1
1-2-3 LANGKAH
LANGKAH KECIL YANG KITA LAKUKAN MENUJU
TRANSPORTASI YANG BERKELANJUTAN
Penulis:
Bambang Susantono
Danang Parikesit
Heru Sutomo
Muhammad Nanang
Sigit W. Prasetya
Editor:
Bambang Susantono dan Danang Parikesit
Tata letak:
Muhammad Yani
ISBN 979 95237 2 - 9
Cetakan ke-1, Mei 2004
Cetakan ke-2, September 2004
Diterbitkan oleh:
Masyarakat Transportasi Indonesia
Menara Kebon Sirih Lt. XV, Jalan Kebon Sirih Kav. 17-19
Tel : +62 21 39836556 Fax : +62 21 39837053
sekretariat@mti-its.or.id www.mti-its.or.id
DAFTAR ISI
Pengantar
i
BAB
BAB
pengambil keputusan
48
49
dalam desentralisasi!
BAB
52
10
56
transportasi
59
12
BAB
pembangunan
Catatan penutup
13
6
68
18
MENGENAI MASYARAKAT TRANSPORTASI
20
22
24
26
BAB
29
31
36
38
42
47
INDONESIA (MTI)
Pengantar
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bab
1
Langkah-langkah kecil
yang mempengaruhi
hidup kita
Many factors contribute to economic and social progress, but
mobility is especially important because the ingredients of a
satisfactory life, from food and health to education and employment,
are generally available only if there is adequate means of moving
people, goods and ideas (Owen, 1987)
da hal-hal yang bisa kita lakukan dan cukup banyak masalah yang tidak bisa
kita selesaikan sendiri. Transportasi merupakan contoh nyata dari
permasalahan yang kita hadapi sehari-hari dan sering kali membuat kita,
pemerintah, politisi, praktisi, akademisi, dan
I S I D A R I B A B I N I
masyarakat luas menjadi frustrasi. Benang kusut
Potret transportasi Indonesia
transportasi sering kali menyulitkan para pemangku
kepentingan memulai sebuah tindakan.
Peran masyarakat dalam
pembangunan
Advokasi transportasi
1 - 2 - 3
L A N G K A H
masyarakat untuk bergerak dan memanfaatkan sarana dan prasarana publik dalam
mengembangkan diri.
akan memberikan gambaran mengenai aspek-aspek dasar transportasi
bagi para pengambil keputusan, politisi dan non-transport professionals dalam memahami
permasalahan transportasi.
1-2-3 Langkah
Indonesia memiliki panjang jalan mencapai lebih dari 300.000 km merupakan yang
terpanjang di antara negara-negara Asia Tenggara, tetapi
40% di antaranya mengalami rusak ringan dan berat. Kebutuhan dana guna pemeliharaan
dan investasi jalan baru diperkirakan mencapai 1,5 kali lebih banyak daripada dana yang
tersedia saat ini.
Biaya yang dikeluarkan oleh pengguna jalan secara keseluruhan mencapai Rp 1,55 trilliun
per hari dan selama 5 tahun terakhir biaya perjalanan tiap pengguna jalan per kilometer
tidak pernah terjadi penurunan.
Diperkirakan masih cukup banyak kasus kecelakaan yang terjadi tidak
dilaporkan, meski terdapat kecenderungan pengurangan indeks kecelakaan.
Sejak krisis tahun 1997 hingga akhir tahun 2001 panjang jalan tol tidak
mengalami pertumbuhan. Meski demikian, pada tahun 2002 PT Jasa
Marga telah menyelesaikan pembangunan beberapa ruas jalan tol dan
mengoperasikan 383 km dari 520 km total panjang jalan tol. Partisipasi
swasta dalam pembangunan jalan tol pasca 1997 tidak terjadi peningkatan,
hal ini disebabkan oleh
1 - 2 - 3
L A N G K A H
1 - 2 - 3
L A N G K A H
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Terdapat desakan besar pasca desentralisasi mengenai penyelenggaraan bandar udara oleh
pemerintah daerah.
Transportasi perkotaan mengalami permasalahan yang sangat serius dari tekanan
migrasi desa ke kota hingga pembiayaan transportasi yang sangat rumit. Namun
demikian, lebih penting lagi bahwa
Kesenjangan infrastruktur dan sarana transportasi antardesa dan kota mengakibatkan
terdapatnya hambatan pembangunan dan mendorong migrasi dari desa ke kota.
Laju pertumbuhan urbanisasi saat ini berada di atas angka 1% per tahun. Di tahun
1980, jumlah penduduk propinsi yang tinggal di perkotaan adalah 22,3%. Angka ini
mencapai 30,9% di tahun 1990 dan 42,4% di tahun 2000.
Dengan rendahnya daya beli masyarakat, penetapan tarif angkutan menjadi tidak mudah
diterapkan dalam pelayanan transportasi perkotaan.
Terjadi pengurangan ruang publik dan fasilitas pejalan kaki yang terbatas sehingga semakin
kurang dihormatinya hak-hak pemakai ruang jalan secara adil.
Ketersediaan akses transportasi perkotaan bagi penderita cacat, orang tua, wanita, dan
anak-anak masih jauh di bawah harapan dibandingkan dengan kota-kota besar lain di
Asia Timur dan Tenggara.
Transportasi perdesaan dan di daerah terpencil kurang diperhatikan, padahal
Dengan penduduk berjumlah 270 juta jiwa pada tahun 2020,
62% atau 162 juta hidup di pedesaan dan 59% atau 159
juta jiwa hidup di Jawa, dengan kepadatan 2.077 jiwa/km2
di Pulau Jawa dan 110 jiwa/km2 di luar Pulau Jawa.
Subsidi pemerintah dalam bentuk angkutan perintis, baik transportasi darat, udara
maupun laut, tidak diimbangi dengan upaya pengembangan ekonomi daerah. Dengan
demikian pemberian subsidi tidak memberikan dampak yang diharapkan.
Memiliki dilema yang cukup berat antara akses masyarakat ke sarana angkutan dan
standar keselamatan yang dipersyaratkan.
Masih kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat, terutama kaum wanita, untuk
meringankan beban angkutan bagi kebutuhan dasar di sekitar tempat tinggal mereka.
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Partisipasi masyarakat
merupakan kunci
keberhasilan pelaksanaan
program, kegiatan, dan
proyek transportasi.
GAMBAR 1. Pemogokan awak bus karena reformasi angktan umum di Quito dan respons
masyarakat yang marah terhadap operator (diambil dari presentasi Csar H. Arias, STAP
Meeting, Nairobi, 26th March 2002)
1 - 2 - 3
L A N G K A H
dalam kebijakan publik. Seperti yang terjadi di Quito (Ekuador), masyarakat yang
tidak puas terhadap pelayanan angkutan umum akan mendukung rencana
pemerintah untuk melakukan reformasi angkutan umum.
Aliansi dibangun berdasar sebuah mission statement atau misi yang kuat. Misi
inilah yang akan menggerakkan aliansi untuk mengambil tindakan dan langkahlangkah yang nyata dalam mendorong sebuah kebijakan publik. Oleh karena
itu, kekuatan sebuah aliansi ada dalam konsep yang kuat mengenai
permasalahan yang dihadapi secara bersama. Mengetahui atau bahkan
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Aliansi dibangun atas dasar prinsip cost sharing atau pembagian kewajiban.
Sering kali kegagalan dari sebuah aliansi adalah bahwa salah satu pihak ingin
memilik klaim atas misi yang hendak dicapai. Dengan demikian pihak yang
diajak melakukan aliansi akan menjadi subordinat karena merasa atau disengaja
menjadi pihak yang dibiayai. Aliansi ini tidak akan
Prinsip cost
berjalan dengan baik karena salah satu kunci dalam sharing adalah
menjaga keberlanjutan aliansi adalah kepemilikan atau
penting untuk
ownership. Oleh karena itu, partisipasi dalam kegiatan
menjamin
haruslah berdasarkan prinsip saling menyumbang.
keberlanjutan
Besarnya cost sharing ini tidak sangat penting, demikian
aliansi.
pula bentuk sumbangannya apakah dalam bentuk
dana, tenaga atau pikiran.
1 - 2 - 3
L A N G K A H
1 - 2 - 3
L A N G K A H
10
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bab
2
Transportasi bagi
pembangunan yang
berkelanjutan
Development that meets the needs the present without
comporomising the ability of future generations to meet their own
needs (Brutland Commission, 1987)
ransportasi selain memiliki definisi perpindahan orang dan barang dari satu
tempat ke tempat yang lain juga memiliki tujuan yang lebih besar dalam
meningkatkan kesejahteraan dan memberikan harapan hidup yang lebih baik
bagi generasi yang akan datang.
D A R I
B A B
I N I
1-2-3
11
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Tujuan penyelenggaraan
transportasi adalah 2E:
Efficiency and Equity.
Disamping itu, keadilan transportasi juga harus diberikan untuk generasi yang akan
datang karena dunia ini tidak kita tinggalkan untuk generasi yang akan datang
melainkan merupakan titipan dari generasi yang akan datang kepada kita. Keadilan
antargenerasi atau inter-generation equity ini dalam bahasa lain dinyatakan sebagai dampak
negatif yang yang tidak dapat kembali atau memiliki umur normalisasi yang lama.
Dampak ini bisa berupa perubahan iklim, limbah padat yang tidak mudah terurai,
maupun pemisahan lahan yang merusak struktur sosial maupun kohesi sosial
masyarakat.
12
1 - 2 - 3
L A N G K A H
13
1 - 2 - 3
L A N G K A H
14
1 - 2 - 3
L A N G K A H
(km/1.000 penduduk), Indonesia hanya memiliki nilai sebesar 1,89. Densitas atau
kepadatan jaringan jalan menunjukkan indikator koneksitas dan aksesibilitas dari
seluruh bagian wilayah negara. Tabel 1 menunjukan perbandingan tingkat
kepadatan jaringan jalan di negara-negara ASEAN.
Tabel 1. Kinerja Jaringan Jalan di Negara-Negara ASEAN
Luas
(1.000
km2)
Penduduk
(juta)
GDP
per Kapita
(US$)
Panjang
Jalan
(1.000 km)
Kepadatan
Jaringan (km /
km2)
Pelayanan
Jaringan
(km/1.000 org)
Jalan
Beraspal
(%)
0,34
12.245
0,76
11,18
78
Kamboja
181
12,2
270,0
34
0,19
2,79
N/A
Indonesia
1.919
204,0
691,0
386
0,20
1,89
47
Negara
Brunei
Darussalam
Laos
237
5,2
430,0
22
0,09
4,23
16
Malaysia
330
23,2
4.696
65
0,20
2,80
70
Myanmar
677
49,0
151
30
0,04
0,57
40
Filipina
300
76,4
914
161
0,54
2,11
57
Singapura
0,7
5,0
20,659
4,29
0,75
97
Thailand
514
63,5
1.831
256
0,50
4,10
91
Vietnam
331
77,7
416
209
0,63
2,68
42
15
1 - 2 - 3
L A N G K A H
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Tahun
(KTI) yang pengoperasiannya dilakukan oleh PT ASDP (Persero). Jenis dan tipe
kapal sungai dan danau yang beroperasi mencakup bus air, kapal pandu, kapal
barang, kapal cepat, kapal motor, kapal getek/klotok, tongkang, perahu motor,
truk air dan perahu motor. Subsidi pemerintah guna pengoperasian lintas
penyeberangan perintis ini meningkat terus selama 10 tahun terakhir (lihat Gambar
4).
Pada sektor perkeretaapian, hingga akhir tahun 1998 hampir seluruh jaringan
kereta api di Jawa memiliki volume lalu lintas yang terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi nasional (tercatat antara 6%-7%). Namun setelah itu
transportasi kereta api terutama di wilayah Jawa, mengalami persaingan dengan
moda transportasi lain, khususnya angkutan udara. Perkembangan industri
angkutan udara di Indonesia yang kompetitif mengakibatkan sejumlah penumpang
KA beralih moda ke pesawat udara pada beberapa rute potensial seperti Jakarta
Surabaya dan Jakarta-Yogyakarta. Hal ini terjadi terutama pada pelayanan kereta
api kelas eksekutif jarak jauh yang mengakibatkan penurunan jumlah penumpang
mencapai 15,80% selama tahun 2003 sehingga memaksa operator kereta api untuk
mengurangi frekuensi keberangkatan yang pada akhirnya akan mengurangi
pendapatan dari kelas eksekutif.
16
1 - 2 - 3
L A N G K A H
17
1 - 2 - 3
L A N G K A H
35
298
48
526
63
672
Pertumbuhan
(% per tahun)
2,4
0,4
3,4
5,1
1,9
3,3
Prospek yang cukup menjanjikan adalah upaya beberapa negara maju dalam
mengembangkan teknologi kendaraan hybrid maupun dengan teknologi fuel-cell.
Teknologi hybrid menggabungkan antara pemanfaatan BBM dan penyimpanan listrik.
Teknologi fuel cell memanfaatkan reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen yang
menghasilkan listrik dan air (H2O). Meskipun dipercaya akan menggantikan BBM atau
BBG, namun pemanfaatan teknologi ini masih tergolong mahal. Harga bus berbahan
bakar fuel cell bisa mencapai Rp 15 miliar, belum termasuk biaya infrastruktur pengisian
bahan bakar dan pemeliharaan.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, masalah pembiayaan selalu menjadi
dilema yang harus dihadapi. Untuk membangun infrastruktur transportasi,
terdapat berbagai kemungkinan pembiayaan, yaitu: pembiayaan pemerintah baik
pusat maupun daerah, investasi swasta, dan masyarakat sendiri, terutama untuk
18
1 - 2 - 3
L A N G K A H
1994
19
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
1 - 2 - 3
L A N G K A H
misalnya dalam sektor jalan, kebutuhan Indonesia untuk dana perbaikan kerusakan
dan pemeliharaan jalan diperkirakan sebesar Rp 6-8 triliun per tahun. Sedangkan
anggaran pemerintah yang tersedia pada tahun 2003 untuk sektor jalan hanya
sekitar Rp 4,585 triliun.
Dengan segala keterbatasan pendanaan yang dimiliki pemerintah, pembiayaan
swasta juga belum dapat diharapkan menjadi alternatif pembiayaan infrastruktur
yang tahun 2000 mencapai titik terendah yaitu 0% dari GDP. Hal ini disebabkan
karena kerangka regulasi kerja sama antara pemerintah dan swasta belum diatur
dengan jelas. Hal ini menyangkut di antaranya, pemisahan yang tegas atas fungsi
operator dan regulator dari BUMN penyelenggara infrastruktur sehingga BUMN
lebih memfokuskan diri pada masalah-masalah pengembangan korporasi,
sedangkan aspek regulasi akan ditangani oleh pemerintah dan atau badan regulator
independen.
20
1 - 2 - 3
L A N G K A H
mereka dan pada akhirnya akan menciptakan beban ekonomi karena mereka tidak
bisa mengembangkan dirinya sendiri.
Dampak
Dampak kegagalan sistem transportasi mengganggu perkembangan suatu
kota/daerah, mempengaruhi efisiensi ekonomi perkotaan atau bahkan kerugian
(diseconomy), isu-isu ketidaksepadanan (inequality) yang dapat berakibat pada masalah
sosial: kemiskinan (urban/rural poverty) maupun kecemburuan sosial. Jika dibiarkan
hal ini dapat mengarah pada kriminalitas. Dampak yang nyata antara lain
pembangunan jalan yang sering menyingkirkan masyarakat akibat pembebasan
lahan, perambahan ruang-ruang jalan oleh pedagang kaki lima, penggunaan ruang
jalan untuk parkir secara ilegal, makin terpinggirnya angkutan-angkutan tradisional
seperti sepeda, becak, andong dan semacamnya yang berpotensi menciptakan
kemiskinan kota (urban poverty). Muaranya masyarakat luas harus menanggung
kerugiannya: terampasnya trotoar dan jalur pejalan kaki (pedestrian), terekposenya
pedestrian dengan lalu lintas yang mengancam jiwanya, perilaku becak dan
pengemudi angkutan umum yang semaunya lalu memacetkan, pengemudi sepeda
dan sepeda motor dan pejalan kaki, termasuk yang rawan terlibat kecelakaan
(mereka umumnya berpenghasilan rendah) sehingga memunculkan kemiskinan,
serta kriminal akibat kecemburuan sosial (sering terjadi di terminal/stasiun).
Beban ekonomi tersebut tak terdistribusi rata, melainkan lebih berat ke kaum
berpendapatan rendah. Korban terutama pengguna sepeda motor, sepeda,
becak, pejalan kaki, dan angkutan umum. Kemiskinan tetap menjerat kaum
berpenghasilan rendah karena sistem transport tidak mampu melindungi
mereka. Rendahnya keselamatan jalan merupakan kegagalan paling serius.
Kerugian akibat kecelakaan di negara berkembang 2,5%-4% dari GDP (Rp 41
triliun per tahun untuk Indonesia (ADB, 2004)).
Kondisi di negara berkembang
Kegagalan transportasi di negara berkembang
sering diakibatkan lemah atau terbatasnya
lingkup perencanaan transportasi dan acapkali
tidak
terintegrasi
dengan
perencanaan
kota/wilayah (Dimitriuo, 1985). Pembangunan
infrastruktur seringkali sangat menonjol namun
tidak diikuti dengan sistem pengelolaan dan
pemanfaatan yang optimal. Motorisasi di negara
berkembang menempatkan kendaraan sebagai
obyek pembangunan transportasi, dan melupakan nilai-nilai manusiawi. Hasilnya
adalah prasarana transportasi yang tidak berskala manusia, misalnya menyeberangi
jalan tol di Jakarta amat sulit dan hampir tidak bisa dilakukan pejalan kaki.
Kendaraan trasidional seperti becak, dan sepeda menjadi terpinggirkan, bahkan
terancam keselamatannya. Kelompok ini harus menanggung beban transportasi
yang lebih berat dan mahal. Secara ekonomi mereka juga akan terpinggirkan,
terlebih kelompok yang lemah fisik (diffabel) dan lemah keuangannya (miskin).
21
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Sumber daya
lahan
Kereta Api
Polusi udara di
daerah hunian,
polusi global dari
pembangkit panas
dan listrik
Transportasi jalan
Polusi udara (CO, HC,
NOx, partikulat
seperti timbale), polusi
global (CO2, CFCs)
Modifikasi sistem
drainase selama
pembangunan, polusi
air permukaan/tanah
Pengambilan lahan
untuk daerah milik
KA dan terminal,
lahan tak
termanfaatkan
22
Pengambilan lahan
untuk infrastruktur
dan pengambilan
material
Transportasi
Udara
Polusi udara, gas
rumah kaca,
pengurangan ozon
pada ketinggian
karena emisi NOx
Modifikasi muka air,
saluran air sungai, air
permukaan
Pengambilan lahan
untuk infrastruktur,
fasilitas tak
digunakan
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Suara
Risiko kecelakaan
Dampak lain
Timbunan bahan
bakar dan B3 (Bahan
Beracun dan
Berbahaya)
Kereta Api
Transportasi jalan
Pemisahan atau
perusakan
permukiman,
pertanian dan
habitat liar
Transportasi
Udara
Fasilitas, pesawat,
dan suku cadang
yang tidak dapat
digunakan lagi
Suara sekitar
bandara
Kematian, luka, dan
kerusakan pemilikan
karena kecelakaan
pesawat
Beberapa akibat yang dapat dirasakan dari dampak negarif dari transportasi adalah
sebagai berikut:
Suara: pada tingkat melewati ambang batas umumnya 65 dB(A), akan terdapat
gangguan, perubahan perilaku, efek stress, kerusakan pendengaran, reaksi
psikologis agresif).
Karbon Monoksida (CO): mempengaruhi sistem saraf dan koordinasi,
kerusakan pandangan, dan pengambilan keputusan. CO berlebih akan
mempengaruhi sistem peredaran darah dan bersama dengan polutan lain akan
mendorong morbiditas.
Nitrogen Oksida (NOx): mengganggu normalitas darah, meningkatkan gejala
penyakit pernafasan dapat menyebabkan iritasi yang mengakibatkan oedema
atau emphysema. Selain pada manusia, NOx juga berbahaya bagi tanaman.
Apabila terjadi polusi secara bersama-sama dengan SOx akan mengakibatkan
pembentukan asam atmosfer dan asam garam.
Hidro Karbon (HC): dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan iritasi
mata, batuk, dan bersin menerus, pusing-pusing dan gejala penyakit seperti
pada mabuk. Beberapa studi juga menunjukkan efek karsinogenik (penyebab
kanker) pada hewan dan potensial pada manusia.
Timbal (Pb): merusak hati, ginjal, sistem reproduksi, pembentukan darah,
proses penyusunan sel baru, dan fungsi otak.
Aerosol dan Asbes: mempengaruhi sistem pernafasan dan dapat menyebabkan
iritasi lapisan paru yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan.
Di daerah perkotaan berpotensi menyebabkan kematian bayi
Karbon Dioksida (CO2): dikenal sebagai gas yang mempengaruhi kadar Gas
Rumah Kaca (GHG: Green House Gases), CO2 akan mengakibatkan tidak
stabilnya kemampuan bumi untuk memantulkan panas yang mengakibatkan
23
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Permasalahan transportasi
banyak ditimbulkan akibat
kurang sesuainya sistem ruang
dan transportasi yang ada
ataupun kurang konsistennya
implementasi dengan rencana
tata ruang.
1. Sistem Kegiatan; perencanaan tata guna lahan yang baik dapat mengurangi
keperluan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi semakin
mudah.
2. Sistem Jaringan; dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas pelayanan
prasarana yang ada seperti pelebaran jalan dan memperluas jaringan jalan
termasuk pembangunan jalan baru.
3. Sistem Pergerakan; dapat dilakukan melalui teknik dan manajemen lalu lintas
serta fasilitas angkutan umum yang baik.
Urutan pertama konsep yang dapat menyatukan hubungan dasar antara ketiga
sistem tersebut di atas adalah aksesibilitas atau daya hubung. Aksesibilitas
merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan
dalam suatu perjalanan. Karekteristik sistem transportasi ditentukan oleh
aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan pengaruh pada beberapa lokasi kegiatan
24
1 - 2 - 3
L A N G K A H
atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh pada pola
perjalanan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pola perjalanan ini kemudian
mempengaruhi jaringan transportasi dan akan pula memberikan pengaruh pada
sistem transportasi secara keseluruhan. Gambar 6 berikut akan memberikan
ilustrasi dari hubungan tersebut. Pada dasarnya tata guna lahan dan sistem
transportasi merupakan dua sistem yang saling mempengaruhi. Pola tata guna
lahan harus dibedakan dengan pertumbuhan. Dalam rangka memacu
pertumbuhan ekonomi sering kali terjadi perubahan tata guna lahan, namun hal ini
perlu diimbangi dengan peningkatan transportasi.
GAMBAR 6. Keterkaitan antara faktor-faktor yang terkait dengan transportasi
menyebabkan tingginya kompleksitas permasalahan perencanaan yang dihadapi.
Transportasi
Aksesibilitas
Pola Kegiatan
Penataan Lahan
Sumber: Wright, Paul H, Transportation Engineering Planning and Design, 1989.
Peningkatan
Aksesibilitas
Tingkat Pelayanan
Buruk
Peningkatan Nilai
Lahan
Meningkatkan Konflik
Lalu Lintas
Meningkatkan
Pembangkit Lalu Lintas
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Beberapa hal berikut ini menjelaskan rencana tindakan yang perlu dilakukan sebagai
jalan keluar dari permasalahan yang ditimbulkan dari korelasi pengembangan tata guna
lahan dan sistem transportasi tersebut di atas, yaitu:
1. Kebijakan pemerintah dengan program pengembangan wilayah baik secara
mikro maupun makro.
2. Pengembangan sistem transportasi dan penyediaan tingkat pelayanan yang baik
kepada pengguna jasa.
3. Peningkatan investasi infrastruktur dalam sektor transportasi.
4. Peningkatan pendapatan penduduk.
Proses
perencanaan
transportasi
dikembangkan dari evalusi terhadap
alternatif rencana tata guna lahan.
Proses ini akan memberikan informasi
terhadap kesesuaian tata guna lahan
pada masa mendatang dan asumsi
sistem
transportasi
yang
akan
dikembangkan. Kemudian dilakukan
evaluasi terhadap kinerja aksesibilitas dari sistem transportasi dan pola tata guna
lahan. Setidaknya dua tuntutan harus dipenuhi guna terciptanya aksesibilitas yang
baik: pertama, kemudahan dalam melakukan perjalanan yang aman, nyaman,
mudah dan cepat; kedua, dalam mencapai tujuan perjalanan tidak mengalami
hambatan. Persoalannya aksesibilitas yang baik sering merugikan aspek
lingkungan, bahkan setelah lingkungan dikorbankan pun, pada kenyataannya,
persoalan aksesibilitas tetap ada. Sementara lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang tidak banyak terganggu oleh lalu lintas.
26
1 - 2 - 3
L A N G K A H
27
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bab
3
Berbagai perspektif
transportasi
Man tends of necessity to gravitate towards his fellow-man. Of all animals he is the
most gregarious, and the greater the number collected in a given space the greater is the
attractive force there exerted, as seen to have been the case with the great cities of the
ancient world, Nineveh and Babylon, Athens and Rome, an as is now seen in regard
to Paris and London, Vienna and Naples, Philadelphia, New York and Boston.
Gravitation is here, as everywhere else in the material world, in direct ratio of the mass
and in the inverse one of the distance (Erlander and Stewart. 1990).
T
I S I
ransportasi bisa dilihat dari berbagai perspektif. Untuk itu bagian ini akan
memberikan pengantar mengenai problem dan perspektif transportasi yang
dihadapi oleh masyarakat, pemerintah dan kalangan swasta.
D A R I
B A B
I N I
Transportasi perkotaan
Transportasi perdesaan
Angkutan umum
Angkutan barang
Transportasi udara
Transportasi laut
Multimoda: Apa itu?
28
1 - 2 - 3
L A N G K A H
29
1 - 2 - 3
L A N G K A H
30
1 - 2 - 3
L A N G K A H
terjangkau, dan efisien, dan hal ini telah menjadi gambaran yang dominan di kotakota di negara berkembang.
Paradigma pembangunan transportasi perkotaan harus dikembalikan menjadi satu
sistem transportasi yang humanis. Meletakkan perencanaan semata-mata hanya
fasilitas kendaraan bermotor dan bahkan
kendaraan pribadi akan mengakibatkan Masyarakat miskin kota dan
makin terpuruknya ekonomi perkotaan. mereka yang berpendapat rendah
Karenanya
fokus
pembangunan biasanya merupakan kelompok
transportasi harus ditekankan kepada yang belum diuntungkan dalam
konsep aksesibilitas. Dalam konsep ini kebijakan transportasi perkotaan.
maka kebutuhan atas pergerakan harus
ditekan seminim mungkin melalui penataan tata guna lahan. Karenanya maka
penataan ruang dan tata guna lahan akan menjadi kunci dari sistem transportasi
yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selanjutnya diharapkan kebutuhan
untuk melakukan perjalanan dapat ditekan seminim mungkin. Apabila kebutuhan
tersebut ada maka seyogyanya perjalanan dilakukan dengan memakai angkutan
massal atau transportasi publik. Bagi mereka yang memakai kendaraan pribadi
diharapkan dapat menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan dan sedapat
mungkin mengeefisienkan perjalanannya. Perlu disadari bahwa berjalan kaki adalah
perekat semua sistem transportasi di perkotaan. Karenanya fasilitas pejalan kaki
diharapkan dapat diutamakan dalam sistem transportasi perkotaan.
31
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Implikasi dari hal tersebut di atas adalah (1) Peningkatan kebutuhan pangan dan
luas lahan pertanian (sekitar 200 ribu ha/thn); (2) Peningkatan kebutuhan produk
pertanian yang segar, berkelanjutan, cukup, dan efisien; (3) Perubahan gaya
konsumsi seperti makanan siap saji, produk olahan segar; (4) Pengintegrasian
aktivitas usaha semakin erat seperti input
Transportasi perdesaan perlu
pertanian (pupuk, bibit), kegiatan budi daya,
diarahkan untuk menyediakan
pengolahan, industri, penyimpanan, eceran
akses masyarakat desa bagi
(implikasi pada peran distribusi); (5)
kebutuhan
dasar dan kebutuhan
Peningkatan kebutuhan lapangan kerja
pengembangan sosial ekonomi.
perdesaan karena lingkup wilayah perdesaan
yang meluas.
Keterkaitan antara pertanian dan perdesaan dengan transportasi ditinjau dari
distribusi barang adalah menyangkut prasarana dan sarana, ketersediaan
infrastruktur dan fasilitas, sentra produksi dan sentra konsumsi, serta jenis produk
dan volume produksi. Salah satu contoh mudah pengaruh transportasi pada harga
eceran dapat dilihat perkiraan porsi biaya transportasi terhadap harga eceran
sebagai berikut (Krishnamurthi, 2003):
Sawit (terhadap minyak goreng)
: 1,2%
: 18,2%
: 1,3%
Daging sapi
: 19,7%
Beras
: 12,5%
Sayuran
: 21,0%
Daging ayam
: 16,4%
: 22,5%
: 17,5%
Telur
: 24,3%
Trail, merupakan trek yang sempit yang hanya cocok untuk kendaraan roda
dua, pejalan kaki, dan binatang penarik.
Path (jalan setapak), merupakan sebuah jalan sempit yang bersih untuk lalu
lintas pejalan kaki, sepeda, dan sepeda motor
Tracks merupakan jalan satu jalur dan jalan musiman yang tidak diperbaiki
yang menghubungkan ke kelas jalan yang lebih tinggi. Jalan ini dapat
32
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Perjalanan
1.
2.
3.
4.
Majalengka
Aurora
Ghana
Zambia
Jumlah Perjalanan
Internal Eksternal
84%
16%
93%
7%
93%
7%
91%
9%
Beban Perjalanan
Internal
Eksternal
21%
79%
35%
65%
76%
24%
81%
19%
33
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Mungkin, manfaat yang paling penting dari sebuah transportasi publik yang baik
adalah bahwa hal itu akan mengurangi kebutuhan dan keinginan untuk mempunyai
kendaraan pribadi, dan selanjutnya akan berdampak pada berkurangnya jumlah
perjalanan bermesin motor.
Kendaraan pribadi, khususnya mobil, merupakan moda transportasi kota yang
paling banyak mengambil ruang jalan. Jalan, lahan parkir, parkiran jalan, jalan
bebas hambatan, jalan tol, persimpangan jalan, dan jembatan merampas sebagian
besar lahan kota. Ketika sebuah kota menjadi lebih tergantung pada penggunaan
mobil dan perkembangan jalan makin cepat, jumlah lahan yang dibutuhkan untuk
infrastruktur motor-pun meningkat dengan drastic. Diperkirakan di kota-kota yang
berorientasi pada penggunaan mobil, antara 30%-50% lahan perkotaannya
digunakan untuk jalur mobil atau pun penggunaan lahan yang berhubungan
dengan kendaraan.
34
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Di kota-kota di Asia, seperti Manila, Jakarta, Delhi, dan lainnya, kebanyakan ruang
jalan dipakai oleh mobil-mobil dan motor pribadi, sementara kebanyakan
penumpang melakukan perjalanan dengan menggunakan bus dan minibus yang
mengambil kurang lebih separoh ruang jalan.
John Whiteleg, seorang peneliti menyatakan bahwa satu mobil membutuhkan 75
kali lebih banyak ruang dari ruang yang dipakai pejalan kaki di kota dan 20 kali
ruang yang dibutuhkan oleh sepeda, dan 30 40 kali lebih banyak daripada yang
dibutuhkan transit kereta.
Penghematan ruang adalah salah satu keuntungan besar yang ada di kota yang
telah meningkatkan keseimbangan prioritas transportasi. Ketika hanya ada sedikit
ruang yang digunakan untuk jalan dan lahan parkir, maka ruang yang tersedia
harus dapat lebih dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat luas.
Setiap kota berhak atas ketersediaan sarana transportasi publik yang efisien, andal,
dan terjangkau. Penyelenggaraan transportasi publik akan dapat berjalan baik bila
didukung oleh banyak kebijakan lainnya seperti pengaturan tata guna lahan, sistem
pajak, dan pungutan yang berkaitan dengan kendaraan bermotor, serta penentuan
tarif angkutan yang berkeadilan.
35
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Studi yang dilakukan oleh IPB, misalnya, juga menunjukkan bahwa masyarakat di
perdesaan dirugikan dengan sistem transportasi barang karena mahalnya komponen
biaya angkut dalam harga pasar komoditi pertanian mereka. Dengan demikian, produk
pertanian dalam negeri tidak lagi menjadi produk yang kompetitif, bahkan di pasar
domestik sekalipun. Pergerakan barang merupakan salah satu bidang kajian transportasi
yang paling rumit. Bagaimana tidak? barang dapat terdiri dari:
Barang kering yang biasanya merupakan barang belum jadi atau bahan baku
dan pada umumnya tidak dikemas dan dapat langsung dibongkar muat.
Barang cair yang berupa cairan dalam kemasan atau curah, memerlukan
penanganan khusus untuk B3 atau Bahan Beracun Berbahaya serta, pada
volume yang besar, dimungkinkan transportasi melalui pipa.
Barang umum yang berupa barang kiriman berupa barang jadi atau setengah
jadi, dikemas dalam satu unit (misalnya melalui kontainerisasi) serta moda
angkutan tergantung pada kemasan.
36
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Pegerakan komoditi yang efisien akan menentukan daya saing. Oleh karena itu, sistem
angkutan barang dan sistem logistik harus dikembangkan secara terintegrasi untuk
menjamin biaya angkutan yang kompetitif.
Agar barang dapat diangkut dengan efisien, ada beberapa elemen sistem transportasi
barang yang perlu diperhatikan, yaitu:
Penetapan lokasi industri, pabrik
atau gudang.
Lokasi
tersebut
ditetapkan berdasar pertimbangan biaya
pengantaran hasil produksi kepada
konsumen dan biaya pengangkutan
material ke lokasi. Hal ini akan
dipengaruhi oleh besarnya nilai bahan
mentah dan bahan jadi yang dihasilkan.
Sistem pergudangan atau inventory.
Barang yang dihasilkan tentu saja perlu
disimpan sebelum dikirim ke konsumen
Pemilihan moda angkutan barang sangat
tergantung pada kecepatan dan kebutuhan
atau pihak lain yang membutuhkan.
energi yang diinginkan
Sistem inventory yang paling sederhana
Sumber: ???
dikenal dengan ABC inventory system
dimana pemiliki mengidentifikasi komponen (A) yang memiliki volume paling
kecil dan nilai paling besar. Komponen (A) tersebut akan menjadi komponen
yang paling menentukan dan diperhatikan dalam penyiapan sistem inventory.
Jepang mengenalkan sistem kanban atau Just-in-Time (JIT) yang berusaha
menghilangkan komponen gudang karena dipandang sebagai biaya yang bisa
dihindari. Dengan mengetahui persis kapan barang dibutuhkan dan dikirim,
maka kebutuhan penggudangan barang dan biaya gudang dapat dihindarkan.
37
1 - 2 - 3
L A N G K A H
38
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bagaimana Indonesia?
Semaraknya pertumbuhan maskapai penerbangan murah yang juga melanda di
Indonesia rupanya terus berbuntut. Para pimpinan daerah kini bernafsu
membangun bandar udara. Beberapa pemerintah daerah seperti berlomba
mengajukan anggaran dana ke pemerintah pusat untuk meningkatkan sarana dan
prasarana bandar udara di wilayah mereka. Alasannya, jumlah penerbangan dan
penumpang dari dan menuju bandara tersebut terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pemerintah Propinsi Kalimanatan Selatan, misalnya, mengajukan anggaran
lebih dari Rp 100 miliar untuk meningkatkan daya tampung terminal dan fasilitas
lain Bandara Syamsuddin Noor. Sedangkan Kalimantan Timur meminta dana
lebih besar, sekitar Rp 470,88 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk
mengembangkan Bandara Sepinggan (Balikpapan), Juwata (Tarakan), Kalimarau
(Kutai Barat) dan Long Apung. Rencana peningkatan fasilitas bandara di Rendani
dan Manokwari, serta layanan udara perintis Sorong, juga diajukan oleh
Pemerintah Propinsi Irian Jaya Barat. Sementara Pemerintah Propinsi Jawa
Tengah mengajukan anggaran untuk memperpanjang landasan Bandara Ahmad
Yani dari 2.250 meter menjadi 2.850 meter. Sejauh ini keinginan daerah itu belum
tentu semuanya akan dipenuhi oleh pemerintah pusat, ketersediaan dana
merupakan masalah klasik yang masih dihadapi bangsa ini dalam pengembangan
infrastruktur.
Bagi banyak negara seperti Indonesia, yang haus akan datangnya turis, keberadaan
maskapai penerbangan murah jelas berdampak positif. Tingginya daya pikat
Indonesia di mata wisatawan merupakan peluang untuk mendongkrak industri
penerbangan nasional, namun posisi Indonesia dalam kancah persaingan industri
penerbangan global justru terpuruk. Hal ini ditunjukan oleh semakin gencarnya
sejumlah maskapai asing milik Singapura, Malaysia, Australia, Jepang, Perancis,
China, Brunei Darussalam, dan sebagainya, yang menggarap rute baru ke beberapa
kota di Indonesia.
ASEAN look to open sky
Ten nations in the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
have pledged efforts towards air transport liberalization in line with the
"ASEAN Open Sky" policy. Open sky is a target which has been set for
2015 in The Roadmap for the integration of ASEAN: Competitive Air
Services Policy, prepared by the ASEAN Air Transport Working Group
and endorsed by the ASEAN Transport Ministers during 9th Meeting in
Myanmar last October 2003. Open sky will be an important component of
the overall economic integration of ASEAN, since transport links are
critical to bringing down barriers to trade and facilitating change. The
"ASEAN Open Sky" policy will facilitate air transport, boost exchange
and cooperation in economy, culture and tourism fields, and turn the region
into an attractive destination for investment. One of the major hindrances to
the Open Sky policy is aviation protectionism among certain nations so it is
impossible to make a forecast for the start-up date. The civil aviation
industries in the region have seen uneven progress and the socio-economic
situation is also at different levels, but it was a priority to work out a road
map for cooperation in the air transport. (http://www.aadcp-repsf.org)
39
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Makasar, Timika, Biak, Kupang, Surabaya, Solo dan Yogyakarta. Dua terbesar
adalah Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandara Ngurah Rai Bali. Hal ini
ditujukan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata dan perekonomian daerah
seiring dengan era perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara.
Namun langkah pemerintah ini mendapat tanggapan negatif dari Asosiasi
Angkutan Udara Domestik. Pasalnya hal tersebut akan lebih menguntungkan
maskapai asing yang dapat langsung mendarat ke bandara-bandara tersebut tanpa
harus transit di Bandara Soekarno-Hatta atau Ngurah Rai. Hal ini menyudutkan
menyudutkan armada udara nasional pada situasi persaingan usaha global.
Masalahnya sejauh mana kemampuan maskapai penerbangan nasional untuk
bersaing dengan armada asing? Bisa jadi banyaknya bandara yang berstatus
internasional di Indonesia sangat tidak menguntungkan bagi pengembangan
armada udara nasional. Pada kondisi seperti ini, tentu saja, pemerintah telah
mempertimbangkan untung-ruginya keberadaan suatu bandara internasional dalam
Tatanan Kebandarudaraan Nasional.
Subsidi Pesawat untuk Buka Daerah Terisolasi
Jika di daerah lain maskapai penerbangan swasta melakukan perang tarif, di
Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Murung Raya justru
memberikan subsidi agar maskapai penerbangan swasta mau melayani jalur
sepi penumpang. Hal itu dilakukan untuk membuka daerah-daerah terisolasi.
Subsidi tiket yang diberikan adalah dengan membeli tempat duduk (seat)
pesawat. Melalui kerja sama dengan PT Dirgantara Air Service (DAS),
dilakukan penerbangan Banjarmasin-Purukcahu dan Palangkaraya-Pucukcahu,
seminggu tiga kali. Penerbangan menggunakan pesawat Cassa 212 berkapasitas
18 penumpang. Dalam perjanjian dinyatakan, jika seluruh tempat duduk terisi
penumpang, Pemkab tidak memberi subsidi. Namun jika tidak seluruh terisi,
tempat duduk yang kosong dibeli Pemkab Murung Raya sesuai dengan harga
tiket yang berlaku, yakni Banjarmasin-Purukcahu Rp 285.000 dan
Palangkaraya-Purukcahu Rp 255.000. Pola kerja sama seperti ini akan
menguntungkan kedua belah pihak, PT DAS tidak akan mengalami kerugian
karena dalam setiap penerbangan seluruh kursi dianggap terisi penuh.
Sedangkan Pemkab diuntungkan karena memudahkan investor masuk ke
Purukcahu.
Sementara itu untuk memperlancar transportasi ke Palangkaraya, Pemerintah
Propinsi (Pemprop) Kalimantan Tengah mensubsidi penerbangan Sriwijaya Air
(Jakarta-Palangkaraya) yang menggunakan pesawat Boeing 737-100. Pola
subsidi didahului dengan penentuan titik impas setiap penerbangan berbanding
jumlah penumpang. Jika penumpang kurang, kekurangan akan ditanggung
Pemprop. Sebaliknya, jika pesawat penuh, kelebihan dari titik impas dibagi dua
dengan komposisi 60 persen untuk maskapai penerbangan dan 40 persen
Pemprop Kalimantan Tengah. (Kompas, 24 April 2004)
Data yang ada menyebutkan bahwa dari 13 bandara yang dikelola oleh PT
Angkasa Pura I, baru empat bandara yang mencatatkan keuntungan yaitu Bandara
Ngurah Rai-Bali, Juanda-Surabaya, Hasanuddin-Makasar, dan SepingganBalikpapan. Hal ini membuktikan bahwa kerugian ekonomi yang dialami oleh
40
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Kebanyakan bandara
internasional di Indonesia
tidak efisien.
41
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Pelabuhan di samping fungsinya sebagai pelayanan, juga berfungsi sebagai sentra bisnis
transportasi laut. Tuntutan untuk menciptakan bisnis yang profesional berdaya saing
tinggi dan efisien menjadi harapan agar usaha kepelabuhanan dapat menjadi penggerak
ekspor nasional yang efektif. Usaha kepelabuhanan telah berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi, ukuran kapal, peningkatan jumlah, dan jenis barang. Usaha
jasa kepelabuhanan tidak terbatas pada bongkar muat barang tetapi telah menjangkau
kegiatan lain, seperti:
42
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Penyediaan kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas kapal dan tempat
berlabuh.
Pelayanan jasa yang berhubungan dengan pemanduan (kapal pandu) dan
penundaan (kapal tunda).
Penyediaan jasa dermaga untuk bertambat, bongkar muat barang serta
penyediaan fasilitas naik/turun penumpang.
Penyediaan dan pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang.
Penyediaan lahan untuk berbagai bangunan dan lapangan.
Penyediaan jaringan jalan dan jembatan, tempat tunggu kendaraan, saluran
pembuangan air, instalasi listrik, air minum, bahan bakar dan pemadam
kebakaran.
Penyediaan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering dan ro-ro.
43
1 - 2 - 3
L A N G K A H
untuk menolak pengambilalihan ini terutama jika dikaitkan dengan pelabuhan yang
hirarkinya nasional, internasional, dan international hub. Meskipun demikian Departemen
Perhubungan, sudah menyerahkan ratusan pelabuhan untuk dikelola daerah.
Ada 2 alasan utama yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilalihan pelabuhan
oleh daerah. Yang pertama kesiapan sumber daya manusia. Kesiapan SDM merupakan
salah satu faktor kunci dalam pengelolaan pelabuhan. Yang kedua tentunya harus
dilihat secara rinci bagaimana kondisi keuangan dan manajemen perusahaan. Saat ini
kita tidak bisa mengetahui kondisi keuangan tiap pelabuhan karena disatukan dalam
keuangan PT Pelindo I sampai IV. Artinya pelabuhan yang untung akan memberi
subsidi kepada pelabuhan yang rugi.
Langsa, salah satu wilayah di propinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) adalah
wilayah pemekaran yang perlu didorong dengan memfungsikan pelabuhan (lihat
kotak). Usaha keras dan kesungguhan daerah didasari atas potensi dan kebutuhan
untuk ekspor komoditas unggulan daerah. Daerah ini punya semangat tetapi masih ada
keputusan yang bergantung pada pemerintah pusat.
Persoalan efisiensi pelabuhan menjadi isu yang sangat hangat. Aparat birokrasi
bukannya berlomba memberikan pelayanan terbaik bagi warga, tapi malah berebut
memeras masyarakat, khususnya pengusaha. Misalnya dalam soal perizinan dan
pengurusan dokumen ekspor impor di pelabuhan, pungutan bisa berlapis-lapis
jumlahnya.
Five Generations of Containerships
First Generation (1956-1970)
Length
Converted Cargo
Draft
TEU
500
135 m
<9m
Converted
200 m
Cellular
215 m
800
1,000
2,500
3,000
250 m
11-12 m
4,000
290 m
Fourth Generation (1988-2000)
Post Panamax
275
305 m
4,000
11-13 m 5,000
335 m
13-14 m
5,000
8,000
44
1 - 2 - 3
L A N G K A H
pungutan mencapai 20-30 persen dari biaya resmi. Akibatnya, kegiatan ekspor dari
Jateng merosot hingga 30 persen sejak 2002. Misalnya, ekspor nonmigas, per bulan
tertinggi pada tahun 2001 mencapai nilai 170,9 juta dollar AS namun pada tahun
2002 merosot menjadi 120,2 juta dollar AS.
ISPS CODE
ISPS (Internasional Ship and Port Facility Security) Code merupakan aturan baru yang telah disahkan dalam international
Maritime Organization (IMO) Conference pada Bulan Desember 2002. Ketentuan ISPS Code mulai diterapkan pada 1
Juli 2004 dan mengikat seluruh anggota IMO termasuk Indonesia. Di Indonesia, dari sejumlah 141 pelabuhan
domestik yang berfungsi sebagai pintu gerbang perdagangan internasional, baru ada lima pelabuhan yang siap untuk
melaksanakan ketentuan internasional IMO tersebut, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Batam,
Belawan, dan Makassar. Selain pelabuhan, kapal-kapal yang terkena oleh peraturan ini meliputi kapal penumpang,
kapal barang, serta unit pengeboran lepas pantai berpindah.
Tujuan penerapan ISPS Code adalah:
Menetapkan suatu kerangka kerja internasional yang melibatkan kerja sama antarnegara untuk mendeteksi
berbagai ancaman terhadap keamanan dan tindakan preventif terhadap berbagai insiden keamanan yang
berakibat kepada kapal dan berbagai fasilitas pelabuhan yang melayani perdagangan internasional.
Menetapkan peran dan tanggung jawab antarnegara guna menjamin keamanan maritim.
Menjamin pengumpulan dini informasi secara efisien dan pertukaran informasi yang berkenaan dengan
keamanan.
Menyiapkan metodologi bagi assessment keamanan sehingga tersedia rencana dan prosedur guna bereaksi
terhadap setiap tingkat keamanan yang berubah.
Menjamin kerahasiaan yang memadai dan tindakantindakan keamanan maritim yang proposional.
Aturan baru ini mengharuskan adanya peralatan baru seperti Automated Identification System (AIS) Ship Security Alert
System yang dapat diaktifkan dari kapal maupun di darat. Para pemilik kapal atau perusahaan pelayaran harus
menunjuk Company Security Officer (CSO) yang tergantung tipe atau jenis kapal yang dioperasikan, apakah kapal
penumpang, tanker atau kapal barang. Untuk setiap jenis kapal perusahaan harus mampu menyediakan seorang CSO
dan tiap kapal harus mempunyai seorang Ships Security Officer (SSO) yang ditunjuk oleh perusahaan. Aturan baru ini
juga mengharuskan kapal memiliki ISPS-Certificate. Sementara itu untuk pelabuhan, beberapa peralatan yang harus
disiapkan adalah X-Ray System, Walk-through, CCTV, serta Metal Detector.
Resiko bagi negara yang tidak melaksanakan ketentuan ISPS Code, adalah kapal-kapal berbendera negara tersebut
yang melakukan pelayaran internasional tidak akan dizinkan berlabuh di pelabuhan negara tujuan. Dan tidak
diperkenankannya pula kapal-kapal yang telah bersertifikat ISPS Code memasuki pelabuhan di negara yang belum
menerapkan ketentuan ini. Dalam perhitungan volume lalu lintas barang, resiko tidak dilaksanakannya ketentuan
ISPS Code, bagi Indonesia akan mengakibatkan hambatan terhadap ekspor dan impor sebesar 400 juta ton per
tahun.
Kesungguhan terhadap pemberlakuan ISPS Code, yang gemanya sudah mendunia, membuat seluruh pelabuhan dan
perusahaan kapal didunia berusaha untuk mentaatinya. Sungguh suatu kerja keras mengingat waktu dan biaya yang
dikeluarkan sangat tidak sedikit. Pelabuhan internasional yang memiliki intensitas pergerakan ekspor dan impor
tinggi seperti Tanjung Priok telah menunjukkan hal itu. Saat ini Pertamina juga sedang mempersiapkan 17 buah
pelabuhan khusus untuk memperoleh sertifikat ISPS Code. Untuk pelabuhan yang belum mempunyai kemampuan
melaksanakan ISPS Code, Departemen Perhubungan menyarankan untuk dapat bekerja sama dengan perusahaan
pelayaran internasional agar kapalnya dapat menyinggahi dengan perjanjian khusus.
45
1 - 2 - 3
L A N G K A H
46
1 - 2 - 3
L A N G K A H
47
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bab
4
Yang sering terlupakan
For my part, I travel (Robert Louis Stevenson, penemu kereta api)
P
I S I
D A R I
B A B
I N I
Keselamatan
Membiayai transportasi
123 Langkah
48
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Diperkirakan korban sebenarnya mencapai lebih dari 30.000 mati dan 1,2 juta luka-luka
(ADB, 2004). Jadi selama ini kita dinina-bobokkan oleh rapor yang cantik sepertinya
tidak ada masalah keselamatan lalu lintas di Indonesia.
Siapa biang keladinya?
Manusia
Mesin
Lingkungan Kerja
LINGKUNGAN
GAMBAR 8. Model dasar keterkaitan Manusia
dan mesin serta lingkungan yang melingkupinya
Sulitnya koordinasi
Ketiga komponen sistem lalu lintas ditangani
oleh
instansi-instansi
yang
berbeda.
Departemen/Dinas
Pekerjaan
Umum
bertugas membangun jalan dengan segala
perlengkapannya;
Departemen/Dinas
Perhubungan bertugas mengatur operasi lalu
lintas dan mengontrol kendaraan, sedang
pihak kepolisian bertugas menyiapkan
pengemudi dan pengguna jalan yang tertib.
49
Kendaraan
Lingkungan
Prasarana
1 - 2 - 3
L A N G K A H
50
1 - 2 - 3
L A N G K A H
pembayar premi. Pembayar premi akan tetap membayar sejumlah yang sama tiap
tahun tidak peduli berapa kali kendaraannya terlibat kecelakaan. Di sini
pengemudi yang hati-hati (tak menyebabkan kecelakaan) memberikan subsidi
silang bagi pengemudi berbahaya yang banyak menyumbang kecelakaan di jalan.
Dengan kata lain, di Indonesia tidak perlu mengemudi berhati-hati, toh tiap tahun
akan membayar premi yang sama.
Nilai nyawa yang murah.
Kebanyakan orang sering mengemudi dengan
seenaknya. Tindakan ini seolah menyepelekan
keselamatan bagi dirinya dan orang lain
sehingga nyawa manusia acap kali dianggap
tak ada harganya. Perlu diketahui bahwa sejak
pertengahan tahun 2001, setiap korban
meninggal atau cacat tetap akibat kecelakaan
jalan akan disantuni sebasar Rp 10 juta
dikurangi biaya administrasi, polisi dsb.
Untuk luka-luka diberikan biaya pengantian rumah sakit maksimum Rp 5 juta.
Nilai tersebut merefleksikan bahwa nyawa manusia Indonesia di jalan hanya senilai
Rp 10 juta. Bandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang memberikan
santunan sebesar Rp 1,7 milyar bahkan di negara-negara maju lebih dari Rp 3
milyar.
Kondisi kendaraan yang membahayakan.
Secara umum kondisi kendaraan di jalan banyak yang tak laik jalan. Banyak insiden
truk atau bus masuk jurang karena rem yang blong atau stir patah. Karena alasan
ekonomi, banyak kendaraan yang dirawat ala kadarnya. Bagi yang mampu, mereka
memodifikasi kendaraannya dengan sembrono yang membuatnya membahayakan
pengguna jalan lain.
Sistem uji kir yang hanya merupakan formalitas.
Saat ini baru kendaraan umum dan barang yang wajib diuji kir setiap 6 bulan.
Jumlah ini hanya sekitar 15% dari seluruh populasi kendaraan di Indonesia.
Namun begitu uji kir ini banyak yang berjalan tidak semestinya di mana
kenyataannya uji kir juga bisa dibeli. Kendaraan bahkan tak perlu dibawa ke
stasiun pengujian atau jika toh diuji tidak lulus bisa dilakukan negosiasi untuk lulus!
Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk
menguji seluruh kendaraan bermotor di
Indonesia.
Namun jika cara pengujiannya
masih seperti saat ini yang bisa terjadi adalah
korupsi yang makin besar-besaran.
51
1 - 2 - 3
L A N G K A H
52
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Berbagai upaya untuk menerbitkan obligasi daerah telah dilakukan oleh beberapa
pemerintah daerah seperti Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Riau, Sumatra Barat,
dan DKI Jakarta. Namun upaya tersebut belum dapat terealisasikan dalam waktu
dekat karena tersandung oleh kebijakan Pemerintah Pusat melalui Keputusan
Menteri Keuangan No. 579/KMK.07/2003 berjudul Penundaan Ketiga Atas
Kepmenkeu No. 99/KMK.07/2001 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman
Daerah. Dalam ketentuan tersebut termuat bahwa Pemerintah Daerah (Pemda)
tetap tidak diperbolehkan melakukan perjanjian pinjaman jangka panjang yang
bersumber dari dalam maupun luar negeri sampai 31 Desember 2004. Hal ini
bertujuan untuk mendukung terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang
akuntabel, transparan dan profesional sehingga kebijakan ini dapat dikatakan
53
1 - 2 - 3
L A N G K A H
54
1 - 2 - 3
L A N G K A H
55
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bab
5
Selangkah lebih maju!
Level of Service, TEUs, Multimoda, MRT, LRT, BRT,
Occupancy Ratio, VC Ratio, VOC/BOK, MTOW,
apa lagi?
I S I
D A R I
B A B
I N I
1-2-3 Langkah
56
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Accessibility
Access and Egress
ATCS
ATC
Berth
Berth Occupancy
Ratio (BOR)
BRT
Busway
Container Crane
DWT
Double Track
EDI
Flyover
IMO
Level of Service
LRT
Marshalling Yard
Median
Mobility
Modal Split
MTOW
MRT
57
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Network
Occupancy
Park-n-Ride
Pedestrian
Proximity
PSO
PSP
Road Fund
ROW
Runway
TAC
Taxiway
TEUs:
Toll
Trip Asssignment
Trip Distribution
Trip Generation
Underpass
User charge
VC Ratio
58
1 - 2 - 3
L A N G K A H
59
1 - 2 - 3
L A N G K A H
dengan kecepatan yang relative lebih tinggi disbanding kendaraan lain, terjaminnya
keamanan merupakan unsur yang terpadu dalam BRT atau busway.
Hebatnya lagi, seluruh pembiayaan busway menggunakan dana APBD. Bang Yos,
panggilan akrab Gubernur DKI Jakarta rupanya yakin dengan kemampuan APBD
masih mampu memecahkan persoalan masalah transportasi di DKI Jakarta. Busway
direncanakan memiliki headway 3-5 menit dengan kapasitas 36.000 penumpang per hari.
Jumlah bus operasi bisa mencapai 50 buah pada saat jam sibuk di mana biaya
pengadaannya mencapai Rp 50 miliar, sedangkan untuk prasarana membutuhkan biaya
Rp 88 miliar sehingga total biaya penyelenggaraan busway tahap I (koridor Blok MKota) sebesar Rp 160 miliar. Tarif ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur
sebesar Rp 2.500, sedangkan biaya operasi kendaraan (BOK) sebesar Rp 3.700 per km.
Saat ini sedang dilakukan kajian mengenai pengembangan dua koridor busway lainnya,
yaitu Monas-Pulo Gadung dan Kalideres-Juanda. Secara keseluruhan Pemerintah
Propinsi DKI Jakarta berencana membangun 15 koridor di mana 8 koridor (termasuk
Blok M- Kota) ditargetkan selesai pada tahun 2007 dan sisanya akan beroperasi pada
tahun 2010.
60
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, adalah salah satu lokasi percontohan Tim
Koordinasi Pengembangan Infrastruktur Perdesaan yang mengikuti program
PEMP. Kabupaten yang tiga sisinya dibatasi laut ini memiliki 2 pelabuhan laut.
Sama halnya dengan banyak daerah pesisir lainnya, daerah yang luas wilayah
lautnya lebih luas dibanding wilayah darat memiliki sumber daya laut cukup kaya,
dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan, seperti potensi perikanan,
rumput laut, dan bahkan mutiara. Daerah ini memiliki banyak potensi di bidang
perikanan dan kelautan, namun tidak tergarap dengan baik. Keterlibatan penuh
masyarakat menjadi kunci sukses dan jaminan keberlanjutan program ini. Dana
subsidi BBM yang diberikan langsung kepada kelompok masyarakat pesisir
erdasarkan musyawarah desa ditentukan besarnya oleh masyarakat desa sendiri.
Dan nantinya masyarakat desa jugalah yang akan memantau penggunaan dana
tersebut. Penggunaan dana pasca PEMP (Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Pesisir) nantinya juga dikelola oleh LEPP-M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan
Pesisir-Mikro Mitra Mina).
Meskipun demikian banyak kritik dialamatkan kepada walikota yang eks pengusaha
itu. Di samping bangunan terminal, dilokasi tersebut juga akan dibangun sebuah
pusat perbelanjaan atau lebih dikenal dengan istilah megamal. Pembangunan
megamal sebagai pusat kegiatan ekonomi baru di Yogyakarta setidaknya akan
memicu terjadinya persaingan tak imbang antara sektor informal dengan pemodal
besar. Fungsi pasar tradisional menjadi mundur dan peran bakul kecil menjadi
surut, bersamaan dengan itu posisi pemasok kecil semakin lemah.
Dapat diduga berlangsungnya transaksi bisnis di kemudian hari banyak ditentukan
oleh pemodal besar yang akhirnya akan membunuh peran bakul-bakul kecil.
Beberapa kalangan pemerhati menilai kebijakan pembangunan megamal tersebut
tidak sesuai dengan ciri Kota Yogyakarta sebagai kota budaya, pendidikan, dan
61
1 - 2 - 3
L A N G K A H
pariwisata. Terlebih jika hal itu dipandang dari aspek ekonomi, transportasi,
ekologi, dan budaya.
Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto
yang berasal dari kalangan pengusaha kini
tengah berusaha menjadikan Terminal
Giwangan sebagai terminal termegah di
Indonesia. Pembangunan terminal ini
dilakukan oleh PT Pewita Karya dengan
nilai investasi mencapai Rp 150 miliar,
untuk itu Pemerintah Kota Yogyakarta
telah memberikan hak pengelolaan
Terminal Giwangan selama 30 tahun
kepada perusahaan tersebut
Sayangnya ada 2 km rel yang belum tersambung, yaitu dari Stasiun Tanjung Priok
sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok. Hingga sekarang persoalan ini belum ada jalan
keluarnya.. Hal ini mengakibatkan barang dari Stasiun Tanjung Priok harus diangkut
menggunakan truk untuk mencapai dermaga pelabuhan. Hal ini menyebabkan biaya
operasi dengan menggunakan KA peti kemas semakin tinggi sehingga tarifnya pun
semakin mahal. Frekuensi pelayanan KA peti kemas pun semakin berkurang, hal ini
karena peluang mengangkut penumpang Jakarta-Bandung yang semakin bertambah
dengan segala jenis pelayanannya.
62
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Tahun 2003 ini, menurut kajian Dinas Perhubungan DKI pelayanan peti kemas
Gedebage ke Tanjung Priok hanya satu kali sehari, itupun pada malam hari. Tarif
angkutnya relatif tidak lebih rendah daripada angkutan jalan raya. Sementara itu, ekspor
dari dalam negeri seringkali terganjal oleh berbagai macam aturan kuota sehingga
menyebabkan nilai ekspor Indonesia menurun drastis. Lalu?
Fasilitas yang akan dibangun antara lain adalah perluasan apron dan taxiway agar
menampung pesawat berbadan lebar, memperpanjang landasan pacu 280 meter
menjadi 2500 meter, meningkatkan daya dukung landasan dengan melakukan
pelapisan ulang (overlay).
Pemprop Kalsel dengan pembangunan bandara tersebut mengajak PT Angkasa
Pura I sebagai pengelola bandara Syamsudin Noor untuk melayani kebutuhan
perjalanan penumpang, tanpa ada prasyarat apapun kepada BUMN tersebut.
Manfaat apa yang dapat dipetik? Yang pasti dengan fasilitas tersebut pelayanan
pesawat yang berbadan lebih lebar dan lebih panjang lebih dapat tertampung,
jurusan yang dilayani akan semakin banyak, dan mampu dimanfaatkan ke kotakota utama di Indonesia. Pempro Kalsel sadar bahwa membuka daerahnya
memang perlu dilakukan, dan bandara dipandang sebagai alat utama untuk
membuka sekat keterbatasan tersebut.
63
1 - 2 - 3
L A N G K A H
64
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Kebijakan tarif
Berdasarkan Kepmenhub No. KM/30/1998, tarif akan
ditentukan oleh Direksi dari Badan Usaha Pelayaran yang terkait dan
berlaku selama 2 tahun sehingga sejauh mana kemungkinan pemegang
konsesi dapat meminta penyesuaian tarif setiap 2 tahun.
Pemerintah Kota Makassar menyikapi kebutuhan prasarana jalan bagi pergerakan lalu
lintas warganya mencoba melakukan terobosan dengan mengembangkan konsep jalan
65
1 - 2 - 3
L A N G K A H
66
1 - 2 - 3
L A N G K A H
financing) sebesar USD 150 - 180 juta sedangkan sisanya akan dibiayai melalui
hutang baik berupa penerbitan obligasi maupun pinjaman bank.
Adalah PT. Indonesia Transit Central (ITC) yang ditugaskan Pemerintah Propinsi DKI
Jakarta untuk mencari mitra strategis (investor) pada tahun 2001, dan selanjutnya ITC
berkolaborasi dengan Omnico Singapore Pts. Ltd untuk membentuk PT. Jakarta
Monorail. Sebelumnya, ITC bermitra MTrans Holding Sdn Bhd. yang merupakan
penyelenggaran monorel Kuala Lumpur, Malaysia. MTrans pada 2003 bahkan telah
menandatangani MoU (nota kesepahaman) yang disaksikan Gubernur Sutiyoso,
Presiden Megawati Soekarnoputri, dan PM Malaysia, saat itu, Mahathir Mohammad.
Namun, MTrans akhirnya mundur karena tidak menemukan kata sepakat mengenai
pembiayaan. MTrans juga tidak dapat memenuhi syarat Pemprov DKI Jakarta yaitu
membangun dua jalur sekaligus.
Kedua jalur monorel, jalur hijau dan jalur biru,
merupakan infrastruktur kereta melayang sepanjang
27 km yang akan melayani jalur lalu lintas
pengangkutan penumpang dikawasan pusat dan
pinggiran kota Jakarta, dan diharapkan untuk
diperluas ke wilayah Jabodetabek dalam fase
pembangunan berikutnya. Jalur hijau (green line)
melingkar sepanjang 14,8 kilometer, mulai dari Jalan
HR Rasuna Said (Kuningan), Gatot Subroto, BEJ,
Plaza Senayan, Pejompongan, Karet, Dukuh Atas
hingga kembali ke Kuningan. Adapun jalur biru (blue
line) sepanjang 12,2 kilometer, mulai dari Kampung
Melayu, Casablanca, Karet, Tanah Abang hingga
Roxy. Biaya pembangunan monorel jalur hijau
mencapai US$ 350 juta sedangkan jalur biru
menghabiskan anggaran US$ 250 juta. Jalur monorel
terbuat dari beton selebar tiga meter untuk satu arah.
Sedangkan material gerbong utama terbuat dari
alumunium. Satu monorel minimal terdiri dari empat gerbong, dengan daya angkut
1.400 penumpang. Sementara itu, kapasitas angkut bias mencapai 10.000 30.000
penumpang per jam per arah, Pada tahun pertama operasi diproyeksikan jumlah
penumpang yang diangkut sebesar 150.000 orang per hari untuk jalar biru dan 120.000
orang per hari untuk jalar hijau (lihat peta).
Kalau semuanya berjalan sesuai dengan rencana, jalur hijau akan
selesai pada Bulan Desember 2006, sedangkan jalur biru akan
selesai Bulan Juli 2007 sebelum berakhirnya masa jabatan kedua
Gubernus Sutiyoso. Demikian halnya yang disampaikan
Presiden Megawati agar investor konsekuen dalam janjinya
untuk menyelesaikan pembangunan monorel ini tepat waktu.
67
1 - 2 - 3
L A N G K A H
Bab
6
Catatan penutup
Memotivasi kita untuk terus belajar bagi kemajuan transportasi
dan kemajuan bangsa dan Negara
68
1 - 2 - 3
L A N G K A H
69
O N
2.
Meningkatkan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
3.
4.
transportasi;
berkesinambungan;
Kegiatan Utama
1.
2.
3.
Pemberdayaan masyarakat (peningkatan kepedulian) atas berbagai persoalan transportasi pendidikan, penulisan
kerja sama di media masa.
4.
5.
Pembentukan tim penyusun rekomendasi MTI bagi kebijakan publik di bidang transportasi.
70
71