Anda di halaman 1dari 46

BAB II

MENERAPKAN KETENTUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN


PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

2.1 Umum
Keselamatan kerja merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan suatu pekerjaan disamping dua aspek lain, yaitu pemenuhan target
produksi sesuai mutu/spesifikasi dan pengurangan dampak negatif terhadap
lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi
merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dan masing-masing memiliki peran
yang strategis serta tidak dapat terlepas satu dengan lainnya.

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pengertian umum dari keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk
melaksanakan pekerjaan tanpa mengakibatkan kecelakaan atau nihil
kecelakaan penyakit akibat kerja atau zero accident. Dengan demikian setiap
personil di dalam suatu lingkungan kerja harus membuat suasana kerja atau
lingkungan kerja yang aman dan bebas dari segala macam bahaya untuk
mencapai hasil kerja yang menguntungkan. Tujuan dari keselamatan kerja
adalah untuk mengadakan pencegahan agar setiap personil atau karyawan
tidak mendapatkan kecelakaan dan alat-alat produksi tidak mengalami
kerusakan ketika sedang melaksanakan pekerjaan.

2.1.2 Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Prinsip keselamatan kerja bahwa setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
aman dan selamat. Suatu kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya, antara
lain manusia, peralatan, atau kedua-duanya. Penyebab kecelakaan ini harus
dicegah untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Hal-hal yang perlu diketahui
agar pekerjaan dapat dilakukan dengan aman, antara lain:
1. Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan
2. Mengetahui potensi bahaya yang bisa timbul dari setiap kegiatan pada
setiap item pekerjaan yang akan dilakukan
3. Melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam Daftar Simak K3
Dengan mengetahui dan melaksanakan ketiga hal tersebut di atas akan
tercipta lingkungan kerja yang aman dan tidak akan terjadi kecelakaan, baik

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 1


manusianya maupun peralatannya.
2.1.3 Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja sangat penting diperhatikan dan dilaksanakan antara lain
untuk:
1. Menyelamatkan karyawan dari penderitaan sakit atau cacat, kehilangan
waktu, dan kehilangan pemasukan uang.
2. Menyelamatkan keluarga dari kesedihan atau kesusahan, kehilangan
penerimaan uang, dan masa depan yang tidak menentu.
3. Menyelamatkan perusahaan dari kehilangan tenaga kerja, pengeluaran
biaya akibat kecelakaan, melatih kembali atau mengganti karyawan,
kehilangan waktu akibat kegiatan kerja terhenti, dan menurunnya produksi.
2.2 Menginventarisasi Peraturan Perundang-Undangan dan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) pada kegiatan
pemeliharaan jalan
2.2.1 Identifikasi Perundang-undangan dan SMK3L
Ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan pekerjaan pemeliharaan
jalan adalah:
1. Ketentuan tentang keteknikan
Ketentuan keteknikan adalah standar konstruksi bangunan, standar mutu
hasil pekerjaan, standar mutu bahan dan atau komponen bangunan dan
standar mutu peralatan. Ketentuan terkait dengan teknik dan keamanan
serta keselamatan bangunan yang dinyatakan oleh
a. UUJK No 2 Tahun 2017, pasal 59
(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan.
(2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa
dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau
persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan,

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 2


pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Pasal 30 Ayat (1) b. penyelenggara jalan wajib memprioritaskan
pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk
mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. Undang-undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
1) Penyelenggara Jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki Jalan
yang rusak yang dapat mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas
2) Preservasi sebagai kegiatan untuk menjaga kondisi jalan, termasuk
didalamnya adalah pemeliharaan ,rehabilitasi dan rekonstruksi jalan
d. Peraturan Pemerintah RI No. 34/2006 tentang Jalan
Pasal 97 yang terdiri atas empat ayat sebagai berikut:
1) Penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 3


2) Pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan
3) Pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi
4) Pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan rencana pemeliharaan jalan
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 13/PRT/M/2011 tentang Tata
Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan
Pemeliharaan jalan adalah kegiatan penanganan jalan, berupa
pencegahan, perawatan dan perbaikan yang diperlukan untuk
mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal
melayani lalu lintas sehingga umur rencana yang ditetapkan dapat
tercapai
Pasal 12
Pemrograman pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan menentukan ruas/segmen ruas jalan yang masuk
dalam penanganan pekerjaan pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, rehabilitasi, dan rekonstruksi
2. Ketentuan tentang perlindungan tenaga kerja
Ketentuan tentang perlindungan tenaga kerja adalah ketentuan tentang
upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul
menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa/buruh (Pasal 66 ayat
2.c. UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan), berlaku bagi tenaga kerja
yang memenuhi persyaratan standar keahlian dan keterampilan yang
meliputi bidang dan tingkat keahlian serta keterampilan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
3. Perundang-undangan terkait SMK3L
SMK3-L yang terkait dengan pemeliharaan jalan adalah SMK3-L Bidang
Konstruksi yang dapat didefinisikan sebagai bagian dari sistem manajemen
yang mencakup 2 (dua) aspek kegiatan yang memerlukan:
a. struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 4


penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
selamat, aman, efisien dan produktif.
b. organisasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan lingkungannya dan mengelola aspek
lingkungannya yang harus dilaksanakan dalam rangka implementasi
pekerjaan konstruksi.
4. Peraturan terkait dengan SMK3L antara lain:
a. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
1) Tujuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti
pada pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang
Nomor 1 tahun 1970, maka dapat diketahui antara lain:
a) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
c) Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa hambatan
apapun.
Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha keselamatan dan
kesehatan kerja tidak lain adalah pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan di tempat kerja untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. Dalam Undang
undang tersebut dicantumkan antara lain kewajiban dan hak tenaga
kerja:
a) Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai
Pengawas/Ahli K3;
b) Memakai alat-alat pelindung diri;
c) Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
d) Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang
diwajibkan;

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 5


e) Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3
dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.
Undang-undang Keselamatan Kerja Nomor 1 tahun 1970 adalah
Undang-undang keselamatan kerja yang berlaku secara nasional di
seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari
segala peraturan keselamatan kerja yang berada di bawahnya.
Meskipun judulnya disebut dengan Undang-undang Keselamatan Kerja
sesuai bunyi pasal 18 namun materi yang diatur termasuk masalah
kesehatan kerja. Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan,
sudah barang tentu dasar filosofi pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja seperti tercermin di dalam peraturan perundangan
yang lama tidak sesuai lagi dengan falsafah Negera Republik Indonesia
yaitu Pancasila.
Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang Undang No. I tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR.
1910 dengan beberapa perubahan mendasar, antara lain:
a) Bersifat lebih preventif
b) Memperluas ruang lingkup
c) Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi
2) Ruang Lingkup
Undang undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat
kerja yang didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu:
a) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun
usaha sosial
b) Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus
menerus maupun hanya sewaktu waktu
c) Adanya sumber bahaya
Tempat Kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu
usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan
adanya bahaya kerja di tempat itu. Tempat kerja tersebut mencakup
semua tempat kegiatan usaha baik yang bersifat ekonomis maupun
sosial. Tempat kerja yang bersifat sosial seperti:

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 6


a) bengkel tempat untuk pelajaran praktek
b) tempat rekreasi
c) rumah sakit
d) tempat ibadah
e) tempat berbelanja
f) pusat hiburan
Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun
tidak tetap atau yang bekerja pada waktu waktu tertentu, misalnya
rumah pompa, gardu transformator dan sebagainya yang tenaga
kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk
mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, menyetel, dan
lain sebagainya maupun yang bekerja secara terus-menerus.
Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara terperinci
dalam Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. Perincian sumber bahaya dikaitkan dengan:
a) keadaan perlengkapan dan peralatan
b) lingkungan kerja
c) sifat pekerjaan
d) cara kerja
e) proses produksi
Materi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam ruang
lingkup UU No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan kerja
yang bertalian dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan
lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit
akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber sumber
produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 dan
4 mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian terhadap
barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat syarat keselamatan kerja untuk:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 7


b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian kejadian lain yang berbahaya
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Memberi alat alat perlindungan diri pada para pekerja
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar¬luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
pisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
3) Pengawasan
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah unit organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan ketentuan pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5
ayat (a) UU No. 1 tahun 1970. Secara operasional dilakukan oleh
Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi untuk:
a) Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 8


mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha
dan tenaga kerja tentang hal hal yang dapat menjamin pelaksanaan
secara efektif dari peraturan-peraturan yang ada.
c) Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga
Kerja tentang kekurangan kekurangan atau penyimpangan yang
disebabkan karena hal hal yang tidak secara tegas diatur dalam
peraturan perundangan atau berfungsi sebagai pendeteksi terhadap
masalah masalah keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan.
Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai
Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat
dijalankan sebaik baiknya. Untuk itu diperlukan tenaga pengawas yang
cukup besar jumlahnya dan bermutu dalam arti mempunyai keahlian
dan penguasaan teoritis dalam bidang spesialisasi yang beraneka
ragam dan berpengalaman di bidangnya. Untuk mendapatkan tenaga
yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit apabila hanya
mengandalkan dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh
pegawai teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri
Tenaga Kerja dapat mengangkat tenaga tenaga ahli dari luar
Departemen Tenaga Kerja maupun swasta sebagai ahli K3 seperti
dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. 1 tahun 1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja tetapi kebijaksanaan
nasional tetap berada, dan menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga
Kerja guna menjamin pelaksanaan Undang undang Keselamatan Kerja
dapat berjalan secara serasi dan merata di seluruh wilayah hukum
Indonesia.
Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat ditempuh
apabila terdapat pihak pihak yang merasa dirugikan atau tidak dapat
menerima putusan Direktur dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja. Panitia banding adalah panitia teknis yang anggotanya terdiri

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 9


dari ahli ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata cara, susunan
anggota, tugas dan lain lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen Tenaga
Kerja dalam hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus
membayar retribusi seperti yang diatur dalam pasal 7.
Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap kesehatannya
yang mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh pengaruh lingkungan
kerja yang bertalian dengan jabatannya dan untuk tetap menjaga
efisiensi dan produktivitas kerja, maka diwajibkan untuk dilakukan
pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga kerja baik secara awal
maupun berkala.
4) Kewajiban Pengurus K3 (termasuk pengusaha)
a) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan sesuai dengan sifat sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.
b) Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan disetujui oleh Direktur.
c) Menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru
tentang:
(1) Kondisi kondisi dan bahaya bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya.
(2) Semua pengamanan dan alat alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerjanya.
(3) Alat alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
(4) Cara cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
d) Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami
syarat syarat tersebut diatas.
e) Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 10


di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, dan
juga dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
f) Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
g) Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat Yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja,
sesuai dengan tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan
yang telah ditentukan.
h) Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan, kerja yang diwajibkan, sehelai undang
undang keselamatan kerja dan semua peraturan pelaksanaannya
yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat
tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
i) Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua gambar
keselamatan kerja. Yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat tempat yang mudah dilihat terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
j) Menyediakan secara cuma cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.
Dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk petunjuk yang diperlukan
menurut pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
5) Kewajiban dan hak tenaga kerja
a) Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai
Pengawas/Ahli K3.
b) Memakai alat alat pelindung diri.
c) Mentaati syarat syarat K3 yang diwajibkan.
d) Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat syarat K3 yang
diwajibkan.
e) Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat syarat K3

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 11


dan alat alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.
6) Sangsi
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970
merupakan ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama
lamanya 3 bulan atau denda setinggi tingginya Rp. 100.000,-
b. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peraturan pemerintah ini mengatur tentang penerapan K3 dalam suatu
perusahaan (pengusaha) dalam rangka menjamin keselamatan dan
kesehatan semua pekerjanya.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Pekerjaan Umum
1) Maksud Permen ini sebagai acuan bagi pengguna jasa dan penyedia
jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi bidang PU
2) Tujuan diberlakukannya Permen ini agar SMK3 Konstruksi bidang PU
dapat diterapkan secara konsisten untuk:
a) meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
b) dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja;
c) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktivitas.
3) Dalam pelaksanaan konstruksi para pekerja termasuk operator
penggelar aspal melalui P2K3 (Panitia Pembina K3) yaitu badan
pembantu di perusahaan dan tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja, memiliki peran dalam
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
4) Tingkat risiko kegiatan yang akan dilaksanakan yang telah disusun
dan dituangkan dalam daftar simak menjadi kewajiban pekerja dan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 12


termasuk operator penggelar aspal untuk melaksanakan
penerapannya
d. Ketentuan tentang lingkungan
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
1) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
2) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
5. Cara mengidentifikasi Peraturan Perundang-Undangan yang terkait dengan
kegiatan Pemeliharaan jalan adalah sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa aspek keteknikan di dalam membuat rencana
pelaksanaan Pemeliharaan jalan merupakan salah satu kegiatan jasa
konstruksi yang harus mengindahkan ketentuan keteknikan yang diatur di
dalam Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK). Setelah itu, untuk dapat
mengidentifikasi ketentuan keteknikan perlu memahami pengetahuan-
pengetahuan tersebut di bawah:
3) Mempelajari pasal-pasal di dalam UUJK yang mengatur ketentuan
keteknikan.
4) Mempelajari Penjelasan UUJK nomor 2 Tahun 2017 tentang
persyaratan teknik
5) Menindaklanjuti pengertian tentang keteknikan dengan mengumpulkan
standar, pedoman dan manual yang perlu digunakan untuk melakukan
perencanaan keselamatan jalan.
6) Mempelajari pasal-pasal di dalam UUJK yang mengatur persyaratan
kompetensi tenaga ahli yang boleh menjadi pelaku jasa konstruksi.
7) Membuat ringkasan hasil identifikasi ketentuan keteknikan berdasarkan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 13


hal-hal tersebut di atas.
b. Memastikan bahwa aspek perlindungan tenaga kerja di dalam membuat
rencana pelaksanaan Pemeliharaan jalan melibatkan urusan
ketenagakerjaan sehingga harus mengindahkan ketentuan perlindungan
tenaga kerja yang diatur di dalam Undang-undang Ketenagakerjaan
maupun UUJK. Setelah itu, untuk dapat mengidentifikasi ketentuan
perlindungan tenaga kerja perlu memahami pengetahuan-pengetahuan
tersebut di bawah:
1) Mempelajari pasal-pasal di dalam UU Ketenagakerjaan dan UUJK yang
mengatur ketentuan tentang ketenagakerjaan.
2) Mempelajari UUJK No. 2 Tahun 2017 mengenai Tenaga Kerja
Konstruksi
3) Mempelajari pasal-pasal di dalam Undang-undang Ketenagakerjaan
yang mengatur hak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja bagi
tenaga kerja.
4) Mempelajari Bab X Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan dari
Undang-undang Ketenagakerjaan bagi tenaga kerja yang memiliki
sertifikat keahlian atau ketrampilan yang diterbitkan oleh lembaga
sertifikasi
5) Membuat ringkasan hasil identifikasi ketentuan perlindungan tenaga
kerja berdasarkan hal-hal tersebut di atas.
6. Cara mengidentifikasi SMK3-L yang terkait dengan kegiatan Pemeliharaan
jalan perlu dilakukan:
a. Mengkaji potensi bahaya dan kecelakaan kerja yang dapat timbul pada
kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan Pemeliharaan
jalan.
b. Mengkaji potensi bahaya terhadap lingkungan dalam bentuk dampak
negatif lingkungan juga dapat timbul pada kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama pelaksanaan Pemeliharaan jalan.
7. Cara menjabarkan Peraturan Perundang-Undangan yang terkait dengan
kegiatan Pemeliharaan jalan :
a. Memilih Standar, Pedoman dan Manual yang berlaku sebagai acuan untuk

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 14


keperluan rencana pelaksanaan pemeliharaan njalan dan jembatan
sebagai penjabaran ketentuan keteknikan.
b. Menentukan penggunaan persyaratan ketentuan tentang kepemilikan
sertifikat keahlian/ keterampilan bagi rencana pelaksanaan pemeliharaan
njalan dan jembatan agar mempunyai legalitas dalam menjalankan tugas
profesinya sehingga ia berhak mendapatkan perlindungan tenaga kerja.
8. Cakupan SMK3L dalam pemeliharaan jalan, sebagai berikut:
a. Kelompok kegiatan dalam rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan yang
berpotensi menyebabkan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja: jenis-
jenis potensi bahaya kecelakaan kerja akibat dari kegiatan dalam rangka
pekerjaan Pemeliharaan jalan
b. Kelompok kegiatan dalam rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan yang
berpotensi menimbulkan dampak negatif lingkungan: jenis-jenis potensi
bahaya berupa dampak negatif lingkungan akibat dari kegiatan dalam
rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan
2.2.2 Merangkum hasil identifikasi peraturan perundang-undangan
Maksud pembuatan rangkuman Peraturan Perundang-Undangan pada kegiatan
Pemeliharaan jalan adalah dan SMK3L adalah:
1. Mengetahui dalam garis besar ketentuan tentang keteknikan yang harus
dijabarkan ke dalam persyaratan-persyaratan teknis yang tepat untuk
penyiapan rencana pelaksanaan pemeliharaan jalan, agar sasaran
pencapaian kemantapan jalan tercapai.
2. Mengetahui dalam garis besar ketentuan tentang perlindungan tenaga kerja
yang harus dijabarkan ke dalam ketentuan tentang waktu kerja,
pengupahan, dan kesejahteraan untuk keperluan perlindungan tenaga kerja
yang ditugasi dalam penyiapan rencana pelaksanaan pemeliharaan jalan.
3. Mengetahui potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada
kegiatan pelaksanaan pemeliharaan jalan sehingga dapat diantisipasi
rencana pencegahannya.
4. Mengetahui potensi dampak negatif lingkungan yang dapat terjadi pada
kegiatan pelaksanaan pemeliharaan jalan sehingga dapat diantisipasi
rencana pencegahannya.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 15


2.2.3 Mendokumentasikan rangkuman peraturan perundang-undangan
Dokumentasi rangkuman Peraturan Perundang-Undangan pada kegiatan
Pemeliharaan jalan adalah penyimpanan dokumen berupa rangkuman
ketentuan-ketentuan dimaksud ke dalam hard copy maupun soft. Cara untuk
mendokumentasikan sebagai berikut:
1. Tentukan pengelompokan dokumen ke dalam:
a. Kelompok dokumentasi rangkuman ketentuan tentang keteknikan
b. Kelompok dokumentasi rangkuman ketentuan tentang perlindungan
tenaga kerja
c. Kelompok dokumentasi rangkuman ketentuan tentang SMK3L
2. Kumpulkan bahan-bahan yang akan dimasukkan ke dalam kelompok
dokumentasi rangkuman ketentuan tentang keteknikan, terdiri dari:
a. Standar, Pedoman dan Manual untuk perencanaan teknis jalan
b. Standar, Pedoman dan Manual untuk perencanaan teknis jembatan
3. Kumpulkan bahan-bahan yang akan dimasukkan ke dalam kelompok
dokumentasi rangkuman ketentuan tentang perlindungan tenaga kerja,
terdiri dari ketentuan tentang :
a. waktu kerja,
b. pengupahan, dan
c. kesejahteraan
4. Kumpulkan bahan-bahan yang akan dimasukkan ke dalam kelompok
dokumentasi rangkuman ketentuan tentang kode etik, terdiri dari kode etik
profesi dan kode etik perusahaan.
5. Buatlah daftar dokumen-dokumen yang telah dikumpulkan berdasarkan
pengelompokannya.
6. Buatlah softcopy dokumen-dokumen yang telah dikumpulkan untuk
memudahkan penggunaannya dalam penerapan peraturan perundang-
undangan terkait dengan perencanaan keselamatan jalan.
2.3 Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan dan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) pada Kegiatan
pemeliharaan jalan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 16


2.3.1 Menyusun rencana pelaksanaan
1. Identifikasi Potensi Bahaya, Risiko Kecelakaan dan Kesehatan Kerja Serta
Pencemaran Lingkungan
a. Pengertian
Identifikasi potensi bahaya dab resiko kecelakaan kerja adalah suatu
program kerja yang didalamnya terdapat proses mengenali bahaya pada
suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko
bahaya tersebut kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko
bahaya yang telah teridentifikasi.
Identifikasi tersebut diatas dilakukan oleh pejabat K3 yang berwenang
bekerja sama dengan seluruh pejabat proyek termasuk juga Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan.
Isi pokok dalam identifikasi bahaya adalah :
1) Frekuensi dan tingkat keparahan kecelakaan kerja
2) Kecelakaan lalu lintas
3) Kebakaran dan peledakan
4) Keselamatan produk
5) Keselamatan konstruksi
6) Emisi dan pencemaran udara Limbah industri
b. Tujuan identifikasi resiko
1) Memantau resiko-resiko bahaya yang jarang diketahui atau beberapa
resiko bahaya yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan, padahal
beresiko kecelakaan atau pada kesehatan.
2) Menentukan cara laksana kedali bahaya dan mengurangi resiko
kecelakaan.
3) Acuan dalam menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar
pengajuan ke Manajemen.
4) Tujuan akhir dari program ini adalah menurunkan angka kecelakaan
kerja dan meningkatkan produktifitas.
c. Kegiatan yang potensial menimbulkan bahaya dalam pelaksanaan K3 dan
lingkungan.
Pekerjaan Konstruksi adalah suatu pekerjaan yang mempunyai resiko

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 17


tinggi. Berbagai proyek dengan skala besar mempunyai potensi rawan
kecelakaan terutama pada saat pelaksanaan. Untuk itu diperlukan
ketentuan dan pedoman tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja agar
kecelakaan kerja dapat dibuat seminimal mungkin. Salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan kerja di jalan adalah perilaku pengguna jalan,
misalnya di lokasi pekerjaan jalan, penyelenggara jalan mungkin tidak
menyadari bahwa kebanyakan kesalahan manusia yang dilakukan oleh
pengemudi/pengendara sebenarnya disebabkan oleh kesalahan
perencana jalan dan pelaksana konstruksi jalan. Hal-hal yang berbahaya,
antara lain:
1) Rambu peringatan tidak dipasang di tempat yang seharusnya;
2) Pekerjaan jalan “muncul” begitu saja tanpa ada Rencana Manajemen
Lalu Lintas (RMLL);
3) Suatu segmen perkerasan beton baru tidak diberi delineasi atau rambu
peringatan sehingga pada malam hari, pengemudi/pengendara terkejut
saat anjlok ke permukaan jalan lama pada kecepatan tinggi.
d. Pemeriksaan tahapan kegiatan yang berpotensi bahaya dalam
pelaksanaan K3 dan lingkungan.
Kecelakaan dapat disebabkan oleh tiga hal: manusia dan/atau kendaraan
dan/atau jalan. Kebanyakan orang menyalahkan manusia (pengemudi,
pengendara, pejalan kaki) dalam segala kecelakaan atau meminta polisi
perlu lebih giat menegakkan peraturan lalu lintas sehingga kecelakaan
berkurang. Padahal ada hal-hal kegiatan yang potensial menimbulkan
bahaya yang disebabkan oleh kesalahan perencana jalan dan pelaksana
konstruksi jalan, misalnya, antara lain:
1) Penempatan rambu dan pengaman yang kurang baik, terlalu banyak
rambu yang diletakkan sehingga membuat pengguna jalan bingung
2) Tidak ada manajemen lalu lintas yang baik

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 18


Gambar 2.1
Manajemen lalu lintas yang kurang baik
e. Potensi resiko dan bahaya pada proyek jalan
Berikut dijabarkan potensi bahaya dan resiko pada pekerjaan pemeliharaan
jalan yang diambil dari salah satu jurnal “Kajian Risiko Kecelakaan Kerja
Pada Pekerjaan Konsturksi Jalan”, mulai dari tahapan awal yaitu mobilisasi
sampai dengan tahapan pasca konstruksi
1) Tahap Mobilisasi
a) Kecelakaan akibat operasional alat berat
b) Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak ada rambu)
2) Pekerjaan Drainase
a) Terluka akibat material (pecahan batu besar, cerucuk)
b) Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)
c) Kecelakaan akibat operasional alat berat
d) Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)
3) Pekerjaan Tanah
a) Terluka akibat material (cerucuk)
b) Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)
c) Kecelakaan akibat operasional alat berat
d) Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)
4) Pekerjaan Bahu Jalan
a) Gangguan pernafasan akibat debu material
b) Terluka akibat alat manual (vibro)
c) Kecelakaan akibat operasional alat berat
d) Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)
5) Pekerjaan perkerasan material berbutir dan aspal
a) Terluka akibat material (aspal panas, api pembakaran aspal)

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 19


b) Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)
c) Kecelakaan akibat operasional alat berat
d) Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)
6) Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan Minor
a) Terluka akibat material (serpihan batu besar)
b) Terluka akibat alat manual (Pemecah batu, alat tajam lainnya)
c) Kecelakaan akibat operasional alat berat
d) Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)
7) Pasca Konstruksi
a) Terluka akibat material (pasir, batu, sisa bekisting)
b) Terluka akibat alat manual (penggali, parang, pemecah batu dan alat
lainnya)
c) Kecelakaan akibat operasional alat berat
2. Pedoman Pemakaian Peralatan K3 dan Pemeriksaan Kelayakan dan Kelaikan
Peralatan K3.
Sebelum menerapkan program K3 dan Lingkungan, petugas K3 wajib untuk
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyediakan pedoman pemakaian peralatan K3
b. Menyediakan pedoman pemeriksaan kelayakan dan kelaikan peralatan K3
Pelaksana Lapangan memeriksa kelengkapan pedoman-pedoman tersebut
dan apabila dinilai kurang lengkap segera meminta kekurangannya kepada
petugas K3.
3. Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK)
a. Alat Pelindung Diri (APD)
Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diperlukan terdiri
dari 2 bagian pokok yaitu: Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman
Kerja (APK). Alat pelindung diri (APD) adalah alat pengaman diri yang
digunakan dalam bekerja pada pekerjaan konstruksi, agar kita terhindar
dari kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja. Peralatan pelindung
diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri.
Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu
hendaknya diimbangi dengan kesungguhan kontraktor menerapkan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 20


aturan pengggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian sekaligus pemecahan masalahnya, seperti:
1) Untuk pertama kalinya pekerja menggunakan alat pelindung diri,
seperti helm, sepatu kerja, dan ikat pinggang pengaman memang
kurang menyenangkan bagi pekerja. Memanjat dengan menggunakan
sepatu bahkan dirasakan, menghambat, kurang aman dan nyaman
bagi pekerja yang belum terbiasa.
2) Menggunakan sarung tanganpun dirasakan risih oleh pekerja. Memang
diperlukan waktu agar menggunakan pelindung diri itu menjadi
kebiasaan. Tetapi yang terpenting adalah para pekerja harus
menyadari tujuan utama menggunakan alat pelindung diri tersebut
adalah untuk keselamatan dirinya terhadap kemungkinan adanya
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
3) Diperlukan adanya safety engineer, ahli k3 (safety officer) yang selalu
menginspeksi penggunaan alat pelindung diri ini dan akan menegur
pekerja yang lupa menggunakan alat pelindung dirinya sewaktu
bekerja.
4) Peralatan pelindung diri yang disediakan harus memadai dan berfungsi
dengan baik, untuk itu penyedia jasa atau kontraktor harus
menyediakan dana khusus untuk pengadaannya, hal ini tidak bisa
dihindari demi untuk keselamatan dan kesehatan pekerjanya
disamping adanya ketentuan dari Undang Undang; Permen; Kepmen
dari pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan K3 di sektor
konstruksi.
b. Penggunaan APD
Penggunaan APD erat kaitannya dengan kebiasaan pekerja, sering kali
dijumpai motivasi dan disiplin pekerja sangat rendah dalam memakai
APD. Kondisi ini harus diatasi dengan kesungguhan kontraktor dalam
menerapkan aturan penggunaan peralatan itu. Selain itu diperlukan
tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengawasi dan memberikan
sanksi bagi pelanggar disiplin APD. Pembiayaan peralatan memang
diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah dianggarkan oleh Kontraktor.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 21


Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan prosedur
penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan, dan menggantikan
alat pelindung diri oleh Kontraktor.
1) Jenis Alat Pelindung
Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri
dan jasa lain, digunakan juga dalam dunia Konstruksi, karena dunia
konstruksi bukan hanya untuk membangun fasilitas baru tetapi
digunakan pula dalam pemeliharaan dan perbaikan suatu fasilitas
yang masih berjalan. Untuk tukang besi beton, keseluruhan APD
seharusnya juga harus dipakai, karena macam pekerjaan dan tempat
kerjanya, dimana kecuali bekerja dengan mesin pada workshop
pemotongan dan pembengkokan besi beton, juga ybs harus bekerja
di tempat ketinggian (misal pada high rise building). Kadang-kadang
pada pekerjaan pembesian perlu dilakukan pekerjaan pengelasan dan
lokasi pekerjaannya juga ditempat yang sulit dan berbahaya misalnya
pembesian di terowongan.
APD untuk mencegah bahaya bagi pekerja yaitu:
a) Baju Kerja
(1) Pakaian harus dibuat sedemikian rupa, hingga melindungi
pakaian yang dipakai terhadap kotoran, juga dapat menahan
kemungkinan penularan
(2) Dalam hal tertentu pakaian kerja harus dapat menahan atau
memberikan perlindungan terhadap bahaya kebakaran
(3) Pada waktu bekerja tidak diperkenankan memakai cincin,
rantai, jam tangan, rantai kunci yang mungkin akan tersangkut
(4) Pakailah baju kerja berlengan pendek, terutama bekerja
dengan mesin

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 22


Gambar 2.2
Baju kerja

b) Pelindung Kepala
Untuk pelindung kepala selalu digunakan helm pengaman, yang
berguna untuk menghindari risiko kejatuhan benda-benda tajam
dan berbahaya. Peralatan atau bahan kecil tetapi berat bila jatuh
dari ketinggian dan menimpa kepala bisa berakibat mematikan.
Kecelakaan yang menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak
dan dalam posisi berdiri atau ketika naik ketempat yang lebih
tinggi. Aturan yang lebih keras pada pekerjaan di ketinggian harus
diberlakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang memasuki area
tersebut. Upaya ini ditambah leaflet-leaflet peringatan tertulis yang
jelas dan mudah terbaca. Jenis helm yang digunakan harus sesuai
SNI atau standar Internasional. Juga cara pemakaiannya harus
betul, tali pengikat ke dagu harus terpasang sebagaimana
mestinya sehingga tidak mudah terlepas.

Gambar 2.3
Pelindung kepala
c) Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan (safety shoes) untuk menghindari kecelakan
yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau kayu,

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 23


terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar
pada waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja pada
pekerjaan tanah dan pengecoran beton. Pada umumnya di
pekerjaan konstruksi, kecelakaan kerja terjadi karena tertusuk
paku yang tidak dibengkokkan, terpasang vertical di papan sebagai
bahan bangunan yang berserakan ditempat kerja. Ada beberapa
jenis sepatu kerja:
(1) Memakai pelindung kaki agar aman dari kejatuhan benda
(2) Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air
(3) Sepatu untuk memanjat
(4) Sepatu untuk pekerjaan berat
(5) Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan
bahan sejenis

Gambar 2.4
Pelindung kaki
d) Pelindung Tangan
Sarung tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera
lecet atau terluka pada tangan seperti pekerjaan pembesian
fabrikasi dan penyetelan, pekerjaan las, membawa barang-barang
berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali. Banyak kecelakaan
luka terjadi di tangan dan pergelangan dibanding bagian tubuh
lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak, terkelupas,
terpotong, memar atau terbakar bisa berakibat fatal dan tidak
dapat lagi bekerja. Diperlukan pedoman penguasaan peralatan
teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti sarung tangan.
Pekerjaan-pekerjaan yang yang memerlukan pelidung tangan
misalnya adalah:

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 24


(1) Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar,
tajam atau permukaan menonjol
(2) Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan
atau zat- zat seperti aspal dan resin beracun
(3) Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik dan cuaca
(4) Ada berbagai sarung tangan yang dikenal
Jenis pelindung tangan:
(1) Sarung tangan kulit: untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan
pemindahan pipa
(2) Sarung tangan katun: pada pekerjaan besi beton, pekerjaan
bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga
untuk pekerjaan ketinggian
(3) Sarung tangan karet untuk isolasi: untuk pekerjaan listrik yang
dijaga agar tidak ada yang robek agar tidak terjadi bahaya kena
arus listrik

Gambar 2.5
Pelindung tangan
e) Pelindung Pernafasan
Beberapa alat pelindung pernafasan (masker) diberikan sebagai
berikut, dengan penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi di
lapangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan:

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 25


(1) Masker pelindung pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman
(shade of lens) yang disesuaikan dengan diameter batang las
(welding rod)
(2) Masker gas dan masker debu adalah alat perlindungan untuk
melindungi pernafasan dari gas beracun dan debu. Dalam
pekerjaan di proyek banyak terdapat pekerjaan yang
berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau gas yang
berasal dari:
(a) Peralatan pemecah dan batu
(b) Kecipratan pasir
(c) Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes
(d) Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau
dilapisi zinkum, nikel atau cadmium
(e) Cat semprot
(f) Semburan mendadak
Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun,
pelindung pernafasan harus segera dipakai. Jenis pelindung
pernafasan yang harus dipakai tergantung kepada bahaya dan
kondisi kerja masing-masing. Juga diperlukan latihan cara
menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk pihak
berwenang untuk peralatan pelindung pernafasan ini. Bekerja di
ruang tertutup seperti gudang atau ruangan bawah tanah ada
kemungkinan terdapat bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-
bahan yang rapuh wajib pula menggunakan perlindungan
pernafasan. Juga terdapat alat pelindung pernafasan jenis
setengah muka yang terdiri atas:
(1) yang memakai alat filter atau penyaring katrid, filter ini perlu
diganti secara berkala
(2) pelindung pernafasan dari gas dan asap
(3) filter kombinasi penahan gas dan asap
Disamping itu terdapat juga alat pelindung pernafasan penuh
muka memakai filter yang bisa melindungi mata maupun muka.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 26


Pelindung pernafasan yang lain ialah yang melindungi seluruh
muka yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan
merupakan jenis yang terbaik, terutama bila di tempat kerja
kurang dapat oksigen. Udara dialirkan dari kompresor yang
dilengkapi penyaring. Pada iklim panas alat ini terasa sejuk dan
menyenangkan. Alat ini lebih mandiri tapi memerlukan pelatihan
cara memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
f) Pelindung Pendengaran
Pelindung Pendengaran untuk mencegah rusaknya pendengaran
akibat suara bising diatas ambang aman seperti pekerjaan plat
logam

Gambar 2.6
Pelindung telinga
g) Pelindung mata
Kaca mata pelindung (protective goggles) untuk melindungi mata
dari percikan logam cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata
pelindung untuk pekerjaan menggerinda dan pekerjaan berdebu.
Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan.
Kecalakaan yang mengenai mata seringkali terjadi dalam:
(1) Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu,
pembetonan dan memasang bata dengan tangan atau alat
kerja tangan menggunakan tenaga listrik
(2) Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat
(3) Penutupan atau penyumbatan baut
(4) Menggerinda dengan tenaga listrik
(5) Pengelasan dan pemotongan logam

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 27


Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan,
kebocoran atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair.
Persoalan yang banyak terjadi adalah, kemalasan tukang untuk
memakai pelindung, alat tidak cocok, atau memang alatnya tidak
tersedia sama sekali di proyek.

Gambar 2.7
Pelindung mata
h) Tali pengaman & sabuk keselamatan (safety belt)
Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari ketinggian.
Pencegahan utama ialah tersedianya jaring pengaman. Tetapi
untuk keamanan individu perlu ikat pinggang pengaman/sabuk
pengaman (safety belt). Yang wajib digunakan untuk mencegah
cidera yang lebih parah pada pekerja yang bekerja diketinggian
(>2 M tinggi). Syarat-syarat untuk tali pengaman adalah:
(1) Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan
cara meloncat
(2) Harus cukup kuat menahan berat badan
(3) Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas
tempat kerja
Sistem pelatihan penggunaan APD sangat penting yang mengajarkan
cara menggunakan peralatan yang betul, efektif, dan tanpa
membahayakan. Hampir semua pekerja tukang kita tidak pernah
dibekali pengetahuan melalui sistem pelatihan. Dengan cara
penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja tentang
pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih
berhasil bila merupakan program dalam paket pelatihan sejak
berstatus calon pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 28


penyebab angka kecelakaan kerja bidang konstruksi di Indonesia
termasuk tinggi.
c. Alat pengaman kerja (APK)
Alat pengaman kerja merupakan alat bantu agar pada waktu kita bekerja
dalam menggunakan mesin perkakas kayu, tidak terjadi kecelakaan kerja
maupun gangguan kesehatan kerja yang diakibatkan peralatan kerja,
juga lingkungan kerja disekitar kita.
Jenis-jenis Alat Pengaman Kerja antara lain:
1) Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), kotak ini amat
diperlukan untuk mengatasi gangguan kecil kecil yang terjadi pada
waktu sedang bekerja, misalkan ada luka kulit , gatal gatal, kurang
sehat (pusing pusing), flu, batuk dan lain-lain, sehingga gangguan
tersebut dapat diatasi.

Gambar 2.8
Kotak P3K

2) Alat pemadam kebakaran, yang disediakan biasanya adalah tabung


pemadam kebakaran (fire extinguser), alat ini bentuknya tidak terlalu
besar tetapi sangat diperlukan untuk mengatasi bila ada kebakaran
kecil, yang diakibatkan oleh konselting listrik dan lain-lain. Alat
pemadam jenis ini biasanya dibuat di pabrik dalam bentuk tabung dari
logam yang diisi dengan cairan kimia atau bubuk kimia kering. Kondisi
tabung harus diperiksa secara berkala bahkan isinya harus diganti
dalam batas waktu tertentu sesuai petunjuk pabrik yang membuatnya.
Alat ini biasanya ditempatkan di ruang kantor atau di lorong-lorong
dan digunakan untuk memadamkan sumber api yang masih kecil,
dengan cara seperti berikut:

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 29


a) Melepas kunci pengaman pada bagian atas tabung
b) Memegang alat dalam keadaan tegak
c) Melepas pipa dari penjepitnya (dip)
d) Menekan pengatup (pembuka katup)
e) Mengarahkan moncong pipa ke sumber api dan menyemburkannya
secara merata

Gambar 2.9
Jenis APAR dan cara menggunakan
3) Slogan-slogan dan rambu-rambu K3
Slogan dan rambu-rambu K-3 merupakan bagian penting dalam
penerapan K-3 di lingkungan proyek konstruksi dan hams dipasang
pada tempat-tempat yang strategis, dalam arti mudah terlihat dan
sesuai dengan situasi kerja. Dengan slogan dan rambu rambu ini

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 30


terlihat kesungguhan para pemangku kerja yang ada dilingkungan
proyek Konstruksi untuk selalu hati hati dalam bekerja dan selalu
mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja
Slogan dan rambu-rambu yang diperlukan pada pekerjaan konstruksi
adalah sebaqai berikut:
a) Wajib menggunakan topi pengaman (helmet)
b) Dilarang merokok atau menyalakan api pada daerah yang
berdekatan dengan tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti bensin, bahan kimia dan sejenisnya
c) Wajib menggunakan kaca mata pelindung
d) Wajib menggunakan penutup/pelindung telinga pada daerah yang
bising
akibat bunyi mesin
e) Rambu-rambu lainnya sesuai dengan karakteristik bidang
pekerjaannya
f) Tanda peringatan tentang penangkal petir yang menempel pada
peralatan dan komponen (warning,caution,danger)
g) Contoh slogan yang sering digunakan: Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah Prioritas Utama Kami; Perusahaan memberikan ucapan
selamat kepada Tim atas prestasi 1000.000 jam kerja tanpa
kecelakaan kerja (zero accident) pencapaian besar sukses besar dan
inqat tetap berhati hatilah
4) Safety cone
Pengaman kerja untuk memberi batas daerah kerja penggelar aspal
sehingga yang tidak berkepentingan tidak masuk ke daerah tersebut.
Karena terbuat dari bahan plastik, harus diperiksa kondisi fisiknya
(tidak cacat berat, masih utuh dan landasannya masih dapat berfungsi
dengan baik) serta warnanya masih cukup baik (terang)

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 31


Gambar 2.10
Safety cone
5) Rambu kerja
Rambu kerja dipasang sebagai tanda peringatan bahwa dikawasan
yang bersangkutan sedang berlangsung pelaksanaan pekerjaan (under
construction). Yang melewati kawasan tersebut harus meningkatkan
kewaspadaan karena banyak alat berat yang beroperasi. Rambu kerja
ini, selain diperiksa kondisi fisiknya juga diperiksa kecocokannya
dengan jenis pekerjaan yang dihadapi.

Gambar 2.11
Rambu kerja
6) Penghalang (barricade)
Digunakan untuk menutup lalu lintas jalan atau kawasan pekerjaan
yang mengharuskan jauh dari keramaian orang banyak. Untuk jalan
yang lebar atau batas yang lebih panjang penghalang jalan dipasang
berderet-deret memenuhi garis batas aman yang dikehendaki.
Sebelum dipasang semua penghalang diperiksa kondisi fisik dan
kelengkapannya agar dapat berfungsi dengan baik.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 32


Gambar 2.12
barricade
7) Lampu rotary
Lampu rotary biasanya dipasang berdekatan dengan rambu kerja. APK
ini dimaksudkan untuk lebih menegaskan tanda bahaya (terutama
pada malam hari) rambu kerja yang dipasang

Gambar 2.13
Lampu rotary
8) Disamping alat alat pengaman kerja seperti tersebut diatas, masih
terdapat beberapa alat pengaman kerja yang lain, diantaranya adalah:
tool kit , bak sampah, genset, penangkal petir, toilet (mck), air bersih,
air minum, klinik, tempat istirahat, kantin, tandu, instalasi listrik,
instalasi air, mushola dan lain-lain.
4. Penggunaan APD dan APK
Sebelum kita mulai menggunakan baik itu alat pelindung diri (APD),
maupun alat pengaman kerja (APK), pastikan terlebih dahulu bahwa alat-
alat tersebut diatas berfungsi dengan baik. Untuk memastikan hal ini kita
harus terlebih dahulu melakukan cek dan ricek sebelum menggunakannya,
dengan membuat program K3 untuk para pekerjanya biasanya berupa
check list
a. Kondisi dan fungsi alat pelindung diri (APD)

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 33


Kondisi dan fungsi alat pelindung diri (APD) harus dalam keadaan baik
yaitu sebagai berikut:
1) Helm harus terlihat baik tidak terlihat ada tanda retak dan cat yang
mengelupas dan bila dites dengan dijatuhkan atau jatuhi benda
dengan berat tertentu, tidak boleh ada keretakan.
2) Sarung tangan harus bersih, tidak terlihat ada noda, tidak terlihat ada
yang sobek dan lain-lain
3) Sepatu lapangan harus dalam kondisi bersih dan kering, tidak terlihat
ada kotoran, baik itu tanah, lumpur ataupun minyak. Tidak boleh
terlihat ada tanda tanda sepatu rusak ataupun sobek.
4) Alat pelindung telinga harus berfungsi dengan baik, kebisingan yang
ditimbulkan oleh mesin perkakas kayu harus dapat diredam dan tidak
mengganggu telinga.
5) Sabuk pengaman juga harus terlihat bersih dan dalam kondisi baik,
tidak terlihat ada yang sobek, maupun kepala sabuk yang rusak. Ring
pengikat ke tali pengaman juga harus dalam kondisi yang baik, tidak
boleh ada yang lepas atau putus.
6) Tali pengaman harus dalam kondisi baik, tidak boleh terlihat ada tali
yang mulai mengelupas ataupun cacat. Alat penahan tali secara
otomatis (kerekan tali otomatis/self retractable) juga harus tetap
berfungsi dengan baik, tidak macet.
7) Kartu pengenal juga harus masih terlihat dengan jelas foto maupun
nama pemegangnya; senter harus masih menyala dengan terang; ikat
pinggang untuk membawa perlengkapan perlengkapan kecil pengganti
dompet, seperti: kaca mata baca; baterai kecil; tanda pengenal
pribadi, sim , uang.
b. Kondisi dan fungsi alat pengaman kerja (APK)
Kondisi dan fungsi alat pengaman kerja (APK) harus dalam keadaan baik
yaitu sebagai berikut:
1) Kondisi kotak P3K beserta isinya harus dalam kondisi baik, isinya juga
harus masih lengkap, obat obatan untuk luka luar kecil, yang ada juga
harus masih belum kadaluarsa dan layak pakai.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 34


2) Alat pemadam kebakaran harus masih berfungsi dengan baik dan
belum kadaluarsa, harus selalu dicek secara berkala baik isi maupun
fungsinya.
3) Alat penangkal petir harus dipasang dengan pembumian (arde) yang
baik dan kedalaman yang cukup.
4) Alat pengaman kerja yang lain harus juga dalam kondisi baik,
berfungsi, bersih dan layak pakai.
c. Cara memakai Alat Pelindung Diri (APD)
APD akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai secara baik dan
benar, maka pemakain APD harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki
SNI atau standar Internasional lainnya yang diakui.
2) Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan
walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat.
3) Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar.
4) Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan.
Ketidaknyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan
alasan untuk menolak memakainya. Alat Pelindung Diri tidak boleh
diubah-ubah pemakaiannya kalau memang terasa tidak nyaman
dipakai laporkan kepada atasan atau pemberi perintah yang
mewajibkan pemakaian alat tersebut.
5) Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
6) Semua pekerja, pengunjung, dan mitra kerja ke proyek konstruksi
harus memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
d. Cara menggunakan Alat Pengaman Kerja (APK)
1) Cara menggunakan kotak P3K
Buka kotaknya ambil obat obatan atau peralatan pertolongan lain yang
ada dikotak P3K sesuai keperluan
2) Cara menggunakan alat pemadam kebakaran
Buka kunci pengamannya, pegang selang pemadam api dengan
tangan kiri. Tabung yang terdapat tuas penyemprot pegang dengan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 35


tangan kanan, tekan tuas penyemprotnya, bahan pemadam api akan
memancar keluar.
3) Cara menggunakan alat pengaman kerja yang lain
Beberapa alat pengaman kerja yang lain, diantaranya adalah: tool kit,
rambu-rambu peringatan, bak sampah, genset, penangkal petir, toilet
(mck), air bersih, air minum, klinik, tempat istirahat, kantin, tandu,
instalasi listrik, mushola dan lain-lain digunakan sesuai dengan
keperluan dan cara penggunaannya adalah seperti pemakaian kita
sehari hari.

Gambar 2.14
Contoh APD
Harness Safety belt

Gambar 2.15
Penggunaan safety harness

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 36


2.3.2 Memeriksa pelaksanaan peraturan
Pelaksana berkewajiban untuk memeriksa pelaksanaan peraturan yang
dijalankan oleh pekerja yang menjadi bawahannya, pemeriksaan meliputi:
a. Kedisiplinan menggunakan APD dan APK
b. Tanggung jawab dan kedisiplinan dalam menjalankan peraturan terkait K3
c. Pelaksana memeriksa kelengkapan dan kelayakan pedoman serta APD dan
APK yang dibutuhkan di lapangan.
Hasil pemeriksaaan ini selanjutnya disampaikan kepada atasan, di samping itu
kepada petugas K3 dan petugas K3 berkewajiban untuk membuat daftar dan
menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
1. Pemeriksaan kecukupan, kondisi, dan kelaikan pakai APD
Alat Pelindung Diri (APD) sebelum dipakai harus diperiksa kondisinya, agar
dapat berfungsi secara optimal pada saat dikenakan APD yang cacat atau
tidak memenuhi syarat harus diganti dengan yang baru sesuai dengan
standar yang ditentukan. APD wajib dipakai oleh semua pekerja selama
melakukan tugasnya dalam pemeliharaan, penggelaran ataupun
pemindahan mesin penggelar aspal.
a. Periksa kecukupannya sesuai dengan kondisi lapangan (baju kerja, helm
keselamatan, sarung tangan, sepatu keselamatan/safety shoes dan
sebagainya).
b. Periksa kondisi fisik setiap APD yang akan dipakai (baik, rusak, lengkap,
ukuran sesuai).
c. Periksa kelaikan pakainya terutama menyangkut standar untuk
keselamatan kerja yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) atau standar K3 lainnya.
2. Pemeriksaan kecukupan, kondisi dan kelaikan pakai APK
Semua APK yang digunakan pada pekerjaan mesin penggelar aspal harus
selalu diperiksa dengan baik, menyangkut:
a. Kecukupannya
Jumlah APK harus lengkap sesuai dengan kebutuhan atau yang
diperlukan
b. Kondisi

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 37


Kondisi APK harus selalu baik, sehingga dapat selalu berfungsi dengan
baik
c. Kelaikan pakai
Semua APK yang digunakan harus masih laik pakai.
Semua APK yang digunakan harus memenuhi persyaratan pemeriksaan
tersebut diatas, sehingga tujuan pemasangan APK dapat dipenuhi atau
dicapai dengan baik. Penggunaan APK harus sesuai dengan fungsinya yaitu
mengamankan jalannya pekerjaan di lapangan. Penggunaan APK jangan
berlebihan, dipasang secukupnya sesuai dengan kebutuhan operasional di
lapangan.
3. Realisasi pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan sesuai dengan
tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Kesesuaian realisasi pelaksanaan ketentuan tentang keteknikan dengan
standar perencanaan untuk keperluan pelaksanaan pemeliharaan rutin
jalan, pemeliharaan berkala jalan, rehabilitasi jalan, rekonstruksi jalan
(pada lokasi khusus), pemeliharaan rutin jembatan dan pemeliharaan
jembatan.
b. Kesesuaian realisasi pelaksanaan ketentuan tentang perlindungan tenaga
kerja mengenai waktu kerja, pengupahan dan kesejahteraan dengan
Undang-undang Ketenagakerjaan dan Undang-undang Jasa Konstruksi.
4. Realisasi pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) sesuai dengan tahapan pelaksanaan
adalah:
a. Kesesuaian realisasi pencegahan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja
akibat kegiatan dalam rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan dengan
rencana pelaksanaan K3.
b. Kesesuaian realisasi pencegahan dampak negatif lingkungan akibat
kegiatan dalam rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan dengan upaya
pengelolaan Lingkungan.
5. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memeriksa realisasi
pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut:

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 38


a. Kumpulkan dokumen rencana pelaksanaan ketentuan tentang keteknikan,
perlindungan tenaga kerja, dan K3 yang telah disusun
b. Kumpulkan dokumen realisasi pelaksanaan ketentuan tentang keteknikan,
perlindungan tenaga kerja, dan K3
c. Periksa realisasi pelaksanaan ketentuan tentang keteknikan, perlindungan
tenaga kerja, dan K3 dan bandingkan dengan dokumen rencana
pelaksanaan
d. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
2.3.3 Merangkum hasil pemeriksaan
1. Rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan Peraturan Perundang-
Undangan adalah
a. Rangkuman hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian seluruh hasil
pelaksanaan ketentuan keteknikan dalam rencana pelaksanaan
Pemeliharaan jalan dengan ketentuan tentang pencapaian perbaikan
kondisi jalan dan jembatan melalui pelaksanaan pemeliharaan.
b. Rangkuman hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian ketentuan tentang
perlindungan tenaga kerja mengenai waktu kerja, pengupahan dan
kesejahteraan bagi pelaku perencanaan untuk pelaksanaan Pemeliharaan
jalan dengan Undang-undang Ketenagakerjaan dan Undang-undang Jasa
Konstruksi.
2. Rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) adalah :
a. Rangkuman hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian hasil penyiapan
pencegahan potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada
kegiatan pelaksanaan Pemeliharaan jalan dengan potensi bahaya
kecelakaan kerja yang dapat diidentifikasi pada tahap penentuan program
penanganan.
b. Rangkuman hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian hasil penyiapan
pencegahan potensi bahaya dampak negatif lingkungan yang dapat
terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pemeliharaan jalan dengan potensi
dampak negatif lingkungan yang dapat diidentifikasi pada tahap
penentuan program penanganan.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 39


3. Cara membuat rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut:
a. Kumpulkan dokumen hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian seluruh hasil
pelaksanaan ketentuan keteknikan dalam perencanaan untuk
pelaksanaan Pemeliharaan jalan dengan ketentuan tentang pencapaian
perbaikan kondisi jalan dan jembatan melalui pelaksanaan pemeliharaan.
b. Kumpulkan dokumen hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian ketentuan
tentang perlindungan tenaga kerja mengenai waktu kerja, pengupahan
dan kesejahteraan bagi pelaku rencana pelaksanaan Pemeliharaan jalan
dengan Undang-undang Ketenagakerjaan dan Undang-undang Jasa
Konstruksi.
c. Buat rangkuman terhadap dokumen hasil pemeriksaan terhadap
pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan, yang datanya telah
terkumpul sebagaimana disebutkan dalam butir a, dan b di atas.
4. Cara membuat rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L)
adalah:
a. Kumpulkan dokumen hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian hasil
penyiapan pencegahan potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat
terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pemeliharaan jalan dengan potensi
bahaya kecelakaan kerja yang dapat diidentifikasi pada tahap penentuan
program penanganan.
b. Kumpulkan dokumen hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian hasil
penyiapan pencegahan potensi bahaya dampak negatif lingkungan yang
dapat terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pemeliharaan jalan dengan
potensi dampak negatif lingkungan yang dapat diidentifikasi pada tahap
penentuan program penanganan.
c. Buat rangkuman dokumen hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3-L), yang datanya telah terkumpul sebagaimana disebutkan dalam
butir a, dan b di atas.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 40


2.4 Mengevaluasi pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan dan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) pada
Kegiatan pemeliharaan jalan
2.4.1 Menganalisis rangkuman hasil pemeriksaan
1. Analisis rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan Peraturan
Perundang-Undangan adalah sebagai berikut
a. Analisis terhadap rangkuman hasil pemeriksaan mengenai rencana
perbaikan kondisi jalan dan jembatan yang dilakukan dalam rangka
Pemeliharaan jalan ditinjau dari segi kesesuaiannya dengan ketentuan
keteknikan.
b. Analisis terhadap rangkuman hasil pemeriksaan mengenai rencana
peningkatan kesejahteraan tenaga kerja di lingkungan perencanaan
untuk pelaksanaan Pemeliharaan jalan mengenai aspek pengupahan,
waktu kerja dan kesejahteraan ditinjau dari segi kesesuaiannya dengan
ketentuan perllindungan tenaga kerja (Undang-undang Ketenagakerjan)
c. Analisis terhadap rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pemenuhan
tanggung jawab profesi ditinjau dari aspek ketaatan tenaga ahli/tenaga
terampil pada Undang-Undang Jasa Konstruksi.
2. Analisis rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L)
adalah
a. Analisis terhadap rangkuman hasil pemeriksaan mengenai rencana
pencegahan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja akibat kegiatan
dalam rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan.
b. Analisis terhadap rangkuman hasil pemeriksaan mengenai rencana
pencegahan terjadinya bahaya dampak negatif lingkungan akibat
kegiatan dalam rangka pekerjaan Pemeliharaan jalan.
3. Cara membuat analisis rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut
a. Kumpulkan rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
ketentuan keteknikan.
b. Kumpulkan rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 41


ketentuan perlindungan tenaga kerja.
c. Buat analisis rangkuman hasil-hasil pemeriksaan tersebut pada butir a,
dan b dengan cara membandingkan kesesuaian rangkuman hasil
pemeriksaan dengan standar teknis yang berlaku untuk kelompok butir a,
dan b.
d. Buat kesimpulan hasil analisis.
4. Cara membuat analisis rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3-L) adalah sebagai berikut
a. Kumpulkan rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
ketentuan K3.
b. Kumpulkan rangkuman hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan
pengelolaan Lingkungan.
c. Buat analisis rangkuman hasil-hasil pemeriksaan tersebut pada butir a,
dan b dengan cara membandingkan kesesuaian rangkuman hasil
pemeriksaan dengan standar teknis yang berlaku untuk kelompok butir a,
dan b.
d. Buat kesimpulan hasil analisis.
2.4.2 Mengevaluasi pelaksanaan peraturan
1. Pertimbangan yang harus diambil dalam membuat evaluasi pelaksanaan
Peraturan Perundang-Undangan berdasarkan hasil analisis adalah
a. Ketepatan dalam menyusun rencana pelaksanaan peraturan perundang-
undangan tentang ketentuan keteknikan perlindungan tenaga kerja
dalam rangka perencanaan pelaksanaan Pemeliharaan jalan
b. Tanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan tentang keteknikan dan
perlindungan tenaga kerja
c. Kedisiplinan dalam menerapkan waktu kerja, pengupahan, dan
kesejahteraan bagi seluruh personel yang menjadi tanggung jawabnya
dalam pelaksanaan pekerjaan
d. Kedisiplinan dalam pengendalian pekerjaan untuk memperkecil risiko
pekerjaan.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 42


2. Pertimbangan yang harus diambil dalam membuat evaluasi pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3-L) berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut
a. Ketepatan dalam mengidentifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja dan
potensi dampak negatif lingkungan dalam rangka perencanaan
pelaksanaan Pemeliharaan jalan.
b. Tanggung jawab dalam melaksanakan pencegahan dan penanganan
bahaya, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta dampak negatif
lingkungan.
c. Kedisiplinan dalam pengendalian pekerjaan untuk memperkecil risiko
pekerjaan.
3. Cara menyiapkan evaluasi pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan
berdasarkan hasil analisis adalah
a. Kumpulkan hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan ketentuan tentang
keteknikan.
b. Kumpulkan hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan ketentuan tentang
perlindungan tenaga kerja.
c. Pelajari faktor-faktor yang perlu dijadikan pertimbangan dalam membuat
evaluasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan dimaksud pada butir a dan b.
d. Siapkan evaluasi pelaksanaan ketentuan tentang keteknikan dan
perlindungan tenaga kerja.
e. Buat kesimpulan hasil evaluasi pelaksanaan ketentuan tentang keteknikan
dan perlindungan tenaga kerja.
4. Cara menyiapkan evaluasi pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) berdasarkan hasil analisis adalah
sebagai berikut
a. Kumpulkan hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan pencegahan dan
penanganan bahaya, kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang dapat
terjadi pada kegiatan pelaksanaan Pemeliharaan jalan.
b. Kumpulkan hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan pencegahan dan
penanganan dampak negatif lingkungan, yang dapat terjadi pada
kegiatan pelaksanaan Pemeliharaan jalan.

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 43


c. Pelajari faktor-faktor yang perlu dijadikan pertimbangan dalam membuat
evaluasi pelaksanaan tersebut pada butir a dan b.
d. Siapkan evaluasi pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L).
e. Buat kesimpulan hasil evaluasi pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L).
2.4.3 Menyiapkan laporan
Laporan yang disusun oleh pelaksana biasanya dalam bentuk daftar simak.
Dalam pelaksanaan konstruksi yang mengacu kepada dokumen kontrak
dipastikan ada unsur-unsur yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
mendasar sebagai suatu prinsip yang tidak boleh dilanggar, antara lain
a. Kepastian mutu (quality assurance) produk konstruksi
b. Kepastian penerapan ketentuan K3 (Keselamatan danKesehatan Kerja)
c. Kepastian pencegahan pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
Penjelasan masing-masing unsur
1. Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
Sistem Manajemen Mutu dalam suatu perusahaan pelaksana pekerjaan
konstruksi mewajibkan manajemen untuk menetapkan standard & prosedur
operasional yang diperlakukan diseluruh perusahaan. Untuk memastikan
bahwa standar dan prosedur ditetapkan dan diikuti maka harus
didokumentasikan. Secara hirarki maka dokumen sistem mutu (quality
system) minimal sebagai berikut:
a. Manual Mutu (Quality manual)
b. Prosedur Mutu (Quality Procedure)
c. Rencana Mutu Kontrak (RMK) = (Contract Quality Plan)
d. Instruksi kerja
2. Sistem Manajemen K3
Dalam rangka penerapan SMK3 (Sistem Manajemen K3) sudah cukup
banyak peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Khususnya
tentang Bidang Pekerjaan Umum atau Jasa Konstruksi, ada peraturan
perundangan yang cukup aplikatif yaitu: Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2018 Tentang Perubahan

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 44


atas Peraturan Manteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
3. Prinsip Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melakukan
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan
pengembangan lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumber
daya alam dapat tetap dipertahankan dan pencemaran atau kerusakan
lingkungan dapat dicegah. Perwujudan dari usaha tersedbut antara lain
dengan menerapkan teknologi yang tepat dan sesuai dengan kondisi
lingkungan. Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan
lingkungan antara lain
a. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah
timbulnya dampak yang tidak diinginkan
b. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi
dampak yang terjadi atau diperkirakan akan terjadi, namun karena
keterlambatan teknologi, hal tersebut tidak dapat dihindari
c. Insentif (konpensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan
kepentingan 2 pihak yag terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola
kegiatan yang mendapat mamfaat dari proyek tersebut harus
memperhatikan pihak lain yang terkena dampak, sehingga tidak merasa
dirugikan.
4. Pembuatan Daftar Simak
Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan
dalam item pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah
selanjutnya dibuat suatu daftar simak untuk ”Penerapan Ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja” yang dituangkan dalam format daftar
simak sebgai berikut

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 45


Tabel 2.1
Daftar simak potensi bahaya/kecelakaan
DAFTAR POTENSI BAHAYA/KECELAKAAN
1. Jenis Pekerjaan : .............................................................................
2. Nama Proyek : .............................................................................
3. Lokasi Proyek : .............................................................................
No ITEM KEGIATAN POTENSI BAHAYA/ KECELAKAAN

Dibuat oleh: Tanggal:


Diperiksa oleh: Tanggal:
Diketahui oleh: Tanggal:

Tabel 2.2
Daftar simak K3
DAFTAR SIMAK K3
1. Jenis Pekerjaan : .............................................................................
2. Nama Proyek : .............................................................................
3. Lokasi Proyek : .............................................................................
DILAKSANAKAN
NO. DAFTAR PERTANYAAN
YA TIDAK

Dibuat oleh: Tanggal:


Diperiksa oleh: Tanggal:
Diketahui oleh: Tanggal:

Materi Pelatihan Pelaksana Pemeliharaan Jalan Bab II | 46

Anda mungkin juga menyukai