C. Bagaimana ERP yang akan dilaksanakan oleh Pemda DKI Jakarta ? Jelaskan !
Jawab:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menerapkan kebijakan jalan
berbayar atau ERP ini di sejumlah ruas jalan Ibu Kota, yang bertujuan untuk
mengendalikan mobilitas warga DKI Jakarta. ERP akan dilaksanakan di ruang jalan
atau kawasan yang memenuhi kriteria. Terdapat empat kriteria bagi sebuah kawasan
atau ruas jalan bisa menerapkan ERP, yaitu:
1. Memiliki tingkat kepadatan atau perbandingan volume lalu lintas kendaraan
bermotor dengan kapasitas jalan pada salah satu jalur jalan sama dengan atau lebih
besar dari 0,7 pada jam sibuk.
2. Memiliki dua jalur jalan dan setiap jalur memiliki paling sedikit dua lajur.
3. Hanya dapat dilalui kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata kurang dari
30km/jam pada jam sibuk.
4. Tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum dan trayek yang sesuai dengan
standar pelayanan minimal dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menerapkan kebijakan jalan
berbayar atau ERP di sejumlah ruas jalan Ibu Kota, yang bertujuan untuk
mengendalikan mobilitas warga DKI Jakarta. Berdasarkan kriteria tersebut, ERP DKI
Jakarta akan diterapkan pada 25 ruas jalan. Mengenai pelaksanaannya, ERP akan
berlaku di jalan dan waktu tertentu melalui studi berdasarkan kondisi jalan dan lalu
lintas sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) yang menyatakan, Pengendalian Lalu Lintas
Secara Elektronik pada Kawasan Pengendalian Lalu Lintas Secara Elektronik
diberlakukan setiap hari mulai pukul 05.00 sampai pukul 22.00 WIB. Kemudian, pada
ayat (2) dijelaskan dalam kondisi tertentu, Gubernur dapat memberikan persetujuan
untuk sementara waktu tidak memberlakukan ERP sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) di atas. Ada beberapa jenis kendaraan yang menjadi pengecualian dalam
penerapan ERP ini. Dalam Pasal 15 ayat (1) dijelaskan, angkutan umum, sepeda
listrik, dan ambulans menjadi kendaraan yang dikecualikan dari ERP. Hal ini
bertujuan agar peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas di
Ibu Kota tidak menghambat aktivitas penting yang menyangkut hajat hidup orang
banyak serta keadaan yang mendesak. Berkaitan dengan harga, Dinas Perhubungan
DKI Jakarta telah mengusulkan besaran biaya ERP sekitar Rp5.000 hingga Rp19.900
untuk sekali melintas. Penerapan ERP ini akan dimulai pada tahun 2023 ini.
2. A. Apa saja yang harus dilakukan untuk penanganan Perlintasan Sebidang ? Jelaskan !
Jawab:
Penanganan perlintasan sebidang melibatkan beberapa langkah penting:
1. Pemeliharaan Rutin: Lakukan pemeliharaan rutin pada peralatan, seperti lampu,
palang pintu, dan bel perlintasan, untuk memastikan kinerjanya optimal.
2. Pendidikan Keselamatan: Sosialisasikan keselamatan kepada pengguna jalan dan
pekerja kereta api melalui kampanye edukasi. Berikan informasi tentang risiko di
perlintasan sebidang.
3. Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pastikan pengawasan yang ketat di area
perlintasan sebidang dan berlakukan hukuman terhadap pelanggaran, seperti melintasi
rel kereta api saat palang pintu diturunkan.
4. Teknologi Keselamatan: Pertimbangkan penggunaan teknologi keselamatan seperti
sensor pintu palang, sistem peringatan dini, dan pemantauan CCTV untuk
meningkatkan pengamanan.
5. Perencanaan dan Desain: Evaluasi desain perlintasan sebidang dan perbarui jika
diperlukan. Pertimbangkan solusi fisik seperti pembatas atau penggunaan jembatan
penyeberangan.
6. Koordinasi dengan Pihak Terkait: Kerjasama yang erat antara pihak berwenang,
operator kereta api, dan otoritas setempat diperlukan untuk memastikan penanganan
perlintasan sebidang yang efektif.
7. Evaluasi Kejadian Kecelakaan: Analisis insiden dan kecelakaan yang terjadi untuk
menentukan penyebabnya dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai.
8. Peringatan dan Informasi: Pasang rambu peringatan yang jelas dan cukup di sekitar
perlintasan sebidang untuk memberi tahu pengguna jalan tentang keberadaan rel
kereta api
B. Apa saja prinsip dan teknis EWS (Early Warning System) ? Sebutkan dan jelaskan !
Jawab:
Prinsip utama dalam EWS adalah memberikan informasi cepat, akurat, tepat
sasaran, mudah diterima, mudah dipahami, terpercaya dan berkelanjutan. Dimana
salah satu fungsi peringatan dini, sebagai dasar untuk respon dan pengambilan
keputusan ; siapa yang akan bertanggungjawab untuk mengambil keputusan karena
keputusan tersebut akan mempengaruhi dampak.
Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan serangkaian
sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana
maupun tanda-tanda alam lainnya. Sistem Peringatan Dini (early warning system)
informasi terhadap bencana didapatkan dengan dua macam cara, yakni sebagai
berikut:
a. Konvensional Secara konvensional, pengenalan bencana dilakukan dengan
pengenalan terhadap gejala-gejala alam yang muncul sebelum terjadinya bencana,
yang disesuaikan dengan karakteristik bencananya.
b. Modern Secara modern, pengenalan bencana dilakukan dengan pemantauan
aktivitas di atmosfer secara periodik dengan satelit maupun peralatan berteknologi
tinggi. Pengenalan gejala bencana merupakan hal yang penting dalam Early Warning
System. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebagian besar Sistem Peringatan Dini
Bencana Alam sulit untuk diaplikasikan. Biaya instansi perangkat keras, perangkat
lunak, jaringan telekomunikasi dan operasionalnya memerlukan pendanaan yang
sangat mahal. Dalam kondisi seperti ini, maka kesiapsiagaan dan mengenali gejala
alam akan munculnya bencana merupakan jawaban yang paling memungkinkan.
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harus diberdayakan dan merespons
sistem tersebut agar pengurangan jumlah korban bencana alam dapat dihindari.
C. Apa saja selain EWS untuk diterapkan pada perlintasan sebidang ? Sebutkan dan
jelaskan!
Jawab:
Adapun Upaya yang dilakukan oleh DJKA untuk menangani perlintasan
sebidang antara lain sebagai berikut:
1. Menghilangkan atau menutup perlintasan sebidang KA yang berdekatan (kurang
dari 800 meter) dan/atau yang lebar jalannya kurang dari 2 meter
2. Memasang pagar sterilisasi jalur KA
3. Program Pembangunan Fly Over / Underpass
4. Membangun jalan kolektor/frontage road di sepanjang jalur KA atau jalan
alternatif (Manajemen Lalu Lintas)
5. Program pengadaan pintu perlintasan dan pemasangan rambu
6. Perbaikan perkerasan jalan (Modular Concreate LX/Sintetis LX)
7. Pengembangan level crossing obstacle detection system yang melakukan deteksi
otomatis rintangan di perlintasan sebidang untuk mencegah kecelakaan kereta api
dengan kendaraan jalan
8. Program Evaluasi Perlintasan Jawa dan Sumatera
9. Sosialisasi, kampanye dan promosi keselamatan di perlintasan
Jawab:
Hitung kapasitas lajur jalan:
Kapasitas lajur jalan dapat dihitung dengan formula Kapasitas = Lebar lajur × Split
arah × 3600 / Waktu siklus.
Dalam hal ini, lebar lajur = 3 meter, split arah = 50%, dan waktu siklus = 3600 detik
(1 jam).
Kapasitas lajur jalan = 3 meter × 50% × 3600S detik / 3600 detik = 1,5 smp/jam
Evaluasi kapasitas jalan dengan dan tanpa parkir:
a. Tanpa parkir:
Volume lalu lintas pada jam sibuk = 2555 smp/jam
Kapasitas jalan tanpa parkir = Lebar jalan / Lebar lajur × Kapasitas lajur jalan
= 19 meter / 3 meter × 1,5 smp/jam = 9,5 smp/jam
b. Dengan parkir:
Jumlah mobil yang dapat diparkir dapat dihitung menggunakan ukuran jalan yang
telah diberikan (550 meter dengan lebar 19 meter). Mari hitung jumlah mobil yang
dapat diparkir secara diagonal dengan panjang mobil sekitar 4,8 meter.