Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERMASALAHAN TRANSPORTASI

Nama : Willda Hazanah


Kelas : 3 TPJJ 3
NIM : 2101415002

PRODI D4 PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi adalah proses pergerakan orang, barang, atau informasi dari satu tempat ke
tempat lain, baik melalui berbagai jenis kendaraan maupun jalur komunikasi. Tujuan dari
transportasi adalah untuk memungkinkan mobilitas dan konektivitas antar lokasi yang
berbeda. Transportasi memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dan
perekonomian. Mobilitas yang efisien mendukung pertumbuhan ekonomi, perdagangan,
pariwisata, dan interaksi sosial. Namun, tantangan seperti kemacetan, polusi, dan
infrastruktur yang tidak memadai juga menjadi fokus untuk diperbaiki agar sistem
transportasi lebih berkelanjutan, aman, dan efisien di masa mendatang. Selain itu, teknologi
dan inovasi terus memainkan peran penting dalam mengembangkan solusi transportasi yang
lebih baik dan canggih. Masalah transportasi adalah isu yang kompleks dan sering kali terjadi
di banyak kota dan negara di seluruh dunia. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan
urbanisasi yang tinggi dapat menyebabkan kota menjadi padat dan sulit diatur,
mengakibatkan kemacetan lalu lintas, keterlambatan, dan masalah transportasi lainnya.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di jalan raya melebihi kapasitas infrastruktur yang
ada, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah. Hal ini mengakibatkan peningkatan
waktu tempuh, konsumsi bahan bakar, polusi udara, dan frustrasi bagi pengguna jalan.
Infrastruktur transportasi yang tidak memadai, termasuk jalan yang rusak, jembatan yang tua,
dan sistem transportasi publik yang kurang efisien, dapat menghambat aliran lalu lintas yang
lancar.

Ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor
mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan polusi udara. Selain itu, kurangnya
insentif untuk menggunakan transportasi umum juga merupakan faktor yang memperburuk
masalah ini. Transportasi publik yang tidak memadai, termasuk frekuensi yang rendah, rute
yang tidak memadai, dan kurangnya aksesibilitas bagi masyarakat dengan mobilitas terbatas,
menghambat penggunaan transportasi publik secara efektif. Transportasi bermotor
menyebabkan polusi udara dan emisi gas rumah kaca, yang berdampak negatif pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil dalam
transportasi juga berkontribusi pada perubahan iklim global. Tingginya angka kecelakaan lalu
lintas dan risiko keselamatan bagi pengguna jalan, termasuk pejalan kaki dan pengendara
sepeda, merupakan masalah serius yang perlu diatasi dengan perencanaan transportasi yang
lebih baik. Tidak semua masyarakat memiliki akses yang sama terhadap transportasi yang
terjangkau dan efisien. Hal ini dapat mempengaruhi mobilitas dan kesetaraan kesempatan
bagi individu dan komunitas tertentu. Mengatasi masalah transportasi memerlukan solusi
holistik yang mencakup perencanaan kota yang baik, investasi infrastruktur, promosi
transportasi berkelanjutan, penggunaan teknologi canggih, dan penggalakan kebijakan yang
memadai untuk mendukung sistem transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan inklusif.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan definisi teknik Transportasi ?

1.2.2 Apa saja permasalahan dalam moda transportasi ?

1.2.3 Bagaimana dampak yang terjadi akibat faktor teknik transportasi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui berbagai masalah yang mempengaruhi sistem transportasi di Indonesia

1.3.2 Mengetahui dampak yang timbul dari berbagai faktor yang telah disebutkan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Teknik Transportasi

Teknik Transportasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip ilmu transportasi beserta


teknologinya dalam merencanakan, mendisain, mengoperasikan, dan mengatur fasilitas
fasilitas moda transportasi dengan tujuan untuk menyediakan keselamatan, keamanan,
kecepatan, kenyamanan, kemurahan dan keramahan terhadap lingkungan bagi pergerakan
orang dan barang.
Beberapa permasalahan dalam moda transporatasi yaitu :

1. Moda Transportasi Darat

Moda transportasi darat adalah segala bentuk transportasi ataupun perpindahan yang
menggunakan jalan sebagai media untuk mengangkut penumpang atau barang. Berikut
beberapa permasalahan transportasi darat yang umum dijumpai :

1. Kemacetan Lalu Lintas

Kelebihan volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan dapat mengakibatkan


kemacetan lalu lintas. Hal ini menyebabkan peningkatan waktu perjalanan,
konsumen bahan bakar, stres dan polusi udara.

2. Polusi Udara

Transportasi darat, terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar


fosil menjadi menyumbang utama polusi udara.

3. Kerusakan Infrastruktur

Jalan rusak, lubang, atau fasilitas jembatan yang tua untuk membahayakan
keselamatan pengguna jalan dan mempengaruhi efisiensi transportasi.

4. Ketidakamanan di Jalan Raya

Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas dan perilaku berkendara yang tidak aman
dapat membahayakan nyawa dan integritas fisik pengguna jalan, termasuk pejalan
kaki dan pengendara sepeda.

5. Kurangnya Transportasi Publik yang Efisien dan Terjangkau ketersediaan dan


aksebilitas transportasi publik yang kurang memadai termasuk frekuensi rendah
jangkauan terbatas, dan biaya tinggi, mendorong ketergantungan pada kendaraan
pribadi.
6. Ketidak Berkelanjutan dan Pengaruh Perubahan Iklim

Transportasi darat yang berbasis bahan bakar fosil merupakan penyumbang besar
terhadap emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim global.

7. Tingginya Biaya Transportasi

Biaya tinggi untuk memiliki mengoperasikan dan mempertahankan kendaraan


pribadi dapat menjadi beban ekonomi bagi individu dan keluarga.

1.1 Contoh Kasus

Diantara semua moda transportasi, transportasi darat merupakan moda yang paling umum
dan sering digunakan setiap harinya. Oleh karena itu, permasalahan yang terkait dengan
moda transportasi darat ini merupakan yang paling sulit untuk diatasi. Diantara seluruh
masalah yang dipandang dari segala sisi, salah satu permasalahan moda darat adalah
kerusakan pada jalan. Berikut merupakan kutipan artikel berita terkait dengan
permasalahan moda transportasi darat:

Antrian Panjang Kendaraan di Jalur Pantura

“Fakta menunjukan, jalur pantura sepanjang 1.100 Km rusak akibat overloading.


Bagaimana tidak, konstruksi jalan itu dibangun untuk kendaraan berkapasitas 10-16 ton,
tapi faktanya dilewati oleh truk-truk yang beratnya bisa mencapai 90 ton. Belum lagi
ditambah dengan intensitas kendaraan yang berkisar antara 40-55 ribu pada hari-hari biasa.
Kalau kenyataan itu terus dibiarkan, maka sebaik apapun kualitas konstruksi jalan yang
dibangun, tentu tak akan pernah bertahan lama. Pakar transportasi dari Teknik Sipil ITB,
Ofyar Z Tamin mengungkapkan, bahwa penyebab utama kerusakan jalur pantura adalah
overloading kendaraan-kendaraan besar seperti truk. Hal itu diperparah lagi dengan tidak
tersedianya jembatan timbang. Dalam hal ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
semestinya memiliki peran penting dalam penataan kapasitas angkutan dijalur pantura,
diantaranya dengan mengurangi beban atau isi kendaraan.

Sebelumnya, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang S Ervan tidak mau
jika dikatakan kerusakan jalan di jalur pantura disebabkan overload kendaraan."Tidak bisa
disalahkan ke salah satu saja. Selama ini yang disalahkan adalah kelebihan muatan truk,
harus dicari jalan keluarnya. Apa benar karena truk? Karena ada juga jalan yang tidak
dilewati truk tapi tetap rusak. Faktor lainnya karena musim penghujan dan adanya
genangan air di jalan”.

Meskipun mengelak dengan berbagai dalih, kiranya Kemenhub tidak membiarkan


permasalahan overload kendaraan terus terjadi. Sebab, hasil temuan KPK pun menunjukan,
bahwa salah satu faktor penyebab proyek jalan di jalur pantura tetap “abadi”, adalah karena
truk-truk yang kelebihan muatan.

Karenanya, tidaklah berlebihan jika KPK juga mempertanyakan, siapa pemberi ijin atas
truk-truk raksasa tersebut. Secara tegas, Wakil Ketua KPK, Busyro Moqoddas menyatakan,
bahwa harus ada pemebenahan terhadap pemberian izin impor truk-truk raksasa yang tidak
sesuai dengan kapasitas jalan.”

1.2 Pembahasan

Dari kutipan artikel mengenai berita kerusakan jalur pantura, terlihat bahwa yang menjadi
penyebab utama timbulnya masalah pada kerusakan badan jalan ini dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu pengguna jalan dan instansi pemerintah yang terkait. Dilihat dari sisi pengguna
jalan, masih sangat banyak masyarakat Indonesia yang awam mengenai muatan sumbu
terberat yang diizinkan pada suatu badan jalan.

Masyarakat masih berfikir bahwa kelebihan muatan sumbu tidak akan menyebabkan
kerusakan jalan, Padahal, overloading mengurangi kemampuan untuk mengendalikan
kendaraan, sehingga akan mempengaruhi kecepatan kendaraan dan hal ini berdampak besar
pada kondisi perkerasan jalan. Sementara itu dipandang dari instansi pemerintah terkait,
kinerja Dinas Pekerjaan Umum terhadap penanganan jalur pantura masih sering
dipertanyakan, karena jalur pantura merupakan jalan yang sering dilewati oleh kendaraan
dengan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.

1.3 Solusi Permasalahan

Pada dasarnya, kerusakan pada badan jalan akan memberikan efek domino terhadap
kecelakaan dan kemacetan yang terjadi akibat badan jalan yang memiliki kondisi tidak
baik. Jadi apabila kerusakan pada perkerasan jalan dapat diminimalisir, maka hal ini juga
akan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas serta dapat menekan angka kecelakaan lalu
lintas. Untuk itu, solusi yang dianggap baik dalam menangani permasalahan overloading
kendaraan ini adalah:

· Pemerintah harus lebih fokus dalam penanganan overloading kendaraan, dengan


dilakukannya perbaikan jalan secara maksimal. Dalam hal ini, DPR dan Kementrian
Pekerjaan Umum menetapkan alokasi dana perbaikan jalan dalam APBN yang
ditetapkan pertahun. Dana tersebut telah ditetapkan di masing – masing daerah selain
untuk perbaikan juga untuk pemeliharaan jalan yang dapat dilakukan secara rutin
maupun berkala.

· Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan
dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi belum meluas. Bila telah
berdampak pada banyak kerusakan, maka akan merugikan masyarakat sekitar dan
berdampak buruk untuk kondisi jalan di jalur pantura Brebes-Tegal.

2. Moda Transportasi Laut

Moda transportasi darat merupakan segala jenis transportasi yang menggunakan laut
sebagai medianya dengan bentuk, jenis, dan fungsi tertentu. Berikut beberapa permasalahan
transportasi laut yang umum dijumpai :

1. Polusi Laut

Polusi laut dapat disebabkan oleh limbah industri minyak, plastik, dan bahan
kimia yang dibuang ke laut.

2. Kecelakaan dan Keamanan

Kecelakaan kapal, tenggelamnya kapal, tabrakan, dan kejadian lain dapat


membahayakan nyawa manusia dan lingkungan.

3. Alih Fungsi Lahan Pesisir

Pembangunan yang tidak terkendali di pesisir seperti Pelabuhan Dermaga dan


fasilitas lainnya dapat mengakibatkan hilangnya ekosistem pesisir yang
penting.

4. Kerusakan dan Kegagalan Infrastruktur Pelabuhan

Infrastruktur Pelabuhan seperti Dermaga, Jalan akses dan fasilitas penanganan


kargo yang rusak atau tidak memadai dapat menghambat kelancaran operasi
pelabuhan.

5. Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem

Perubahan iklim cuaca ekstrem seperti badai tropis dapat mengganggu operasi
kapal dan keamanan pelayaran.

6. Biaya Tinggi dan Efisiensi Operasional

Operasional dan biaya peliharaan kapal serta tingginya biaya pelayaran dapat
menjadi beban ekonomi bagi perusahaan pelayaran dan pelanggan.
2.1 Contoh Kasus

Transportasi laut yang umumnya digunakan di Indonesia adalah Kapal. Dalam


penggunaannya, moda transportasi laut ini tidak hanya digunakan sebagai sarana
transportasi penumpang maupun barang, tapi juga sebagai sarana rekreasi, karena selama
proses transportasi terjadi, penumpang dapat menikmati pemandangan laut yang
menyimpan estetika tersendiri. Namun terlepas dari berbagai kelebihan moda transportasi,
sering kali kondisi kapal yang dioperasikan tidak mendapat perhatian lebih. Berikut
merupakan salag satu artikel berita yang secara tidak langsung menyatakan masalah pada
moda transportasi laut:

Bangkai Kapal Harmoni

“Tim SAR gabungan menghentikan pencarian terhadap lima nelayan korban Kapal
Harmoni yang hilang sejak Senin malam pekan lalu, 23 Februari 2015. “Sore hari ini resmi
kami hentikan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Situbondo, Jawa
Timur, Zainul Arifin, Senin 2 Maret 2015.

Menurut Zainul, pencarian dihentikan karena telah tujuh hari. Namun bila ada warga yang
menemukan korban, Tim SAR siap mengevakuasi. Hingga hari ketujuh ini, Tim SAR telah
menemukan 12 dari 17 nelayan penumpang Kapal Harmoni.

Dari 12 korban, 10 di antaranya selamat dan dua meninggal. Korban meninggal terakhir
ditemukan Ahad, 1 Maret 2015. Korban adalah Ridwan, warga Desa Lubawang,
Kecamatan Banyuglugur, Situbondo. Ridwan ditemukan mengapung di Pulau Saluar,
Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura. “Karena jaraknya jauh, korban
langsung dimakamkan di Pulau Saluar.”

Dari penyelidikan diketahui bahwa tenggelamnya Harmoni ternyata bukan disebabkan


gelombang tinggi. Melainkan karena bagian bawah kapal bocor. Harmoni dengan 17
nelayan penumpang itu berangkat Senin 23 Februari pukul 16.00 dan tenggelam di perairan
Kecamatan Paiton, Probolinggo sekitar pukul 23.00.”

2.2 Pembahasan

Dari kutipan berita mengenai tenggelamnya Kapal Harmoni di perairan probolinggo


terpapar jelas bahwa penyebab terjadinya kecelakaan bukan karena adanya gelombang
tinggi yang menghantam kapal, namun karena adanya kebocoran pada bagian bawah kapal.
Sedikit banyak, hal ini secara tidak langsung telah memperlihatkan bagaimana kurangnya
perhatian terhadap kondisi maupun perawatan yang dilakukan terhadap kapal. Apabila
terjadi kebocoran yang menyebabkan kapal tenggelam, bisa dipastikan bahwa bocor yang
terdapat pada bagian bawah kapal sudah parah dan butuh penanganan. Namun, rendahnya
kesadaran akan pentingnya perawatan dan pengecekan kendaraan secara berkala berujung
pada hal yang paling tidak diinginkan hingga menimbulkan korban jiwa.

2.3 Solusi Permasalahan

Terlepas dari langkah perawatan dan pengecekan kondisi kelayakan kapal, tidak jarang
peralatan keselamatan yang terdapat pada kapal tidak memadai, begitu juga tentang
pengetahuan yang dimiliki awak kapal itu sendiri mengenai prosedur keselamatan apabila
kapal karam. Frekuensi penggunaan kapal laut sebagai sarana transportasi memang tidak
setinggi moda transportasi darat, namun moda transportasi laut memiliki peranan yang
sangat penting dalam pengangkutan barang dari suatu negara ke negara lain. Untuk itu,
solusi yang dapat dilakukan demi menekan angka kecelakaan di laut antara lain:

• Pertama, memberikan subsidi terhadap faktor-faktor produksi kepada angkutan laut


terutama pengadaan BBM. Jika langkah ini dilakukan, faktor operasional yang lain se-
perti peralatan keselamatan dan peralatan navigasi tidak terabaikan. Langkah lain
adalah pemberian kredit lunak terha-dap pembelian kapal-kapal baru sehingga kapal-
kapal tua yang sudah tidak laik melaut diganti dengan kapalkapal yang lebih bagus dan
dirancang sesuai perkembangan standardisasi internasional.

• Kedua, memperbaiki manajemen sistem pelayaran nasional. Ini terkait dengan aspek
keselamatan dan penegakan hukum oleh pemerintah.

• Ketiga, melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut,
polisi udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya. Dengan adanya koordinasi ini,
diharapkan kegiatan monitoring dan kontrol akan menjadi lebih mudah sehingga
kecelakaan dapat diantisipasi atau dampaknya dapat diminimalisasi.

• Keempat, harus segera dilakukan registrasi ulang dan audit nasional dalam waktu dekat
ini terhadap kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi oleh tim independen.
3. Moda Transportasi Udara

Moda udara didefinisikan sebagai setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan
bumi yang digunakan untuk penerbangan. Berikut beberapa permasalahan transportasi
udara yang umum dijumpai :

1. Polusi Udara

Transportasi udara merupakan penyumbang signifikan terhadap emisi gas rumah


kaca dan polusi udara yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.

2. Emisi Gas Rumah Kaca

Pesawat terbang menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan
nitrogen oksida (NOx), yang dapat berkontribusi pada perubahan iklim dan
pemanasan global.

3. Kepadatan Lalu Lintas Udara

Peningkatan jumlah penerbangan dan kepadatan lalu lintas udara dapat


menyebabkan tumpukan pesawat di bandara, kemacetan di udara, dan penundaan
penerbangan.

4. Keterbatasan Kapasitas Bandara

Beberapa bandara mengalami keterbatasan infrastruktur yang membatasi jumlah


penerbangan yang dapat dilayani, menyebabkan keterlambatan dan penundaan
penerbangan.

5. Biaya Perjalanan dan Aksesibilitas

Tiket pesawat yang mahal dan biaya tambahan seperti pajak dan biaya bagasi
dapat membuat perjalanan udara tidak terjangkau bagi sebagian orang.

6. Ketidakpastian Cuaca dan Dampaknya

Kondisi cuaca yang buruk seperti badai, kabut tebal, atau salju dapat mengganggu
jadwal penerbangan dan meningkatkan risiko keselamatan.

7. Keselamatan Penerbangan
Keselamatan penerbangan adalah isu kritis. Walaupun insiden penerbangan
jarang terjadi, risiko tinggi jika terjadi.

8. Penumpukan di Area Pengecekan Keamanan dan Imigrasi

Penumpukan di area keamanan dan pemeriksaan imigrasi di bandara dapat


mempengaruhi waktu tunggu dan kenyamanan penumpang.

9. Ketepatan Waktu dan Penundaan Penerbangan

Penundaan penerbangan sering terjadi akibat banyak faktor, termasuk kondisi


cuaca, pemeliharaan pesawat, kepadatan lalu lintas udara, dan faktor lain yang
mengganggu jadwal.

10. Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Transportasi udara bergantung pada bahan bakar fosil, yang menghasilkan emisi
gas rumah kaca dan terbatas dalam pasokan.

3.1 Contoh Kasus

Terkait permasalahan transportasi udara yang ada di Indonesia, salah satu faktor yang
menjadi penyebab adalah perubahan cuaca diluar prediksi. Berikut merupakan artikel
mengenai penerbangan Lion Air Penerbangan 904 yang dikutip dari Wikipedia:

Pesawat Lion Air JT904

“Lion Air Penerbangan 904 (JT 904, LNI 904) adalah sebuah penerbangan Lion Air yang
berangkat dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat menuju Bandara
Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Pesawat tersebut jatuh di perairan saat akan mendarat di
Bandara Ngurah Rai pada pukul 15.10 WITA tanggal 13 April 2013 di sebelah barat
Runway 09. Kecelakaan ini tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi sebanyak 45 orang
mengalami luka-luka dan langsung dibawa ke beberapa rumah sakit di sekitar Bandara
Ngurah Rai. Kecelakaan ini diselidiki oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT). Pada 15 Mei 2013, KNKT mengeluarkan hasil investigasi awal yang
menunjukkan bahwa pilot tetap melakukan percobaan pendaratan saat pesawat telah
melewati batas ketinggian minimum untuk melakukan percobaan pendaratan (MDA/
Minimum Descent Altitude), tanpa adanya visual contact dengan landasan.

Saat hendak mendarat, pesawat dikendalikan oleh Kopilot Chirag Kalra. Dari data CVR
(Cocpit Voice Recorder), Kopilot menyatakan bahwa ia tidak dapat melihat landasan pada
ketinggian 900 ft. Enhance Ground Proximity Warning System (EGPWS) memberi
peringatan “MINIMUM” saat pesawat pada ketinggian 550 ft AGL, pilot kemudian
mematikan autopilot dan auto throttle dan terus menurunkan ketinggian pesawat.
Ketinggian minimum yang dipublikasikan di Ngurah Rai adalah 465 ft. Ketika ketinggian
pesawat mencapai 150 ft, Pilot mengambil alih kendali pesawat dari Kopilot. Kopilot
memberikan kendali sambil menyatakan bahwa ia tidak bisa melihat landasan. Saat
EGPWS memberi peringatan “TWENTY” (ketinggian 20 ft), Pilot memberi perintah untuk
Go Around (terbang kembali dan membatalkan pendaratan). Satu detik kemudian pesawat
menyentuh air. Pesawat berhenti sambil menghadap ke Utara sekitar 20 m dari daratan atau
sekitar 300 m Barat Daya dari ujung Landasan 09.”

3.2 Pembahasan

Dari kutipan artikel dan bagan kronologi kecelakaan Lion Air JT904 dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan terjadi akibat adanya perubahan cuaca yang diduga fenomena winshear.
Selain itu, Pilot serta Kopilot juga mengabaikan warning dari EGWPS dan mencoba
melakukan pendaratan saat pesawat telah melewati batas ketinggian minimum untuk
melakukan percobaan pendaratan (MDA/ Minimum Descent Altitude), tanpa adanya visual
contact dengan landasan.

3.3 Solusi Permasalahan

Dalam beberapa situasi, kecelakaan pesawat dapat menjadi hal yang tidak dapat dielakkan
lagi. Namun tidak 100% kecelakaan pesawat yang terjadi disebabkan oleh fenomena
perubahan cuaca, sebagian kecelakaan pesawat terjadi juga karena kelalaian baik dari awak
pesawat maupun kinerja petugas ATC (Air Traffic Controller). Solusi yang dapat dilakukan
dengan optimal dari sisi kelalaian manusia diantaranya adalah sebagai berikut:

• Pertama, menekankan kepada pilot bahwa penting untuk mematuhi batas minimal
penurunan ketinggian pesawat seperti yang dipublikasikan dalam prosedur instrument
penerbangan ketika referensi visual tidak diperoleh pada ketinggian minimal.

• Kedua, meninjau prosedur dan kebijakan yang terkait dengan risiko saat pergantian
kendali pada ketinggian kritis atau saat genting.

• Ketiga, memastikan pilot terlatih selama program pelatihan awal dan pelatihan
berkelanjutan terus menerus berkaitan dengan pergantian kendali penerbangan pada
ketinggian kritis dan atau saat genting.

Anda mungkin juga menyukai