dengan mengatur perdaraan
uang dimasyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efesiensi dan
efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan


Pajak Negara yang dipungut akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk untuk membiayai pembangunan membuka lapangan pekerjaan,
yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyrakat.

5. Fungsi Demokrasi
Pemungutan pajak merupakan ekspresi dari nilai-nilai demokrasi mengenai hak
dan kewajiban negara dan warga negaranya. Pajak memberikan kesempatan
kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa, dan
pemerintah memaikan peran penting dalam kesejahteraan rakyat.
2.5 Pengelompokkan Pajak

Pajak dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis pajak menurut golongan, menurut
jenisnya, menurut sifatnya dan menurut lembaga pemungutannya.

1. Menurut Golongan
a. Pajak langsung, mis. pajak yang harus dibayar oleh mereka yang
membayarnya. Oleh karena itu, perpajakan tersebut tidak dapat dilimpahkan
atau dialihkan kepada pihak lain. Misalnya, pajak penghasilan (PPh), PPh
tidak dapat dilimpahkan atau dialihkan kepada orang lain atau orang lain
untuk dipungutnya.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang ingin diteruskan atau dipungut oleh
pihak yang membayar kepada pihak lain. Misalnya, PPN dan PPN atas barang
mewah dapat dialihkan atau disetorkan dari penjual kepada pembeli.

2. Menurut Sifat
a. Pajak Subyektif (Pajak Perorangan), yaitu pajak, yang penentuannya
mempertimbangkan status pribadi wajib pajak (menikah atau berstatus lajang,
terlepas dari apakah keluarga memiliki tanggungan atau tidak). Penghasilan
bebas pajak (PTKP) dipengaruhi, misalnya, oleh pajak penghasilan, status atau
situasi wajib pajak.
b. Pajak Objektif (Pajak yang Bersifat Material), yaitu pajak, pada saat dikenakan,
perhatian hanya diberikan pada sifat objek pajak, tanpa mempertimbangkan
keadaan atau keadaan wajib pajak. Misalnya, bea materai, yang dikenakan pajak
jika barang kena pajak sudah ada dan memenuhi persyaratan dokumen wajib
pajak, terlepas dari status wajib pajak. Hal yang sama berlaku untuk PPN, yang
pengenaannya juga tidak tercermin dalam status pribadi wajib pajak, tetapi
tergantung pada apakah objek tersebut telah memenuhi persyaratan untuk
menerima PPN.
3. Menurut Lembaga Pemungutan
a. Pajak Pusat (Pajak Negara)
Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui
peraturan perundang-undangan, pemungutannya adalah milik pemerintah
pusat, dan hasilnya digunakan untuk membiayai pemerintah pusat dan
pembangunan.
Pajak pusat dapat dipahami sebagai pajak yang dikelola oleh pemerintah
pusat melalui Departemen Umum Pajak (DJP) dan hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara saat ini dan pembangunan yang dimasukkan
dalam anggaran negara.
Yang termasuk dalam Pajak pusat antara lain pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan barang mewah (PPnBM),
pajak properti dan konstruksi, penghijauan industri, kehutanan dan industri
penunjang (PBB-P3) dan bea meterai.
b. Pajak Daerah
Menurut undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), pajak
daerah aialah iuran wajib kepada daerah yang terutang oleh alam atau badan
hukum dan berkekuatan hukum tetap, tanpa imbalan langsung dan
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.
Artinya, kewenangan memungut pajak daerah adalah milik pemerintah
daerah, dan hasil yang digunakan untuk mendanai pemerintah daerah telah
terkumpul dalam pendapatan pokok daerah (PAD) APBD.
Lebih khusus lagi, berdasarkan pasal 2 UU PDRD, pajak daerah
direklasifikasi menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten atau kota.
Pajak daerah terdiri dari yaitu :
 Pajak provinsi ialah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
contohnya :

a. Pajak Kendaraan Bermotor


b. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok

 Pajak Kabupaten atau Kota, khususnya : pajak yang dipungut oleh


pemda tingkat 2 ( kabupaten atau kota ), misalnya sebagai berikut :

a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Biaya Parkir
g. Pajak Air Tanah
h. Pajak Sarang Burung

2.6 Sistem Pemungutan Pajak

1. Official Assessment System


Site mini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kekuasaan
(fiskus) kepada pemerintah untuk menentukan jumlah pajak yang terhutang oleh
seseorang wajib pajak.
Ciri-cirinya :

a. Hak untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar ada pada fiskus,
Pada tahun SM.
b. Wajib pajak pasif Pada tahun SM.
c. Kewajiban pajak timbul setelah perusahaan mengeluarkan pengiriman
pajak.

2. Self Assessment System


Sistem pemungutan pajak yang memungkinkan Wajib Pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Ciri - cirinya sebagai berikut :

a. Hak dalam menentukan besaran pajak yang terutang adalah milik wajib
pajak, Pada tahun SM.
b. Wajib pajak berinisiatif, mulai dari menghitung, membayar, dan
menyatakan sendiri pajak yang terutang Pada tahun SM.
c. Fiskus tidak turun tangan dan hanya menonton.

3. With Holding System


Merupakan sistem pemungutan pajak yang memungkinkan pihak ketiga (bukan
fiskus dan tidak terkait dengan wajib pajak) untu menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
Ciri-ciri:
Hak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang adalah milik pihak ketiga,
selain otoritas pajak, dan wajib pajak.

4. Pengertian Fiskus
Fiskus atau yang biasa dikenal dengan agen pajak adalah orang pribadi atau
organisasi yang bertugas untuk memungut pajak atau biaya dari wajib pajak.
Istilah Fiskus dapat dikaitkan dengan konteks administrasi yang mengacu pada
dana publik yang dipegang oleh gubernur. Fiskus ini juga sering dikaitkan dengan
agen-agen Direktorat Jenderal Pajak (DJP), bahkan agen pajak yang berada di
bawah naungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah pihak yang diberi
wewenang oleh undang-undang (UU) untuk dapat menangani dan juga
berpartisipasi dalam hal-hal tersebut - hal-hal yang berhubungan dengan
perpajakan.

2.7 Perbedaan Pemotongan dan Pemungutan Pajak

Pemotongan dan pemungutan adalah dua konsep yang berbeda. Pemotongan


dapat berarti pemotongan atau pengurangan pembayaran terhadap jumlah yang
diterima atau dapat juga dianggap sebagai dasar kena pajak (DPP). Pemotongan
biasanya dilakukan oleh pembayar atau penerima pembayaran. Dan pajak yang
dapat dikurangkan adalah Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 2, Pajak Penghasilan
(PPH) Pasal 21/26, Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPH) dan Pajak Penghasilan (PPH)
Pasal 15.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPH) dilakukan oleh badan yang


memberikan penghasilan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatannya. Misalnya, dalam hal demikian,
perusahaan yang melakukan pekerjaan akan memotong pembayaran yang berkaitan
dengan upah yang diterima oleh pekerja/karyawan.

Sedangkan istilah pemungutan mengacu pada pemungutan atau penambahan


sesuatu yang berkaitan dengan jumlah tagihan atau jumlah yang akan diterima atau
jumlah Pajak Pokok (DPP). Pajak dipungut oleh penerima penghasilan atau
penerima pembayaran. Namun dalam keadaan tertentu dilakukan oleh penerima
penghasilan, misalnya: Bendahara negara bertanggung jawab atas Pajak
Penghasilan (TMS) 22. Jenis pajak yang dipungut adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Barang (PPnBM) dan Pajak
Penghasilan (PPH) Pasal 22.
2.8 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)

 Apa itu BBN-KB


Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) merupakan biaya legal atas
perubahan kepemilikan kendaraan bermotor, sehingga apabila seorang wajib pajak
membeli dan menjual sepeda motor bekas, wajib membayar biaya pengalihan atas
nama pemilik atas pengalihan kendaraan tersebut.
Sangat penting untuk menyelesaikan masalah kepemilikan kendaraan bermotor
dan pengalihan kepemilikan lama dan baru. Subyek biaya atau pesanan BBNKB
disebutkan atau dirujuk dalam Pasal 1(1) Undang-Undang Pajak Daerah dan
Kepentingan Daerah.
Tidak hanya kegiatan perdagangan tetapi juga jual beli, waris, mensponsori,
menjadi anggota dalam organisasi profesi. Kendaraan bermotor ialah semua
kendaraan beroda dan golongannya yang dipakai dijalan raya.

2.9 Hal-Hal yang Menjadi Dasar Besaran Biaya (BBNKB)

Tarif pajak yang dikenakan terhadap kendaraan, menurut pasal 12 ayat 1 dan 2 UU
PDRD, biaya BBNKB untuk penyerahan pertama adalah 12,5 dan untuk penyerahan kedua
setelah itu.

Pengiriman pertama berarti ketika Anda membeli mobil baru, Anda langsung ke dealer.
Meskipun diskon lain untuk pembelian, hadiah, pusaka. sehingga dapat dikatakan bahwa
pada saat jual beli sepeda motor, besarnya BBNKB tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan
pada saat membeli motor maupun mobil baru.

Besarnya pembayaran disesuaikan dengan nilai jual Kendaraan Bermotor atau NJKB
yang digunakan dalam Pajak Kendaraan Bermotor atau PKB. Menurut NJKB, dasar
perhitungan BBNKB adalah multi faktor sebagai berikut:
1. Dalam hal Harga Pasar Umum (HPU) tidak ditentukan. NJKB didasarkan pada harga
kendaraan bermotor dengan power train yang sama, kendaraan umum maupun pribadi
yang sama, jenis yang sama, tahun pembuatan yang sama dan data pemberitahuaan impor
PDB keuangan yang sama.

2. Jika HPU tidak diketahui, nama NJKB dengan merek yang sama, merek yang sama dan
jenis yang sama, tahun pembuatan yang lebih lama, akan ditambahkan hingga 5%
pertahun dari nilai penjualan yang diketahui.

2.10 Persyaratan BBNKB yang Harus Dipenuhi.

Jika wajib pajak telah menyiapkan biayanya, langkah selanjutnya ialah melengkapi
persyaratan dokumentasi. Prosesnya dapat dilakukan langsung di Samsat atau titik-titik
penjualan utama Samsat. Samsat keliing dan lain-lain tergantung tempat tinggal anda.
Selain itu, Wajib Pajakpun harus menyiapkan kendaraannya dan dalam keadaan baik
karena akan diperiksa kemudian. Persyaratan pengajuan BBNKB ialah sebagai berikut:
1. KTP asli dan fotocopy pemelik sebelumnya juga pembeli.
2. BPKB yang asli dan fotocopy, apabila anda sedang melakukan cicilan maka
bisa meminta salinannya atau lesing langsung
3. STNK asli dan juga fotocopy
4. Kwitansi pembeliaan kendaraan yang asli dan fotocopy, harus dilengkapi
dengan materai Rp.10.000
5. Hasil cek fisik dari pihak samsat,
Apabila semua persyaratan sudah lengkap, maka wajib pajak bisa datang
kekantor samsat sesuai dengan jam operasional. Luangkan waktu anda satu hari
saja buat bayar pajak BBNKB anda, karena kemungkinan wajib pajak bisa saja
mengantri.
2.11 Tata Cara Melakukan (BBNKB)

Kini saatnya kita melakukan tata cara transfer nama motor ke agen samsat terdekat
dengan mengambil mobil dan dokumen akan diurus. Prosedurnya sangat sederhana, yaitu
sebagai berikut:
1. Melapor ke kantor Samsat terdekat, membawa semua keperluan yang diperlukan
seperti uang.
2. Pergi ke antrian pemeriksaan fisik dan tunggu dealer untuk memeriksa nomor sasis
motor mauoun mobil.
3. Selama pemeriksaan kita akan menerima formulir kemudian melengkapinya untuk
dilampirkan dengan semua dokumen permintaan.
4. Setelah itu kita bisa langsung mendaftar ke loket BBNKB dengan menyerahkan semua
persyaratan.
5. Kita membayar sesuai petunjuk pada konter checkout dan kita akan menerima struk.
6. Kendaraan akan diklaim kembali di konter progresif.
7. Kemudian kita hanya perlu menunggu prosesnya selesai dan dipanggil untuk
mendapatkan STNK baru yang sudah berganti nama pemiliknya.
Langkah-langkah mengganti nama mobil sangat mudah juga penting untuk
dilakukan, namun sayangnya masih banyak pemilik kendaraan yang belum
melakukannya setelah membeli mobil atau motor bekas.
Alasan mengapa biaya transfer cukup tinggi sangat umum, bahkan jika Anda tidak
melakukannya, Anda akan mendapatkan masalah pada saat perpanjangan STNK.
Bagaimana tidak, karena ketika ingin memperbaharui STNK atau membayar STNK
setiap tahun dan 5 tahun, Anda memerlukan kartu identitas pemilik asli. Jika Anda
tidak memiliki kartu ID, Anda akan mengalami masalah dan menambahkan lebih
banyak biaya.
Selain itu, perlu diingat bahwa subjek pembayaran BBNKB adalah pengalihan
kepemilikan kendaraan bermotor dan subjeknya dapat berupa orang pribadi atau badan
usaha. jadi apakah itu mobil pribadi atau penggunaan perusahaan, transfer hak milik
mobil selalu menjadi suatu keharusan.
Jika seorang wajib pajak telah merencanakan pembelian kendaraan dengan
cermat, maka tidak hanya biaya mobil atau sepeda motor yang harus dipertimbangkan,
tetapi juga jumlah biaya transfer kendaraan harus ditentukan.
Juga biaya tahunan tambahan berdasarkan kapasitas. Pastikan untuk menyertakan
biaya tambahan agar tidak kehabisan uang saat membayar nanti di kantor Samsat.

2.12 Rumusan Menghitung Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor  


Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah pajak yang dipungut atas
pengalihan kepemilikan kendaraan bermotor berdasarkan kesepakatan antara dua pihak.
Setiap daerah memiliki persentase yang berbeda-beda, atau menurut aturan perhitungan
yang berlaku, tidak setiap bagian adalah mobil atau motor. Ini adalah perhitungan BBNKB
dengan contoh tariff diwilayah Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan angka 9
tahun 2010 BBNKB 1 dikenakan biaya 10 n BBNKB 2 mencapai 1%, Berikut contoh
perhitungannya :

Pemilik sepeda motor vario 110 cc di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat,
nilai jual Rp 7.000.000 dan pembayaran ditangguhkan untuk satu tahun.

BBNKB : Rp. 7.000.000 X 1% = Rp. 70.000

PKB : Rp. 7.000.000 X 2% = Rp. 140.000

Denda 1 Tahun : Rp. 140.000 X 24% = Rp. 33.600

SWDKLLJ : Rp. 35.000

Denda SWDKLLJ : Rp. 32.000

Cek Fisik Kendaraan PNBP

STNK : Rp. 100.000


Pelat Nomor : Rp. 50.000

BPKB : Rp. 225.000

Total Keseluruhan : Rp. 685.000

Perhitungan yang dipakai adalah tarif BBNKB sebesar 10%. Tahun ini, Badan Kompensasi
dan Pajak Daerah (BPRD) akan menyesuaikannya menjadi 12,5%.
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam Karya Tulis Ilmiah Akhir ini, penulis dapat mempermudah dalam penulisan ini
maka, penulisan menggunakan metode kualitatif yaitu mengidentifikasi sistem pungutan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pertama pada provinsi kalimanta barat. Analisis
yang dipakai pada penelitian ini adalah data Primer berupa Observasi dan Wawancara.
Serta data Skunder berupa data - data yang didapatkan dari kantor UPT PPD Wilayah
Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.

3.1 Teknis Pengumpulan Data

Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah Akhir ini, penulis mengumpulkan data
secara langsung data yang didapatkan melalui pengkajian langsung ke Kantor
UPT PPD Wilayah Sanggau yang menjadi tempat penelitian, antara lain
dengan sebagai berikut :

1. Observasi, Pengumpulan data secara langsung dalam mengamati objek


penelitian yaitu mengetahui atau mendapatkan data. Data yang
diobservasikan dapat berupa gambaran sikap, tindakan, keseluruhan
interaksi antara manusia.

2. Wawancara, Melakukan Tanya jawab dengan pegawai di Kantor UPT PPD


Wilayah Sanggau untuk memperoleh informasi secara langsung mengenai
pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan data-data yang
benar terkait pembayaran BBNKB.
3. Dokumentasi, Penelti mengumpulkan data-data mengenai BBNKB, baik itu
berupa tulisan, gambaran, dan Dokumen yang didapatkan penulis berupa
jumlah daftar Laporan Rekapitulasi Penerimaan BBNKB Tahun 2021,
Serta Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2021.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu Pelaksanaaan Penelitian


Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu,
mulai dari tanggal 10 Januari 2022 sampai dengan 10 April 2022 di Kantor
UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan
Barat. Adapun kegiatan penelitian dilakukan sesuai dengan jam kerja di
Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau ini : adalah dimulai pada hari Senin
hingga hari Kamis dibagian pelayanan penetapan, dimulai pada pukul
08.00 WIB – 14.00 WIB Sedangkan jam waktu istirahat yang ditentukan
pada pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB., Hari Jumat dimulai pada pukul
08.00-12.00 WIB, Sedangkan Hari Sabtu dimulai pukul 08.00-11.00 WIB.
Dalam pelaksanaa praktek kerja lapangan ini penulis harus mematuhi
semua peraturan dan tata tertib, serta kedisipinan yang sudah ditetapkan
pada Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat.

Tabel 3.1 Jadwal hari dan jam kerja kegiatan penelitian di Kantor UPT PPD
Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.

Hari Kerja Jam Kerja Waktu Istirahat

Senin s/d Kamis 08.00 – 14.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Jumat 08.00 – 12.00 WIB -

Sabtu 08.00 – 11.00 WIB -

Sumber : Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinis Kalimantan Barat


2. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Kantor UPT PPD Wilayah


Sanggau berlokasi di jln. Jendral Sudriman Km.07, No. 101, Kelurahan
Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan
Barat Tlp.: 0561-7364, Nofax (0561) – 735371.

3.3 Sumber dan Teknis Pengumpulan Data

 Sumber Data
a. Data Primer
Penulis menggunakan data primer dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
Akhir ini. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan Barat berupa
data-data yang terkait dengan perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB).

b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak lain berupa data
olahan yang memperkuat data primer, Sumber data sekunder seperti
Peraturan Pemerintah, Undan-Undang, buku, internet dan lain-lain
sebagainya.
3.4 Gambaran Umum Perusahaan

3.4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat merupakan Peraturan Daerah


(PD) baru yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Barat, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2019 2016. Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu, sesuai Pergub Nomor 65 Tahun 2019
(Tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah
Provinsi Kalbar), ditetapkan bahwa Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kalbar
(BAPENDA) bertugas membantu faktor pendukung penyelenggaraan ketatanegaraan
Gubernur di bidang keuangan dan perpajakan daerah yang dikelola oleh kantor daerah
dan penunjangnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berikut ini Sejarah singkat berdirinya Bapenda Provinsi Kalimantan Barat :


1. Sebelum terbentuknya Dinas Pendapatan Daerah Provinsi (“Propinsi”)
Kalimantan Barat, fungsi pengelolaan pendapatan daerah dilaksanakan
oleh Bagian Penghasilan Daerah pada Biro Keuangan Sekretariat Daerah
Tingkat I Kalimantan Barat. Keberadaan Bagian Penghasilan Daerah tersebut
sesuai ketentuan yang berlaku pada saat itu, yakni tentang Pedoman
Pembentukan Organisasi dan Taatakerja Sekretariat Daerah Tingkat I Kalimantan
Barat, dengan kedudukan yang demikian, maka Bagian Penghasilan Daerah
merupakan unsur staf yang sekaligus unsur pelaksana pemungutan pendapatan
daerah. Dalam Perkembangannya, sesuai dengan tuntutan daerah dan
bertambahnya volume tugas, muncul keingoinan untuk mewadahi fungsi
pegelolaan pendapatan dalam bentuk organisasi yang berdiri sendiri seperti Dinas
Daerah. Keinginan ini diperkuat oleh beberapa hal antara lain:
a. Adanya surat Keputusan Menteri Dalam Negeri pada Rapat Kerja Kepala
Daerah seluruh Indonesia di jakarta pada awal  Maret 1973, 
yang mengintruksikan agar pada akhir bulan Maret 1973 telah dibentuk
Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I.
b. Surat Dewan Perwakilan Daerah Tingkat I Kalimantan Barat Nomor: 798
ID-57/1972 tanggal 22 Juli 1972 tentang perlunya dibentuk Dinas
Pendapatan Daerah Tingkat I Kalimantan Barat.
Kemudian pada tanggal 1 Januari 197 dibentuk Dinas Pendapatan Dalam Negeri
Kalimantan Barat dengan Surat Keputusan Dewan Gubernur Provinsi Kalimantan
Barat No: 005 Tahun 197 sebagai “Dinas Pajak dan Pendapatan Daerah Provinsi
Kalimantan Barat”. Sejalan dengan tuntutan situasi tersebut, secara khusus
peningkatan upaya pembangunan daerah merupakan salah satu tugas pemerintah
daerah dalam melaksanakan dan melaksanakan kegiatannya ke arah otonomi yang
substantif dan dinamis serta memiliki tanggung jawab sebagaimana disyaratkan
oleh undang-undang No. 5 Tahun 197 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
Daerah. Selain itu, Menteri Dalam Negeri menyampaikan perlunya peningkatan
efektifitas dan efisiensi organisasi dan tata kerja pelayanan pemungutan
penerimaan daerah dengan beberapa Keputusan: KUPD.7/7/39-26 tanggal 31
Maret 1978 Atas dasar itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengeluarkan
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1978 tentang Penetapan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Tingkat I Provinsi Kalimantan Barat.
Kemudian pada tahun 2000, namanya diubah menjadi Dinas Pendapatan Dalam
Negeri Kalimantan Barat.
2. Selanjutnya Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1978 diubah menjadi Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi Kalimantan Barat, dibentuklah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Kalimantan Barat Kalimantan Barat. , dengan 1 PPD UPT menurut wilayah
menurut negara/kota.

3. Pada tahun 2016, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah dan Tugas Menteri Dalam Negeri, maka Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat
Daerah Provinsi dan Provinsi. /kota. menjalankan fungsi dalam menunjang
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan, maka dibentuklah Peraturan Dearah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan organisasi perangkat
Daerah Provinsi Kalimantan Barat, maka dibentuk Badan Pimpinan Bagian
Keuangan dan pendapatan yang selajutnya disingkat (BPKPD). (gabungan
Badan Barang Milik Daerah dan Otoritas Keuangan dengan Program
Pendapatan Daerah) dengan tetap memiliki 14 UPT PPD. Selain itu, tugas dan
fungsi BPKPD diatur dengan Peraturan Gubernur Nomor 122 Tahun 2016
Tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta Alur Kerja
Otoritas Pendapatan dan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Barat.

4. Kedudukan nomenklatur BPKPD hanya memiliki 3 tahun dari tahun 2017-2019,


sehingga pada tahun 2019, acuan tersebut dibuat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
5 tahun 2017 dengan terbitnya peraturan daerah no. 11 November 2019 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah di Provinsi Kalimantan Barat, disahkan Badan
Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, dibentuk, selanjutnya disingkat
BAPENDA, dan juga mencantumkan konsolidasi 14 UPT PPD menjadi 7 UPT
PPD di masing-masing wilayah. Selanjutnya, tugas dan fungsi BAPENDA diatur
dalam Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2019 tentang Kedudukan Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat.

5. Sejak awal dibentuknya DISPENDA, BPKPD dan BAPENDA Provinsi


Kalimantan Barat dari tahun 1974 sampai sekarang telah terjadi sepuluh
pergantian Kepala Dinas/Badan, yaitu sebagai berikut:

1) Thamrin Abidin : Tahun 1974 – Tahun 1985


2) Drs.H.M.Saleh Ali : Tahun 1985 – Tahun 1989
3) Drs.H.Abdurrahman : Tahun 1989 – Tahun 1993
4) H.Mas ud Abdullah : Tahun 1993 – Tahun 1997
5) Drs.Eka Kawirayu : Tahun 1997 – Tahun 2001
6) Drs.H.Syakirman : Tahun 2001 – Tahun 2006
7) Drs.H.Darwin Muhammad : Tahun 2006 – Tahun 2010
8) Taruli Manurung, SE : Tahun 2010 – Tahun 2014
9) Samuel, SE, M.Si : Tahun 2014 – Tahun 2016 (DISPENDA)
Tahun 2017 – Tahun 2019 (BPKPD)
10) Dra. Mahmudah, MM : Tahun 2019 – Tahun 2019 (BPKPD)
Tahun 2020 – Sampai Sekarang (BAPENDA)

3.4.2 Visi dan Misi Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat.

. a)“ Visi “
Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat melalaui
percepatan Pembangunan Infrastruktur dan perbaikan Tata Kelola
Pemerintah.

b) “ Misi “
1. Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
2. Mewujudkan tata kelola pemerintah berkualitas dengan prinsip-
prinsip Good Governance
3. Mewujudkan masyarakat yang Sehat, Produktif, dan Inovatif
4. Mewujudkan masyarakat sejahtera
5. Mewujudkan masyarakat yang tertib
6. Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan.
3.4.3 Struktur Organisasi

Berhasil atau tidaknya suatu organisasi tergantung pada baik buruknya


manajemen organisasi tersebut. Oleh karena itu, lembaga harus membangun
organisasinya sedemikian rupa sehingga pembagian wewenang dan tanggung jawab jelas,
sehingga terjalin kerjasama yang baik antar seluruh pegawai.

Struktur organisasi adalah kerangka kerja yang mewakili pola hubungan yang
diamati antara area kerja atau orang-orang yang mengekspresikan kekuatan dan tanggung
jawab masing-masing dalam kolaborasi. Tujuan bisnis dapat dicapai. Struktur organisasi
yang digunakan oleh UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat
adalah struktur organisasi. Struktur organisasi UPT PPD Sanggau meliputi:

a. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Pendapatan Daerah (UPT PPD )


Sanggau
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Penagihan
d. Seksi Penetapan
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari sturktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan
Pendapatan Daerah Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau, seperti dibawah ini :
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR UPT PPD WILAYAH SANGGAU

KEPALA UPT PPD WILAYAH SANGGAU


HERI NURHASBI, SE., MM
PEMBINA / (IV/a)
NIP. 19680702 199006 1 001

KEPALA SEKSI PENETAPAN KASUBBAG TATA USAHA KEPALA SEKSI PENAGIHAN


YELIK BAMBANG DALING.P., SH., M.A.P Drs. RIVAI
ANTONIUS BUDI S.N., S.Kom., M..Kom
PENATA TK. 1 / (III/a) PENATA TK. / (III/d)
PENATA TK. 1 / (III/d)
NIP. 19851208 201101 1 002 NIP. 19641021 200801 1 003
NIP. 19761214 200604 1 005
BENDAHARA PENERIMAAN
SONNY EDY
PENYULUHAN KEMASYARAKATAN ANALIS PENAGIHAN PAJAK
NIP. 19740303 200701 1 015
MATIAS, SH YOVITA, A.Md
NIP. 19820324 201101 1 005 NIP. 19820212 201001 2 012
BENDAHARA PENGELUARAN
NUR AINI, A,Md PENGELOLA PENAGIHAN DAN
PENGELOLA PAJAK DAERAH NIP. 19811130 201502 2 001 PENGAWASAN
MAGDALENI MARLINA, S.Pd MARIA MOZA ABIGAIL, R.,
NIP. 19790905 200801 2 017 A.Md.,A.Pj
PENGELOLA BARANG MILIK NEGARA NIP. 19990911 202102 2 001
PENGELOLA PAJAK DAERAH LESTIANA, S. Hut
DODY MAHARDY, S.Sos., M.A.P NIP. 19790911 201101 2 005
NIP. 19800511 200901 1 004

PENGELOLA BARANG MILIK NEGARA


PENGELOLA PAJAK DAERAH
SRI JAYANTI, S.IP
MURNI, S.Akun
NIP. 19940117 201507 2 005
NIP. 19781215 201101 2 004

PENGELOLA PAJAK DAERAH


SYAHRIL KURNIAWAN, S.AP
NIP. 19740515 200701 1 023

PENGELOLA PAJAK DAERAH


GRATA IFA WURIYANA, SE
NIP. 19830501 200604 2 010

PENGELOLA PAJAK DAERAH


HERMAN
NIP. 19820402 201001 1 009

PENGELOLA PAJAK DAERAH


IRWAN TEGUH SILOAN, S., A.Md.,A.Pj
NIP. 19991008 201101 1 001
Struktur organisasi UPT PPD Sanggau jelas dalam bentuk organisasi dan
personalia, dimana kepala UPT PPD didukung oleh beberapa departemen atau
sub bagian. Tugas-tugas di setiap bagian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepala UPT PPD Wilayah Sanggau


Kepala UPT PPD Sanggau akan memimpin, memajukan, mengkoordinasikan,
menyelenggarakan, memantau, mengevaluasi, mengendalikan kegiatan UPT PPD
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Kepala BPKPD
Provinsi Kalimantan Barat.

2. Sub Bagian Tata Usaha Wilayah Sanggau


Bagian Tata Usaha bertanggung jawab membantu Kepala UPT PPD dalam penyusunan
rencana keuangan dan kerja, manajemen personalia dan operasional umum, meliputi:
perencanaan pengadaan barang habis pakai dan inventaris, perencanaan gaji dan
tunjangan. , operasi pemungutan pajak, penyisihan dana cadangan untuk staf
Mengkoordinasikan penerimaan dan pengeluaran harian untuk kasir meja depan,
mengusulkan promosi, kenaikan gaji berkala untuk karyawan, untuk staf DUK dan staf
DP3, mengusulkan ijin cuti karyawan, surat masuk, kontrol keluar, akuntansi dan
administrasi pelaporan barang habis pakai dan persediaan.

3. Seksi Penagihan UPT PPD Wilayah Sanggau


Bertugas mempelajari surat pemberitahuan tunggakan pajak, menerbitkan surat
peringatan dan faktur pajak di daerah, mengkoordinasikan pemungutan pajak dengan
instansi terkait, memungut pajak berdasarkan ketentuan undang-undang, dan manajemen
pemungutan pajak daerah, menerbitkan surat pemberitahuan dan finalisasi dan
mentransfer objek pajak, menetapkan pendapatan dari daerah lain, menilai dasar dan
pelaporan.
4. Seksi Penetapan UPT PPD Wilayah Sanggau
Bagian Identifikasi bertanggung jawab antara lain melakukan pendataan PKB, BBN-KB
dan mengelola PKB, pendaftaran BBN-KB, menetapkan ketetapan pajak, mengkaji
kebenaran ketetapan PKB dan BBN-KB, mengadministrasikan ketetapan pajak, mencatat
pajak penilaian, dan menulis laporan pajak.

3.4.4 Kegiatan Perusahaan

Kegiatan yang dilakukan dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
ini yaitu :

a) Melakukan proses penetapan terhadap BBNKB dan PKB


b) Menerbitkan STNK dan BPKB
c) Melakukan Cek Fisik Kendaraan
d) Pembayaran pajak kendaraan bermotor dan mobil
e) Melaksanakan kegiatan pelayanan samsat keliling
f) Melaksanakan razia gabungan

3.4.5 Data-Data Mengenai Perpajakan Yang Akan Diteliti

Data mengenai pemungutan pajak BBN-KB dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

3.4.6 Masalah Yang Dihadapi

Masalah yang sering dihadapi dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan
Barat yaitu :
a) Hambatan yang timbul dalam pemungutan BBNKB di Kantor UPT PPD Wilayah
Sanggau Kabupaten Sanggau adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
proses pendaftaran KB mereka untuk mengubah nama pemilik lama ke pemilik yang
baru.
b) Hambatan yang kedua yaitu kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar BBNKB
dan PKB mereka. Karena hal tersebut Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten
Sanggau melakukan kegiatan pemutihan dan penghapusan denda. Hal tersebut cenderung
tidak mendidik wajib pajak dalam kewajibannya dalam perpajakan, namun hal ini mampu
meningkatkan pendapatan daerah.
c) Hambatan yang ketiga yaitu masih banyak wajib pajak yang belum sadar dan paham
akan pentingnya membayar pajak.
d) Hambatan yang keempat yaitu akses yang ditempuh wajib pajak yang dari kampung atau
plosok terlalu jauh dengan kondisi jalan yang hancur.
e) Hambatan yang kelima yaitu keadaan geografis wilayah serta keadaan infrastruktur yang
kurang baik dikabupaten sanggau juga dapat menjadi hambatan bagi para masyarakat
untuk melakukan pembayaran pajak khususnya kendaraan bermotor.
Upaya yang dilakukan yaitu, mensosialisasikan kepada masyarakan melalui media cetak,
media masa dan media elektronik. Memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakan
dengan menyediakan fasilitas ruang tunggu untuk menunggu nomor antrian dan membuat
bus SAMSAT keliling.

3.4.7 Kebijakan Yang Dilakukan Oleh Perusahaan

Kebijakan yang dilakukan oleh kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan
Barat ini yaitu :

a) Melakukan penghapusan denda dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor II


b) Melakukan kegiatan penyuluhan pajak daerah dengan penjelasan yang lebih rinci
c) Mengevaluasi atau meningkatkan hubungan kerja antara Dinas/Instansi pemungutan agar
lebih baik
d) Meingkatkan Opersasional rutin setiap bulannya untuk melayani dan menyangkau
masyarakat dikecematan/perdesaan sehingga meningkatkan PAD.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pelaksanaa Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Penulisan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan penulis di Kantor
UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, berlokasi di
jln. Jendral Sudriman No. 02, Kelurahan Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau,
Tlp.: 0561-7364, Nofax (0561) – 735371. Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan oleh
penulis supaya dapat menerapkan dengan sistematis antara program pendidikan yang
didapatkan di Kampus dengan strategi keahlian yang didapatkan secara langsung didunia
kerja, sehingga nantinya setiap mahasiswa yang sudah lulus memiliki keahlian ketika
memasuki dunia kerja. Dalam melakukan praktek kerja lapangan (PKL) ini, penulisan
melakukan kegiatan selama 3 bulan, yang dimulai sejak tanggal 10 Januari 2022 sampai
dengan 10 April 2022.

Dalam melakukan kegiatan PKL ini, adapun jadwal PKL yang ditentukan oleh
kantor UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat ini
adalah dimulai pada hari senin hingga sabtu dibagian pelayanan penetapan, dan dimulai
pada pukul 08.00 WIB – 14.00 WIB, waktu istirahat yang ditentukan pada 12.00 WIB –
13.00 WIB. Dalam pelaksanaa PKL ini penulis harus mematuhi semua peraturan dan tata
tertib, serta kedisipinan yang sudah ditetapkan pada Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau
Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.

4.2 Deskripsi Data


Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis dari Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau
Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, tentang Bea Balik Nama Untuk
Kendaraan Bermotor Pertama. Maka dapat digambarakan dan diungkapkan dari hasil
observasi dan wawancara, beserta data-data yang didapatkan dari Kantor UPPT PPD
Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, dengan Realisasi
penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Tahun 2021 yang dilakukan
sebagai berikut :

 Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Dalam proses pengumpulan data penulis melakukan wawancara dengan salah


satu pegawai yang ada dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau Provinsi Kalimantan
Barat Yaitu Kakak Maria Moza Abigail.,R.,A.Md.,A.Pj Beliau bertugas sebagai
Pengelola Penagihan dan Pengawasan. Dalam proses wawancara yang dilakukan
penulis menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan Penerimaan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Pertama, berikut adalah wawancara yang dilakukan penulis
dengan Kakak Maria Moza Abigail.,R.,A.Md.,A.Pj selaku Pengelola Penagihan dan
Pengawasan dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat.

Penulis : Bagaimana mekanisme pelaksanaan pemungutan biaya balik nama untuk


kendaraan bermotor pertama dikantor UPT PPD Wilayah Sanggau ?

Narasumber : Dengan bertambahnya kendaraan bermotor wajib pajak harus melakukan


pendaftaran terlebih dahulu di Kantor Samsat Sanggau ini, Prosedur dalam
mendaftarkan kendaraan baru yaitu, Pertama pendaftaran kendaraan
bermotor dilakukan dengan pengisian formulir permohonan, Persyaratan
Balik Nama Kendaraan Bermotor Yaitu sebagai berikut :

1. KTP asli dan fotocopy ( PEMILIK KENDARAAN TERBARU )


2. STNK asli dan fotocopy
3. BPKB asli dan fotocoy
4. Kwitansi jual beli bermaterai cukup
5. Cek fisik kendaraan

Selanjutnya petugas melakukan cek fisik untuk mengidentifikasi nomor


kendaraab dan nomor mesin yang nantinya harus sesuai dengan berkas
yang telah dilampirkan, Yang selanjutnya dilakukan pemberian nomor
Polisi dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Kedua setelah
dilakukan pendaftaran dan petugas melakukan penetapan kendaraan
bermotor. Pemilik atau pemohon melakukan pembayaran atas
penyerahan kendaraan bermotor, Setelah melakukan pembayaraan
pemilik atau pemohon akan diberikan STNK dan notice, setalah itu Balik
Nama Kendaraan Bermotor yang dilakukan oleh pemohon sudah selesai
sehingga wajib pajak bisa meninggalkan kantor samsat tersebut.

Penulis : Apa penyebab kurangnya atau tidak tercapainya penerimaan pada sektor
BBN-KB 1 di Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau ?

Narasumber : Penyebabnya ia itu kurangnya pembelian kendaraan baru oleh


masayarakat, baik itu roda 2 maupun roda 4 sehingga tidak tercapainya
penerimaan pada sektor BBN-KB 1 dikantor UPT PPD Wilayah
Sanggau ini.

Penulis : Bagaimana antusias masyarakat dalam membeli kendaraan baru yang


berpengaruh pada sektor penerimaan BBN-KB 1 di Kantor UPT PPD
Wilayah Sangggau ?
Narasumber : Kebanyakan masyarakat malas untuk balik nama kendaraan bermotor
karna motor yang digunakan hanya digunakan kekebun dan faktor
ekonomi juga yang menjadi halangan masyarakat untuk balik nama
kendaraaan bermotor.

Gambar 4. 1 Wawancara dengan pegawai Kantor

Samsat Kabupaten Sanggau

Sumber: UPT PPD Wilayah Sanggau

Gambar 4. 2 Wawancara dengan pegawai Kantor

Samsat Kabupaten Sanggau


Sumber: UPT PPD Wilayah Sanggau

Dari hasil wawancara di atas, dapat digambarkan bahwa biaya pengalihan kendaraan
bermotor merupakan salah satu jenis pajak daerah yang merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan
pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor
29 Tahun 2021. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2021 mengatur tentang pajak yang
dapat dikelola daerah setelah otonomi daerah di Indonesia.
Di sisi lain, Undang-Undang Pajak Pengalihan Kendaraan Bermotor Nomor 29 Tahun
2021 (BBNKB) diatur dalam Pasal 2 sampai dengan pasal 24 yang menjelaskan objek
pajak kendaraan bermotor, objek kendaraan bermotor, dasar penetapan dan besaran pajak
kendaraan bermotor. . pajak kendaraan . tarif pajak dan tata cara pajak kendaraan
bermotor. Selain itu, Pasal 18 sampai 20 mengatur tentang pengalihan pajak kepemilikan
kendaraan bermotor.
Retribusi kepemilikan kendaraan bermotor yang dilaksanakan berdasarkan Undang-
Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 29 Tahun 2021 akan dikembangkan
lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kota Sanggau tentang Retribusi Kepemilikan
Kendaraan Bermotor. Sesuai peraturan daerah Provinsi Kalimantan Barat, Dinas
Pendapatan, Keuangan, dan Pengelolaan Aset Kota Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
bertanggung jawab atas pemungutan retribusi kendaraan di wilayah Kota Sanggau.
terintegrasi dengan Sistem Administrasi Manunggal Terpadu Satu Pintu (SAMSAT)
dengan Satlantas Polres Sanggau dan PT. Kantor Cabang Jasa Raharja Sanggau di
Provinsi Kalimantan Barat.
Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dalam rangka meningkatkan
penerimaan pajak memerlukan dan biaya selama pemungutan. Pengenaan BBNKB baru
bermotor ditetapkan sebesar 12,5 % dari NJKB.

Nilai Jual Kendaraan Bermotor


EEfektifitas = Nilai (NJKB) X 12,5Berm
Jual Kendaraan %
4.3 Laporan Realisasi Target Tahun 2019

Target Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada tahun 2019 sebesar Rp.
46.606.215.600,00 terealisasi sebesar Rp. 41.685.883.800,00 atau 89,44 maka tidak
mencapai target sebesar Rp. (4.920.331.800,00).

Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada tahun 2019 sebesar Rp.
41.685.883.800,00 dan realisasi tahun 2018 sebesar Rp. 48.626.643.500,00 terjadi
penurunan sebesar Rp. (6.940.759.700,00).

Tabel 4. 1 Laporan Realisasi Target Tahun 2019

Uraian Target 2019 Realisasi 2019 Lebih/Kurang % Realisasi 2018


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Bea Balik
Nama 46.606.215.600,00 41.685.833.800,00 4.920.331.800,00 89,44 48.626.648.500,
Kendaraan 00
Bermotor
(BBNKB)
Sumber : Data Badan Pendapatan Daerah UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat

Penerimaan BBN-KB 1 dipengaruhi oleh faktor ekonomi serta kemampuan daya beli
masyarakat terhadap kendaraan baru. Penerimaan BBN-KB 2 antara lain disebabkan
kurangnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat yang dirasakan jika kepemilikan
kendaraan bermotor sudah sesuai dengan identitas kepemilikannya serta banyaknya
masyarakat yang membeli kendaraan bekas/second yang digunakan untuk ke area
perkebunan/pertanian tanpa dibayarkan pajak serta BBN-KB.
4.4 Laporan Realisasi Target Tahun 2020

Target Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) - LRA pada tahun 2020 sebesar
Rp. 57.131.018.206,00 terealisasi sebesar Rp. 42.455.833.200,00 atau 74,31 maka tidak
mencapai target sebesar Rp. (14.675.185.006,00).

Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) – LRA pada tahun 2020
sebesar Rp. 42.455.833.200,00 dan realisasi tahun 2019 sebesar Rp. 41.685.833.800,00
terjadi kenaikan sebesar Rp. 42.455.833.200,00.

Tabel 4. 2 Laporan Realisasi Target Tahun 2020

Uraian Target 2020 Realisasi 2020 Lebih/Kurang % Realisasi 2019


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Bea Balik
Nama 57.131.018.206,00 42.455.833.200,00 14.675.185.006,00 74,31 41.685.833.800,00
Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)-
LRA
Sumber : Data Badan Pendapatan Daerah UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat

Tidak tercapainya target pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)
disebabkan beberapa faktor, salah satunya faktor ekonomi.

Adanya pandemi Covid-19 yang berpengaruh pada sebagian besar pendapatan


masyarakat yang kemudian berdampak pada kurangnya daya beli masyarakat terhadap
kendaraan baru sehingga berpengaruh pada pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBN-KB I).
4.5 Laporan Realisasi Target Tahun 2021

Target Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) pada tahun 2021 sebesar Rp.
68.840.417.200,00 terealisasi sebesar Rp. 72.471.408.100,00 atau 105,27 maka melebihi
target sebesar Rp. 3.630.990.900,00

Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) pada tahun 2021 sebesar Rp.
72.471.408.100,00 dan realisasi tahun 2020 sebesar Rp.42.455.833.200,00 terjadi
kenaikan sebesar Rp. 72.471.408.100,00

Uraian Target 2021 Realisasi 2021 Lebih/Kurang % Realisasi 2020


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Bea Balik
Nama 68.840.417.200,0 72.471.408.100,00 3.630.990.900,00 105,2 42.455.833.200,00
Kendaraan 0 7
Bermotor
(BBNKB)
Tabel 4. 3 Laporan Realisasi Target Tahun 2021

Sumber : Data Badan Pendapatan Daerah UPT PPD Wilayah Sanggau Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat

Jadi faktor penyebab salah satunya adalah faktor ekonomi, mengingat mayoritas
masyarakat yang ada di Wilayah Kabupaten Sanggau dan Sekadau adalah petani kelapa
sawit dan belakangan kita ketahui harga komoditas kelapa sawit naik sehingga
berpengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat dan daya beli masyarakat terhadap
kendaraan baru roda 2 maupun roda 4 meningkat yang kemudian berpengaruh terhadap
pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) atas kepemilikan pertama.

4.6 Laporan Rekapitulasi Penerimaan BBNKB Tahun 2021

Dari hasil Laporan Rekapitulasi penerimaan BBN-KB dikantor UPT PPD Wilayah
Sanggau BAPENDA Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2021 ini yaitu meningkat.

Berikut Tabel Laporan Rekapitulasi BBNKB :


Tabel 4. 4 Laporan Rekapitulasi BBNKB Tahun 2021

UPT PPD WILAYAH SANGGAU BAPENDA PROV KALBAR


TAHUN 2021

NO BULAN BBN-KB
URUT SEGI RUPIAH
1 2 3 4
1 JANUARI 930 2.827.972.000
2 FEBRUARI 775 2.734.392.000
3 MARET 834 2.978.961.800
4 APRIL 965 3.706.637.300
5 MEI 1.123 3.626.168.700
6 JUNI 1.114 3.429.937.500
7 JULI 983 2.999.500.000
8 AGUSTUS 1.231 4.507.375.000
9 SEPTEMBER 1.432 4.771.487.500
10 OKTOBER 1.332 5.199.569.300
11 NOVEMBER 1.453 6.822.737.500
12 DESEMBER 1.623 7.161.900.000

JUMLAH 13.795 50.766.638.600

Sanggau, 31 Desember 2021


KEPALA UPT PPD WILAYAH
SANGGAU
BAPENDA PROV. KALBAR

HERI NURHASBI, SE. MM


Pembina
NIP. 19680702 199006 1 001
Berdasarkan data yang diatas merupakan data Laporan Rekapitulasi
penerimaan BBN-KB Tahun 2021 data yang didapatkam selama berlangsung 4
(empat) bulan dalam proses magang di Kantor UPT PPD Wilayah Sanggau
Kabupaten Sanggau BAPENDA Provinsi Kaliamnatan Barat, tidak mencapai
target tetapi mengelami kenaikan dari Tahun ke Tahun 2020 dan 2021.

Realisasi BBN-KB sangat tergantung pada kebijakan dan kapasitas


sumber daya manusia serta kesadaran masyarakat untuk membayar
kewajibannya. Bahkan, sering terjadi potensi prakiraan pajak tidak tercapai
(tidak sesuai harapan), karena banyak faktor, baik teknis dan non teknis
maupun finansial dan non finansial. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan
tingkat risiko sebagai kemungkinan evaluasi kemungkinan KB BBN tidak
sesuai dengan realisasinya. dan kantor UPT PPD Kabupaten Sanggau banyak
sekali kendalanya terutama dalam pembayaran perpindahan kepemilikan
kendaraan bermotor, kendalanya adalah sebagai berikut :

Adanya wabah pandemi covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia


termasuk di wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. Wabah ini berdamapak
pada berbagai sektor kehidupan salah satunya sektor ekonomi, yang berdampak
pada menurunnya pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat pada
kendaraan baru menurun dan keinginan untuk membayar pajak berkurang.

a) Kesadaran masyarakat dalam membayar BBN-KB masih relatif rendah


b) Potensi pembayaran BBN-KB yang sulit dijangkau cukup besar di area
perkebunan dan pedalaman seperti dikampung mukok sehingga
masyarakat merasa kesulitan untuk datang ke kantor samsat ataupun Gerai
Pelayanan terdekat yang berada ibu Kota Kabupaten atau Kecamatan
karena kendala waktu, medan dan biaya.
Solusi yang dapat mengatasi hambatan yang terjadi pada saat
pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Kantor UPT PPD
Kabupaten Sanggau yaitu :

a) Mendorong masyarakat untuk selalu menjalankan protokol kesehatan


untuk mencegah penyebarluasan wabah Covid-19.
b) Melakukan pendataan dan penagihan langsung subyek dan obyek pajak.
c) Melakukan pelayanan langsung pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
melalui Samsat Keliling dan Samsat Pedesaan di Wilayah yang belum
tersedia Gerai Pelayanan, Pelayanan pembayaran PKB ke Kecamatan dan
Desa.
d) Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi tentang pajak kendaraan
bermotor kepada masyarakat.

4.7 Bukti Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) atau Notis

Gambar 4. 3 Bukti Pembayaran BBN-KB atau Notis

Sumber: UPT PPD Wilayah Sanggau

SKPD adalah surat pajak daerah yang memuat keputusan yang menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar. SKPD ini biasanya satu paket dengan Nomor
Kendaraan Bermotor (STNK). Majalah STNK sendiri memuat tentang legalisasi sepeda
motor yang didaftarkan dan dilegalisir oleh Otoritas Perhubungan Kepolisian Republik
Indonesia.

Padahal dalam formulir SLPD disebutkan besarnya pajak yang harus dibayar oleh
pemilik kendaraan. Pajak jalan SKPD dikelola oleh pemerintah daerah (Dispenda) dan
PT Jasa Raharja sebagai perusahaan asuransi negara. SKPD dibayarkan setahun sekali
atau disebut iuran tahunan.

Satu halaman SKPD biasanya memiliki beberapa singkatan untuk istilah-istilah


yang mungkin masih asing bagi banyak orang. Seperti PKB, BBN-KB dan sebagainya.

4.8 SOP Pendaftaran Wajib Pajak Kendaraan Baru


Tabel 4. 5 SOP Pendaftaran Wajib Pajak Kendaraan Baru

Nomor Urut SOP 973/09/SOP/BAPENDA-UPT PPD.SGU-B


Tanggal Pembuatan Maret 2021
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Kepala Badan Pendapatan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT Dra. MAHMUDAH, M.M


Pembina Utama Madya
NIP. 19660821 198603 2 007
BADAN PENDAPATAN DAERAH NAMA SOP PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DERAH
UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH WILAYAH SANGGAU (SKPD) KENDARAAN BARU

Dasar Hukum : Kualifikasi Pelaksana :


1. UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 1. Memahami peraturan perundang-undangan tentang pajak daerah;
2. Peraturan Daerah Prov. Kalbar Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun2. Mempunyai kompetensi dalam pengoperasian aplikasi samsat;
2010 tentang Pajak Daerah; 3. Memahami microsoft excel dan word.
3. Peraturan Daerah Prov. Kalbar Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor Pembuatan Sebelum Tahun 2017;

Keterkaitan : Peralatan / Perlengkapan :


- SOP Pendaftaran Wajib Pajak Kendaraan Baru Perda tentang NJKB, Komputer dengan aplikasi samsat, Printer, Jaringan Internet
dan ATK.

Peringatan : Pencatatan dan Pendataan :


Jika SOP Penerbitan SKPD Kendaraan Baru tidak dilaksanakan, maka akan menghambat kelancaran Buku register kendaraan baru
pelaksanaan kegiatan
-21-
SOP PENERBITAN SKPD KENDARAAN BARU
UPT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH WILAYAH SANGGAU BAPENDA PROV. KALBAR
Pelaksana Mutu Baku
No. Kegiatan Pengolah Ket
Pengelola Pajak
Informasi dan Kasi Penetapan Petugas Bank Kelengkapan Waktu Output
Daerah
Komunikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menerima surat pendaftaran wajib pajak yang Berkas 1 menit Diterimanya
dilengkapi dengan persyaratan administrasi pendaftaran berkas
pendaftaran

2 Melakukan penelitian surat kelengkapan berkas Berkas 5 menit Info pokok


pendaftaran dan menginformasikan jumlah pendaftaran dan pajak
pokok pajak Tabel NJKB

3 Melakukan perekaman data dan menghitung Tabel NJKB dan 10 menit SKPD yang
jumlah pokok pajak yang terutang dalam Formulir SKPD telah dicetak
Formulir SKPD yang telah ditandatangani
Kepala BPKPD Prov. Kalbar dan mencetak
SKPD

4 Meneliti dan mengoreksi konsep surat SKPD yang telah 5 menit SKPD yang
penetapan pajak. Jika salah dikembalikan, jika Tidak di cetak telah
benar diparaf dan diteruskan dikoreksi dan
dibubuhi paraf

5 Petugas memisahkan lembar SKPD, lembar Ya SKPD yang telah 5 menit Tercatat
pertama diserahkan pada loket pembayaran dicetak dan Buku dalam buku
dan lainnya sesuai peruntukkannya dan register register
membukukan SKPD

6 Menerima pembayaran pajak dan menyerahkan Buku tanda 1 menit Arsip SKPD
SKPD Lembar pertama kepada Wajib Pajak penyerahan

Sumber : UPT PPD Wilayah Sanggau -22-

4.9 SOP Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Langsung Bayar

Tabel 4. 6 SOP Penerbitan SKPD Langsung Bayar


-16-

Sumber : UPT PPD Wilayah Sanggau

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan oleh penulis diatas. Kemudian
dapat dibuat kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam
melaksanakan peralihan hak milik kendaraan bermotor. Berikut temuan yang dapat
penulis uraikan setelah melakukan pemeriksaan di kantor Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Pajak Daerah Sanggau, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan
Barat:

1. Secara umum proses Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang
ditetapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Sanggau secara
umum sudah baik, harus bekerjasama dengan beberapa pihak terkait untuk
menyelesaikan Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di tempat-
tempat tertentu. Situs resmi yang dapat membantu urusan Bea Balik Nama
(BBNKB) untuk STNK.

2. Wajib Pajak harus membawa serta dokumen-dokumen yang digunakan untuk


memungut bea balik nama kendaraan bermotor: BPKB asli, STNK asli, KTP
asli pemilik baru dan kwitansi jual beli.

3. Pada umumnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui proses


perpindahan kepemilikan kendaraan bermotor (BBNKB), sehingga perlu
dilakukan sosialisai dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya proses
perpindahan kepemilikan kendaraan bermotor (BBNKB), untuk mempermudah
proses pengubahan bea cukai menjadi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

4. Jadi salah satu faktor penyebabnya adalah faktor ekonomi karena mayoritas
masyarakat di kerajaan Sanggau adalah petani kelapa sawit dan baru-baru ini
kami mengetahui bahwa harga komoditas kelapa sawit telah meningkat yang
mempengaruhi kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat untuk kendaraan
roda 2 dan roda 4 mengalami peningkatan yang berdampak pada pendapatan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) untuk kepemilikan pertama
kali.
5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan mengevaluasi data-data mengenai penerimaan


Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Kantor UPT PPD Wilayah
Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Selama 4 Bulan maka penulisan
memberikan saran sebagai berikut :

1. Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan hal tersebut, didukung


oleh Program Sosialisasi Penagihan Pajak Hak Milik dan Wajib Pajak,
sehingga pemungutan Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor dapat
dioptimalkan dan didukung oleh kebijakan yang kuat dan terukur. Dengan
demikian, dapat meningkatkan penerimaan pajak balik nama kendaraan
bermotor untuk menghasilkan pendapatan daerah.

2. Publisitas proaktif diperlukan untuk mempermudah pemungutan dan


pemungutan pajak bumi dan bangunan dengan memberikan informasi atau
dokumen-dokumen yang mendukung penghitungan pajak bumi dan
bangunan sehingga dapat berjalan sesuai tarif yang berlaku. peraturan dan
perintah

3. Kepada pemerintah Kabupaten Sanggau hendaknya lebih meningkatkan


analisis potensi secara terinci untuk Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor yang dapat memberikan gambaran pada penentuan target tahun
selanjutnya.

4. Dalam rangka untuk mengatasi rendahnya kepengetahuan dan kesadaran


masyarakat dalam melakukan proses Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB), maka proses Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) perlu disampaikan diawal pada saat masyarakat melakukan
pembelian Kendaraan Bermotor (KB).

DAFTAR PUSTAKA

Ayza, B. (2018). Hukum Pajak Indonesia (Pertama; Y. Rendy, ed.). Jakarta:


Prenadamedia Group.
Hadi, Seno Sudarmono; Saputri, A. D. R. (2018). Analisa Kontribusi Pajak
Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada BPRD DKI
Jakarta Seno. Volume, 5(2), 185–194.
Ismail, T. (2018). Potret Pajak Daerah di Indonesia (Pertama; Y. Rendy, ed.).
Jakarta: Prena.
Pangalila, I. I., Ilat, V., & Runtu, T. (2015). Analisis Pelaksanaan Sistem
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Di Kota Manado. EMBA, 3(1), 9–
16.
Peraturan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk perhitungan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun
2018 Tentang Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2018
Rakatitha, P. N. K., & Gayatri. (2017). Pengaruh Kontribusi Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan
Asli Daerah. Jurnal Akuntansi, 21(2), 1575–1600.
Sabil. (2016). Analisa Perkembangan Penerimaan Pajak BBNKB Sebagai
Pendapatan Asli Daerah Pada DIPENDA Samsat Cibinong. MONETER,
III(2), 151–160.
Samudra, A. A. (2016). Perpajakan di Indonesia Keuangan, Pajak dan Retribusi
Daerah (2nd ed.; Octiviena, ed.). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah beserta penjelasannya
Yulianto. (2009). Keseimbangan Tingkat Pelayanan Pajak Dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah. Hukum jauh dan Dekat, VII(2), 48–55.

Anda mungkin juga menyukai