Anda di halaman 1dari 8

*TUGAS :* PENGENDALIAN RUAS JALAN

1. A. Apa prinsip-prinsip dalam ERP (Electronic Road Pricing) ? Jelaskan !


Jawab:
Beberapa prinsip utama ERP meliputi:
- Teknologi Otomatisasi: Penggunaan sistem otomatis untuk mendeteksi kendaraan
dan mengumpulkan biaya tol tanpa interaksi manusia langsung.
- Pengumpulan Data Real-time: Memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan data
lalu lintas secara real-time, memungkinkan penyesuaian dinamis terhadap kondisi
jalan.
- Diferensiasi Tarif: Menentukan tarif tol berdasarkan faktor-faktor seperti waktu,
zona, dan jenis kendaraan untuk mendorong penggunaan jalan yang lebih efisien.
- Integrasi Sistem: Mengintegrasikan ERP dengan sistem transportasi dan informasi
lainnya untuk mengoptimalkan manajemen lalu lintas secara keseluruhan.
- Keamanan Data: Menjamin keamanan data pribadi dan transaksi yang terkait dengan
ERP untuk melindungi privasi pengguna.
- Pengelolaan Fleksibel: Memungkinkan fleksibilitas dalam penyesuaian tarif dan
kebijakan sesuai dengan perubahan kebutuhan dan kondisi lalu lintas.
- Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan: Melibatkan evaluasi terus-menerus
terhadap efektivitas ERP dan melakukan pemantauan untuk mengidentifikasi potensi
perbaikan.
- Partisipasi Publik: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
terkait ERP dan memberikan informasi yang cukup kepada mereka.

B. Apa hubungan ERP dengan ITS ? Jelaskan !


Jawab:
Sistem Transportasi Intelijen (ITS) adalah penerapan teknologi informasi dan
komunikasi dalam infrastruktur transportasi dan kendaraan sebagai alternatif solusi
untuk masalah kepadatan yang semakin tinggi di kota-kota besar / metropolitan.
Sistem ini diterapkan untuk mengendalikan dan mengelola lalu lintas kendaraan,
distribusi kendaraan dan infrastruktur untuk mencapai sistem transportasi yang lebih
aman, lebih teratur dan perbaikan efisiensi sistem transit dan infrastruktur lalu lintas.
Sistem ini akan mengurangi kepadatan lalu lintas sehingga penggunaan energi lebih
efisien dan otomatis emisi gas rumah kaca akan lebih rendah. Penerapan sistem ini
membutuhkan kajian yang lebih intensif dan perencanaan yang hati-hati untuk
menyesuaikan dengan sistem transportasi lokal. Sistem ini diperkirakan menelan
biaya infrastruktur hampir 900 juta rupiah, sumber lain menyebutkan sampai 1,2
triliun rupiah. Singapura menghabiskan sekitar 125 juta dolar Amerika pada tahun
1995 untuk menerapkan Electronic Road Pricing (ERP). Skema ERP di Singapura
adalah penarikan biaya secara elektronik terhadap setiap kendaraan yang melewati
jalur tertentu. Hal ini dilakukan untuk menegelola lalu lintas dengan penarikan biaya
penggunaan jalan (road pricing) dan penarikan biaya di kepadatan tinggi (congestion
pricing). Singapura adalah kota pertama di dunia yang menerapkan penarikan biaya
jalan tol secara elektronik. Sejak 2007, sistem ERP telah diperbaiki dengan
penggunaan alat untuk memperkirakan kepadatan lalu lintas yang disebut Traffic
Estimation and Prediction Tool (TrEPS). Tujuan penggunaan TrEPS adalah untuk
menentukan biaya yang lebih akurat yang berdasarkan pada real-time variable pricing
sehingga biaya penggunaan jalan bisa lebih bervariasi dan lebih adil. ERP diterapkan
dengan penempatan gerbang baja yang dilengkapi alat sensor dan kamera di setiap
jalan yang berhubungan dengan daerah pusat bisnis yang lalu lintasnya padat. Selain
di daerah bisnis, kerangka baja bersensor ini ditempatkan juga di tempat lain seperti di
beberapa jalan tol dan jalan arteri untuk mengurangi kepadatan pada jam-jam tertentu.
Alat yang disebut In-Vehicle Unit (IU) ditempatkan di setiap mobil yang terdaftar di
Singapura. Alat tersebut adalah untuk pembayaran biaya penggunaan jalan dengan
cara mengurangi nilai dari kartu yang dapat diisi ulang (cash card) saat kendaraan
melewati jalan yang menerapkan ERP. Teknologi ini disinyalir akan digantikan
dengan teknologi berbasis GPS (Global Positioning System), karena penempatan
gerbang yang tidak fleksibel sehingga sulit dipindahkan bila diperlukan. Teknologi
yang sama juga digunakan untuk menentukan harga parkir kendaraan (electronic
parking system/ EPS).

C. Bagaimana ERP yang akan dilaksanakan oleh Pemda DKI Jakarta ? Jelaskan !
Jawab:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menerapkan kebijakan jalan
berbayar atau ERP ini di sejumlah ruas jalan Ibu Kota, yang bertujuan untuk
mengendalikan mobilitas warga DKI Jakarta. ERP akan dilaksanakan di ruang jalan
atau kawasan yang memenuhi kriteria. Terdapat empat kriteria bagi sebuah kawasan
atau ruas jalan bisa menerapkan ERP, yaitu:
1. Memiliki tingkat kepadatan atau perbandingan volume lalu lintas kendaraan
bermotor dengan kapasitas jalan pada salah satu jalur jalan sama dengan atau lebih
besar dari 0,7 pada jam sibuk.
2. Memiliki dua jalur jalan dan setiap jalur memiliki paling sedikit dua lajur.
3. Hanya dapat dilalui kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata kurang dari
30km/jam pada jam sibuk.
4. Tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum dan trayek yang sesuai dengan
standar pelayanan minimal dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menerapkan kebijakan jalan
berbayar atau ERP di sejumlah ruas jalan Ibu Kota, yang bertujuan untuk
mengendalikan mobilitas warga DKI Jakarta. Berdasarkan kriteria tersebut, ERP DKI
Jakarta akan diterapkan pada 25 ruas jalan. Mengenai pelaksanaannya, ERP akan
berlaku di jalan dan waktu tertentu melalui studi berdasarkan kondisi jalan dan lalu
lintas sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) yang menyatakan, Pengendalian Lalu Lintas
Secara Elektronik pada Kawasan Pengendalian Lalu Lintas Secara Elektronik
diberlakukan setiap hari mulai pukul 05.00 sampai pukul 22.00 WIB. Kemudian, pada
ayat (2) dijelaskan dalam kondisi tertentu, Gubernur dapat memberikan persetujuan
untuk sementara waktu tidak memberlakukan ERP sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) di atas. Ada beberapa jenis kendaraan yang menjadi pengecualian dalam
penerapan ERP ini. Dalam Pasal 15 ayat (1) dijelaskan, angkutan umum, sepeda
listrik, dan ambulans menjadi kendaraan yang dikecualikan dari ERP. Hal ini
bertujuan agar peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas di
Ibu Kota tidak menghambat aktivitas penting yang menyangkut hajat hidup orang
banyak serta keadaan yang mendesak. Berkaitan dengan harga, Dinas Perhubungan
DKI Jakarta telah mengusulkan besaran biaya ERP sekitar Rp5.000 hingga Rp19.900
untuk sekali melintas. Penerapan ERP ini akan dimulai pada tahun 2023 ini.

2. A. Apa saja yang harus dilakukan untuk penanganan Perlintasan Sebidang ? Jelaskan !
Jawab:
Penanganan perlintasan sebidang melibatkan beberapa langkah penting:
1. Pemeliharaan Rutin: Lakukan pemeliharaan rutin pada peralatan, seperti lampu,
palang pintu, dan bel perlintasan, untuk memastikan kinerjanya optimal.
2. Pendidikan Keselamatan: Sosialisasikan keselamatan kepada pengguna jalan dan
pekerja kereta api melalui kampanye edukasi. Berikan informasi tentang risiko di
perlintasan sebidang.
3. Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pastikan pengawasan yang ketat di area
perlintasan sebidang dan berlakukan hukuman terhadap pelanggaran, seperti melintasi
rel kereta api saat palang pintu diturunkan.
4. Teknologi Keselamatan: Pertimbangkan penggunaan teknologi keselamatan seperti
sensor pintu palang, sistem peringatan dini, dan pemantauan CCTV untuk
meningkatkan pengamanan.
5. Perencanaan dan Desain: Evaluasi desain perlintasan sebidang dan perbarui jika
diperlukan. Pertimbangkan solusi fisik seperti pembatas atau penggunaan jembatan
penyeberangan.
6. Koordinasi dengan Pihak Terkait: Kerjasama yang erat antara pihak berwenang,
operator kereta api, dan otoritas setempat diperlukan untuk memastikan penanganan
perlintasan sebidang yang efektif.
7. Evaluasi Kejadian Kecelakaan: Analisis insiden dan kecelakaan yang terjadi untuk
menentukan penyebabnya dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai.
8. Peringatan dan Informasi: Pasang rambu peringatan yang jelas dan cukup di sekitar
perlintasan sebidang untuk memberi tahu pengguna jalan tentang keberadaan rel
kereta api

B. Apa saja prinsip dan teknis EWS (Early Warning System) ? Sebutkan dan jelaskan !
Jawab:
Prinsip utama dalam EWS adalah memberikan informasi cepat, akurat, tepat
sasaran, mudah diterima, mudah dipahami, terpercaya dan berkelanjutan. Dimana
salah satu fungsi peringatan dini, sebagai dasar untuk respon dan pengambilan
keputusan ; siapa yang akan bertanggungjawab untuk mengambil keputusan karena
keputusan tersebut akan mempengaruhi dampak.
Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan serangkaian
sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana
maupun tanda-tanda alam lainnya. Sistem Peringatan Dini (early warning system)
informasi terhadap bencana didapatkan dengan dua macam cara, yakni sebagai
berikut:
a. Konvensional Secara konvensional, pengenalan bencana dilakukan dengan
pengenalan terhadap gejala-gejala alam yang muncul sebelum terjadinya bencana,
yang disesuaikan dengan karakteristik bencananya.
b. Modern Secara modern, pengenalan bencana dilakukan dengan pemantauan
aktivitas di atmosfer secara periodik dengan satelit maupun peralatan berteknologi
tinggi. Pengenalan gejala bencana merupakan hal yang penting dalam Early Warning
System. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebagian besar Sistem Peringatan Dini
Bencana Alam sulit untuk diaplikasikan. Biaya instansi perangkat keras, perangkat
lunak, jaringan telekomunikasi dan operasionalnya memerlukan pendanaan yang
sangat mahal. Dalam kondisi seperti ini, maka kesiapsiagaan dan mengenali gejala
alam akan munculnya bencana merupakan jawaban yang paling memungkinkan.
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harus diberdayakan dan merespons
sistem tersebut agar pengurangan jumlah korban bencana alam dapat dihindari.

C. Apa saja selain EWS untuk diterapkan pada perlintasan sebidang ? Sebutkan dan
jelaskan!
Jawab:
Adapun Upaya yang dilakukan oleh DJKA untuk menangani perlintasan
sebidang antara lain sebagai berikut:
1. Menghilangkan atau menutup perlintasan sebidang KA yang berdekatan (kurang
dari 800 meter) dan/atau yang lebar jalannya kurang dari 2 meter
2. Memasang pagar sterilisasi jalur KA
3. Program Pembangunan Fly Over / Underpass
4. Membangun jalan kolektor/frontage road di sepanjang jalur KA atau jalan
alternatif (Manajemen Lalu Lintas)
5. Program pengadaan pintu perlintasan dan pemasangan rambu
6. Perbaikan perkerasan jalan (Modular Concreate LX/Sintetis LX)
7. Pengembangan level crossing obstacle detection system yang melakukan deteksi
otomatis rintangan di perlintasan sebidang untuk mencegah kecelakaan kereta api
dengan kendaraan jalan
8. Program Evaluasi Perlintasan Jawa dan Sumatera
9. Sosialisasi, kampanye dan promosi keselamatan di perlintasan

3. A. Apa yang dimaksud dengan ITS ? Jelaskan !


Jawab:
Intelligent Transportation System yang biasanya disingkat ITS adalah
pengendalian suatu sistem informasi yang menggunakan teknologi pemrosesan data
untuk memperbaiki pergerakan barang dan orang, meningkatkan keamanan,
mengurangi kemacetan, manajemen kecelakaan, sistem tanggap darurat, serta sistem
pemeliharaan jalan. Secara sederhana, ITS mengumpulkan, menyimpan,
menganalisis, dan mendistribusikan data pergerakan barang dan orang. ITS
merupakan perpaduan dari beberapa teknologi seperti penentuan posisi, komunikasi,
sistem informasi, kontrol dan elektronik. Dalam kaitannya dengan teknologi
pendukung ITS, GPS biasanya berperan sebagai teknologi penentuan posisinya dan
GIS (Geographic Information System) berperan sebagai teknologi sistem
informasinya [Arronoff, 1989; Autenucci et al.,1991].

B. Apa prinsip-prinsip dari ITS ? Jelaskan ! Contoh !


Jawab:
Prinsip Intelligent Transportation System (ITS) cukup sederhana. Dengan
bantuan teknologi, ITS menunjukkan informasi perjalanan real-time (terkini) dan
menunjukkan model pengelolaan seluruh moda transportasi. Intelligent Transport
System dalam bahasa Indonesia berarti sistem transportasi cerdas. Intelligent
Transport System atau biasa disingkat ITS pada prinsipnya adalah penerapan
teknologi maju di bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi untuk membuat
prasarana dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan nyaman sekaligus
ramah lingkungan.
Penerapan ITS telah dilakukan dinegara-negara maju seperti: Amerika Serikat,
Jepang, Kanada, Korea Selatan dan sebagainya. Negara berkembang juga sudah mulai
menerapkan ITS dalam skala terbatas, misalanya sistem pengempulan tol secara
elektronis dan sistem informasi lalu lintas. Contoh beberapa negara tetangga yang
telah menggunakan sistem pengumpulan tol adalah Malaysia dan Philipina.
Pengorganisasian ITS di negara-negara maju dilaksanakan secara bersama oleh
pemerintah, kepolisian, operator transportasi dan kalangan industri. Selain masalah
kebijakan, industri-industri terkait juga turut mendukung dari segi riset dan
pengembangan teknologi. Kalangan indurstri yang terkait antara lain industri
automotive, elektronika, komputer, telekomunikasi, penerbangan, perhubungan dan
jalan tol. Karena itu ITS menjadi primadona dan dianggap sebagai masa depan
transportasi.
C. Apa saja yang bisa dikendalikan dengan ITS ? Jelaskan ! Contoh !
Jawab:
Sistem navigasi ITS dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu :
Autonomous ITS, Fleet Management ITS, Advisory ITS dan Inventory ITS. Sistem
Autonomous ITS terdiri dari sistem penentuan posisi dan sistem peta elektronik yang
ditempatkan pada kendaraan dan dimaksudkan untuk memberikan kemampuan
navigasi yang lebih baik bagi pengemudi kendaraan yang bersangkutan. Sarana ini
tidak mempunyai komunikasi dengan sistem luar kendaraan kecuali kalau
menggunakan GPS untuk penentuan posisinya dimana dalam hal ini diperlukan
antena untuk menerima sinyal GPS.
Fleet Management ITS berfungsi untuk mengelola kendaraan dari pusat
pengontrol (dispatch center) melalui hubungan komunikasi. Dalam sistem ini,
kendaraan-kendaraan yang bersangkutan dilengkapi dengan sistem penentuan posisi
tetai umumya tidak dilengkapi dengan sistem peta elektronik. Kendaraan-kendaraan
tersebut melaporkan posisinya kepusat pengontrol sehingga pusat pengontrol
mempunyai kemudahan untuk mengelola pergerakan kendaraan. Disamping
memberikan instruksi-instruksi mengenai pengarahan, pusat pengontrol juga
bertanggung jawab memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh pengemudi
kendaraan sepeti informasi cuaca dan keadaan lalu lintas.
Advisory ITS menggabungkan aspek penentuan posisi dan sistem peta
elektronik dari sistem autonomous ITS dengan aspek komunikasi dari arsitektur
sistem fleet management ITS. Sistem advisory ITS adalah autonomous dalam artian
bahwa sistem ini tidak di kontrol oleh suatu pusat pengontrol (dispatch center), tetapi
pada saat yang sama sistem ini merupakan bagian dari armada kendaraan yang
mendapat pelayanan dari pusat informasi lalu lintas. Pada beberapa sistem advisory
ITS, kendaraan – kendaraan tertentu berdiri sendiri sebagai traffic probes, yang
memberikan kendaraan-kendaraan lainnya (yang tidak terdefinisikan oleh pusat
informasi lalu lintas) informasi-informasi terbaru tentang kondisi lalu lintas dan
cuaca.
Yang terakhir adalah Inventory ITS System. Sistem ini biasanya terdiri atas
kendaraan yang berdiri sendiri dan dilengkapi dengan kamera video digital untuk
mengumpulkan data (lengkap dengan koordinat dan waktu pengambilan) yang terkait
dengan jalan. Sistem ini diperlukan antara lain untuk keperluan inventarisasi jalan,
pemeliharaan jalan, serta penyelidikan objek-objek pengganggu lalu lintas. Kendaraan
– kendaraan yang digunakan dilengkapi dengan alat penentuan posisi, data logger,
serta pendisplay data dalam bentuk peta elektronik.
ITS juga dapat diterapkan untuk mengatasi kemacetan karena ITS merupakan
gabungan dari sistem transportasi dengan teknologi informasi demi meningkatkan
aksesibilitas dan efisiensi serta keamanan transportasi. Dengan diterapkannya ITS di
Indonesia maka setiap pengguna jalan akan dapat mengaksesnya secara real time dan
mudah. Hanya dengan menggunakan handphone maka setiap orang bisa mengetahui
kondisi jalan apakah sedang mengalami macet atau lancar. Selain itu, ITS juga
mampu mengatasi kecelakaan yang terjadi di kereta api. Karena bila alat tersebut
terpasang maka kereta yang saling berhadapan akan berhenti dengan
sendirinya.Secara umum ruang lingkup ITS terdiri dari beberapa hal, diantaranya
sistem informasi dan navigasi yang modern. Dengan sistem ini akan memberikan
informasi tentang pilihan rute jalan yang optimal kepada pelaku perjalanan. ITS juga
berperan sebagai sistem manajemen lalulintas yang dapat memberi informasi real time
tentang kondisi lalu lintas yang sedang terjadi.
ITS juga berperan sebagai sistem manajemen kecelakaan yang digunakan
untuk mendeteksi kejadian darurat seperti kecelakaan lalu lintas, kebakaran, banjir,
longsor atau bencana lainnya. Fungsi lainnya, ITS juga berperan sebagai sistem
pengumpulan pembayaran transportasi elektronik dan sistem untuk bantuan
mengemudi seperti jarak dengan kendaraan yang terlalu dekat, berada di lajur jalan
yang salah, kecepatan terlalu tinggi atau terlalu dekat dengan tepi jalan.
*TUGAS :* Case STUDY :

Jawab:
Hitung kapasitas lajur jalan:
Kapasitas lajur jalan dapat dihitung dengan formula Kapasitas = Lebar lajur × Split
arah × 3600 / Waktu siklus.
Dalam hal ini, lebar lajur = 3 meter, split arah = 50%, dan waktu siklus = 3600 detik
(1 jam).
Kapasitas lajur jalan = 3 meter × 50% × 3600S detik / 3600 detik = 1,5 smp/jam
Evaluasi kapasitas jalan dengan dan tanpa parkir:
a. Tanpa parkir:
Volume lalu lintas pada jam sibuk = 2555 smp/jam
Kapasitas jalan tanpa parkir = Lebar jalan / Lebar lajur × Kapasitas lajur jalan
= 19 meter / 3 meter × 1,5 smp/jam = 9,5 smp/jam
b. Dengan parkir:
Jumlah mobil yang dapat diparkir dapat dihitung menggunakan ukuran jalan yang
telah diberikan (550 meter dengan lebar 19 meter). Mari hitung jumlah mobil yang
dapat diparkir secara diagonal dengan panjang mobil sekitar 4,8 meter.

Jumlah mobil parkir = Panjang jalan / Panjang mobil


= 550 meter / 4,8 meter ≈ 114 mobil
Volume lalu lintas dengan parkir = Volume lalu lintas pada jam sibuk - Jumlah mobil
parkir
= 2555 smp/jam - 114 mobil = 2441 smp/jam
Evaluasi sudut parkir yang paling sesuai:
Sudut parkir yang paling sesuai adalah ketika parkir tidak mengurangi kapasitas jalan
di bawah tingkat volume lalu lintas yang sudah ada. Dari perhitungan di atas, jumlah
mobil parkir (114 mobil) tampaknya tidak dapat diakomodasi tanpa mengurangi
volume lalu lintas di bawah kapasitas jalan (9,5 smp/jam).
Oleh karena itu, parkir pada sisi jalan dengan jumlah mobil yang diberikan tidak
memungkinkan tanpa mengganggu kinerja lalu lintas pada ruas jalan tersebut.
Untuk menentukan jam yang dapat diizinkan untuk parkir, Anda dapat melakukan
analisis lebih lanjut terhadap pola volume lalu lintas pada jam-jam tertentu. Dari data
yang telah disediakan (1850 smp/jam pada jam 11.00-13.00), jam tersebut mungkin
merupakan waktu yang lebih cocok untuk memperbolehkan parkir karena volume lalu
lintasnya lebih rendah daripada jam sibuk (2555 smp/jam).

Anda mungkin juga menyukai