Anda di halaman 1dari 11

JAKARTA TRANSPORTATION CONNECTIVITY KEY (J-TRACK) :

IMPLEMENTASI SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK TERINTEGRASI BERBASIS


INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM (ITS) UNTUK MEWUJUDKAN
SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK YANG BERKELANJUTAN.

Radhitya Abiyoga

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

abiyogar@gmail.com

ABSTRAK

Sebagai Ibukota Negara dengan jumlah penduduk keempat terbanyak di dunia , Jakarta
menciptakan 20 Juta kali perjalanan transportasi per hari dengan 69,6% menggunakan
kendaraan pribadi yang berimbas pada tingginya tingkat kemacetan, kecelakaan, dan juga
pencemaran udara. Padahal, sebagai Ibukota negara Jakarta merupakan pusat perekonomian
yang vital di Indonesia. Tentunya kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi berjalannya roda
perekonomian di Jakarta, karena kemacetan mengakibatkan kerugian pada perekonomian
secara tidak langsung. Berbagai hal melatarbelakangi hal tersebut seperti transportasi yang
tidak teintegrasi, biaya yang mahal, dan berbagai ketidakpastian. Permasalahan vital ini sedang
gencar diatasi dengan transportasi umum massal seperti Angkutan Kota, Transjakarta,
Commmuter Line (KRL), dan LRT serta MRT. Namun masyarakat masih enggan untuk
menggunakan transportasi umum massal dikarenakan kesulitan akses masyarakat dalam
menjangkau setiap moda transportasi umum. Selain itu ketidakpastian waktu kedatangan
beberapa moda transportasi juga menyebabkan keengganan masyarakat karena masyarakat
tidak bisa mengestimasi waktu tempuh keseluruhan perjalanan apabila menggunakan moda
transportasi umum. Karena hal tersebut J-TRACK hadir untuk mengintegrasikan seluruh moda
transportasi di Jakarta melalui sebuah aplikasi yang berbasis Intelligent Transportation System
(ITS) dalam menyambut era industri 4.0. Lewat J-TRACK pengguna dapat mengetahui
berbagai pilihan moda transportasi yang akan dinaikinya beserta kepastian waktu perjalanan
dan harga moda tersebut. Tujuan ini dapat dicapai dengan survey untuk mengetahui preferensi
masyarakat dalam melakukan perjalanan. Hasil Permodelan dan simulasi rute terintegrasi J-
TRACK mampu menunjukkan alternatif rute tercepat pada rute moda tertentu dengan jarak
yang efisien dan ratio actual and designed travel time <1. J-TRACK merupakan solusi dalam
menghadapi permasalahan penduduk. Aplikasi ini mampu meningkatkan mobilitas masyarakat
dalam menggunakan transportasi umum sehingga menciptakan keberlanjutan dalam dunia
transportasi
Kata Kunci : J-TRACKs, Integrasi, Transportasi, Akses

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sebagai kota metropolitan terbesar di Indonesia, transportasi merupakan hal utama dalam
menunjang aktivitas di Jakarta. Berbagai infrastruktur dibangun untuk memenuhi kebutuhan
transportasi di Jakarta seperti flyover, tol dalam kota, underpass, dan lain-lain. Pada 2017,
panjang total jalan di Jakarta adalah 7000 km. Meskipun demikian, kemacetan tetap saja
menjadi masalah utama transportasi di Jakarta. menurut intrix pada 2017. Menurut survey yang
dilakukan oleh BPS pada tahun 2014, kondisi eksisting jalan yang ada di Jakarta sepanjang
6.956.842,26 meter dengan lebar 48.502.763,16 meter dan dengan pertumbuhan kendaraan
bermotor pertahun sebesar 9.93%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah jalan yang ada
di Jakarta tidak dapat mengimbangin laju pertumbuhan kendaraan bermotor pertahunnya yang
akan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut survey tersebut juga dapat dilihat dari jumlah
40.5 juta perjalanan yang ada di Jakarta setiap harinya hanya 15% yang menggunakan
transportasi umum, tentu hal ini sangat memberatkan kondisi lalu lintas yang ada di Jakarta
sehingga menimbulkan kemacetan, dari hasil kemacetan yang berkepanjangan tersebut
menimbulkan kerugian sangat besar yang harus ditanggung oleh negara. Menurut data yang
dihasilkan oleh suvey BPS pada tahun 2014 negara harus menanggung kerugian sebesar 150
triliun setiap tahunnya akibat dari kemacetan yang berkepanjangan.
Jakarta sekarang berada di peringkat 12 dalam daftar kota-kota termacet di dunia. Di sisi
lain, kemacetan yang terjadi menyebabkan terhambatnya arus perekonomian yang ada.
Menurut Bappenas, tiap tahunnya Jakarta diperkirakan mengalami kerugian sebesar 65 Triliun
akibat kemacetan. Kemacetan yang terjadi disebabkan karena banyaknya pengguna kendaraan
pribadi dibanding kendaraan umum sehingga sistem transportasi di Jakarta menjadi tidak
berkelanjutan. Hal itu terlihat dari 40,5 Juta perjalanan hanya 15% yang menggunakan
transportasi umum (BPTJ).

Gambar 1. Jumlah Komuter Jabodetabek


Sumber: BPTJ, 2017

Gambar 2. Moda Transportasi Utama Komuter


Sumber: BPTJ, 2017
Potensi ekonomi yang ada tentunya dapat dimaksimalkan dengan meminimalisir kemacetan
yang terjadi. Hal itu bisa dicapai dengan beberapa langkah. Pertama, memanfaatkan potensi
dari masyarakat sekitar yaitu tipikal dari masyarakat Indonesia yang senang berbondong-
bondong dalam melakukan sesuatu. Dalam hal ini masyarkat Indonesia senang berpergian
bersama-sama dengan orang lain ke suatu tempat dan hal tersebut hanya bisa dicapai dengan
menggunakan transportasi umum. Kedua, Mengemas potensi daya Tarik masyarakat dalam
menggunakan transportasi public dengan memanfaatkan keuntungan dari era Revolusi Industri
4.0 yaitu dengan menggunakan IoT sebagai alat bagi masyarakat untuk mempermudah akses
terhadap transportasi umum.

2. Studi Literatur
2.1 Transportasi Berkelanjutan

Transportasi berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem transportasi yang


penggunaan bahan bakar, emisi kendaraan, tingkat keamanan, kemacetan, serta akses sosial
dan ekonominya tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat diantisipasi generasi
yang akan datang (Richardson, 2000). Selain itu pengertian lain dari transportasi berkelanjutan
adalah transportasi harus memiliki aspek yang dipenuhi (OECD, 1996 dang NRTEE, 1996
dalam Brotodewo, 2010). Aspek pertama adalah lingkunga dimana transportasi yang tidak
menimbulkan polusi udara, air, dan tanah serta tidak menggunakan sumber daya yang
berlebihan. Aspek yang kedua adalah ekonomi dimana transportasi yang terjangkau oleh
masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan biaya operasional transportasi perkotaan yang
produktif. Dan yang ketiga adalah aspek sosial dimana transportasi harus dapat mendukung
terwujudnya lingkungan sosial yang sehat, meminimalisasi kebisingan, kemacetan, dan dapat
meningkatkan keadilan sosial dan tingkat kesehatan.

2.2 Sistem Transportasi Cerdas

Sistem Transportasi Cerdas merupakan sistem transportasi yang mengombinasikan


antara komunikasi, computer, dan teknologi pengawasan yang telah dikembangkan pada
daerah transportasi untuk meningkatkan sistem performasi, keamanan, efisiensi, produktivitas,
tingkat layanan, dampak lingkungan, konsumsi energi, mobilitas. Dalam proses penerapannya
terdapat beberapa contoh aplikasi ITS yang telah terbukti mampu meningkatkan efektivitas dan
efisiensi transportasi adalah transit system, vehicle/ fleet management system, emergency and
security system, electronic payment, dan traffic management system. Dalam pelaksanaannya
tedapat 4 (empat) komponen kunci yang terlibat dalam lingkup ITS diantaranya adalah alat
angkut (vehicle), pengguna (user), infrastruktur dan sistem komunikasi. Dalam
pengaplikasiannya ITS memiliki beberapa ruang lingkup diantaranya adalah Advanced
Traveller Information System, Advanced Traffic Management System, Incident Management
System, Electronic Toll collection System, Assistance For Safe Driving, dan Support for Public
Transportation

2.3 Supply and Demand pada Transportasi


Transport Demand Management (TDM), atau juga disebut Manajemen Permintaan
Transportasi atau Manajemen Kebutuhan Transportasi, bertujuan untuk memaksimalkan
efisiensi sistem transportasi perkotaan melalui pembatasan penggunaan kendaraan pribadi
yang tidak perlu dan mendorong moda transportasi yang lebih efektif, sehat, dan ramah
lingkungan seperti angkutan umum dan kendaraan tidak bermotor. Bila semua dampak
(manfaat dan biaya) TDM dipertimbangkan, TDM seringkali merupakan strategi perbaikan
sistem transportasi yang paling efektif dengan biaya yang paling efisien. Selain itu, banyak
upaya tunggal TDM yang dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah, sehingga
terjangkau bagi kota-kota dengan sumber daya keuangan yang terbatas. Pengalaman
menunjukkan bahwa berbagai pilihan upaya TDM harus dirancang dan dilaksanakan secara
terpadu untuk memastikan tercapainya manfaat secara maksimum.
Terdapat dua jenis upaya dasar untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi yaitu
push and pull. Push adalah upaya yang membuat kendaraan pribadi menjadi kurang menarik
untuk digunakan, dan pull yaitu upaya yang membuat moda transportasi selain kendaraan
menjadi lebih menarik. Keduanya saling terkait dan harus dilakukan secara bersama-sama
untuk memaksimalkan penerapannya secara efektif. Terdapat tiga pendekatan TDM, yaitu
dengan memanfaatkan 1) Peningkatan pilihan mobilitas, 2) Instrumen ekonomi, dan 3)
Pembangunan yang seimbang (Smarth Growth) dan manajemen tata guna lahan. Ketiganya
merupakan cara yang paling efektif untuk mengelola permintaan dan menciptakan ketahanan
dan efisiensi sistem transportasi.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian ini dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 3. Kerangka Konsep


Sumber: Olahan Penulis, 2019
3.2 Jenis penelitian

● Trip Assignment
Trip assignment adalah konsep model pemilihan rute berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik sistem transportasi. Trip assignment bertujuan untuk memberikan
prosedur pemilihan rute menurut kebiasaan pergerakan agar didapatkan rute terbaik
sesuai pilihan pengguna (Tamin, 2000). Prosedur untuk melakukan permodelan
pemilihan rute terbaik melalui metode trip assignment adalah sebagai berikut:
1. Mengawali aplikasi metode pemilihan rute dengan jaringan yang sederhana;
2. Menyiapkan data dan jaringan jalan di Jakarta yang telah tervalidasi;
3. Memperhitungkan pergerakan lalu lintas berdasarkan jarak dan travel time terkecil.
𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑇𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛𝑒𝑑 𝑇𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙 𝑇𝑖𝑚𝑒 = ≤1
𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛𝑒𝑑 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑇𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙

Rute perjalanan sangat baik, travel time kecil, tingkat pelayanan


<1
transportasi baik, kombinasi moda dapat digunakan.

Rute perjalanan baik, travel time sama, tingkat pelayanan transportasi


=1
baik, kombinasi moda dapat digunakan.

Rute perjalanan buruk, travel time besar, tingkat pelayanan


>1
transportasi buruk, kombinasi moda tidak dapat digunakan.

● Decision Analysis
Decision Analysis merupakan salah satu metode Problem Solving dengan cara
menetapkan parameter dari sebuah keputusan dan membagi parameter ini menjadi dua
kategori: Must dan Wants, yaitu bobot dari parameter Must. Must merupakan parameter
wajib yang harus dipenuhi untuk mencapai solusi terbaik dan harus dapat diukur.
Semua alternatif yang memenuhi semua Must akan masuk ke dalam tahap selanjutnya
yaitu bobot penilaian berupa Wants. Pembobotan Wants dapat dilakukan secara
subjektif, maupun objektif seperti dari hasil survei.

4. Pembahasan

4.1 Kerangka Kerja J-TRACK


1

1
2

Gambar 4. Diagram Alir Cara Kerja J-TRACK


Sumber: Olahan Penulis, 2019

4.2 Fitur J-TRACK

J-TRACK merupakan sebuah langkah menata sistem transportasi di Jakarta cerdas


berbasis aplikasi yang mengintegrasikan semua moda transportasi di Jakarta. Dalam kerangka
kerja J-TRACK, pengguna dapat mencari rute perjalanan dengan menggunakan fitur utama
yang dinamakan Tracking Route Trip dengan memilih untuk melakukan pemilihan secara
automatis atau tidak. Jika pemilihan dilakukan secara automatis, maka algoritma J-TRACK
akan mencari rekomendasi rute dengan menggunakan variabel kecepatan dan harga. Namun
jika pemilihan dilakukan secara manual, maka pengguna akan dihadapkan pada pilihan Split-
Mode atau Single-Mode. Melalui pilihan Split-Mode, algoritma J-TRACK akan memberikan
saran rute perjalanan melalui pilihan saran gabungan moda transportasi dengan menggunakan
variabel kecepatan, kenyamanan, dan harga.
Gambar 5. Tampilan aplikasi J-TRACK
Sumber: Olahan Penulis, 2019

Sedangkan melalui pilihan Single-Mode, algoritma J-TRACK akan memberikan saran rute
perjalanan melalui pilihan hanya satu moda transportasi dengan menggunakan variabel
kecepatan, kenyamanan, harga, dan aksesibilitas. Dalam algoritma sistem J-TRACK, saran
pemilihan rute melalui variabel kecepatan disesuaikan dengan fitur Real-Time yang juga
dimiliki oleh J-TRACK. Melalui kerja sama dengan Stakeholder terkait yaitu BPTJ, PT. KCJ
dan PT. Transjakarta, pengguna J-TRACK dapat mengetahui jadwal dan lokasi dari armada
KRL, Transjakarta dan transportasi umum lainnya.

Gambar 6. Fitur aplikasi J-TRACK


Sumber: Olahan Penulis, 2019

Fitur lain yang dimiliki oleh J-TRACK adalah Real Info. Melalui fitur ini, pengguna J-
TRACK dapat mengetahui dan memberikan info terkini mengenai kondisi lalu lintas. Baik
kondisi kepadatan lalu lintas yang di-update secara otomatis melalui algoritma lalu lintas,
posisi kendaraan, maupun kabar kecelakaan atau hambatan lalu lintas yang dapat di-update
secara langsung oleh setiap pengguna. Fitur selanjutnya adalah fitur Big Data. Sistem J-
TRACK akan secara otomatis menyimpan data lalu lintas setiap harinya untuk kemudian
disajikan agar dapat dianalisa oleh pengguna J-TRACK maupun pihak-pihak terkait seperti
Pemerintah Provinsi. Dengan tujuan untuk memudahkan pengguna dalam menentukan jadwal
perjalanan pribadinya, maupun digunakan untuk kepentingan Teknik Transportasi yang dapat
dianalisa oleh pihak Pemerintah Provinsi. Selain itu J-TRACK akan langsung menampilkan 5
rating perjalanan apabila pengguna telah melakukan perjalanan yang sama berkali-kali.
Sehingga pengguna tidak lagi harus mengisi lokasi dan tempat tujuan terus-menerus setiap
harinya, pengguna cukup memilih saran perjalanan yang diberikan.
Fitur terakhir adalah fitur Payment. Melalui fitur ini pengguna dapat membeli 2 pilihan
tiket, yaitu Full-Day Ticket atau One-Mode Ticket. Dengan membeli Full-Day Ticket, maka
pengguna dapat menggunakan satu tiket untuk semua perjalanan selama satu hari dengan
menggunakan moda yang berbeda. Sedangkan untuk One-Mode Ticket, pengguna dapat
membeli tiket KRL maupun Transjakarta untuk satu kali perjalanan. Pengguna hanya cukup
memilih pilihan tiket dan memilih jenis pembelian. Apabila Smartphone pengguna memiliki
fitur NFC, maka pengguna dapat memilih pilihan NFC. Sehingga nantinya pengguna hanya
perlu melakukan Tap Smartphone di setiap halte Transjakarta atau stasiun saja. Namun jika
Smartphone pengguna belum memenuhi fitur NFC, maka pengguna memilih fitur Kartu.
Sehingga pengguna hanya perlu menunjukkan bukti pembayaran di setiap loket tiket nantinya
tanpa perlu ngeluarkan uang kerta lagi. Semua pembayaran dilakukan melalui M-Banking.
4.2 Algoritma J-TRACK

SIMULASI ALGORITMA APLIKASI J-TRACK PADA MODE SPLIT MODE


Trip : Menara Hijau – Monumen Nasional
Waktu : 10.00 AM
Keterangan :
1. Pengguna memilih parameternya sendiri
Parameter yang berada di prioritas 1 akan mendapat pembobotan maksimum 30 dan
parameter dengan prioritas selanjutnya
2. akan mendapat pembobotan (-5) dari parameter prioritas 1
3. Rute yang mendapat tiga nilai terbesar merupakan rute yang disarankan pertama ,
kedua, dan ketiga

SIMULASI ALGORITMA APLIKASI J-TRACK PADA MODE ONE MODE


Trip : RS Tebet – Grand Indonesia
Waktu : 19.00 PM
Keterangan :

1. Pengguna memilih parameternya sendiri


2. Parameter yang berada di prioritas 1 akan mendapat pembobotan maksimum 30 dan
parameter dengan prioritas selanjutnya akan mendapat pembobotan (-5) dari parameter
prioritas 1
3. Rute yang mendapat tiga nilai terbesar merupakan rute yang disarankan pertama , kedua,
dan ketiga

Simulasi Algoritma Aplikasi J-TRACK Pemilihan Moda Secara Otomatis


Trip : Menara Hijau – Monumen Nasional
Waktu : 10.00 PM

Pada mode pemilihan otomatis pengguna akan diberikan opsi rute terbaik sesuai algoritma
yang bekerja dengan teori Ratio Actual and Designed Travel Time. Rute terbaik yang
dipilih merupakan rute dengan nilai ratio paling rendah. Waktu yang digunakan dalam
algoritma ini merupakan waktu realtime yang didapatkan dari big data ataupun pantauan
arus lalu lintas akibat berbagai kondisi yang terjadi secara real time dan terkoneksi dengan
server pusat aplikasi J-TRACK.

5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah J-TRACK merupakan solusi untuk meningkatkan pengguna transportasi umum
sehingga menciptakan manajemen transportasi yang aman dan nyaman demi terwujudnya
sistem transportasi berkelanjutan, Kerjasama antara berbagai operator penyedia
transportasi umum dijakarta dengan dapat menciptakan integrasi antar moda transportasi,
dan Simulai algoritma J-TRACK menghasilkan beberapa alternatif rute pada suatu rute
perjalanan dan memunculkan rute yang direkomendasikan sesuai keinginan pengguna
ataupun saran aplikasi.

6. Saran Pengembangan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, terdapat beberapa
saran yang peneliti ajukan, yaitu Implementasi J-TRACK perlu dibarengi dengan kesiapan
sarana pada sistem transportasi utamanya penyesuaian halte pada angkutan kota dan
mikrolet serta Mikro/Mini Trans sehingga penjemputan penumpang nantinya tidak akan
menghambat arus transportasi secara keseluruhan dan prasarana pada transportasi umum
utamanya pemasangan GPS dan pelacak pada angkutan kota dan mikrolet. Lalu
implementasi J-TRACK perlu dibarengi dengan kerjasama dari berbagai perusahaan
penyedia moda transportasi di Jakarta dan implementasi J-TRACK secara keseluruhan
maupun untuk fitur Tracking Fee terutama sistem pembayarannya dapat menjadi sarana
pengembangan eksistensi JAK-LINGKO di Jakarta

7. Referensi

Tamin, O. Z. (200). Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: Tim Penerbit


Ganesha.

Azis, R., & Asrul. (2014). Pengantar Sistem dan Perencanaan Transportasi. Yogyakarta:
Deepublish.
Jha, A. K., Miner, T. W., & Stanton-Geddes, Z. (2013). Building Urban Resilience:
Principles, Tools, and Practice. Washington DC: The World Bank.

Pearson, L., Newton, P., & Roberts, P. (2014). Resilient Sustainable Cities: A Future. New
York: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai