Anda di halaman 1dari 36

Nama : Muhamad Siraj Arkhandaffa Hidoyo

Notar : 2103006
Kelas : MTJ 3 A
Rangkuman E-BOOK PILAR KESELAMATAN JALAN MENUJU
LALU LINTAS INDONESIA BERKESELAMATAN
Sistem transportasi Indonesia telah berkembang cukup signifikan selama
beberapa dekade terakhir. Dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan
urbanisasi, sistem transportasi menjadi semakin penting bagi pergerakan
orang dan kelancaran arus barang. Namun Indonesia masih menghadapi
banyak tantangan dalam mengembangkan sistem transportasinya, seperti
kemacetan lalu lintas, kurangnya infrastruktur, dan kurangnya transportasi
umum yang terintegrasi.
Salah satu permasalahan utama sistem transportasi Indonesia adalah
kepadatan lalu lintas yang tinggi, terutama di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya dan Bandung. Kemacetan jalan merupakan hambatan
utama bagi pergerakan orang dan barang, serta berdampak negatif
terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Indonesia
menghadapi tantangan dalam membangun infrastruktur transportasi yang
memadai. Beberapa wilayah di Indonesia masih sulit dijangkau karena
kurangnya jalan dan jembatan yang memadai serta kurangnya pilihan
transportasi alternatif.
Dalam konteks global, sistem transportasi Indonesia masih dapat
berkembang dan mengejar ketertinggalan. Sebagai negara kepulauan
dengan ribuan pulau dan keanekaragaman budaya, Indonesia mempunyai
potensi untuk mengembangkan sistem transportasi yang inovatif dan
terintegrasi dengan baik. Dengan upaya dan kolaborasi yang tepat, sistem
transportasi Indonesia dapat menjadi lebih efisien, aman, dan
berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas
penduduk.
Jalan Tol,Jalan Raya,Jembatan,Pelabuhan,Bandara,Stasiun
Permasalahan Transportasi di Inndonesia
-Wilayah yang luas, dan merupakan wilayah kepulauan menjadi tantangan
bagi NKRI ditambah dengan berbagai masalah
- Kemacetan
Kepadatan kendaraan: Semakin banyak kendaraan yang berada
di jalan, semakin tinggi kemungkinan terjadinya kemacetan.
Keterbatasan jalan: Jalan yang terlalu sempit atau tidak
memadai, dapatmempersulit arus lalu lintas dan menyebabkan
kemacetan.
Kebijakan lalu lintas yang buruk: Pengaturan lalu lintas yang
tidak efektif atau kurang memadai dapat memicu kemacetan.
Kecelakaan lalu lintas: Kecelakaan di jalan raya dapat
menyebabkan kemacetan yang parah.
Keterbatasan Infrastruktur Transportasi
Keterbatasan anggaran untuk pembangunan infrastruktur
transportasi
Pembangunan infrastruktur yang lambat atau tidak dilaksanakan
dengan optimal karena masalah regulasi, birokrasi, atau konflik
kepentingan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Kerusakan infrastruktur transportasi karena faktor alam seperti
banjir, gempa bumi, longsor, dan lain sebagainya.
Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat, yang
menyebabkan permintaan transportasi yang lebih tinggi dan
memperparah keterbatasan infrastruktur.
Angkutan umum yang tidak efisien
Permasalahan tentang angkutan umum tidak efisien sangatlah
kompleks dan kompleksitasnya dapat dilihat dari berbagai aspek.
Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan penyebab
terjadinya angkutan umum tidak efisien:
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran angkutan
umum. Permintaan yang tinggi namun penawaran yang rendah
menyebabkan penumpukan penumpang pada beberapa rute dan
jam tertentu.
Infrastruktur yang kurang memadai.
Keterbatasan jalan, kendaraan, dan stasiun bus yang kurang
memadai dapat menyebabkan keterlambatan dan kemacetan
yang mengganggu efisiensi angkutan umum.
Kurangnya regulasi dan pengawasan.
Beberapa angkutan umum tidak mengikuti aturan yang
ditetapkan dan tidak diawasi dengan ketat, sehingga dapat
menimbulkan keselamatan yang buruk dan menambah
kemacetan.
Kualitas kendaraan yang buruk.
Kendaraan angkutan umum yang tua dan tidak terawat dengan
baik dapat mengurangi kenyamanan penumpang dan
meningkatkan risiko kecelakaan.
Jarak tempuh yang terlalu jauh.
Beberapa angkutan umum harus menempuh jarak yang jauh dan
kadang-kadang melintasi wilayah yang padat penduduk,
sehingga menambah waktu perjalanandan mengurangi efisiensi
Biaya Transportasi yang Mahal
Permasalahan tentang biaya transportasi yang mahal merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di
Indonesia. Biaya transportasi yang mahal bisa menjadi beban
ekonomi yang cukup berat bagi masyarakat, terutama bagi
mereka yang tinggal di daerah terpencil atau di wilayah yang
jauh dari pusat kota. Berikut ini adalah beberapa penyebab
terjadinya biaya transportasi yang mahal:
Ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak (BBM)
Kondisi Infrastruktur yang Buruk
Rendahnya Persaingan
Tingginya Biaya Operasional
Regulasi Transportasi
Regulasi adalah aturan, kebijakan, atau peraturan yang dibuat oleh
pemerintah, badan pengawas, atau lembaga lainnya untuk mengatur atau
mengendalikan perilaku atau aktivitas di dalam suatu sistem atau industri.
Regulasi dapat digunakan untuk menjaga keamanan, kesehatan,
lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat salah satunya diatur oleh
pemerintah melalui beberapa kebijakan dan undang-undang No 22 Tahun
2009 tentang LLAJ yang menjadi dasar hukum.
Manajemen Transportasi
Salah satu contoh penerapan manajemen transportasi di
Indonesia adalah program Transjakarta. Program ini didirikan
pada tahun 2004 sebagai bentuk solusi atas masalah kemacetan
di Jakarta dan telah menjadi salah satu program transportasi
umumyang sukses di Indonesia
Permasalahan Transportasi di Indonesia
Langkah-Langkah Pembangunan Sistem Transportasi di Indonesia
Menurut Ofyar Z Tamin, Tantangan pembangunan infrastruktur
transportasi di Indonesia terkait dengan pola mobilitas yang harus
dicermati. Karena dengan perkembangan wilayah, pertumbuhan
penduduk, dan perkembangan ekonomi wilayah, distribusi asal dan tujuan
menjadi sangat kompleks, apalagi jika dikaji melalui analisis antar moda.
1.Rencana Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Jaringan Jalan

dalam merencanakan pembangunan jaringan transportasi.


Dalam pengembangan wilayah, transportasi mempunyai peranan yang
sangat penting yaitu:
a.Memfasilitasi proses interaksi dan distribusi antar wilayah/subkawasan
untuk meraup manfaat sosial ekonomi dan tata ruang wilayah seperti
peningkatan mobilitas penduduk, pengembangan sektor produktif.
b.Membuka keterisolasian sub-wilayah tertinggal, memungkinkan wilayah
tersebut berkembang secara menyeluruh.
2.Manajemen Ruas Jalan
a.Kegiatan penanganan terhadap suatu hambatan samping pada ruas-ruas
jalan saat ini.
b.Melaksanakan pelebaran-pelebaran jalan dan alternatif-altaenatif jalan
baru.
c.Peningkatan pada jalan dan pemeliharaan pada jalan.
d.Modifikasi intensitas pemanfaatan area, seperti menurunkan nilai
koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan.
e.Penataan struktur, rasio, dan penyebaran aktivitas dengan mengurangi
struktur/penyebaran aktivitas yang menghasilkan gerakan yang relatif
besar (seperti aktivitas publik) dan meningkatkan struktur/penyebaran
aktivitas yang menghasilkan gerakan yang relatif kecil bahkan tidak ada
(seperti aktivitas hutan kota, taman/ruang terbuka, dan sebagainya).
f.Mengubah penggunaan dan penataan tanah dengan mengganti fungsi-
fungsi yang memiliki dampak pergerakan yang signifikan dengan
fungsi/tata guna yang memiliki dampak pergerakan yang lebih rendah
bahkan tidak ada.
Dampak yang Ditimbulkan Terhadap Bagian-bagian Penting dalam
Transportasi
Dalam perencanaan kota, masalah transportasi juga dapat menimbulkan
masalah fisik dalam elemen kota. Elemen-elemen tersebut meliputi
penggunaan lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan tempat
parkir, ruang terbuka, jalur pejalan kaki, dukungan kegiatan dan penanda.
(Shirvani, 1985:7).
1.Tata Guna Lahan
2.Bentuk dan Tata Bangunan

3.Linkage
4.Open Space
Masalah Sarana dan Prasarana Transportasi
1.Adanya kekurangan dana untuk pengadaan atau renovasi sarana lalu
lintas.
2.Kurangnya pengawasan oleh dewan atau pihak yang terlibat.
3.Kurangnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pemeliharaan
pelayanan dan infrastruktur transportasi.
4.Kurangnya disiplin sosial dalam masyarakat.
Konsep Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Jalan
Lalu Lintas dalam Undang–Undang No 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak
kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Lalu lintas
memiliki 3 komponen yaitu manusia sebagai pengguna,
kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi
Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
PP No. 37 Tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 1 Tahun 2022 Rencana
Umum Nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 85 Tahun 2018 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum
Komponen Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Berdasarkan PP No. 37 Tahun 2017
Perencanaan Keselamatan Lalu Lintas
Pelaksanaan dan Pengendalian KLLAJ
Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkut an Umum
Alat Pemberi Informasi Kecelakaan Lalu Lintas
Pengawasan KLLAJ
Perencanaan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Perencanaan keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
merupakan rancangan–rancangan yang dibuat untuk
mewujudkan keselamatan lalu lintas. Perencanaan KLLAJ
sendiri terdiri dari Rencana Umum Nasional Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (RUNK LLAJ), ] pilar – pilar dari
program nasional KLLAJ yang terdiri dari 5 pilar keselamatan
yaitu:
Sistem yang berkeselamatan, akan diurus oleh pemerintah di
bidang perencanaan pembangunan nasional sebagai penanggung
jawab dalam mendorong koordinasi antar pemerintah sehingga
terciptanya kemitraan sektoral untuk menjamin efektivitas dan
keberlanjutan pengembangan perencaaan strategi KLLAJ tingkat
nasional.
Jalan yang berkeselamatan, akan diurus oleh pemerintah yang
menyelenggarakan urusan di bidang jalan sebagai penanggung
jawab dalam menyediakan infrastruktur jalan yang lebih
berkeselamatan yaitu melakukan perbaikan dalam perencanaan,
desain, kontruksi hingga operasional jalannya.
Kendaraan yang berkeselamatan, akan diurus oleh pemerintah
dalam saranan dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan
sebagai penanggung jawab untuk bisa memastikan seluruh
kendaraan yang digunakan oleh pengguna jalan telah memenuhi
standar keselamatan.
Pengguna Jalan yang berkeselamatan, ini akan dikelola oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan akan bertanggung
jawab untuk meningkatkan perilaku pengguna jalan dengan
memberikan pengetahuan keselamatan lalu lintas, jaminan
kualitas dengan meningkatkan sistem uji SIM, melakukan
penegakan hukum di jalan dan mengembangkan data
kecelakaan LLAJ
sistem pengumpulan. Sasaran pilar ini pada tahun 2023 adalah
untuk:
Separuh dari semua perjalanan kendaraan mematuhi batas
kecepatan maksimum, mengurangi cedera dan kematian akibat
melanggar batas kecepatan.
Semua pengguna sepeda motor harus memakai helm standar
nasional.
Sabuk pengaman dan pengaman anak merupakan standar untuk
semua pengguna kendaraan bermotor.
Pengemudi semua kendaraan bermotor termasuk sepeda motor
harus bebas dari pengaruh alkohol atau zat psikoaktif.
Semua negara memiliki aturan yang melarang dan/atau
membatasi penggunaan ponsel saat mengemudi.
Semua pengemudi profesional, termasuk pengemudi online,
harus mematuhi batas waktu mengemudi maksimum dan waktu
istirahat minimum.
Penanganan korban kecelakaan, akan diurus oleh pemerintah
dalam bidang kesehatan dan selaku penanggung jawab untuk
melaksanakan koordinasi dalam penanganan sebelum dan
sesudah kecelakaan.
Maka dalam memenuhi seluruh sasaran baik secara umum dan
khusus dalam setiap pilar dalam jangka panjang maka diperlukan
kebijakan dan strategi. Adapun Kebijakan RUNK LLAJ sebagai
berikut:
Harmonisasi orientasi politik dan kewajiban pelaksanaan
KLLAJ dengan menerapkan prinsip orkestra yang
mengkoordinasikan lima pilar secara partisipatif.
Menerapkan KLLAJ berbasis bukti dan menggunakan
pendekatan hemat biaya dengan tindakan kuratif dan preventif
terkait manajemen kecelakaan, pencegahan cedera dan
pencegahan kecelakaan.
Sistem KLLAJ dapat memperhitungkan kesalahan manusia dan
kerentanan tubuh manusia, sehingga kecelakaan yang
melibatkan LLAJ tidak akan mengakibatkan kematian atau
cedera serius.
Reduce risk untuk mengurangi jumlah kecelakaan dengan fokus
pada pengurangan jumlah dan lama perjalanan serta penggunaan
kendaraan pribadi khususnya sepeda motor.
Untuk menerapkan praktik-praktik tersebut, beberapa strategi
yang diterapkan dalam implementasi KLLAJ adalah sebagai
berikut:
Penyelenggaraan kelembagaan KLLAJ yang efektif dengan
didukung oleh sistem informasi yang akurat
Jaminan ketersediaan data daa sletem lnformasi sebagai
pemandu dan pemadu penyelenggaraan KLLAJ
Penyediaan skema pembiayaan yang berkelanjutan untuk
dana KLLAJ dan dana pemeliharaan jalan
Penyediaan sarana dan prasarana LLAJ yang memenuhi standar
kelaikan keselamatan
Pemberian hak mengemudi secara ketat
Berikan hak istimewa yang ketat kepada calon pengemudi yang
memenuhi persyaratan pengetahuan, keterampilan, dan
kesehatan untuk SIM.
Pendidikan keselamatan yang terarah dan penegakan hukum
yang ber-efek jera
Formalisasi dan standarisasi proses penanganan kecelakaan
LLAJ
Sistem penjaminan bagi penyelesaian kerugian akibat
kecelakaan LLAJ
Penyusunan dan Penetapan Rencana Aksi Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Kementrian/Lembaga
Penyusunan dan Penetapan Rencana Aksi Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi
Penyusunan dan Penetapan Rencana Aksi Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
Pelaksanaan dan Pengendalian Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

Pelaksanaan dan pengendalian KLLAJ meliputi


pengendalian RUNK LLAJ, RAK LLAJ
Kementrian/Lembaga, RAK LLAJ Provinsi dan RAK LLAJ
Kabupaten/Kota dievaluasi secara berkala setiap 3 bulan sekali
dan dikoordinir oleh penanggung jawab pilar keselamatan
dengan melaksanakan manajemen KLLAJ. Dimana Manajemen
KLLAJ terdiri dari:
Pencapaian sasaran atau hasil yang diinginkan
Pelaksanaan tindakan langsung secara sinergi
Pemberian dukungan fungsi.
Pencapaian sasaran yang diinginkan adalah penurunan indeks
fatalitas akibat kecelakaan serta biaya sosial yang diakibatkan
oleh kecelakaan lalu lintas, penurunan fatalitas ini dengan
melaksanakan beberapa tindakan secara sinergi dan langsung
oleh kementrian/lembaga, provinsi, kabupaten dan kota dengan
setidaknya melaksanakan hal – hal berikut:
Pemenuhan persyaratan laik fungsi jalan
Pemenuhan persyaratan keselamatan kendaraan bermotor
Pemenuhan persyaratan penyelenggaraan kompetensi pengemudi
kendaraan bermotor
Penegakan hukum ketentuan keselamatan berlalu lintas
Penanganan korban kecelakaan.
Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 85 Tahun 2018 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum
merupakan bagian integral dari manajemen perusahaan berupa
tata kelola keselamatan yang dilakukan oleh Perusahaan
Angkutan Umum secara menyeluruh dan terkoordinasi untuk
mencapai keselamatan dan mengelola risiko kecelakaan. Dalam
hal ini setiap perusahaan angkutan umum diwajibkan dalam
menjalankan dan menyempurnakan sistem keselamatan pada
perusahaanya dengan berpedoman pada RUNK LLAJ.
Sistem keselamatan harus dibuat paling lama 3 bulan sejak izin
penyelenggaraan perusahaan angkutan umum diberikan, dimana
perusahaan angkutan umum akan diberikan penilaian,
pembibingan teknis dan bantuan teknis serta melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan sistem oleh pemerintah
daerah. Sistem manajemen keselamatan pada perusahaan
angkutan umum terdiri dari:
Komitmen dan kebijakan, dibuat dalam suatu pernyataan seperti
visi dan misi yang menyatakan dedikasi perusahaan terhadap
keselamatan dan menjadi standar minimal dalam pelayanannya
dibarengi dengan kebijakan dan sasaran perusahaan sehingga
dapat meningkatkan keselamatan dalam pelaksanaan berlalu
lintas.
Pengoraganisasian, harus berisi tugas fungsi dari struktur
organisasi dari perusahaan sehingga petugas/unit yang memiliki
tanggung jawab pada manajemen keselamatan angkutan umum
dapat melakukan tugas dan fungsinya yaitu merencanakan atau
mengusulkan SOP, memastikan sistem keselamatan terlaksana
dengan memeberikan pemahaman kepada seluruh karyawan,
memiliki kewenangan untuk memberikan masukan, perbaikan
dan memantau kinerja individu atau tim dan tentunya
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan sistem keselamatan.
Manajemen Bahaya Resiko, merupakan standar operasional
dalam menangani ancaman resiko yang terjadi dalam berlalu
lintas yang meliputi kegiatan penetapan prosedur analisis bahaya
resiko, cara melakukan analisis bahayaresiko,
mendokumentasikan bahaya resiko yang ditemukan dan
melaksakan pengendalian bahaya dan resiko. Dalam prosedur
analisis ditetapkan oleh pimpinan paling tinggi di perusahaan.
Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor, dalam
hal ini harus memastikan bahwa seluruh fasilitas untuk
terjaminnya keselamatan dalam pelaksanaan pelayanan tersedia
seperti fasilitas untuk pemeriksaan, perawatan, pemantauan
kendaraan, penyimpanan suku cadang serta penyediaan sarana
pendukung lainnya.
Dokumentasi dan Data, tersedia bentuk dokumentasi dan data
yang berkaitan dengan kinerja operasi bisnis untuk mendukung
pencapaian kinerja keselamatn yang aman kemudian
dokumentasi ini wajib diketahui oleh direktur jendral, kepala
badan, gubernur dan bupati/walikota dengan perusahaan
melakukan pelaporan.
Peningkatan Kompetensi dan Pelatihan, elemen ini harus disertai
dengan sertifikat profesi yang dimiliki pengemudi dengan
kompetensi yang dilaksanakan sesuai undang – undang dan
memberikan pelatihan kepada awak kendaraan bermotor dan
mekanik sesuai dengan kebutuhan secara berkala yang dapat
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan umum berdasarkan
kebutuhan analisis pelatihan dan agen pemegang merek (APM)
Tanggap Darurat, elemen yang memastikan tata cara dalam
menghadapi bahaya yang terjadi dalam setiap keadaaan darurat
dengan cara melakukan identifikasi terhadap kecelakaan dan
kebakarann serta lainnya, membentuk tim tanggap darurat di
kantor utama maupun kantor cabang, menyiapkan fasilitas
tanggap darurat dan memberikan pelatihan tanggap darurat
secara berkala
Pelaporan Kecelakaan Internal, elemen ini memuat tekait
prosedur dalam pelaporan kecelakaan dalam lingkup internal
dengan membuat standar formulir pelaporan kecelakaan yang
berisikan lokasi kecelakaan, kondisi lingkungan tempat
kecelakaan dan identifikasi faktor dari sebab kecelakan.
Monitoring dan Evaluasi, kegiatan ini dilakukan berkala 3 bulan
sekali untuk memastikan dan mengetahui kekurangan dan
kekuatan dari sistem
pelaksaan keselamatan perusahaan yang dilakukan oleh internal
peruahaan.
Pengukuran Kinerja, dalam monitoring dan evalusi dilakukan
pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat keselamatan
dalam pelayanan perusahaan dengan mengecek rasio jumlah
kecelakaan yang terjadi dengan kilometer kendaraan serta rasio
dari korban kecelakaan dan kejadian terjadinya kecelakaan.
Alat Pemberi Informasi Kecelakaan Lalu Lintas
Gelombang dapat diterima tanpa terganggu walaupun dalam
cuaca apapun
Dapat mengirimkan sinyal secara otomatis kepada pusat kendali
Menyimpan data secara real time sehingga bisa digunakan
sebagai bahan Analisa
Berfungsi jika terbakar maupun terkena sampai terendam air
Dapat didukung dengan jaringan telekomunikasi
Audit bidang KLLAJ
Audit bidang jalan ditentukan oleh pembina jalan seperti Menteri
untuk jalan nasional, gubernur untuk jalan provinsi serta
Bupati/Walikota untuk jalan kabupaten/kota dan dilakukan oleh
auditor independen. Dimana audit dilakukan pada jalan
baru/jalan yang ditingkatkan dan jalan yang sudah beroperasi.
Audit bidang sarana dan prasarana LLAJ dilakukan pada
perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung untuk jalan yang
dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangan masing – masing, lalu audit terhadapt
terminal yang dilaksanakan oleh Menteri pada terminal tipe A,
Gubernur untuk terminal tipe B dan Bupati/Walikota untuk
terminal tipe C. Audit terhadap pengujian kendaraan bermotor
dilakukan oleh Menteri, Audit terhadap penimbangan kendaraan
bermotor dilakukan oleh Menteri dan Audit untuk perusahaan
angkuta umum dilalukan oleh pejabat yang menerbitkan izin
Audit pada pengemudi kendaaran bermotor dilakukan oleh
Kepala Kepolisian NKRI terhadap penyelenggara administrasi
surat izin mengemudi
Inspeksi bidang KLLAJ
Pengamatan dan Pemantaun KLLAJ

Kecelakaan Lalu Lintas


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan kecelakaan adalah
peristiwa di jalan raya tidak diduga dan tidak disengaja yang
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain
yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009).

Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas


Secara umum ada lima faktor utama penyebab kecelakaan, yaitu:
faktor kesalahan manusia; faktor pengemudi; faktor jalan; faktor
kendaraan; dan faktor alam (Enggarsasi & Sa’diyah, 2017).
Dimana kelima faktor tersebut saling berkaitan, sehingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Berikut
diuraikan masing-masing faktor penyebab kecelakaan, yaitu:
Faktor Kesalahan Manusia
Faktor Pengemudi
Faktor Kendaraan
Faktor Jalan
Faktor Alam
Lokasi Rawan Kecelakaan
Kajian rekam jejak terjadinya kecelakaan (accident history) dari
seluruh wilayah studi untuk memilih beberapa daerah yang
rawan terhadap kecelakaan;
Kajian lanjutan secara detail dari beberapa lokasi terpilih untuk
menentukan penanganan yang akan dilakukan.
Rute Rawan Kecelakaan (Hazardous Routes)
Wilayah Rawan Kecelakaan (Hazardous Area)
Badan Jalan yang Berkeselamatan
Badan Jalan yang Berkeselamatan (BJB) adalah suatu konsep
pengembangan jalan yang menekankan pada keselamatan jalan
sebagai prioritas utama, dengan mengintegrasikan prinsip-
prinsip keselamatan jalan ke dalam seluruh tahap siklus hidup
jalan, mulai dari perencanaan hingga operasional.
Konsep BJB didasarkan pada asumsi bahwa manusia tidak
sempurna dan rentan terhadap kesalahan, dan bahwa pengguna
jalan dapat melakukan kesalahan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Oleh karena itu, BJB mengasumsikan bahwa
kesalahan pengguna jalan harus diantisipasi, dan lingkungan
jalan harus dirancang agar kesalahan tersebut tidak
mengakibatkan kecelakaan serius.
Beberapa prinsip utama dari BJB meliputi desain jalan yang
berfokus pada pengendalian kecepatan dan pengurangan konflik
antara pengguna jalan, sistem perlindungan untuk pengguna
jalan, penempatan peralatan jalan yang tepat, serta manajemen
lalu lintas dan operasional yang baik.
Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan yang
Berkeselamatan
Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan
Penerapan Manajemen Kecepatan
Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)
Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ) atau dalam bahasa Inggris
disebut Road Safety Audit (RSA) adalah proses penilaian
sistematis dan independen terhadap keselamatan jalan dan
pengguna jalan yang meliputi pejalan kaki, pengendara sepeda
motor, pengendara mobil dan transportasi umum. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko
keselamatan jalan dan memberikan rekomendasi perbaikan
untuk mengurangi risiko tersebut.
IKJ dilakukan pada tahap perencanaan, desain, konstruksi,
dan operasional jalan. Dalam proses IKJ, auditor melakukan
peninjauan dari sudut pandang pengguna jalan, termasuk
kondisi jalan, perlengkapan jalan, tata letak, serta perilaku
pengguna jalan.
IKJ dapat dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah, maupun
lembaga independen. Dalam praktiknya, IKJ digunakan sebagai
alat untuk memastikan bahwa keselamatan jalan diintegrasikan
ke dalam proses perencanaan dan pembangunan jalan, serta
untuk memastikan bahwa jalan yang sudah dibangun aman
untuk digunakan oleh pengguna jalan.
Audit Keselamatan Jalan (AKJ)
AKJ adalah proses penilaian independen yang dilakukan pada
sistem manajemen keselamatan jalan suatu organisasi, seperti
pemerintah daerah, perusahaan transportasi, atau badan jalan tol.
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah sistem
manajemen keselamatan jalan tersebut efektif dalam mengelola
risiko keselamatan jalan.
Uji Laik Fungsi Keselamatan Jalan (ULFJ)
Uji Laik Fungsi Jalan (ULFJ) adalah suatu proses pemeriksaan
atau evaluasi terhadap kinerja jalan yang sudah ada, untuk
menentukan apakah jalan tersebut masih layak digunakan atau
tidak. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah jalan masih
mampu memenuhi fungsinya dengan baik dan aman untuk
digunakan oleh pengguna jalan
Perilaku Tidak Berhati-Hati
Pencarian Sensasi (Sensation Seeking)
Locus of Control (Persepsi Individu)
Pengaruh usia dan pengalaman

Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas


Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat
dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang;
Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang;
Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Jenis Kecelakaan Lalu Lintas
Jenis Kecelakaan Lalu Lintas menurut Dephub RI (2006) dapat
dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan.
Rear-Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada
arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan;
Rear-End (Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain
yang bergerak searah;
Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan
lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau
pada arah yang berlawanan;
Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang
berlawanan (tidak sideswape);
Backing, tabrakan secara mundur.
Dampak Kecelakaan Lalu Lintas
Dampak Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya
dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat
diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:
Meninggal dunia
Luka berat
Luka ringan
Untuk mencegah terjadinya KLL berbagai upaya dapat
dilakukan berupa:
Safety facilities seperti helmet, seat belt, sidewalk (koridor), over
head bridge (jembatan penyebrangan), traffic signal (rambu
jalanan).
Penyediaan sarana prasarana umum
Low enforcement/peraturan.
Peraturan lalu lintas masih terus berkembang memenuhi
kebutuhan masyarakat.

Pengertian Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan sangat
memperhatikan isu-isu terkait keselamatan lalu lintas jalan raya.
Pemerintah terus meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dengan melakukan perbaikan di segala lini agar
orang, kendaraan, jalan dan/atau lingkungan lalu lintas terhindar
dari risiko kecelakaan (Republik Indonesia, 2009).
Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan
lalu lintas dan transportasi jalan. Untuk menjamin keselamatan
lalu lintas dan angkutan jalan, telah disusun Rencana Umum
Nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RUNK
LLAJ) Nasional merupakan dokumen perencanaan keselamatan
pemerintah yang disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun (Pemerintah Indonesia, 2017b).
RUNK LLAJ Nasional berisikan rincian Program Nasional
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional, yang
meliputi:
Kepastian penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan;
Acuan untuk pengkajian permasalahan keselamatan LLAJ
Acuan untuk pengelolaan Keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan.
Inspeksi Bidang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Definisi
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) merupakan satu
kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, agkutan jalan,
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasaranalalu lintas dan
angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta
pengelolaannya.
Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Inspeksi Bidang Keselamatan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Hal-hal yang diperhatikan dalam inspeksi Bidang Keselamatan
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan adalah sebagai berikut
(Pemerintah Indonesia, 2017b):
Inspeksi Bidang Jalan
Inspeksi pada bidang jalan dilaksanakan memperhatikan hal-hal
berikut:
Inspeksi pada bidang jalan dilaksanakan untuk jalan yang sudah
beroperasi/sudah difungsikan.
Inspeksi Bidang Jalan merupakan tanggung jawab pembina
yang bertanggung jawab di bidang jalan (Direktorat Jenderal
Bina Marga).
Inspeksi Bidang Sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Inspeksi bidang sarana dan prasarana LLAJ meliputi hal-hal
berikut (Pemerintah Indonesia, 2017b):
Peralatan jalan dan fasilitas penunjang pada jalan yang sudah
beroperasi.
Terminal
Inspeksi terminal dilakukan oleh (Pemerintah Indonesia, 2017b):
Kementerian Perhubungan bidang sarana dan prasarana lalu
Iintas dan angkutan jalan, untuk terminal tipe A
Gubernur, untuk terminal tipe B; dan
Bupati/walikota, untuk terminal tipe C.
Keselamatan jalan merupakan isu global yang terus mengerus
perhatian masyarakat hingga saat ini. Tidak hanya menjadi
perhatian dunia, keperdulian terhadap keselamatan di jalan
menjadi salah satu hal yang darurat sebab banyaknya kasus
kecelakaan yang menimbulkan kerugian di Indonesia. Demikian
erat hubungannya terkait dengan sistem transportasi yang
berjalan di Indonesia. Aksi keselamatan jalan merupakan
program yang terus digebu-gebukan pemerintah, dimana
Pilar ke-I Mengenai Road Safety Management (Manajamen
Keselamatan Jalan) merupakan manajemen yang berfokusan
kepada seluruh upaya yang terorganisir dan memiliki hubungan
erat untuk meningkatkan keselamatan jalan. Guna
menyelaraskan kordinasi keselamatan jalan dapat dilakukan dengan
membangun forum serta organisasi yang bergerak dalam bidang
keselamatan jalan serta penetapan prioritas dan menjamin
optimalisasi program-program yang bersifat berkelanjutan. Secara
umum kegiatan manajemen keselamatan jalan masuk kedalam
wewenang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan
intansi yang terkait melalui Forum LLAJ.
Pilar ke-II tentang Safer Road (Jalan yang Berkeselamatan).
Optimalisasi sarana prasarana guna meningkatkan keselamatan
jalan di ukur melalui kualitas infrastruktur dan peningkatan
desain prasarana jalan serta pengoperasian jalan yang
berkeselamatan. Tanggung jawab terhadap safer road diemban
oleh Menteri Pekerjaan Umum yang memiliki tugas untuk
menyediakan serta perbaikan terhadap infrastruktur jalan
sehingga dapat menekan kesalahan dari pengguna jalan.
Pilar ke-III Mengenai Safer Vehicle (Kendaraan yang
Berkeselamatan) disamping pengaturan terhadap keselamatan
jalan serta pengoptimalisasian terhadap prasarana lalu lintas,
pada pilar ketiga ini dirujukan kepada Menteri Perhubungan
sebagai penanggung jawab daripada isu keselamatan jalan dalam
bidang pengadaan kendaraan yang laik jalan. Dengan melakukan
uji tipe dan uji berkala pada sebuah kendaraan diharapkan dapat
menekan kasus kecelakaan yang disebabkan oleh kendaraan
yang tidak laik jalan.
Pilar ke-IV Tentang Safer Road Users (Perilaku Pengguna
Jalan). Berfokusan terhadapa evaluasi perilaku masyarakat
sebagai pengguna jalan agar terciptanya budaya lalu lintas yang
berkeselamatan, peran pada pilar keempat dapat diemban oleh
setiap lapisan masyarakat. Banyaknya kasus kecelakaan yang
disebabkan oleh prilaku masyarakat sebagai pengguna jalan
mencerminkan akan kesadaran masyarakat terhadap keselamatan
berkendara yang masih sangat rendah. Maka daripada itu
diperlukan upaya serta aksi yang dapat mengubah perilaku
masyarakat yang semula acuh terhadap keselamatan jalan
menjadi peduli dan sadar akan pentingnya keselamatan dalam
berlalu lintas.
Pilar ke-V Mengenai Post Crash (Perawatan Pasca Kecelakaan)
tidak dapat dipungkiri kecelakaan masih dapat terjadi meskipun
segala tindakan pencegahan sudah diterapkan. Pentingnya
perawatan pasca kecelakaan akan dapat mengendalikan fatalisasi
akibat dari kecelakaan baik berupa kerugiaan fisik maupun
material. Merujuk ke arah pelayanan dan penyediaan fasilitas
yang dapat menunjang keselamataan jalan sebuah kawasan
daerah dalam kondisi darurat.

Anda mungkin juga menyukai