Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS IMPLEMENTASI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

BERDASARKAN KILOMETER TEMPUH SEBAGAI STRATEGI


TRANSPORTATION DEMAND MANAGEMENT
(Studi Kasus Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Depok)
Vannisa Vani Rizki1 dan Rizki Budi Utomo2

1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: vannisavanirizki@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: 045110406@staf.uii.ac.id

Abstraksi : Peningkatan jumlah KBM dari tahun ke tahun menyebabkan kemacetan lalu lintas yang
diindikasikan dengan tingginya nilai Volume Capacity Ratio (VCR). Hal ini diindikasikan karena
pertumbuhan volume kendaraan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kapasitas jalan sehingga
menyebabkan timbulnya strategi Transportation Demand Management (TDM). Strategi TDM ini bertujuan
untuk mengurangi jumlah penggunaan Kendaraan bermotor (KBM) dengan meningkatkan jumlah Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) berdasarkan jarak tempuh kendaraan. Metode analisis yang digunakan yaitu
melakukan survei untuk mendapatkan data primer yang berupa plat kendaraan, tahun kendaraan dan jarak
tempuh kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang kemudian diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan jarak tempuh kendaraan lalu dianalisis dengan aplikasi microsoft excel. Kemudian
menghitung Ability to Pay (ATP) untuk mengetahui jumlah KBM yang akan berkurang dengan kondisi jika
PKB yang ditingkatkan melebihi ATP. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY).
Jenis kendaraan yang ditinjau adalah KBM roda empat dan KBM roda dua. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa KBM roda empat rata-rata menempuh jarak lebih jauh dibandingkan KBM roda dua.
Jumlah penggunaan KBM roda empat yang mampu direduksi sebesar 16,89% sedangkan jumlah
penggunaan KBM roda dua yang mampu direduksi yaitu sebesar 2,19%. Nilai VCR menurun dari yang
sebelumnya 1,076 menjadi 0,987 yang menyebabkan meningkatnya tingkat pelayanan. Jumlah PKB yang
didapatkan dari KBM roda dua dan PKB roda empat meningkat dari Rp.802.869.428.732,- menjadi
Rp.803.868.248.454,- atau sebesar 0,124% per tahun.

Kata kunci: Kendaraan, Pajak, Jarak Tempuh

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan era milenial ini memberikan Jadi dapat disimpulkan, semakin banyak
dampak pada peningkatan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, maka semakin
ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta besar jumlah pendapatan PKB, dan semakin
(DIY). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), besar pula jumlah PAD.
pada tahun 2012, Pendapatan Asli Daerah Tercatat oleh Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas)
(PAD) DIY terus meningkat dari tahun ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa
tahun. Pajak daerah merupakan komponen jumlah kendaraan bermotor terus meningkat
utama dalam peningkatan PAD. Rata-rata setiap tahunnya. Kendaraan bermotor roda dua
setiap tahunnya, 87 persen PAD didapatkan mendominasi jumlah kendaraan di DIY yang
dari pajak daerah. Menurut data yang diperoleh kemudian diikuti oleh kendaraan bermotor
dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan roda empat atau yang biasa disebut mobil
dan Aset (DPPKA) DIY, pendapatan daerah penumpang Tentu saja hal ini menyebabkan
dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dari kemacetan di berbagai titik karena tidak
tahun 2010-2015 rata-rata meningkat sebesar seimbangnya jumlah penggguna kendaraan
17,027 persen per tahun. PKB memberi andil bermotor (volume kendaraan) dengan ruas
rata-rata 40 persen setiap tahun untuk PAD. jalan yang tersedia (kapasitas). Peningkatan
panjang ruas jalan tidak bisa terus dilakukan Tujuan Penelitian
untuk menyeimbangkan jumlah kendaraan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
yang terus bertambah karena keterbatasan mengetahui jumlah pajak kendaraan yang
lahan yang tersedia. Oleh sebab itu, berbagai harus dibayarkan oleh setiap pemilik
cara perlu dicoba untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor, mengetahui jumlah jarak
kendaraan agar mengurangi kemacetan yang rata-rata yang ditempuh oleh pengendara
terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Cara kendaraan bermotor setiap tahunnya,
yang dapat dilakukan untuk mengatasi mengetahui hasil rekalkulasi pajak kendaraan
kemacetan lalu lintas adalah dengan penerapan bermotor setelah diterapkan strategi TDM, dan
manajemen lalu lintas. mengetahui VCR dan pendapatan PKB pada
Manajemen lalu lintas merupakan suatu cara kondisi existing dan setelah analisis TDM dan
penataan dan aplikasi dari sistem jalan yang ATP.Tinjauan pustaka mengandung paparan
sudah ada yang bertujuan agar dapat memenuhi yang sistematis tentang penelitian terdahulu.
suatu kepentingan tertentu tanpa penambahan
maupun pembuatan infrastruktur baru TINJAUAN PUSTAKA
(Malkhamah, 1996). Manajemen lalu lintas Umum
dapat dilakukan melalui strategi TDM. Tinjauan pustaka diambil dari 3 sumber yang
TDM merupakan singkatan dari berbeda, dan harus berkaitan dengan penelitian
Transportation Demand Management atau jika yang sedang dilakukan agar menjadi acuan
diartikan menjadi manajemen permintaan untuk penelitian kedepannya. Dalam tinjauan
transportasi. Munawar (2005) mendefinisikan pustaka, harus mencantumkan nama dan tahun
Transportation Demand Management adalah penerbitan dengan tujuan agar menghindari
suatu tindakan yang dilakukan guna untuk segala bentuk plagiasi.
mempengaruhi sifat pelaku perjalanan atau Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai
dapat mengurangi perjalanan. tinjauan pustaka pada penelitian ini adalah
Tujuan utama dari Transportation Demand sebagai berikut:
Management (TDM) adalah untuk mengurangi 1. Tinjauan pertama berjudul “Strategi
penggunaan kendaraan yang menggunakan Penerapan Transportation Demand
sistem jaringan jalan dengan menyediakan Management (TDM) di Kawasan Industri
berbagai opsi mobilitas (kemudahan Krakatau Kota Cilegon” oleh Pradana
melakukan perjalanan) untuk siapa saja yang (2014). Variabel yang digunakan yaitu
akan melakukan perjalanan. Penghasilan, jenis pekerjaan, bekerja
Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan menggunakan fasilitas telekomunikasi,
kendaraan yang menggunakan sistem jaringan kepemilikan fasilitas pendukung
jalan yaitu dengan cara peningkatan pajak telecommuting, jam kerja, dan tempat
kendaraan bermotor dengan metode road bekerja. Hasil dari penelitian ini, Telework
pricing berdasarkan jarak tempuh kendaraan, menempati urutan pertama sebagai strategi
sehingga semakin jauh pengendara yang tepat untuk diterapkan untuk
mengendarai kendaraan bermotor maka mengurangi penggunaan kendaraan
semakin tinggi pajak kendaraan yang harus bermotor sehingga berkurangnya
dibayar. kemacetan sesuai dengan karakteristik yang
Jika sistem ini dapat diterapkan dan terdapat pada kawasan industri Krakatau
dikembangkan, maka pendapatan pajak Daerah Kota Cilegon.
Istimewa Yogyakarta akan mengalami 2. Tinjauan kedua berjudul “Faktor-faktor
peningkatan, jumlah penggunaan kendaraan yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak
bermotor dapat berkurang. Maka dari itu, Kendaraan Bermotor (PKB) di Provinsi
penulis melakukan analisis pada tugas akhir ini Lampung tahun 2002-2011” oleh Rani
yang bertujuan untuk merekalkulasi PKB (2011) dengan variable PDRB, jumlah
sehingga mengetahui jumlah pendapatan pajak penduduk, dan umlah kendaraan. Hasil
dan jumlah kendaraan yang berkurang. analisis data memperlihatkan bahwa PDRB
perkapita, jumlah kendaraan bermotor, dan konsumsi bahan bakar minyak sektor
jumlah penduduk potensial secara transportasi dan emisi CO2. Hasil
serempak berpengaruh signifikan terhadap penelitian ini menunjukkan penerapan
penerimaan pajak kendaraan bermotor skenario ERP dapat menurunkan travel time
(PKB) di Provinsi Lampung tahun 2002- kendaraan yang juga mengurangi konsumsi
2011. bahan bakar minyak dan emisi CO2. Akan
3. Tinjauan ketiga berjudul “Biaya Kemacetan tetapi, ketiga indikator tersebut akan
(Congestion Charging) Mobil Pribadi di meningkat kembali mengingat kebutuhan
Central Business District (Studi Kasus transportasi yang terus meningkat setiap
Kawasan Malioboro Yogyakarta)” oleh tahunnya. Hasil penelitian ini yaitu
Sugiyanto (2009) dengan variable biaya skenario Electronic Road Pricing (ERP)
perjalanan, biaya kemacetan, waktu tempuh memberikan kontribusi berupa penurunan
perjalanan, waktu kedatangan bus antar travel time hingga 26.28% pada tahun 2014
kota dan waktu pejalan kaki ke namun meningkat hingga 13% pada tahun
pemberhentian bus Hasil penelitian yaitu 2030. Skenario Electronic Road Pricing
Generalized cost pada kondisi perceived (ERP) memberikan kontribusi berupa
pada kondisi macet di area CBD Malioboro penurunan konsumsi BBM dan emisi CO2
untuk mobil pribadi dengan biaya hingga 12.67% pada tahun 2014 namun
operasional kendaraan (BOK) model LAPI meningkat hingga 6% pada tahun 2030.
ITB 1996 adalah Rp.3.170,00 dan dengan
model RUCM 1992 adalah Rp.5.762,00. LANDASAN TEORI
Generalized cost kondisi actual pada Manajemen lalu lintas
kondisi macet di area CBD Malioboro Menurut Malkhamah (1996) manajemen lalu
untuk mobil pribadi dengan BOK model lintas adalah proses pengaturan dan
LAPI ITB 1996 adalah Rp.5.161,00 dan penggunaan sistem jalan yang sudah ada
dengan model RUCM 1992 adalah dengan tujuan untuk memenuhi suatu
Rp.10.299,00. Congestion cost di area CBD kepentingan tertentu, tanpa perlu penambahan,
Malioboro untuk mobil pribadi dengan pembuatan infrasrtuktur baru.
BOK model LAPI ITB 1996 adalah
Rp.1.991,00 dan dengan model RUCM Strategi Manajemen Lalu Lintas
1992 adalah Rp.4.537,00. Hasil perkiraan Menurut Munawar (2009) strategi manajemen
jumlah pengguna mobil pribadi yang akan lalu lintas dapat diklasifikasikan sebagai
beralih ke transportasi umum bus kota berikut.
akibat adanya penerapan congestion 1. Sistem pengontrol lalu lintas, yang dapat
charging di area CBD Malioboro, berupa pengontrol pada persimpangan,
Yogyakarta sebesar Rp.4.500,00 adalah pada jalan masuk maupun keluar,
54,16 persen. penggunaan jalur, penggunaan tepi
4. Penelitian keempat berjudul Analisis jalan,kecepatan kendaaraan, dan parkir.
Rencana Penerapan Electronic Road 2. Informasi kepada pemakai jalan yang
Pricing (ERP) pada Sektor Transportasi berupa Pendidikan, informasi sebelum dan
Terhadap Kota Jakarta dengan Pendekatan saat melakukan perjalanan.
Sistem Dinamis oleh Pratama (2012). 3. Tarif saat memakai fasilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh 4. Modifikasi angkutan umum.
suatu model simulasi sistem transportasi
kota dengan pendekatan sistem dinamis dan Transportation Demand Management
mendapatkan evaluasi dari penerapan Pengertian
skenario Electronic Road Pricing. Teori Munawar (2005) menjelaskan bahwa demand
sistem dinamis digunakan sebagai basis management atau modifikasi pemakai jalan
untuk menerapkan skenario ERP. Indikator merupakan bagian dari manajemen lalu lintas
hasil yang dianalisis adalah travel time, agar waktu perjalanan pemakai jalan dapat
dirubah, sehingga penggunaan jalan selama 24 Upaya-upaya TDM dilakukan melalui berbagai
jam lebih merata dan efesien. cara dengan beragam dampak yang
ditimbulkannya yaitu dampak ekonomi, sosial
Manfaat TDM dan lingkungan.
Menurut buku manajemen permintaan
transportasi oleh Litman dkk. (2009), Jenis Upaya TDM
Transportation Transportation Demand Jenis-jenis upaya TDM terbagi menjadi tiga
Management memiliki beberapa manfaat, kelompok besar, yaitu:
yaitu: pengurangan kemacetan bagi 1. Peningkatan pilihan transportasi.
pengendara, pengguna bis, pejalan kaki dan 2. Peningkatan upaya ekonomi.
pengendara sepeda, pengurangan biaya untuk 3. Pembangunan bijak dan kebijakan
pembangunan, perawatan, dan sistem penggunaan lahan.
pengoperasian jaringan jalan, pengurangan
permasalahan parkir dan biaya fasilitas parkir, Pajak
penghematan biaya transportasi bagi Pengertian
komsumen, perbaikan pilihan mobilitas Pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan
terutama bagi non pengendara kendaraan, rakyat untuk negara yang akan digunakan
pengurangan konsumsi energi per kapita, untuk kepentingan bersama.
pengurangan polusi emisi per kapita, efisiensi
penggunaan lahan yang lebih memberikan Fungsi
kemudahan aksesibilitas, pengurangan Menurut buku perpajakan oleh Isroah (2013),
penggunaan lahan per kapita, dan pajak memiliki 2 fungsi, yaitu:
meningkatkan aktifitas fisik dan manfaat 1. fungsi penerimaan (budgetair) dan
kesehatan. 2. fungsi pengatur (regulerend).

Prinsip Penerapan Harga yang Efisien pada Jenis Pajak


Strategi TDM Pajak dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
Untuk mengatasi masalah-masalah transportasi menurut subjek, lembaga pemungutan dan
dan meningkatkan efisiensi sistem transportasi sifatnya.
yang menjadi lebih efektif, penentuan besarnya
harga yang akan diterapkan tersebut harus Pajak Daerah
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut. Pengertian
1. Pilihan konsumen. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah
2. Penetepan harga berdasarkan biaya Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2002
3. Netralitas ekonomi. tentang Pajak Daerah, pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
Faktor Pendorong Permintaan Transportasi oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Faktor-faktor yang mendorong permintaan memaksa berdasarkan Undang-Undang,
transportasi adalah: pendapatan rumah tangga dengan tidak mendapatkan imbalan secara
dan kepemilikan kendaraan, penyediaan dan langsung dan digunakan untuk keperluan
kualitas fasilitas jalan dan parkir, penetapan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
harga (bahan bakar, penggunaan jalan, rakyat.
penggunaan parkir, tarif angkutan umum),
kecepatan kendaraan, kemudahan dan Objek Pajak Daerah
kenyamanan berkendara dengan kendaraan Objek dari pajak daerah yang meliputi Pajak
pribadi atau dengan angkutan umum, kondisi Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama
berjalan kaki dan bersepeda, pola pemanfaatan Kendaraan Bermotor (BBN), Pajak Bahan
tata guna lahan (distribusi tujuan perjalanan), Bakar Kendaraan Bermotor (PB-KB) dan
dan kebiasaan dan harapan pelaku perjalanan. Pajak Pengambilan dan Pemenfaatan Air
Dampak Perjalanan Bawah Tanah dan Air permukaan.
Subjek Pajak Daerah 2007 di DIY, yang berdasarkan pada Perda No
1. Subjek PKB adalah orang pribadi atau 2 Tahun 2007. Dasar pengenaan PKB dihitung
badan yang memiliki dan atau menguasai sebagai perkalian dua unsur pokok, yaitu
kendaraan bermotor. sebagai berikut.
2. Subjek Pajak BBN-KB adalah orang 1. Nilai jual kendaraan bermotor.
pribadi atau badan yang menerima 2. Bobot
penyerahan kendaraan bermotor.
3. Subjek PBB-KB adalah konsumen bahan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
baker kendaraan bermotor. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah
4. Subjek Pajak ABT adalah orang pribadi Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2011
atau badan yang mengambil atau tentang Pajak Daerah pasal 8, tarif pajak
memanfaatkan, atau mengambil dan kendaraan bermotor yang ditetapkan adalah
memanfaatkan air bawah tanah dan atau air 1,5% (satu koma lima persen) kepemilikan
permukaan. pertama untuk Kendaraan Bermotor pribadi,
1,0% (satu koma nol persen) untuk Kendaraan
Wajib Pajak Daerah Bermotor angkutan umum, 0,5% (nol koma
Wajib pajak daerah yang diatur dalam lima persen) untuk kendaraan ambulans,
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa pemadam kebakaran, sosial keagamaan,
Yogyakarta tentang Pajak Daerah pasal 5. lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah,
TNI, POLRI, Pemerintah Daerah dan
Pajak Kendaraan Bermotor Pemerintah Kabupaten/Kota, dan 0,2% (nol
Pengertian koma dua persen) untuk Kendaraan Bermotor
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah alat-alat berat dan alat-alat besar. Pajak
Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2011 Kendaraan Bermotor dapat dihitung dengan:
tentang Pajak Daerah, kendaraan bermotor
adalah semua kendaraan beroda berserta PKB = NJKB x Bobot x Tarif pajak x 100%
gandengannya yang digunakan di semua jenis (1)
jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan
teknik berupa motor atau peralatan lainnya dengan:
yang berpungsi untuk mengubah suatu sumber PKB = Pajak Kendaraan Bermotor,
daya energi tertentu menjadi tenaga bergerak NJKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor, dan
kendaraan bermotor yang bersangkutan, Bobot = Faktor pengali berdasarkan jenis
termasuk alat berat dan alat besar yang dalam kendaraan.
operasinya mengunakan roda dan motor yang
tidak melekat secara permanen serta kendaran Ability to Pay
bermotor yang dioperasikan di air. Menurut Rumiati, dkk (2013) dalam Julien
(2015), ability to pay adalah kemampuan
Objek dan Subjek seseorang untuk membayar suatu jasa
Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah berdasarkan penghasilan yang didapat.
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan Menurut Depkes (2000) dalam Fauziyyah
bermotor. (2016), ada 3 cara untuk mengitung ATP,
Subjek pajak meliputi orang pribadi maupun kemampuan membayar masyarakat dapat
badan yang memiliki kendaraan bermotor. dilakukan dengan pendekatan formula, salah
satunya yaitu dengan cara 5% dikalikan total
Dasar Pengenalan Pajak Kendaraan pengeluaran, atau:
Penghitungan dasar pengenaan PKB di
Provinsi DIY diatur dalam Peraturan Gubernur ATP = 5% x BOK x Jarak rata-rata kendaraan
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun (2)
2007 tentang Perhitungan Dasar Pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor (BBNKB) tahun Dengan:
ATP = Ability to pay, dan menginterpolasikan jumlah sampel yang akan
BOK = biaya operasional kendaraan. diambil berdasarkan jumlah populasi yang ada.
penentuan sampel pada MC dapat dilihat
Volume Capacity Ratio sebagai berikut.
Volume capacity ratio merupakan
perbandingan antara volume lalu lintas dan Tabel 1 Penentuan Jumlah Sampel
kapasitas jalan raya.semakin tinggi nilai VCR, Populasi Sampel
Popu
Sampel
maka semakin buruk tingkat pelayanan jalan. lasi
(N) (n) (n)
(N)
VCR dapat dihitung dengan cara: 3000 341 6000 361
3500 346 7000 364
VCR = Q/C (3) 4000 351 8000 367
4500 354 9000 368
5000 357 10000 370
Dengan: (Sumber: Sekaran, 2011)
VCR = Volume capacity ratio,
Q = Volume, dan ( )
C = kapasitas. MC = 364 + ( )
(367 − 364)
= 365,794
Kapsitas ruas jalan dapat dihitung dengan
persamaan yang tertera dalam Manual Penentuan sampel LV dapat dilihat sebagai
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) oleh berikut.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997) yang (
LV = 297 + (
)
(302 − 297)
dapat dilihat sebagai berikut. )
= 301,65
C = Co x Fcw x FCsp x FCsf x FCcs (4)
Sehingga, jumlah sampel yang dibutuhkan
Dengan: untuk MC adalah 366 buah dan untuk LV
C = Kapasitas jalan, adalah 302 buah kendaraan.
Co = kapasitas dasar,
Fcw = Faktor lebar jalan, Tahapan Penelitian
FCsp = Faktor pemisah, Tahapan pada penelitian dapat dilihat pada
FCsf = Faktor hambatan samping, dan diagram alir berikut.
FCcs = Faktor ukuran kota. Mulai

METODE PENELITIAN Studi Pustaka


Jenis, Subjek, dan Objek Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Identifikasi Masalah:
adalah metode kuantitatif yaitu meneliti Semakin meningkatnya jumlah pengguna kendaraan
sampel pada populasi tertentu secara random, bermotor sehingga menyebabkan kemacetan
sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi di mana Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui hasil rekalulasi PKB dan jumlah
sampel tersebut diambil. Subjek dari penelitian KBM yang berkurang setelah diterapkan strategi TDM
ini menitikberatkan pada penerapan Strategi
Transportation Demand Management, Pemilihan Lokasi Pengambilan Data:
sedangkan objek penelitian ini adalah Kawasan Lokasi pengambilan data dilakukan di
Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY)
Perkotaan Yogyakarta. Jumlah sampel harus
ditentukan untuk melakukan analis data.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan Pengumpulan Data
menggunakan tabel yang disusun oleh Krejcie
dan Morgan dalam Sekaran (2011) lalu A
A
Jarak tempuh rata-rata kendaraan
1. Kendaraan Bermotor Roda Empat
Data-data yang sudah dihitung dikelompokkan
Data primer: plat Data sekunder: NJKB, menjadi lima kelompok, yaitu:
kendaraan bermotor, jarak jumlah kendaraan a. I dengan jarak <10.000 KM,
tempuh kendaraan dan bermotor di DIY, dan b. II dengan jarak 10.000 – 20.000 KM,
tahun kendaraan. volume lalu lintas.
c. III dengan jarak 20.000 – 30.000 KM,
d. IV dengan jarak 30.000 – 40.000 KM,
Analisis Data:
Analisis dilakukan dengan menggunakan aplikasi
dan
microsoft excel lalu membandingkan hasil perhitungan e. V dengan jarak >40.000 KM.
PKB normal dan hasil rekalkulasi PKB setelah dikalkulasi Hasil analisisnya dapat dilihat pada Gambar 2.
dengan penambahan metode road pricing.
120

Jumlah Kendarran
Hasil Analisis: 100
1. perhitungan PKB, 80
2. rekalkulasi PKB, dan 60
3. jumlah kendaraan 40
bermotor yang berkurang.
20
0
Pembahasan I II III IV V
Kelompok Jarak
Kesimpulan dan Saran Gambar 2 Grafik hubungan Jumlah Kendaraan
Roda Empat dan Kelompok Jarak
Selesai
2. Kendaraan Bermotor Roda Dua
Gambar 1 Bagan Alur Penelitian Data-data yang sudah dihitung dikelompokkan
menjadi lima kelompok, yaitu:
ANALISIS DAN PEMBAHASAN a. I dengan jarak <5.000 KM,
Volume Lalu Lintas b. II dengan jarak 5.000 – 10.000 KM,
Volume lalu lintas di Jalan Gejayan dapat c. III dengan jarak 10.000 – 15.000 KM,
dilihat pada Tabel 1. d. IV dengan jarak 15.000 – 20.000 KM,
dan
Tabel 2 Volume Lalu Lintas di Jalan Gejayan e. V dengan jarak >20.000 KM.
Periode ARAH I ARAH II Hasil analisisnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Waktu MC LV HV UM MC LV HV UM
06.30 -
07.30 5194 808 23 18 2404 585 16 25 150
Jumlah Kendaraan

06.45 -
07.45 5169 781 27 12 2380 607 18 14
07.00 -
100
08.00 4824 826 26 10 2434 587 24 14
07.15 - 50
08.15 4632 820 26 13 2436 548 22 16
07.30 -
08.30 4550 902 27 15 2544 563 25 20 0
(Sumber: Dinas Perhubungan, 2016) I II III IV V
Kelompok Jarak
Data Kendaraan Gambar 3 Grafik hubungan Jumlah Kendaraan
Data kendaraan yang diambil adalah data Roda Dua dan Kelompok Jarak
kendaraan bermotor roda dua dan kendaraan
bermotor roda empat. Jumlah sampel KBM Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor
roda empat yang diambil yaitu 302 buah Perhitungan PKB dapat dilakukan dengan
kendaraan dan KBM roda dua adalah 366 buah mengalikan Nilai Jual Kendaraan Bermotor
kendaraan. (NJKB) dengan bobot kendaraan dan tarif
pajak. NJKB dan bobot dapat dilihat di
http://infonjkbdiy.com. Contoh perhitungan
dapat dilihat sebagai berikut.
PKB = NJKB x Bobot x Tarif pajak x 100% jumlah kendaraan yang berkurang yaitu 6,89%
= 109.000.000 x 1,050 x 1,5% x 100% untuk roda empat dan 2,19% untuk roda dua.
= Rp. 1.716.750,-
Analisis VCR
Perhitungan selanjutnya dapat digunakan Analisis VCR dapat dihitung dengan membagi
rumus diatas dengan bobot 1,050 untuk SUV volume lalu lintas dengan kapasitas jalan.
dan 1,025 untuk sedan. Kapasitas jalan dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut.
Kendaraan Bermotor Roda Dua C = Co x Fcw x FCsp x FCsf x FCcs
PKB = NJKB x Bobot x Tarif pajak x 100% = 3.300 x 1,00 x 1 x 0,94 x 1
= 9.900.000 x 1,000 x 1,5% x 100% = 3.102 SMP/ jam
= Rp. 148.500,- VCR pada kondisi eksisting dapat dihitung
Perhitungan selanjutnya dapat digunakan dengan cara:
rumus diatas dengan bobot pengali yang sama. VCR = Q/C
= 3.339/3.102
Rekalkulasi Pajak Kendaraan Bermotor = 1,076
Rekalkulasi PKB dapat dilakukan dengan
meningkatkan pajak per 7,5% berdasarken Telah dibahas bahwa KBM roda dua yang
kelompok jarak tempuh kendaraan. Contoh berkurang yaitu sebesar 2,19% dan KBM roda
analisis dapat dilihat sebagai berikut. empat yang berkurang yaitu 16,89%.
Rekalkulasi PKB = PKB x %Persen Sehingga, volume lalu lintas menjadi 3.063
Berdasarkan Jarak Tempuh buah kendaraan.
= 1.716.750 x 15% VCR setelah analisis TDM dan ATP dapat
= Rp. 1.845.506.- dilihat sebagai berikut.
Persen berdasarkan jarak tempuh hitungan
diatas dikarenakan KBM berada pada VCR = Q/C
kelompok jarak ke II. = 3.063/3.102
= 0,987
Analisis Jumlah Penggunaan KBM yang
Berkurang Gambar perbandingan VCR pada saat kondisi
Analisis jumlah kendaraan dapat dilakukan existing dan rekalkulasi dapat dilihat pada
dengan menghitung ATP yaitu dengan cara Gambar 4.
mengalikan jumlah pengeluaran dengan 5%. 1.1
BOK didapatkan dari penelitian terdahulu
Kresnanto (2016). Perhitungan ATP dapat 1
VCR

dilihat sebagai berikut.


0.9

Roda empat = BOK x Jarak rata-rata x 5% 0.8


=Rp.2.965,84 x 22873,894 x 5% Existing Rekalkulasi
= Rp. 3.392.015,53,- Kondisi
Roda dua = BOK x Jarak rata-rata x 5% Gambar 4 Perbandingan VCR pada Kondisi
= Rp. 371 x 14.578,346 x 5% Existing dan Rekalkulasi
= Rp. 270,231,-
Perbandingan Pendapatan PKB Setelah
Jumlah penggunaan kendaraan yang berkurang Analisis ATP
dapat diketahui melalui jumlah PKB yang Jumlah PKB KBM roda dua dan roda empat
melebihi ATP. Jumlah KBM yang berkurang pada kondisi existing dapat dihitung dengan
pada roda empat yaitu 51 kendaraan dan pada cara mengalikan rata-rata jumlah PKB yang
roda dua yaitu 8 buah kendaraan. Persentase dibayarkan tiap tahunnya dengan jumlah
kendaraan bermotor yang ada. Perhitungan sebesar 2,19%, sehingga total jumlah
dapat dilakukan seperti berikut. kendaraan yang berhasil direduksi adalah:

1. Analisis pada PKB roda empat. Jumlah kendaraan yang berhasil direduksi
Rata − rata PKB = = 2.200.000 x (100% - 2,19%)
= 2.151.913 buah kendaraan.
= Rp. 656.703.000/ 302
= Rp. 2.174.513 Dengan rata-rata jumlah PKB yang harus
2. Analisis pada PKB roda dua.. dibayarkan oleh setiap kendaraan setelah
Rata − rata PKB = metode TDM diimplementasikan adalah
= Rp. 58.792.500/ 366 Rp.181.203,-, maka jumlah PKB yang
= Rp. 160.635,- dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut.

PKB pada kondisi existing Jumlah PKB = Rp. 181.203 x 2.151.913


= (Jumlah KBM roda 2 x Rata-rata PKB) + = Rp. 389.935.156.208,-
(Jumlah KBM roda 4 x Rata-rata PKB roda
empat) Sehingga, total PKB yang didapatkan yaitu
= (2.200.000 x Rp. 160.634) + (206.700 x sebesar Rp.803.868.248.454,-. Perbandingan
Rp. 2.174.513) pendapatan PKB existing dan hasil rekalkulasi
= Rp. 353.397.540.984 + Rp. 449.471.887.784 dapat dilihat pada Gambar 5.
= Rp. 802.869.428.732,-
Rp. 805,000.-
Analisis jumlah PKB setelah implementasi
PKB (Juta)

Rp. 804,000.-
TDM bertujuan untuk mengetahui jumlah PKB
yang diperoleh setelah implementasi strategi Rp. 803,000.-
TDM dikarenakan berkurangnya jumlah Rp. 802,000.-
kendaraan bermotor. Analisisnya dapat Rp. 801,000.-
dilakukan sebagai berikut. Rp. 800,000.-
1. Analisis pada PKB roda empat. Existing Rekalkulasi
Telah dibahas pada subbab sebelumnya bahwa Kondisi
KBM roda empat yang berhasil direduksi yaitu Gambar 5 Perbandingan PKB pada Kondisi
sebesar 16,89%, sehingga total jumlah Existing dan Rekalkulasi
kendaraan yang berhasil direduksi adalah:
KESIMPULAN DAN SARAN
Jumlah kendaraan yang berhasil direduksi Kesimpulan
= 206.700 x (100% - 16,89%) Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
= 171.794 buah kendaraan. bahwa KBM roda empat rata-rata menempuh
jarak lebih jauh dibandingkan KBM roda dua.
Dengan rata-rata jumlah PKB yang harus Rata-rata PKB KBM roda empat pada kondisi
dibayarkan oleh setiap kendaraan setelah existing yaitu Rp. 2.174.513,- dan pada KBM
metode TDM diimplementasikan adalah roda dua yaitu sebesar Rp. 160.634,-. Rata-rata
Rp.2.409.478,-, maka jumlah PKB yang PKB KBM roda empat hasil rekalkulasi yaitu
dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut. sebesar Rp. 2.409.478,- dan pada KBM roda
dua yaitu sebesar Rp. 181.204,-. Dari hasil
Jumlah PKB = Rp. 2.409.478 x 171.794 analisis, didapatkan ATP untuk KBM roda
= Rp. 413.933.092.246,- empat sebesar Rp.3.392.015,53,- dan ATP
untuk KBM roda dua sebesar Rp.270.231,-.
2. Analisis pada PKB roda dua. Dengan melakukan implementasi TDM
Telah dibahas pada subbab sebelumnya bahwa melalui road pricing dan dengan analisis ATP,
KBM roda empat yang berhasil direduksi yaitu jumlah penggunaan KBM roda empat yang
mampu direduksi yaitu sebesar 16,89% Project Transport Policy and Advice.
sedangkan jumlah penggunaan KBM roda dua GTZ. Germany.
yang mampu direduksi yaitu sebesar 2,19%. Malkhamah, Siti. 1996. Manajemen Lalu
Angka rasio volume kapasitas juga menurun Lintas. KMTS FT Universitas Gadjah
sebesar 8,271%. Jumlah PKB yang didapatkan Mada. Yogyakarta.
dari KBM roda dua dan PKB roda empat Munawar, Ahmad. 2005. Dasar-dasar Teknik
meningkat dari sebesar 0,124% dari kondisi Transportasi. Beta offset. Yogyakarta.
existing. Munawar, Ahmad. 2009. Manajemen Lalu
Lintas Perkotaan. Beta offset.
Saran Yogyakarta.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
dapat disimpulkan berbagai hal berikut. Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Analisis perlu dilanjutkan dengan jenis Nomor 2 Tahun 2007 tentang
kendaraan yang berbeda, jumlah Perubahan Atas Peraturan Daerah
pengeluaran dapat dihitung sendiri dan ATP Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun
dapat dihitung dengan dua metode metode 2002 Tentang Pajak Daerah.
lainnya. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Pengambilan data dapat dilakukan di Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
berbagai ruas jalan agar bisa menjadi Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
perbandingan antara ruas jalan yang satu Perhitungan Derah.
dengan ruas jalan yang lainnya. Pradana, M. Fakhruriza, et al. 2014. Strategi
3. Melakukan analisis sendiri untuk Penerapan Transportation Demand
perhitungan Biaya Operasional Kendaraan Management (TDM) di Kawasan
(BOK) di dalam ATP. Industri Krakatau Kota Cilegon. Tugas
4. Perlunya analisis Willingness to Pay (WTP) Akhir. (Diterbitkan). Universitas Sultan
untuk penelitian selanjutnya. Agung Tirtayasa. Banten.
5. Penelitian lebih lajut untuk validasi Pratama, Oktioza. 2012. Analisis Rencana
Kilometer jarak tempuh. Penerapan Electronic Road Pricing
6. Penelitian ini menggunakan sampel dari (ERP) Pada Sektor Transportasi
populasi volume lalu lintas pada jam Terhadap Kota Jakarta Menggunakan
puncak. Untuk mendapatkan hasil yang Pendekatan Sistem Dinamis. Tugas
lebih akurat, maka dapat dikembangkan akhir. Universitas Indonesia.
dengan cara menghitung populasi Rani, Mira Mutia. 2011. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Pajak
berupa volume total harian, sehingga
Kendaraan Bermotor (PKB) di Provinsi
sampel didapatkan dari jam puncak. Lampung tahun 2002-2011.
(Diterbitkan). Tugas akhir. Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Lampung. Lampung.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997).
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for
Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Business. Salemba Empat. Jakarta.
(MKJI). Bina Karya. Jakarta Selatan.
Sugiyanto, Gito. 2011. Biaya Kemacetan
Isroah, 2013. Buku Perpajakan.
(Congestion Charging) Mobil Pribadi di
(http://staff.uny.ac.id/dosen/isroah-dra-
Central Business District (Studi Kasus
msi. Diakses 10 November 2017).
Kawasan Malioboro Yogyakarta).
Kresnanto, Nindyo Cahyo. 2016. Analisi
Tugas akhir. (Diterbitkan). Universitas
Perbandingan BOK dan Nilai Waktu
Jenderal Soedirman. Jawa Tengah.
Beberapa Jenis Moda Perkotaan.
Universitas Janabadra. Yogyakarta.
Litman, Todd. 2009. Transportation Demand
Management, Division 44 –
Environment and Infrastructure, Sector

Anda mungkin juga menyukai