Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI TERINTEGRASI DI DKI


JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS
PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Oleh:

Lela Sari, S.Pd (199606152020122013)


dr. Dina Fitria (199409082020122009)
Mimi Fahlawati, S.Pd (199411102020122009)

LATSAR CPNS PPSDM REGIONAL BANDUNG


PEMKAB INDRAGIRI HILIR
2021
Tim Penyusun Analisis Sistem Transportasi Terintegrasi
Di DKI Jakarta Dengan Menggunakan Metode
Analisis Pemetaan Pemangku Kepentingan

Ketua : Lela Sari, S.Pd

Anggota : dr. Dina Fitria

Mimi Fahlawati, S.Pd


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Analisis Sistem Transportasi Terintegrasi di DKI Jakarta dengan menggunakan
metode analisis pemetaan pemangku kepentingan. Makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok LATSAR CPNS PPSDM Regional Bandung Angkatan XXXIV
Kelompok 4 Subkelompok II.

Analisis tersebut diambil setelah memahami isi video Sistem Transportasi


Terintegrasi di DKI Jakarta. Dengan analisis ini dapat diketahui pengertian dari moda
transportasi terintegrasi, mengetahui peran stakeholders dalam moda transportasi di
DKI Jakarta, dan menentukan solusi untuk mengatasi transportasi di DKI Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun karena makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga Allah SWT
membalas semua amal kebaikan kita semua, serta makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi yang berkepentingan.

Indragiri Hilir, 18 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN TIM PENYUSUN

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL...................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3


C. Tujuan Analisis Masalah .................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................... 4

A. Moda Transportasi Terintegrasi ........................................................ 4


B. Analisis Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) ............. 5
C. Hasil Analisis ..................................................................................... 8

BAB III : PENUTUP ............................................................................ 14

A. Kesimpulan ........................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Koordinat Peran ..................................................... 8


Tabel 2.2 Matriks Empat Kelompok Besar Stakeholders .................... 10
Tabel 2.3 Matriks Kolaborasi Pemangku Kepentingan ........................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

The International Transportation Forum tahun 2011 menyebutkan


bahwa sekitar 8 juta perjalanan dilakukan setiap hari di jalan perkotaan dimana
sekitar 47% berbasis transportasi pribadi. Bangkok dan Jakarta, sebagai contoh,
berharap untuk menjadikan daerah peri-urban pada tahun 2025, masing-masing
53% dan 77%. Pemerintah harus merencanakan dengan memaksimalkan
transportasi umum untuk mengurangi kemacetan parah yang mungkin terjadi
dikemudian hari.

Transportasi adalah bagian inti dari DKI Jakarta karena tidak hanya untuk
mendukung kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu terus dilanjutkan upaya untuk
menciptakan sistem yang terintegrasi dan tepat yang akan mendukung kegiatan
sehari-hari serta mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang akan menyebabkan
kemacetan dan polusi udara.

Masalah sosial seperti kemacetan lalu lintas dan polusi udara adalah contoh
dari masalah pelik yang dihadapi kota Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu,
kebijakan yang dibuat perlu memperhatikan berbagai faktor pemangku kepentingan
dan sektor-sektor yang saling bergantungan. Masalah pelik di ruang publik
membutuhkan kebijakan yang menghasiikan win-win solution untuk setiap
pemangku kepentingan, terutama masyarakat. Diharapkan dapat menemukan ide-
ide yang mendukung integrasi antar moda transportasi massal sehingga para
komuter dapat memperoleh pengalaman perjalanan yang aman dan lancar.

Menghadapi era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) akibat panderni Covid-19


pemerintah mendorong secara maksimal penerapan intelligent system dan
protokol kesehatan pada sistem transportasi seperti contactless ticketing,
cashless payment, digital information, system apps dan disiplin physical
distancing. Selain itu, proses pembangunan infrastruktur yang

1
2

modern dan terintegrasi melalui pengembangan sistem transit melalui trunk dan
feeder juga terus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan transportasi publik.
Kemudahan dan kenyamanan menjadi faktor penting untuk mendukung upaya ini.
Komitmen nyata dari Kementerian termasuk integrasi fasilitas yang memadai,
sinkronisasi sistem operasi antar moda, manajemen data dan teknologi waktu serta
keterlibatan pemangku kepentingan. Keberadaan industri ride-hailing dapat
dimanfaatkan untuk mengisi kebutuhan layanan feeder dalam mengoptimalkan
ekosistem. Sebagai layanan berbasis on-demand, layanan ride-hailing dianggap
memiliki keunggulan dari sisi fleksibilitas dibandingkan feeder yang konvensional,
khususnya dalam melayani perjalanan first mile dan last mile.

Gagasan Integrasi Multi Moda dalam Periode Adaptasi Kebiasaan Baru


menyerukan kolaborasi yang lebih kuat antara sektor swasta dan publik guna
mengintegrasikan ekosistem transportasi massal di Jakarta untuk mendorong lebih
banyak masyarakat menggunakan transportasi massal. Kunci utama dari integrasi
multi moda adalah meningkatkan dan mengoptimalkan layanan dengan prinsip 3ES
(Efektif, Efisien, Ekonomis, dan Sustain). Gubemur DKI Jakarta, Anies Baswedan
menuturkan, melalui program Jak Lingko akan ada integrasi moda transportasi
umum di Jakarta yang berarti jalurnya tersambungkan satu sama lain, demikian
juga dengan tiketnya. Program Jak Lingko sebagai langkah pengembangan
transportasi untuk Kota Jakarta yang berfokus pada pengembangan fasilitas pejalan
kaki, kendaraan tidak bermotor atau kendaraan bermotor yang ramah lingkungan,
serta mengoptimakan penggunaan transportasi umum sebagai tulang punggung
sistem transportasi. Melalui Program Jak Lingko, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
mengembangkan sistem transportasi terintegrasi dengan menerapkan 'Push and
Pull Strategy’, yaitu menekan (push) penggunaan kendaraan pribadi dan menarik
(pull) orang untuk menggunakan angkutan umum dengan empat prioritas
penanganan, antara lain pejalan kaki dan pesepeda, kendaraan ramah lingkungan,
angkutan umum, dan disinsentif kendaraan pribadi. Terkait transportasi umum,
3

transportasi yang memanfaatkan teknologi jaringan komputer (daring/online)


memiliki peran penting.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas mengenai sistem transportasi


terintegrasi yang ada di DKI Jakarta, maka kami akan menganalisis solusi
permasalahan sistem transportasi terintegrasi di DKI Jakarta dengan menggunakan
metode analisis pemangku kepentingan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambill rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan moda transportasi terintegrasi?


2. Bagaimana peran stakeholders dalam moda transportasi di DKI Jakarta?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi moda transportasi di DKI Jakarta?

C. Tujuan Analisis Masalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari analisis ini adalah untuk mengetahui
apa pengertian dari moda transportasi terintegrasi dan bagaimana solusi atas
permasalahan moda transportasi di DKI Jakarta.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Moda Transportasi Terintegrasi

Integrasi transportasi publik merupakan salah satu bentuk manajemen sistem


transportasi publik yang mengkombinasikan dua atau lebih moda transportasi
publik guna mewujudkan pelayanan transportasi publik yang optimal, karena
sistem transportasi publik sendri pada dasarnya diselenggarakan dengan maksud
untuk mengkoordinasi semua pergerakan penumpang dengan cara mengatur setiap
komponen dalam proses transportasi. Dengan adanya pengintegrasian transportasi
publik akan memudahkan mobilisasi seseorang dari satu tempat ke tempat lainnya.
Kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan beragam aklvitas yang tentunya
melibatkan banyak sekali individu dalam sistem yang berlaku di dalamnya. Daerah
hinterland yang menjadi tujuan untuk bertempat tinggal adalah Bogor, Depok,
Tanggerang dan Bekasi (Bodetabek). Penduduk pinggiran dalam melakukan
aktivitas kesehariannya termasuk kedalam kelompok penglaju (commuter).

Data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada tahun 2015
menunjukkan, kebutuhan perjalanan per hari dengan angkutan umum dari
Bodetabek ke Jakarta dan sebaliknya makin meningkat. Pada tahun 2002, misalnya,
tercatat 7,3 juta perjalanan per hari, tahun 2010 diperkirakan menjadi 9,9 juta
perjalanan per hari, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi
13 juta perjalanan setiap hari Perjalanan Bogor-Depok Jakarta dan sebaliknya pada
tahun 2020 diperkirakan melesat menjadi 1.148.528. Perjalanan Bekasi-Jakarta dan
sebaliknya cenderung lebih rendah dan diprediksi di tahun 2020 mencapai 940.834.
Angka-angka prediksi ini masuk akal karena pertumbuhan kawasan perumahan
baru ke arah Tangerang dan Banten, juga masih ke arah Depok dan Bogor.

4
5

Macam-macam sistem moda transportasi yang sudah terintegrasi yang ada


di Jakarta ialah KRL Commuter Line, Moda Raya terpadu (MRT), Lintas Raya
Terpadu (LRT), dan TransJakarta. Dalam penyediaan sarana transportasi juga perlu
diperhatikan kualitas layanan, terutama keselamatan. Hal ini terkait dengan
komitmen mutu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal pelayanan publik yang
terintegrasi. Pengembangan transportasi publik di DKI Jakarta dilakukan dengan
tiga macam Integrasi, yaitu integrasi fisik, payment, dan manajemen
pengembangan transportasi. Integrasi fisik dilakukan dengan menghubungkan antar
moda transportasi publik yang ada di Jakarta. Integrasi payment atau sistem
pembayaran digunakan untuk berbagai macam moda transportasi publik terintegrasi
melalui satu kartu itu sendiri yaitu Jaklingko. Jaklingko merupakan sistem integrasi
transportasi publik yang memuat integrasi rute, integrasi manajemen dan integrasi
pembayaran. Integrasi ini tidak hanya melibatkan bus besar, bus medium, dan bus
kecil di Transjakarta tetapi juga akan melibatkan transportasi berbasis rel seperti
MRT, IRT dan komuterline.

B. Analisis Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

Pemangku kepentingan atau stakeholder adalah pihak-pihak, individu-


individu, atau organisasi yang secara aktif terlibat dalam sebuah program/proyek
atau yang punya kepentingan dan pengaruh baik positif maupun negatif atas
terlaksananya program/proyek tersebut. Berdasarkan pengaruh (infuence) dan
kepentingan (interest) yang dimiliki, maka Stakeholders dapat dikategorikan
menjadi empat jenis yaitu :

1. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang tinggi tetapi memiliki


pengaruh (infuence) yang rendah diklasifikasikan sebagai Subyek (Subjects).
Stakeholders ini memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian tujuan,
akan tetapi dapat menjadi berpengaruh dengan membentuk aliansi dengan
stakehokders lainnya. Stakeholder
6

ini bisa sangat membantu sehingga hubungan dengan


Stakeholders ini harus tetap dijaga dengan baik.
2. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh (infuence)
yang tinggi dikasifikaskan sebagai Pemain Kunci (KeyPlayers). Stakeholder
ini harus lebih aktif dilibatkan secara penuh termasuk dalam mengevaluasi
strategi baru.
3. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh (influence)
yang rendah diklasifikasikan sebagai Pengikut Lain (Crowd). Diperlukan
sedikit pertimbangan untuk melibatkan Stakeholder ini lebih jauh karena
kepentingan dan pengaruh yang dimiliki biasanya berubah seiring berjalannya
waktu. Stakeholder ini harus tetap dimonitor dan dijalin komunikasi dengan
baik.
4. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang rendah tetapi
memiliki pengaruh (influence) yang tinggi diklasifikasikan sebagai
Pendukung (Contest setters). Stakeholder ini dapat mendatangkan resiko
sehingga keberadaannya perlu dipantau dan dikelola dengan baik.
Stakeholders ini dapat berubah menjadi Keyplalyers karena suatu peristiwa.
Hubungan baik dengan Stakeholder ini terus dibina. Untuk itu segala
informasi yang dibutuhkan harus tetap diberikan sehingga mereka dapat terus
berperan aktif dalam pencapaian tujuan.

Analisis pemangku kepentingan merupakan suatu pendekatan untuk


memahami suatu sistem, dan perubahan itu, dengan mengidentifikasi pelaku utama
atau pemangku kepentingan dan menilai kepentingan masing-masing dalam sistem
itu. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yaitu analisis, fomulasi,
penilaian dan evaluasi proyek dan kebijakan, penelitian tentang pengelolaan sumber
daya alam dan perubahan yang terkait, memberikan dukungan sistematis untuk
meningkatkan proses manajemen, alat manajemen dalam pembuatan kebijakan dan
alat untuk identifikasi konflik (Magure et al, 2012).
7

Analisis pemangku kepentingan dilakukan mengikuti rangkaian analisis yang


dilakukan oleh Reed (2009) yang meliputi:

1. Identifikasi pemangku kepentingan


Pemangku kepentingan dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Pemangku kepentingan utama (primary stakeholder)
merupakan pemangku kepentingan yang secara langsung terkena dampak,
baik positif maupun negatif dari suatu kebijakan.
b. Pemangku kepentingan kunci (key stakeholder)
merupakan pemangku kepentingan yang secara legalitas memiliki
kewenangan atau dengan kata lain memilik pengaruh dan kepentingan yang
tinggi dalam pengambilan keputusan pada proses pembuatan kebijakan.
c. Pemangku kepentingan pendukung (secondary stakeholder)
merupakan pemangku kepentingan sebagai perantara dalam proses
implementasi kebijakan ataupun pihak-pihak yang tidak memiliki kaitan
secara langsung tetapi memiliki kepedulian atas keputusan kebijakan.
2. Pengelompokan dan pengkategorian pemangku kepentingan
Pemangku kepentingan dikelompokkan menjadi pemain kunci, context
setters, dan subjects crowd. Pemain kunci memiliki kepentingan dan
pengaruh yang tinggi, context setters pengaruh yang tinggi tapi
kepentingannya rendah, dan subjects memiliki kepentingan yang tinggi tetapi
pengaruhnya rendah, sedangkan adalah crowd pemangku kepentingan yang
memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah.
3. Menyelidiki hubungan antara pemangku kepentingan analisis data
Untuk menyelidiki hubungan antar pemangku kepentingan digunakan
metode actor link ages matrices yang menggunakan matriks berisi para
pemangku kepentingan dalam tiap kolom dan barisnya serta hubungan antar
pemangku kepentingan. Hasil identifikasi berupa konflik, pelengkap atau
kerjasama.
8

Dengan demikian, pemangku kepentingan (stakeholders) adalah kelompok


individu yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi dalam pencapaian tujuan
perencanaan dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat,
pemerintah dan swasta sesuai dengan kepentingannya.

C. Hasil Analisis

Langkah dalam menganalisis menggunakan metode pemangku kepentingan


adalah mengidentifikasi semua stakehlokders dan informasi yang terkait seperti:
peran, kepentingan, pengetahuan, harapan, dan tingkat pengaruh.
Metode analisis stakeholder cukup beragam. Salah satu yang kerap dipakai
untuk menghasilkan peta pemangku kepentingan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun matrik kepentingan dan kekuatan/sumberdaya, berikut


analisis matriks kepentingan dan kekuatannya.

Tabel 2.1
Matriks Koordinat Peran

Pengaruh Kepentingan
No Stakeholders (power) (interest)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Sektor Pemerintah √ √
2. Sektor Swasta √ √
3. Sektor Masyarakat √ √

Pengaruh 1
: Kondisi 4 : Kelayakan
2 : Kepribadian 5 : Organisasi
3 : Kompensasi
9

Kepentingan
1 : Manfaat
4 : Persentasi Program Kerja 5 :
2 : Tingkat Ketergantungan 3
Peran
: Keterlibatan

Stakeholders adalah orang-orang yang berkepentingan atau yang terlibat


dalam pelaksanaan program pembangunan, diantaranya adalah :
a. Instansi Pemerintah
Instansi Pemerintah adalah satuan kerja/satuan
organisasi Kementerian Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, dan instansi pemerintah lainnya,
baik pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan
Hukum Milk Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.
b. Perseorangan
Perseorangan atau dikatakan pemilik tunggal juga menjadi salah satu pihak
terkait dalam sistam transportasi terintegrasi.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang berada dalam satu wilayah.

Tingkat pengaruh pemangku kepentingan dalam sistem transpotasi


terintegrasi di DKI Jakarta menggunakan lima variabel yakni kondisi, kepribadian,
kompensasi, kelayakan, dan organisasi. Kemudian diklasifikasikan menurut jumlah
skor yang didapatkan dari hasil analisis stakeholders, dapat dilihat pada tabel diatas
berdasarkan penilaian skor tertinggi dimilki oleh “sektor pemerintah" yang tentu
memegang andil besar dalam pembentukan, pengelola dan tentunya pengembang
Skor tertinggi kedua dimiliki oleh "sektor pswasta” yang membantu menjalankan
sistem ini. Tertinggi ketiga oleh “sektor masyarakat" punya andil dalam
memelihara dan mendukung agar sistem ini tetap berjalan.
Sedangkan tingkat kepentingan pemangku kepentingan dalam sistem
transportasi terintegrasi di DKI Jakarta menggunakan lima variabel yaitu
10

manfaat, tingkat ketergantungan, keterlibatan, presentasi program kerja, dan peran


yang klasifikasikan menurut jumlah skor yang didapatkan dari hasil analisis
stakeholders. Dapat dilhat pada tabel diatas skor tertinggi dimiliki oleh “sektor
pemerintah” yang memiliki peran penting dalam menciptakan sistem ini.
Selanjutnya oleh "sektor swasta" “sektor masyarakat" yang berkepentingan dalam
menggunakan dan memberikan feedback kepada pemerintah agar sistem menjadi
lebih baik. Skor ketiga dimiliki oleh hampir sama pentingnya dengan sektor
masyarakat, membantu pemerintah agar sistem dapat terus berjalan.

(2) Memetakannya ke dalam matriks kontribusi, legitimasi, kesediaan terlibat,


pengaruh, dan perlunya keterlibatan.

Tabel 2.2

Matriks Empat Kelompok Besar Stakeholders

Pengaruh Kecil Pengaruh Besar

Swasta :
Pemerintah :
Kepentingan Kemauan berinvestasi,
Kepentingan politik
memberikan pinjaman, dan menangani
Besar
proyek

Masyarakat : Pemerintah :
Kepentingan Kemauan untuk menggunakan
layanan transportasi terintegrasi Perizinan Pembebasan
Kecil lahan
yang murah, nyaman, dan aman
11

Swasta Pemerintah

Masyarakat Pemerintah

Tabel 2.3

Matriks Kolaborasi Pemangku Kepentingan

STAKEHOLDERS PERAN HAMBATAN UPAYA INTEGRASI

 Penyusunan  Ahli Bekerja sama Penerapan


konsep dibidang dengan pihak intelligent
transportasi transportasi swasta sistem dan
terintegrasi terintegrasi protokol
yang sinergi terbatas kesehatan
Sektor  Pengadaan  Alat
Pemerintah alat transportasi
transportasi didatangkan
terintegrasi dari luar
yang negeri
nyaman
12
 Penyedia  Pihak Membentuk Operasional dan
modal swasta sistem kerja pemeliharaan
 Penyedia cenderung yang jelas sistem
Sektor
pinjaman ingin transportasi
Swasta
 Pelaksana menguasai terintegrasi
proyek seluruh
sistem
operasional
 Pengguna  Tidak Subsidi Perawatan
sarana semua silang bagi fasilitas moda
transportasi masyarakat masyarakat transportasi
Sektor
terintegrasi bisa yang kurang terintegrasi
Masyarakat
menikmati mampu
layanan
transportasi
terintegrasi
13

Berdasarkan matriks kolaborasi pemangku kepentingan di atas dapat disimpulkan


bahwa pemangku kepentingan adalah seluruh pihak yang terkait dengan isu dan
permasalahan yang menjadi fokus kajian atau perhatian. Peran pemangku kepentingan di
sektor pemerintahan mempunyai andil besar dalam berjalannya transportasi publik yang
terintegrasi, karena mempunyai pengaruh dan kepentingan yang sangat besar dalam
kerjasama yang diwujudkan dalam pengembangan transportasi terintegrasi.

Pemerintah sebagai stakeholders sekunder memiliki peran sebagai kelompok


yang bermanfaat untuk merumuskan atau menjembatani keputusan dan opini serta
kelompok stakeholders yang paling kritis. Pemerintah selaku regulator tentu harus
hadir dalam rangka membuat kebijakan dan strategi menganai pola integrasi transportasi
publik dalam kaitan ini pemerintah melalui Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus
didukung oleh semua pihak. Namun dalam perkembangannya diperlukan sosialisasi
kepada masyarakat agar penggunaan transportasi publik lebih diminati ketimbang
kendaraan pribadi. Kelompok pemerintah yang dimaksud adalah Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ),
Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Transjakarta, dan Grab Indonesia.

Disamping itu, swasta sebagai stakeholders primer memiliki peran sebagai


kelompok stakeholders yang penting namun perlu pemberdayaan. Stakeholders
swasta ini sangat berperan dalam pembangunan yakni sebagai kontraktor dalam
mengerjakan proyek, memberikan pinjaman, pelaku usaha dan mengurus perizinan.
Mekanisme kerjasama yang terjalin dalam pemangku kepentingan sektor swasta, dimana
dalam penyelenggaraan transportasi publik yang terintegrasi memerlukan investasi
dalam penyediaan infrastruktur.

Selain itu, masyarakat berperan sebagai pengunjung dan pengguna layanan moda
transportasi terintegrasi. Masyarakat selaku pengguna jasa transportasi publik diharapkan
dengan hadirnya transportasi yang terintegrasi ini merubah pikiran untuk menggunakan
jasa transportasi publik dalam kegiatan sehar-hari. Tentunya masyarakat juga harus
menjaga sarana dan prasarana demi terciptanya kenyamanan bersama.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan tabel yang telah dijabarkan, serta melihat fakta yang ada dilapangan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemetaan stakeholders yang memiliki
kepentingan dalam pengembangan dan pembangunan sarana moda transportasi
terintegrasi adalah pihak pemerintah, pihak swasta dan pihak masyarakat. Pemerintah
sebagai stakeholders sekunder memiliki peran sebagai kelompok yang berfungsi untuk
menjembatani keputusan. Pihak swasta sebagai stakeholders primer memiliki peran
penting namun perlu pemberdayaan. Masyarakat berperan sebagai pengunjung dan
pengguna layanan moda transportasi.
Solusi untuk permasalahan moda transportasi Integrasi di DKI Jakarta adalah
adanya kerjasama yang sinergis antara para stakeholders yang ada di dalamnya yaitu
pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Reed, M.S, Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Hubacek, K., Morris, J., Prell, C., Quinn,
C.H., and Stringer, L.C, (2009)

Who’s In And Why? A Typology Of Stakeholder Analysis Methods For Natural


Resource Management. Journal of Environmental Management, 90, 1933–1949.

Maguire B, Potss J, Fletcher S. (2012). The role of stakeholders in the marine planning
process stakeholder analysis within the Solent, United Kingdom. Marine Policy 36, 246-
257.

http://dephub.go.id/post/read/penggunaan-transportasi-perkotaan-meningkat-di-
masa-pandemi,-menhub-dukung-inovasi-lrt-jakarta-bangun-sistem-transportasi-
terintegrasi

http://www.internationaltransportforum.org/2011/index.htmlhttps://www.google.co.id/
url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/article/viewFile/1
5684/12620&ved=2ahUKEwjwh_Sjvp7xAhVQOisKHZ9uBO0QFjAJegQIKhAC&usg=
AOvVaw37B8II0DiLODvgJ3oCkywn

Anda mungkin juga menyukai