Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN KONSEP CLOUD COMPUTING DAN SMART CITY DI

BEBERAPA WILAYAH

Oleh:
Juniarta Arfan Maulana
1119101774

TEKNIK INFORMATIKA
STIKOM PGRI BANYUWANGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya yang telah
memberikan pengetahuan, kesehatan, dan kesempatan bagi kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas kuliah Cloud Computing tentang
konsep Smart City. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang,  mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kehidupan dengan kualitas hidup yang tinggi adalah dambaan semua orang, dengan
kemajuan teknologi manusia berharap untuk hidup lebih mudah dan sehat. Namun timbul
beberapa pertanyaan dari tujuan diatas, pertanyaan pertama adalah apa itu hidup yang mudah
dan sehat? Kenapa manusia ingin hidup mudah dan sehat? Bagaimana cara mendapatkan
hidup mudah dan sehat? Dengan kenyataan mayoritas orang hidup dikota, maka kualitas
hidup yang mencerminkan hidup yang mudah dan sehat menjadi suatu impian masyarakat
kota.

Namun dengan banyaknya penduduk, bentukan kota dan tingkat kepadatan yang tinggi
menjadi suatu hambatan untuk mencapai kualitas hidup tersebut. Untuk menjawab keinginan
manusia akan kualitas hidup yang mudah dan sehat maka muncul berbagai metoda dan
strategi untuk mencapai hal tersebut, salahsatu metoda tersebut adalah konsep perencanaan
kota cerdas atau biasa disebut smart city.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :

1. Daerah mana saja yang telah menerapkan smart city?


2. Bagaimana penerapan dari konsep smart city pada daera tersebut?
3. Apa kekurangan dari penerapan smart city pada daerah tersebut?

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui daerah yang telah menerapkan smart city.


2. Untuk mengetahui penerapan smart city pada tiap daerah.
3. Menjawab kekurangan pada smart city yang diterapkan pada setiap daerah.

 
BAB 2

PEMBAHASAN

 Pengertian Smart City

Smart city adalah sebuah impian dari semua kota-kota besar di seluruh dunia. Perencanaan
smart city adalah agenda global sebagai respon konseptual dan praktis terhadap berbagai
krisis perkotaan di dunia yang semakin menghawatirkan, untuk mengembalikan hubungan
antara manusia, ruang binaan dan ruang alami yang lebuh harmonis, sehingga tidak saling
menyakiti. Smart city adalah sebuah konsep koa cerdas/pintar yang membantu masyarakat
yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan
memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalm melakukan kegiatannya
ataupun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya, adapun baberapa wilayah
yang telah menerapkan konsep smart city.

1. E-Tilang Berbasis CCTV (Closec Circuit Television) di Kabupaten Banyumas

E-Tilang merupakan sistem penegakan hukum dibidang lalu lintas yang berbasis
terknologi informasi dengan memanfaatkan perangkat elektronik berupa kamera CCTV
yang dapat menditeksi berbagai jenis pelanggaran lalu lintas.
Keunggulan E-Tilang diantaranya mampu menyajikan data kendaraan bermotor
secara otomatis. Sehingga E-Tilang menjadi terobosan dalam penegakan hukum lalu
lintas dari konvensional menjadi elektronik. Dengan adanya E-Tilang dapat mereduksi
langsung antara petugas dengan pelanggar, sehingga menjadi metode yang paling tepat di
era new normal.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang
selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen
lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi
dan evaluasi tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui
tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan.
Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas
jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor
kecepatan dan keselamatan penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam
menentukan tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain dengan
memperhatikan rencana umum jaringan transportasi jalan, peranan, kapasitas, dan
karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek lingkungan, aspek sosial
dan ekonomi, penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan
program pelaksanaan perwujudannya.
Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi:
penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan,
usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu-rambu lalu
lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan pengaman
pemakai jalan; usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan
maupun penyuluhan kepada masyarakat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pengadaan CCTV dengan sistem e-tilang adalah
solusi yang tepat untuk melakukan penindakan dalam menegakkan tertib lalu lintas.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk membahas lebih dalam tentang
bagaimana penerapan E-tilang berbasis CCTV dan kendala-kendalanya di kabupaten
Banyumas dengan judul “PENERAPAN E-TILANG BERBASIS CCTV (CLOSED
CIRCUIT TELEVISION) DI KABUPATEN BANYUMAS”.

Penerapan E-Tilang Berbasis CCTV (Closec Circuit Television) di Kabupaten


Banyumas

Penerapan E-Tilang berbasis CCTV (Closec Circuit Television) di Kabupaten Banyumas


yang bertanggung jawab atas penyelenggaraanya E-tilang berbasis CCTV adalah Kepala
Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Kabupaten Banyumas, sedangkan Dinas
Perhubungan Kabupaten Banyumas diberi tanggung jawab untuk menjalankan sebagai
sumber daya pengelolaan dan pengolahan informasi atau yang berperan sebagai back-
office dari aplikasi software IVMS-8600 (V2.41) intelligent transportation traffic monitor
system di Bagian ATCS (Area Traffic Control System) Sebagai Bagian Pusat Kendali
bagian ATCS (Area Traffic Control System), menjadi Admin dalam penerapan E-tilang
berbasis CCTV ini sudah siap, kedua belah pihak masih berkoordinasi mengenai teknis
pelaksanaanya, sehingga penerapannya masih dalam tahap sosialisasi, dalam sosialisasi
tersebut, hanya disampaikan teguran berupa himbauan dan anjuran untuk tertib berlalu
lintas. Teguran disampaikan dari ATCS (Area Traffic Control System) Dinhub
Banyumas, yang dapat didengar melalui speaker yang ada di ATCS.

Kekurangan E-Tilang Berbasis CCTV (Closec Circuit Television) di Kabupaten


Banyumas
a. Tidak adanya integrasi data, sehingga apabila ada pelanggaran terhadap plat
nomor luar daerah maka tidak bisa dilakukan tilang, hanya peneguran saja.
b. Belum adanya kesepakatan antara Sat Lantas Polres Banyumas sebagai
penanggung jawab atas penyelenggaraan E-tilang berbasis CCTV dengan
Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas selaku pemegang sarana dan
prasarananya.
c. Server yang masih belum cukup menampung rekaman CCTV yang ada di
seluruh wilayah kota Purwokerto dan cara penggunaan aplikasi e-Tilang
melalui Cameraclosed Circuit Television (CCTV) yang masih sulit digunakan
oleh masyarakat dan juga ketajaman CCTV belum mampu mendeteksi hingga
pelat nomor polisi kendaraan bermotor hanya bisa merekam luarnya saja/ plat
nomornya saja, belum sampai ke nomor seri.
d. Penggunaan aplikasi e-Tilang melalui (CCTV) tidak mudah dipahami oleh
masyarakat.

2. Jakarta Smart City Terhadap Peningkatan Pelayanan Publik Provinsi Dki Jakarta
Periode 2014-2017
Banyak kota di beberapa negara dunia yang telah berlomba-lomba
mengimplementasikan strategi smart city dalam memberikan pelayanan publik bagi
warganya. Begitupun dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang tidak mau
ketinggalan dengan kota-kota di negara lainnya dalam mengimplementasikan strategi
smart city dalam memberikan pelayanan publik bagi warganya.
Memasuki era digitalisasi, pemerintah provinsi DKI Jakarta telah siap dengan
serangkaian kebijakan yang terintergrasi secara digital. Jakarta memiliki tantangan berat
yakni bersaing dengan kota-kota besar di negara lain untuk memperbaiki pelayanan
publik. Apalagi Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara selalu dijadikan barometer
bagi kota-kota lain yang ada di Indonesia. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) periode 2013-2017 membuat
visi yaitu “Jakarta Baru, kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak
dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan
yang berorientasi pada pelayanan publik”.
Lebih jauh pernyataan visi tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud Jakarta Baru
adalah ibukota NKRI yang sejajar dengan kota lain di dunia dan berdaya saing global,
kota yang dapat menjamin kehidupan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan, kota
berbudaya yang didukung oleh masyarakat produktif dan sejahtera dan kota yang dapat
menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan transparan dalam rangka menyediakan
pelayanan publik yang berkualitas.

Penerapan Konsep Jakarta Smart City Terhadap Peningkatan Pelayanan Publik


Provinsi Dki Jakarta Periode 2014-2017
Provinsi DKI Jakarta dalam perjalanan menjadi sebuah Smart City melakukan beberapa
tahapan diantaranya:

a. Menentukan definisi smart city bagi Jakarta Beberapa program smart yang
mendukung ambisi Jakarta untuk menjadi smart city telah berjalan. Namun
untuk dapat melaksanakan transisi yang utuh, Jakarta harus mempunyai visi
yang jelas tentang target yang dituju, serta sasaran dan metrik terkait yang
nyata, dapat diukur, dan dapat dilakukan.
b. Menentukan kondisi tertarget (target state) Untuk memfasilitasi hal tersebut,
digunakan Smart City Wheel Framework, yaitu suatu metodologi yang telah
dipraktekkan secara luas untuk menentukan sasaran kondisi yang tertarget
dalam proses transisi Jakarta menjadi smart city sebelum tahun 2025.
Serangkaian sasaran berkaitan dengan enam kategori smart city yang saling
terkait, yaitu smart living, smart mobility, smart governance, smart
environment, smart economy, dan smart people, ditetapkan dan diterjemahkan
menjadi metrik spesifik untuk 25 subkategori dan 108 penentu yang terkait,
ambisius, relevan, terukur, dan dapat dicapai.
c. Mengidentifikasi kesenjangan Kesenjangan dapat diukur dengan cara
membandingkan antara keadaan saat ini dengan keadaan target yang
diidenfikasi pada masing-masing kategori smart city.
d. Mengusulkan solusi Dengan pemahaman tentang berbagai kesenjangan antara
keadaan Jakarta saat ini dan keadaan yang ditargetkan, langkah selanjutnya
adalah perumusan solusi untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Untuk
memastikan bahwa Jakarta akan mencapai tujuan yang dimaksud, maka cetak
biru (blueprint) dan peta pelaksanaan (roadmap) yang komprehensif juga perlu
dikembangkan untuk memandu penerapan solusi tersebut.
Konsep smart city juga akan meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam
menafaatkan data, aplikasi, memberikan masukan maupun kritikan secara mudah. Pada
intinya, smart city yang dimaksud oleh DKI Jakarta adalah membuat Jakarta sebagai kota
atau provinsi yang lebih baik, informatif, transparan dan kolaboratif dengan
menggunakan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan TIK dan
dibangunnya Jakarta Smart City Lounge di sini tidak hanya berperan sebatas “command
center” saja, melainkan mampu mengubah sistem pemerintahan dan dapat mewujudkan
Jakarta Baru.
Kekurangan Dalam Penerapan Konsep Jakarta Smart City Terhadap Peningkatan
Pelayanan Publik Provinsi Dki Jakarta Periode 2014-2017
a. Pemerintah memerlukan banyak pengurus dan upaya maksimal untuk segera
mewujudkannya.
b. Kelambatan pihak terkait pelayanan publik apabila ada kekurangan pengurus.

3. Implementasi Sistem Informasi Kebencanaan Di Kabupaten Gunungkidul

Smart city merupakan konsep kota cerdas atau kota pintar yang dimana dalam kota
tersebut terdapat infrastruktur teknologi informasi maupun sensor-sensor pendeteksi
keadaan di wilayah tertentu yang saling terintegrasi dan mudah diakses, dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat di suatu wilayah atau
kota tersebut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul telah mencanangkan program Smart city
untuk meningkatkan kualitas informasi dan pelayanan kepada masyarakat. Kabupaten
Gunungkidul berhasil lolos menjadi salah satu dari 100 kabupaten dan kota yang
mengikuti seleksi gerakan smart city Indonesia. Penerapan aplikasi smart city telah
diluncurkan dan dapat diakses oleh masyarakat umum. Salah satu terobosan yang dibuat
oleh pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul ialah mengimplementasikan data
informasi kebencanaan ke dalam portal utama smart city.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh implementasi sistem
informasi kebencanaan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Gunungkidul yang
berbasis kota cerdas (smart city) melalui respons dan pendapat masyarakat serta ASN
lembaga terkait perihal integrasi data kebencanaan juga informasi kebencanaan yang
tersaji dalam aplikasi smart city Kabupaten Gunungkidul. Pada kajian dan penelitian
terdahulu, rata-rata peneliti berfokus pada satu ancaman bencana dengan database
spesifik sesuai jenis bencana yang diteliti. Berkaitan dengan penyajian data, integrasi data
dan interaksi masyarakat terhadap data dan informasi kebencanaan, belum ada yang
mengkaitkan langsung dengan konsep smart city yang sedang menjadi isu nasional.
Berkaitan dengan diseminasi informasi belum ada yang meneliti tentang publikasi data
bencana dalam portal smart city.

Penerapan
Aplikasi Smart City di Kabupaten Gunungkidul
Portal data kebencanaan telah diintegrasikan ke dalam aplikasi smart city yang dapat
diakses melalui komputer maupun aplikasi android, data yang disajikan cukup interaktif
dengan tampilan antar muka yang menarik.
Perlu dilakukan survey untuk mengetahui seberapa besar interaksi masyarakat dan ASN
lembaga terkait terhadap data dan informasi kebencanaan yang tersaji dalam portal utama
smart city. Dengan adanya data tersebut bisa dijadikan salah satu parameter dalam
mengukur ketertarikan masyarakat dan ASN lembaga terkait terhadap data dan informasi
kebencanaan yang tersaji. Hal ini penting dilakukan untuk sebagai salah satu bahan
proses perumusan kebijakan yang berkaitan dengan kebencanaan di lingkungan
pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
Analisis Responden Masyarakat dan Dinas Terkait
Integrasi data dan informasi yang berbentuk aplikasi ini memberikan kemudahan dalam
pelayanan publik. Hal ini terbukti dari hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada
indikator tersebut yang meliputi penyampaian pesan kepada masyarakat pengguna pada
persentase 92,2 % yang berarti bahwa masyarakat sangat setuju dengan adanya aplikasi
data dan informasi. Pada sub indikator berikutnya yaitu pada keterbatasan ruang dan
waktu bahwa aplikasi data dan informasi mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
yang menjadi permasalahan masyarakat dengan persentase 86,6% dengan kriteria sangat
setuju. Selanjutnya pada sub indikator ketepatan penggunaan aplikasi sebagai media
informasi bagi masyarakat berada pada persentase 89%, sehingga masuk dalam kriteria
sangat setuju.
Kekurangan

a. Aplikasi tidak bisa diakses apabila tidak terkoneksi dengan internet.


b. Banyak ketidakpeduliannya masyarakat sehingga lambatnya penerimaan informasi
penting yang diberikan.
c. Masih banyak daerah yang tergolong ketidakmampuan untuk memiliki HP atau
Laptop sehingga tidak bisa mengakses aplikasi.
PENUTUP

Kesimpulan

Smart city adalah sebuah konsep koa cerdas yang membantu pemerintah dan masyarakat
yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan
memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya
ataupun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Banyak juga beberapa kota
yang sudah menerapkannya untuk membuat kota tersebut menjadi kota smart.

DAFTAR PUSTAKA

Website:
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/632/570
https://smartcity.gunungkidulkab.go.id/Mitigasibencana
https://jakarta.smart.city.go.id/pelayanan-publik-jakarta-periode-2014-2017

Anda mungkin juga menyukai