Anda di halaman 1dari 2

PAPER DISCUSS TDM DI JALAN SUDIRMAN

Untuk menerapkan TDM di Jalan Sudirman, berbagai strategi dapat dilakukan, seperti:

1. Meningkatkan pelayanan transportasi umum seperti bus, kereta api, atau moda transportasi
lainnya.

2. Membangun infrastruktur yang mendukung transportasi alternatif seperti jalur sepeda atau
trotoar yang aman dan nyaman untuk pejalan kaki.

3. Memberikan insentif bagi pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke transportasi alternatif
seperti diskon parkir, fasilitas parkir yang aman dan terjangkau, atau penawaran transportasi
umum yang menarik.

4. Menerapkan kebijakan pengurangan jumlah kendaraan pribadi seperti pembatasan jumlah


kendaraan yang boleh masuk pada waktu-waktu tertentu, atau mengenakan biaya parkir
yang lebih tinggi bagi kendaraan pribadi.

5. Memberikan edukasi dan kampanye sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat


transportasi alternatif dan cara memanfaatkannya dengan aman dan efektif.

Namun, penerapan TDM di Jalan Sudirman juga perlu mempertimbangkan berbagai faktor
seperti kondisi infrastruktur yang ada, tingkat mobilitas masyarakat di sekitar Jalan Sudirman, dan
dukungan pemerintah daerah dan stakeholders terkait lainnya. Sebagai pusat bisnis dan keuangan
Jakarta, Jalan Sudirman memiliki potensi besar untuk menerapkan TDM sebagai salah satu solusi
untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Saran dari kami untuk menerapkan TDM di Sudirman adalah dengan kebijakan ERP agar lebih
efektif dan efisien

ERP adalah sistem pembayaran tol jalan raya berbasis elektronik yang menggunakan
teknologi sensor atau kamera untuk menagih biaya tol berdasarkan jarak dan waktu penggunaan,
dengan biaya tol yang berbeda tergantung pada waktu dan tingkat kepadatan lalu lintas.

Tujuan dari Electronic Road Pricing antara lain:

1. Mengurangi kemacetan lalu lintas: Dengan menagih biaya tol yang lebih tinggi pada jam
sibuk, Electronic Road Pricing dapat mengurangi jumlah kendaraan yang melintas pada saat
yang sama, sehingga mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan raya.

2. Mengurangi polusi udara: Dengan mengurangi kemacetan lalu lintas, Electronic Road
Pricing dapat membantu mengurangi polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

3. Menghasilkan pendapatan: Electronic Road Pricing dapat menjadi sumber pendapatan bagi
pemerintah yang dapat digunakan untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan transportasi.

4. Meningkatkan efisiensi transportasi: Electronic Road Pricing dapat membantu meningkatkan


efisiensi transportasi dengan mengurangi waktu perjalanan dan biaya operasional
kendaraan.
Contoh ERP di negara Singapura

Singapura adalah negara pertama yang mengaplikasikan ERP  tahun 1998, awalnya disebut
urban road user charging. Sebelum ERP, Singapura menggunakan Area-Licensing Scheme (ALS).
Tahun 1998, ALS diganti dengan Electronic Road Pricing (ERP). Jenis pemungutan congestion
charging di 42 titik pembayaran.  Tarif yang dikenakan antara US$ 0,40 – US$ 6,20 yang beroperasi
mulai jam 07.00 hingga 21.30 dan tarif bisa berubah sesuai dengan jam. Pemasukan bruto per
tahun US$ 65 juta dan biaya operasional US$ 12,25 juta. Terjadi penurunan lalu lintas pada peak
dan off peak sebesar 25%.

Penerapan ERP di Jakarta

ERP pertama kali diterapkan di Jakarta pada tahun 2018 pada tiga titik jalan tol, yaitu Jalan
Tol Dalam Kota, Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta, dan Jalan Tol Jagorawi. Kendaraan yang masuk ke
jalan tol pada jam sibuk (06.00-09.00 dan 16.00-21.00) dikenakan biaya tambahan sebesar Rp.
1.000 hingga Rp. 2.000 per kilometer, tergantung pada waktu dan lokasi. Hasil dari penerapan ERP
di Jakarta menunjukkan bahwa jumlah kendaraan di jalan tol menurun sekitar 12 persen pada jam
sibuk, sementara penggunaan transportasi umum meningkat sekitar 8 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijakan TDM seperti ERP dapat mendorong penggunaan transportasi umum sebagai
alternatif dari kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta.

Namun, masih ada beberapa kendala dalam implementasi kebijakan ERP di Jakarta, seperti
masalah teknis dalam sistem ERP, keterlambatan pembayaran, dan sulitnya pengawasan
kendaraan luar Jakarta yang masuk ke dalam jalan tol. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dan
peningkatan sistem ERP di Jakarta agar dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam mengurangi
kemacetan lalu lintas dan meningkatkan penggunaan transportasi umum.

Solusi dari kita

Sebelum masuk Kawasan ERP , perlu ditambahkan Kawasan Park and Ride, serta angkutan untuk
menjangkau area yang terkena kebijakan ERP. Hal itu ditujukan untuk mempermudah orang untuk
menggunakan transprotasi umum

Kesimpulan

Sebaik apapun strategi TDM yang diterapkan tidak akan menyelesaikan masalah
kemacetan yang terjadi, jika kesadaran masyarakat masih kurang untuk menggunakan transportasi
umum. tidak hanya itu pemerintah juga perlu memeperbaiki dan meningkatkan sarana dan
prasarana transportasi public. Seperti memperluas integrasi dan memperbaiki infrastruktur
transportasi umum. Dengan begitu insyaallah masalah kemacetan akan berkurang

Anda mungkin juga menyukai