Anda di halaman 1dari 6

KAK (KERANGKA ACUAN KERJA)

Studi Infrastruktur Smart Transportation Dengan Basis Big Data Di Wilayah Perkotaan

A. LATAR BELAKANG
Kota memiliki permasalahan yang terus bertambah dalam penataan ruangnya seiring waktu berjalan.
Tidak jarang permasalahan yang muncul diakibatkan oleh pembangunan kotanya sendiri. Untuk dapat
mencegah hal tersebut dibutuhkan manajemen kota melalui pendekatan konsep perencanaan yang
berkelanjutan.
Saat ini tengah berkembang konsep smart city atau kota cerdas, dimana kota kota besar di Indonesia
sudah mulai menerapkan konsep tersebut, namun masih belum mencapai seutuhnya. Kota kota yang
disebut smart city adalah kota yang pada awalnya memiliki terobosan baru dalam penyelesaian masalah
di kotanya, dan sukses meningkatkan performa kotanya.
Kota cerdas didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan sumber daya manusia(SDM), modal
sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana
melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat. Kota cerdas diidentifikasikan pada 6 (enam)
dimensi utama yaitu smart government (pemerintahan cerdas), smart economy (ekonomi cerdas), smart
society (kehidupan sosial cerdas), smart mobility (mobilitas cerdas), smart environment (lingkungan
cerdas), dan quality of live (hidup berkualitas). Dari enam (6) dimensi tersebut dalam penerapannya setiap
kota dapat memfokuskan pada salah satu dimensi saja tergantung dari karakteristik kota dan urgensi
permasalahan kotanya.
Penerapan teknologi di bidang transportasi juga menjadi langkah awal solusi smart tranportation atau
lebih dikenal dengan Intelligent Transport System (ITS) sejalan dengan mobilitas cerdas sebagai bagian
dari konsep kota cerdas yang akan diterapkan di kota besar di Indonesia. Salah satu kota besar yang telah
menerapkan smart transportation adalah Kota Surabaya, Pemerintah kota surabaya melalui dinas
perhubungan cukup berhasil memetakan titik-titik kemacetan melalui tayangan terkini (real time) yang
diteruskan ke pusat-pusat koordinasi. Hanya saja, informasi kemacetan yang sangat membantu ini hanya
disiarkan di stasiun televisi dan radio pada jam-jam tertentu sehingga belum dapat dinilai sebagai solusi
mengurai atau menghindari kemacetan lalu lintas sepanjang hari. Alternatifnya, pengemudi dan pengguna
jasa transportasi umum di kota-kota kini mengandalkan global positioning system (GPS), yang tersemat di
ponselnya, guna memantau kemacetan lalu lintas beberapa menit sebelum melewati sebuah jalan. Kota
Surabaya memang menjadi salah satu percontohan transportasi di Indonesia, namun Kota Surabaya
dianggap juga masih memiliki permasalahan krusial transportasi yang perlu dibenahi.
Beberapa kendala masalah krusial sektor transportasi yang ada di kota besar di Indonesia adalah :
 Data terkini yang sifatnya masif ini akan sangat membantu pembuat kebijakan dalam
menganalisis kinerja satu ruas jalan yang berkaitan dengan intensitas waktu yang dihabiskan
pengendara kendaraan serta bahan bakar yang terbuang dalam satuan waktu/ruas jalan. Dengan
cara ini, kinerja ruas jalan akan semakin bergerak dinamis dengan memanfaatkan data pergerakan
dan pembaruan status-status publik di Internet.
 Pengelolaan data pada sektor transportasi masih tersebar pada masing-masing unit pengelola
sarana dan prasarana atau sumber data yang tersebar, belum terintegrasi. Ke depan diharapkan
pengelolaan data yang dihimpun menjadi big data yakni data formal yang dikelola institusi yang
berhubungan dengan transportasi di sisi pemerintah maupun data-data lain seperti data yang
dikelola oleh provider komunikasi atau swasta yang menunjukkan pergerakan. Dari tatanan data
yang dihimpun bersama-sama stakeholders tersebut nantinya dapat digunakan untuk keperluan
seperti riset dan pendidikan. Karena data yang dikumpulkan itu adalah raw data atau data mentah
yang hanya bermakna apabila dianalisa dan hasilnya dimanfaatkan sesuai kepentingan masing-
masing pemakai data.
 Permasalahan yang menjadi tantangan saat ini adalah lemahnya pencatatan data atau digitasi
data yang terjadi mulai dari simpul maupun jaringan transportasi, sehingga pengambilan
kebijakan dalam kerangka perencanaan transportasi berpijak pada data yang minim. Fungsi big
data sejatinya dapat menjadi kerangka kebijakan dalam rangka peningkatan keselamatan dan
keamanan transportasi, mengurangi angka kecelakaan, meningkatkan pelayanan transportasi
umum atau logistik sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna dan mengurangi gap
supply-demand.
Pada dasarnya masalah krusial sektor transportasi diatas, dapat dihindari dengan penerapan smart
tranportation atau Intelligent Transportation System (ITS) dalam mengefisienkan sistem transportasi
jalan dan meningkatkan kapasitas jalan yang ada. ITS adalah berupa berupa aplikasi canggih bertujuan
untuk memberikan layanan inovatif yang berkaitan dengan berbagai mode transportasi dan manajemen
lalu lintas serta memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi yang lebih baik, lebih aman, lebih
terkoordinasi, dan lebih cerdas atas penggunaan jaringan transportasi. Meskipun ITS bisa merujuk ke
semua moda transportasi, ITS pada umumnya didefinisikan sebagai sistem di mana teknologi informasi
dan komunikasi yang diterapkan di bi ang transportasi jalan. Untuk itulah diperlukan sebuah sebuah
desain utama (grand design) ITS bagi Indonesia khususnya perkotaan di Indonesia agar sistem yang telah
tersedia dapat terintegrasi
Sesuai Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Nomor : KP 1360 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan salah satu tugas Biro Perencanaan yaitu
penyiapan koordinasi, sinkronisasi, integrasi dan pengendalian kebijakan, penyusunan rencana jangka
menengah, jangka panjang dan rencana bergulir (rolling plan), koordinasi penyusunan rencana
pembangunan sarana dan prasarana transportasi . Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab Biro
Perencanaan dalam dalam melaksanakan penyusunan rencana pembangunan sarana dan prasarana
transportasi, maka diperlukan data dan informasi yang berasal sistem smart trasnportation yang
mendukung dalam guideline dalam menentukan kebijakan perencanaan transportasi. Hal ini yang
melatarbelakangi Kementerian Perhubungan, Sekertariat Jenderal Perhubungan Darat khususnya Biro
Perencanaan untuk melakukan Studi Infrastruktur Smart Transportation Dengan Basis Big Data Di Wilayah
Perkotaan.

B. TUJUAN
Tujuan dari pekerjaan ini adalah membangun prototipe dan pemanfaatan aplikasi smart transportation
dengan basis big data di wilayah perkotaan untuk mendukung perencanaan pembangunan sarana dan
prasarana transportasi oleh Biro Perencanaan Sekertariat Jenderal Kementerian Perhubungan.

A. DASAR HUKUM TUGAS FUNGSI/KEBIJAKAN


a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
d. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
e. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaaan Informasi Publik;
f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
g. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
h. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda;
l. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
m. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 6 Tahun 2010 tentang Cetak Biru Pengembangan
Transportasi Penyeberangan Tahun 2010-2030;
n. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 2128 Tahun 2018 Tentang
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;
o. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 222 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) di Lingkungan Kementerian Perhubungan Tahun 2020-2024;

B. OUTPUT
1. Tersedianya prototipe dan pemanfaatan aplikasi smart transportation dengan basis big data di
wilayah perkotaan untuk mendukung perencanaan pembangunan sarana dan prasarana
transportasi oleh Biro Perencanaan Sekertariat Jenderal Kementerian Perhubungan.
2. Tersedianya wilayah percontohan untuk pilot project pelaksanaan kegiatan smart transportation
dengan basis big data.

C. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


1. Pemilihan salah satu lokasi atau kawasan perkotaan untuk kegiatan smart transportation dengan
basis big data.
2. Melakukan review terhadap kajian model ITS yang ada di Kementerian Perhubungan dengan
mengakomodasi rencana kebutuhan Biro Perencanaan.
3. Membangun prototipe dan pemanfaatan aplikasi smart transportation dengan basis big data di
wilayah perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan Biro Perencanaan.
4. Memberikan rekomendasi kepada Biro perencanaan tentang fitur atau layanan dalam aplikasi
smart transportation yang dibutuhkan oleh Biro Perencanaan guna menunjang kerja dalam
penyusunan rencana pembangunan sarana dan prasarana transportasi.

D. WILAYAH SURVEY UNTUK KEGIATAN


Studi Infrastruktur untuk Smart Transporatation Dengan Basis Big Data wilayah survey meliputi :
Jakarta, Surabaya dan Bandung
G. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan
Dalam kegiatan Studi Infrastruktur Untuk Smart Transporatation Dengan Basis Big Data Di
Wilayah Perkotaan dilakukan secara kontraktual dan dibutuhkan adanya informasi yang meliputi
data primer dan data sekunder yang berasal dari instansi-instansi terkait dan stakeholders, hasil
studi, buku pustaka dan kebijakan-kebijakan serta data dukung yang merupakan hasil dari
peninjauan di beberapa lokasi.
2. Kebutuhan Tenaga Ahli
Dalam melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan tenaga ahli dari berbagai disipilin ilmu dan dibantu
oleh beberapa ahli muda dan tenaga pendukung yang terdiri dari:
a. Ahli IT. dijadikan tenaga ahli biasa.
Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal S2 Informatika/Komputer dengan minimal
pengalaman di bidangnya selama 5 tahun dan memiliki keahlian dalam pengelolaan big data.
b. Ahli Transportasi Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal S2 Transportasi dengan minimal
pengalaman di bidangnya selama 7 tahun dan memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) Madya
Terbaru/Konversi.
c. Ahli Data Mining Dan Coding
Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal S2 Informatika/Komputer/Statistik dengan
minimal pengalaman di bidangnya selama 5 tahun dan memiliki keahlian dalam pengelolaan
data mining dan pemrograman.
d. Ahli Perencanaan Wilayah/Planologi
Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal S2 Perencanaan Wilayah Kota dengan minimal
pengalaman di bidangnya selama 5 tahun

e. Ahli Muda Coding


Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal S2 Komputer/Informatika dengan minimal
pengalaman di bidangnya selama 5 tahun dan memiiki keahlian dalam coding.

f. Tenaga pendukung
Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal D3 Informatika/Komputer/Desain Grafis dan
memiliki keahlian khusus dalam menyajikan informasi secara infografis dalam setiap
pembahasan (mutlak).
H. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Studi Infrastruktur Untuk Smart Transporatation Dengan Basis Big Data
Di Wilayah Perkotaan adalah 7 (tujuh) bulan kerja sesuai rencana kerja terlampir pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1 Rencana Kerja Kegiatan
Bulan
No. KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
1. Pekerjaan Persiapan
2. Identifikasi kebutuhan, pengumpulan data awal
dan studi banding ke 3 wilayah
3. Penyusunan Laporan Pendahuluan
4. Survey Primer dan observasi lapangan
5. Penyusunan Laporan Antara
6. Perumusan Aplikasi Smart Transportation
7. Penyusunan Draft Laporan Akhir
8. Finalisasi Laporan Akhir

Anda mungkin juga menyukai